DEFINISI
Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk
mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat aktivitas, pembicaraan, fungsi
vegetatif, dan kemampuan kognitif. Gejala-gejala depresi yang muncul sering sekali
menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.10
Mekanisme terjadinya yaitu, depresi berkaitan dengan kadar nurotransmitter terutama
norepinefrin dan serotonin di dalam otak. Kadar norepinefrin dan serotonin yang rendah dapat
menyebabkan depresi (Prayitno, 2008). Reseptor serotonin atau 5-Hydroxytriptamine (5-HT) merupakan
senyawa neurotransmitter monoamine yang terlibat pada penyakit depresi. Serotonin di otak disekresikan
oleh raphe nuclei di batang otak. Serotonin disintesis oleh perkusornya yaitu triptofan dengan dibantu
enzim triptofan hidroksilase dan asam amino aromatic dekarboksilase, serotonin yang terbentuk
kemudian disimpan di dalam monoamine vesikuler, selanjutnya jika ada picuan serotonin akan terlepas
menuju celah sinaptik. Serotonin yang terlepas akan mengalami berdifusi menjauh dari sinaptik,
dimetabolisir oleh MAO, mengaktivasi reseptor presinaptik, mengaktivasi reseptor post-sinaptik dan
mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin presinaptik ( Ikawati, 2008).
EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi dapat terjadi pada seluruh kalangan usia, biasanya dimulai sejak usia
20 sampai 50 tahun. Onset di bawah 20 tahun dapat disebabkan karena penyalahgunaan zat.
Terdapat perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan pada depresi seumur hidup, yaitu
7-12% pada laki-laki dan 20-25% pada perempuan. Hal yang paling memungkinkan
menyebabkan perbedaan ini adalah faktor biologis dan psikologis.8,11 Prevalensi terjadinya
depresi seumur hidup adalah 17,1%, dan untuk depresi berat adalah 16,6%. Dari persentase ini
diketahui perempuan dua kali berisiko terkena depresi dibandingkan laki-laki. 12 Penelitian yang
dilakukan tanpa melihat pengaruh tempat dan budaya menunjukkan hasil yang sama, yaitu
perempuan berisiko dua kali lebih besar menderita depresi.13 Depresi berat biasanya lebih sering
terjadi pada seseorang yang belum memiliki kedekatan hubungan antarpersonal atau seseorang
yang mengalami kehilangan.
Sepertiga pasien depresi hanya mengalami depresi ringan, tetapi prevalensi kasus depresi
sedang dan berat cukup tinggi, yaitu 14% dari total penduduk. Persentase-persentase di atas dapat
1
menjadi bukti
bahwa depresi merupakan gangguan jiwa kedua yang paling sering terjadi di masyarakat.
Bahkan 14% dari pasien di rumah sakit yang dirawat karena berbagai macam masalah
kesehatan juga menderita gangguan depresi.12
ETIOLOGI
Depresi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain,
yaitu :
a. Faktor Organobiologik
Pengaruh genetik terhadap depresi melalui mekanisme kompleks karena sangat dipengaruhi
oleh faktor psikososial dan faktor lain sebagai kausanya. Kemungkinan menderita depresi
akan menurun jika derajat hubungan keluarga melebar. Sebagai contoh, sepupu lebih kecil
kemungkinannya untuk menderita depresi dibandingkan dengan saudara kandung.8
c. Faktor Psikososial
Faktor psikososial dapat dikatakan sebagai penyebab awal gangguan depresi. Depresi dan
gangguan mood biasanya disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres. Stres
dapat menyebabkan perubahan biologi otak yang dapat bertahan lama. Kondisi ini dapat
mengakibatkan perubahan keadaan fungsional beberapa neurotransmitter, hilangnya neuro
Dan penurunan kontak sinaptik secara signifikan yang nantinya dapat menyebabkan pasien
mengalami depresi tanpa adanya stresor eksternal di waktu yang akan datang. 8 Hubungan
yang efektif antara seorang individu dengan lingkungannya akan mengurangi risiko
kekambuhan depresi.13
2
d. Faktor Kepribadian
Semua pola kepribadian memiliki risiko untuk terkena depresi, namun kepribadian
obsesi kompulsi, histrionik, dan ambang lebih berisiko terkena depresi diabandingkan
dengan kepribadian paranoid dan antisosial. Sedangkan gangguan kepribadian yang paling
berisiko terkena depresi berat adalah distimik dan siklotimik.8
e. Faktor Psikodinamik
Depresi dapat terjadi jika seseorang merasa bahwa dirinya tidak mampu menggapai cita-
citanya yang tinggi. Timbulnya depresi juga dapat dijelaskan dengan teori self-psychology,
diamana seseorang pada masa kanak-kanak membutuhkan pemberian rasa aman dan
kepercayaan diri dari orang tuanya, dan jika hal ini tidak terpenuhi akan menyebabkan
timbulnya depresi pada masa dewasa. Biasanya hal ini terjadi jika seseorang kehilangan
orang tua sebelum usia 11 tahun.
