Pengetian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang
akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang
optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata –
rata IQ anak normal.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U
dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau sangat
pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang
rendah, dan adanya ketidakseimbangan fungsional.
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun
yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting
sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun. Sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup
lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah
atau pendek (kerdil) dari standar usianya
2. Penilaian Status Gizi
Status gizi pada seorang balita (1 – 5 tahun) membutuhkan nutrisi yang lebih banyak
karena pada masa inilah dianggap sebagai masa keemasan. Dalam masa ini seorang anak akan
mengalami perkembangan fisik, mental, dan akan menemukan berbagai hal yang baru, sehingga
terpenuhinya nutrisi pada masa ini sangatlah berperan penting.
Penilaian status gizi pada dasarnya bisa dilakukan dengan empat macam penilaian yakni
ada antropomentri, klinis, biokimia dan biofisik
A. Pengukuran Antropometri
Antropomentri berasal dari kata antrophos yakni tubuh dan metros yakni ukuran. Antropometri
merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang
disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi
dan komposisi tubuh seseorang (Supriasa, 2012).
h. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian hingga satu angka dibelakang koma (0,1
cm) seperti contoh 157, 3 dan 163,9.
C. Indeks Antropometri
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi
badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur
anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang
(underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting
diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami
masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau
BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi
2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi
badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-
anak yang pendek (stunted) atau sangat
3. pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama
atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga
dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali)
biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di
Indonesia Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan
(BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak
sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk
(severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk
of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan
kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah
lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi
baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB
atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih
sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas
IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk
mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.
D. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Berat badan sangat kurang <-3 SD
(severely
Berat Badan
underweight)
menurut Umur
Berat badan kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(BB/U) anak usia 0
(underweight)
- 60 bulan
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih1 > +1 SD
Panjang Badan Sangat pendek (severely <-3 SD
atau Tinggi Badan stunted)
menurut Umur Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
(PB/U atau TB/U) Normal -2 SD sd +3 SD
anak usia 0 - 60 Tinggi2 > +3 SD
bulan
Gizi buruk (severely <-3 SD
wasted)
Berat Badan
Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
menurut Panjang
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Badan atau Tinggi
Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
Badan (BB/PB atau
(possible risk of
BB/TB) anak usia 0
overweight)
- 60 bulan
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Gizi buruk (severely <-3 SD
wasted)3
Indeks Massa Tubuh Gizi kurang (wasted)3 - 3 SD sd <- 2 SD
menurut Umur Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
(IMT/U) anak usia Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
0 - 60 bulan (possible risk of
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Gizi buruk (severely <-3 SD
Tubuh menurut thinness)
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Umur (IMT/U) Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd <- 2 SD
anak usia 5 - 18 Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
tahun Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD
Keterangan:
1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi
kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana
Jumlah penderita stunting di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2018 terus menurun.
Tetapi langkah pencegahan stunting sangat perlu dilakukan, anatara lain sebagai berikut:
.
.