BAB II
A. Kajian Teori
Anak, pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang
ekivalen istilah kerdil (pendek) dan kerdil berat (sangat pendek). Zscore untuk
kategori pendek adalah -3 SD sampai dengan <-2 SD dan sangat pendek adalah <-3
SD (Depkes, 2010).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurangya gizi
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya atau otak tidak berkembang dengan baik.
Bayi yang kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan serta pada masa awal
kelahiran akan tampak mengalami stunting setelah balita tersebut berusia dua tahun.
intelektual anak dalam jangka panjang. Anak yang mengalami stunting hingga batas
usia lima tahun akan sangat sulit diperbaiki dan berlanjut sampai dewasa. Hal ini
balita disebabkan karna tidak memadainya asupan makanan serta terjadinya penyakit
1) Pengukuran antropometri
antara lain tinggi badan, berat badan lingkar lengan atas, serta tebal lemak
(Supariasa, 2016).
dalam menilai kecukupan asupan gizi pertumbuhan bayi dan balita. Berat
badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
2) Indeks antropometri
gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
dalam waktu yang relatif lama. Pada keadaan normal, tinggi badan
(Supariasa, 2016)
berat badan yaitu berkembang lebih lambat dari keadaan yang normal
tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat
11
badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
pola asuh yaitu pemberian makanan yang kurang bergizi dari sejak
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
jumlah asupan zat gizi dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dimulai dari pertumbuhan
perhatian, kasih sayang dari orang tua serta kesehatan lingkungan. Balita
membutuhkan gizi yang seimbang untuk keperluan status gizinya karna balita
merupakan kelompok umur yang paling sering kekurangan gizi sehingga proses
deviasi unit (SD) sebagai batas ambang kategori dan digunakan untuk meneliti
nilai individual subjek (NIS) dengan nilai median baku rujukan (NMBR) pada
umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan nilai simpang baku rujukan
a. Pendidikan Ayah
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
bahan makanan yang lebih baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Sehingga
Semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin baik status gizi anaknya
(Soekirman, 2009).
15
tinggi, hal ini terjadi karna pendidikan ayah sangat erat berkaitan dengan
pencarian lapangan kerja serta pendapatan yang lebih besar sehingga daya beli
b. Pendidikan Ibu
Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan cenderung memilih bahan pangan
yang lebih baik dari segi kualitas maupun maupun dibandingkan dengan orang
dengan pengetahuan tentang gizi dan mempengaruhi kejadian balita stunting. Ibu
dengan tingkat pendidikan rendah beresiko lima kali lebih besar memiliki anak
stunting. Anak yang terlahir dari orang tua yang memiliki pendidikan tinggi
cenderung tidak mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari
orang tua yang tingkat pendidikannya rendah. Hal ini dipertegas dalam penelitian
yang dilakukan di Nepal juga menyatakan bahwa, anak yang terlahir dari orang
Penelitian ini di dukung juga oleh Haile (2016) yang menyatakan bahwa anak
yang lahir dari orang tua yang berpendidikan tinggi lebih mudah dalam
ibu dalam menyediakan bahan makanan untuk anaknya termasuk jenis dan
jumlah yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi dan stunting
timbul jika pengetahuan ibu kurang baik dari segi penyediaan makan untuk anak,
rumah tangga dengan jumlah yang tepat agar anak dapat tumbuh serta
dengan baik sampai dengan waktu 40-50 jam dalam seminggu. Ini dapat dibuat
5-6 hari kerja dalam seminggu, sesuai dengan pasal 12 ayat 1. Undang-undang
dengan status gizi lebih baik dibanding dengan ayah yang memiliki pekerjaan
17
lainnya. Hal ini di dukung oleh Sihadi (2011) yang menyatakan bahwa ayah
dengan pekerjaannya sebagai buruh memiliki balita dengan status gizi buruk
Lapangan kerja yang luas, mendorong kaum ibu bekerja pada sektor
swasta. Hal ini berdampak positif bagi pertambahan pendapatan, tetapi di sisi lain
berdampak negatif terhadap pola asuh anak. Peran ibu dalam keluarga sangat
keluarga sesuai dengan gizi yang seimbang serta memastikan terpenuhinya status
b. Pendapatan Keluarga
uang yang diperoleh seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu.
seluruh anggota keluarga yang bergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga
dan anggota keluarga lainnya. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin besar
peluang untuk memilih pangan yang baik sebab dengan meningkatya pendapatan
Disatu sisi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pembelian pangan tidak
jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk
membiayai keperluan rumah tangga selama satu bulan. Pendapatan keluarga yang
18
anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-
Pengeluaran untuk konsumsi makanan dan bukan makanan berkaitan erat dengan
yang lebih murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang
yang tinggi belum menjamin tercapainya gizi yang baik dan meningkatkan
konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tingginya pendapatan
dalam suatu keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun
sementara tidak ada. Orang yang tinggal disuatu keluarga kurang dari 6 bulan
Anggota keluarga yang telah berpergian selama 6 bulan atau lebih, dan anggota
keluarga yang berpergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah atau akan
19
meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih tidak dianggap anggota keluarga. (BPS,
2004).
