A. Definisi
Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Ambang Batas
Indeks Kategori Status Gizi
(z-score)
Gizi Buruk < -3 SD
Berat Badan menurut
Gizi Kurang -3 SD s/d < -2 SD
Umur (BB/U) Gizi Baik -2 SD s/d 2 SD
Anak Umur 0 – 60 Bulan Gizi Lebih > 2 SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3 SD
Pendek - 3 SD s/d < -2 SD
Umur (PB/U) atau
Normal -2 SD s/d 2 SD
Tinggi Badan menurut
Tinggi > 2 SD
Umur (TB/U)
Anak Umur 0 – 60 Bulan
Sangat Kurus < -3 SD
Berat Badan menurut Kurus - 3 SD s/d < -2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Panjang Badan (BB/PB)
atau
Gemuk > 2 SD
Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB)
Anak Umur 0 – 60 Bulan
Sangat Kurus < -3 SD
Indeks Massa Tubuh Kurus - 3 SD s/d < -2 SD
menurut Umur (IMT/U) Normal -2 SD s/d 2 SD
Anak Umur 0 – 60 Bulan Gemuk > 2 SD
Berdasarkan gejalanya, KEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu KEP ringan
dan KEP berat. Kejadian KEP ringan lebih banyak terjadi di masyarakat, KEP
ringan sering terjadi pada anak-anak pada masa pertumbuhan. Gejala klinis
yang muncul diantaranya adalah pertumbuhan linier terganggu atau terhenti,
kenaikan berat badan berkurang atau terhenti, ukuran lingkar lengan atas
(LILA) menurun, dan maturasi tulang terhambat. Nilai z-skor indeks berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) juga menunjukkan nilai yang normal
atau menurun, tebal lipatan kulit normal atau berkurang, dan biasanya disertai
anemia ringan. Selain itu, aktivitas dan konsentrasi berkurang serta kadang
disertai dengan kelainan kulit dan rambut (Par’i, 2016).
Keadaan patologi dapat menujukkan perubahan nyata pada komposisi
tubuh seperti akan muncul edema karena penderita memiliki lebih banyak
cairan ekstraselular. Konsentrasi kalium tubuh menurun sehingga
menimbulkan gangguan metabolik tubuh. Kelainan yang ditunjukkan pada
organ tubuh penderita KEP diantaranya permukaan organ pencernaan menjadi
atrofis sehingga pencernaan makanan menjadi terganggu dan dapat timbul
gangguan absorbsi makanan dan sering mengalami diare. Pada jaringan hati
terdapat timbunan lemak sehingga hati terlihat membesar. Pankreas tampak
mengecil, akibatnya produksi enzim pankreas mengalami gangguan. Pada
ginjal terjadi atrofis sehingga terjadi perubahan fungsi ginjal seperti
berkurangnya filtrasi. Pada sistem endokrin, biasanya sekresi insulin rendah,
tidak ada jaringan lemak di bawah kulit, (h) Sering diare, (i) Rambut tipis dan
mudah rontok. (Budiyanto, 2002).
Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari
kekurangan energi dan juga protein. Berat badan anak sampai di bawah -3 SD
sehingga telihat kurus, tetapi ada gejala edema, kelainan rambut, kulit
mengering dan kusam, otot menjadi lemah, menurunnya kadar protein
(albumin) dalam darah (Par’i, 2016).
B. Epidemiologi
Pada tahun 2013, terdapat 51 juta balita di dunia menderita gizi kurang dan
17 juta gizi buruk. Secara global, prevalensi gizi kurang pada tahun 2013
diperkirakan hampir 8% dan hampir sepertiga dari itu adalah gizi buruk, sebesar
3%.3 Di Indonesia, jumlah balita gizi kurang dan buruk menurut Riskesdas
(Riset Kesehatan Dasar) 2013 masih sebesar 4,5 juta.4
Penyebab tidak langsung dari KEP ada beberapa hal yang dominan,
antara lain pendapatan yang rendah sehingga daya beli terhadap makanan
terutama makanan berprotein rendah. Penyebab tidak langsung yang lain
adalah ekonomi negara, jika ekonomi negara mengalami krisis moneter akan
menyebabkan kenaikan harga barang, termasuk bahan makanan sumber energi
dan protein seperti beras, ayam, daging, dan telur. Penyebab lain yang
berpengaruh terhadap defisiensi konsumsi makanan berenergi dan berprotein
adalah rendahnya pendidikan umum dan pendidikan gizi sehingga kurang
adanya pemahaman peranan zat gizi bagi manusia. Atau mungkin dengan
adanya produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan, jumlah anak yang
terlalu banyak, kondisi higiene yang kurang baik, sistem perdagangan dan
distribusi yang tidak lancar serta tidak merata (Adriani dan Wijatmadi, 2012).
• Marasmus