GAMBARAN KLINIS
Mood depresi, hilangnya minat, dan menurunnya energi merupakan gejala utama pada
pasien depresi. Trias kognitif pada pasien depresi yang dijelaskan oleh Aaron Beck mencakup
persepsi negatif pada diri sendiri, menganggap dunia dan lingkungan sekitar memusuhi dirinya,
dan bayangan tentang penderitaan di masa depan. Persepsi dan perasaan ini dapat menyebabkan
timbulnya ide-ide untuk melakukan bunuh diri. Dua pertiga pasien depresi diketahui memiliki
ide untuk melakukan bunuh diri dan 10-15% dari mereka benar-benar melakukan bunuh diri.8
Dari semua gejala yang mungkin terjadi, kecemasan merupakan gejala yang paling sering
menyerang pasien depresi. Tidak kurang dari 90% pasien depresi mengalami kecemasan.
Beberapa pasien depresi tidak dapat menyadari bahwa mereka mengalami depresi, hal ini
disebabkan karena mereka tidak mengalami gangguan mood. Gejala yang timbul pada pasien
jenis ini biasanya berupa penarikan diri dari lingkungan dan penurunan energi. Penurunan
energi merupakan masalah yang umum ditemui pada depresi. Hampi seluruh pasien depresi
mengeluhkan adanya penurunan energi.8
Masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien depresi dapat membuat mereka mengalami
3
gangguan pada tidur. Gangguan tidur dapat ditemui pada 80% pasien depresi. Selain gangguan
tidur, pasien depresi juga sering mengalami gangguan nafsu makan. Gangguan ini dapat
berupa peningkatan maupun penurunan nafsu makan. Kombinasi dari gangguan tidur dan
gangguan makan dapat berisiko menyebabkan penyakit lain seperti diabetes, hipertensi,
gangguan haid, dan lain-lain.8
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik
dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang
lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut
Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV –
Text Revision (DSM IV - TR) (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi
dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka
waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya.
Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut :
Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau
aktivitas yang sebelumnya disukai.
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare,
sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitive
7. Kehilangan rasa percaya diri
4
Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
DIAGNOSIS
Gambaran klinis depresi dapat dikategorikan menjadi gejala utama, gejala lainnya, dan gejala
somatik. Berikut merupakan penjabaran gambaran klinis depresi berdasarkan Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. 14
a. Gejala utama
- Afek depresif.
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas.
b. Gejala lainnya
b. Gejala somatik
1. Kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang biasanya dapat dinikmati.
2. Tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa
yang biasanya menyenangkan.
3. Bangun pagi leboh awal 2 jam atau lebih daripada biasanya.
5
4. Depresi yang lebih parah pada pagi hari.
7. Penurunan berat badan (5% atau lebih dari berat badan bulan sebelumnya)
8. Kehilangan libido secara mencolok.
Gejala - gejala depresi bermanfaat pada penegakan diagnosis. Berikut adalah tata
cara penegakan diagnosis berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III.14
- Dikategorikan sebagai episode depresi ringan dengan gejala somatik jika terdapat
empat atau lebih gejala somatik.