(2003) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan
yang tidak merata. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin hanya
cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. keadaan
yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada
keluarga tersebut.
a. Kondisi Rumah
Rumah yang sehat memiliki syarat yaitu jenis lantai rumah tidak
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai
rumah dari tanah agar tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air
kemudian dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau semen merupakan
lantai yang baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah tanah biasa
(Notoatmodjo, 2003).
20
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Jadi Sampah adalah limbah
yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Semua mahluk
adalah untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan memasak
air harus mempunyai syarat khusus agar air yang digunakan tidak
yaitu:
2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,
anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan
5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
Kualitas fisik air bersih Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak
1) Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya,
2) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
tersebut, jika hasil pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat
3) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah
tertentu pula. Adanya zat kimia yang kurang atau lebih di dalam air, akan
Air Limbah merupakan air buangan yang dihasilkan dari suatu proses
Air kotor merupakan air bekas yang dipakai dan sudah tidak
limbah cair menurut PP 82 tahun 2001 yaitu : 1). Air adalah semua air yang
terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan fosil. 2);
Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan
tanah, seperti, mata air, sungai, rawa, danau, waduk, dan muara. 3);
kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. 5);
Pencemaran air adalah masuknya zat, energi makhluk hidup serta komponen
tertentu kedalam air akibat kegiatan manusia dan menurunnya kualitas air
sesuai dengan peruntukannya. 6); Limbah cair merupakan sisa dari hasil
23
kegiatan yang berwujud cair. 7); Baku mutu limbah cair adalah, ukuran batas
cair yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu usaha atau
kegiatan.
daerah pedesaan jika memenuhi syarat yaitu : 1); tidak mengotori permukaan
sekitarnya. 3); tidak mengotori air tanah di sekitarnya. 3); tidak dapat
lainnya. 4); tidak menimbulkan bau. 5); mudah digunakan dan dipelihara. 6);
Kajian hasil penelitian yang relevan dalam penelitian disajikan pada Tabel
2.2.
C. Kerangka Pikir
masalah stunting. Stunting adalah terjadi akibat kekurangan gaji kronis yang dimulai
dari gizi ibu saat hamil. Pada masa kehamilan ibu, tubuh memerlukan vitamin dan
dipengaruhi berbagai faktor, sehingga menyebabkan bayi yang ada dalam kandungan
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia dua
dan berlanjut sampai anak berusia dua tahun. Pencegahan harus dilakukan dengan
ekonomi dan lingkungan. Faktor sosial meliputi pendidikan ayah, pendidikan ibu dan
pengetahuan ibu tentang gizi dan stunting. Pendidikan ayah dijadikan penentu karna
seorang kepala rumah tangga bertanggung jawab penuh atas pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari. Jika pendidikan tinggi maka peluang kerja tinggi dan mudah
stunting dilihat dari seorang yang berpendidikan tinggi akan sangat mudah dalam
berpendidikan rendah. Ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup terkait gizi dan
pemberian ASI ekslusif, pemberian makanan tambahan bagi balita serta jenis
makananan yang harus dimakan oleh balita sehingga sesuai dengan umur dan
pertumbuhannya.
keluarga yang tinggal dalam satu rumah mempengaruhi bagian konsumsi pangan tiap
anggota keluarga.
pembuangan sampah, sarana air bersih, saluran pembuangan air limbah, sarana
pembuangan kotoran. Dari ketiga faktor sosial ekonomi dan lingkungan, faktor-
faktor inilah yang mempengaruhi terjadinya kejadian stunting dan perlu adanya
Rekomendasi Kebijakan
Peningkatan kesehatan masyarakat yang ditandai dengan
turunnya angka stunting di Kabupaten Gorontalo
D. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh positif antara faktor sosial (pendidikan ayah, pendidikan ibu
dan pengetahuan ibu tentang gizi dan stunting) terhadap kejadian stunting pada
2. Terdapat pengaruh positif antara faktor ekonomi (pekerjaan ayah, pekerjaan ibu,
pendapatan dan jumlah anggota keluarga) terhadap kejadian stunting pada balita
3. Terdapat pengaruh positif antara faktor lingkungan (kondisi rumah sehat, sarana
air bersih, sarana pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah dan
sarana pembuangan kotoran) terhadap kejadian stunting pada balita 24-49 bulan