6
c. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik. (F32.2)
KLASIFIKASI
Gangguan depresi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Major Depressive Disorder (MDD)
7
MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmati
aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini :
a. Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit
untuk tertidur, sering terbangun)
b. Kekakuan motorik
c. Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastisatau sebaliknya makan
berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
d. Kehilangan energy, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik
melakukan apapun
8
TATA LAKSANA
Pasien depresi biasanya datang dengan keluhan lain atau setelah menjalani skrining
depresi. Penanganan dilakukan untuk mencegah terjadinya penelantaran diri dan risiko
bunuh diri. Rujukan psikiatri perlu dilakukan jika telah terjadi depresi berat ataupun
risiko bunuh diri. Meskipun efek terapinya sering gagal akibat kurangnya kepatuhan,
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) masih menjadi terapi yang paling sering
diresepkan. Jika depresi telah disertai gejala psikosis, electroconvulsive therapy (ECT)
bisa menjadi terapi yang efektif. Pada kondisi nonpsikotik, terutama depresi ringan,
cognitive behavioural therapy (CBT) disarankan sebagai pilihan utama. Terapi CBT
juga dapat dijadikan sebagai terapi profilaksis. 15 Latihan fisik yang dikombinasikan
dengan CBT dapat dengan efektif mengatasi depresi ringan dan sedang daripada terapi
konvensional.9
9
tujuannya untuk mencegah kekambuhan kembali.
1) Psikoterapi
b. Terapi Farmakologi
10
perasaan (mood) yaitu dengan meringankan atau menghilangkan gejala
keadaan murung yang disebabkan oleh keadaan sosial – ekonomi, penyakit
atau obat – obatan ( Tjay & Rahardja, 2007 ).
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi
serius yang dikarenakan depresi berat. Kadar NT (nontransmiter) terutama NE
(norepinefrin) dan serotonin dalam otak sangat berpengaruh terhadap depresi
dan gangguan SSP. Rendahnya kadar NE dan serotonin di dalam otak inilah
yang menyebabkan gangguan depresi, dan apabila kadarnya terlalu tinggi
menyebabkan mania. Oleh karena itu antideresan adalah obat yang mampu
meningkatkan kadar NE dan serotonin di dalam otak ( Prayitno,2008 ).
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) merupakan obat terbaru
dengan batas keamanan yang lebar dan memiliki spektrum efek samping obat
yang berbeda – beda. SSRI diduga dapat meningkatkan serotonin ekstraseluler
yang semula mengaktifkan autoreseptor, aktivitas penghambat pelepasan
serotonin dan menurunkan serotonin ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Untuk
saat ini SSRI secara umum dapat diterima sebagai obat lini pertama (Neal,
2006).
11
Obat antidepresan yang termasuk dalam golongan SSRI seperti
Citalopram, Escitalopram, Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, dan
Sertraline (Teter et al.,2007). Fluoxetine merupakan antidepresan golongan
SSRI yang memiliki waktu paro yang lebih panjang dibandingkan dengan
anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga fluoxetine dapat digunakan
satu kali sehari (Mann, 2005). Efek samping yang ditimbulkan Antidepresan
SSRI yaitu gejala gastrointestinal ( mual, muntah, dan diare), disfungsi
sexsual pada pria dan wanita, pusing, dan gangguan tidur. Efek samping ini
hanya bersifat sementara (Teter et al., 2007).
12
SNRI memiliki aksi ganda dan efikasi yang lebih baik dibandingkan dengan
SSRI dan TCA dalam mengatasi remisi pada depresi parah ( Sthal, 2002).
Obat yang termasuk golongan SNRI yaitu Venlafaxine dan
Duloxetine. Efek samping yang biasa muncul pada obat Venlafaxine yaitu
mual, disfungsi sexual. Efek samping yang muncul dari Duloxetine yaitu
mual, mulut kering, konstipasi, dan insomnia (Teter et al., 2007).
4) Antidepresan Aminoketon
5) Antidepresan Triazolopiridin
13
6) Antidepresan Tetrasiklik
14
postural hipotensi ( efek samping tersebut lebih sering muncul pada
pengguna phenelzine dan Tranylcypromine ), penambahan berat badan,
gangguan sexual (penurunan libido, anorgasmia) ( Teter et al., 2007).
c. Terapi Tambahan
1) Mood Stabilizer
2) Antipsikotik
15
Tabel 1. Antidepresan Yang Tersedia Saat Ini dan digunakan Untuk Terapi ( Teter et al.,2007 ).
16