Anda di halaman 1dari 61

KEP / PEM

(Kurang Energi Protein)/


(Protein Energy
Malnutrition)

M.K. Dasar Ilmu Gizi


Dept. Gizi Kesmas,
FKM UI, 2019

30/11/23 1
Pengantar

• KEP dominan terjadi pada usia anak-anak


tp juga bisa terjadi pd usia dewasa.
• Diet yg inadekuat/kurang mengonsumsi
makanan bergizi  gagal tumbuh  gizi
kurang

30/11/23 2
• Ciri-ciri KEP/PEM
– Gagal tumbuh
– Underweight/kurang gizi
– Stunted (pendek)
– Kurus
– Sangat kurus (severely wasted) pd
marasmus
– Odema pd kwashiorkor
Berbagai tahap KEP (PEM)
undernutrition
(intake inadekuat)

Mild PEM gagal tumbuh

underweight (BB/U <-2nd Z-Score)

Severe PEM marasmus kwashiorkor


BB/U <-3 Zscore (< or > 3rd)
Indikator Pertumbuhan Menurut Z-score
Z-score PB/U atau BB/U BB/PB atau IMT/U
TB/U BB/TB
>3 Sangat gemuk Sangat gemuk
(obes) (obes)

>2 Gemuk Gemuk


(overweight) (overweight)

>1 Risiko gemuk Risiko gemuk


0 (median)
< -1
< -2 Pendek BB Kurang Kurus Kurus
(stunted) (underweight) (wasted) (wasted)

< -3 Sangat Pendek BB sangat Sangat kurus Sangat kurus


(severe stunted) kurang (severe wasted) (severe wasted)
(severe
underweight)

Catatan: Indikator pertumbuhan menurut : Z-score


KMS balita di Indonesia berdasar Z-score (WHO, 2007).
Catatan: BB/U
• Z-score < - 2SD tanpa gejala klinis
– PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
• Z-score < - 2SD disertai gejala klinis yg nyata
– Rujuk ke layanan kesehatan utk perwatan
• Z-score < - 3SD tanpa gejala klinis
– Rujuk ke layanan kesehatan utk perawatan

30/11/23 6
Grafik anak laki-laki 0-24 bln Grafik anak perempuan 0-24bln
Grafik anak laki-laki 24-59 bln Grafik anak perempuan 24-59 bln
1/9

Contoh pengisian bulan lahir dan bulan penimbangan anak


1/14
Contoh catatan pemberian imunisasi bayi, catatan
pemberian kapsul vitamin A, dan kolom pemberian
ASI eksklusif
SCRENING AWAL MENGGUNAKAN

KMS

30/11/23 16
30/11/23 17
30/11/23 18
30/11/23 19
Penderita KEP
Umumnya berasal dari:
• Keluarga miskin
– Daya beli rendah
• Aksesibilitas thd pangan rendah
– Keragaman bahan pangan rendah
• Ketersediaan pangan tgkt rumah tangga rendah
• Intake inadekuat
• Rendah sanitasi dan higiene individu
– Kepadatan penghuni rumah tinggi
– Akses thd air bersih rendah
– MCK, sarana pembuangan sampah tdk memadai

30/11/23 20
Akibat KEP
• Tidak tumbuh & berkembang dgn baik sesuai dg
pola pertumbuhan normal
• Kurang energi utk melakukan aktivitas
– tubuh cenderung lemah
– apatis
• Menurunnya kekebalan tubuh melawan penyakit
infeksi
• Jika KEP terjadi dalam jangka waktu yg
lama/kronis atau terjadi secara
berulang-ulang/rekuren
– Tubuh pendek (stunted)
Infeksi dan KEP
• Mengurangi nafsu makan
– Membuat susah makan  asupan inadekuat
• Mengurangi penyerapan zat gizi di usus
– Terutama pada infeksi yg menyerang saluran pencernaan (diare,
thypus)
• Meningkatkan kebutuhan akan nutrient
– Akibat peningkatan metabolisme
• u/ kebutuhan mempertahankan fisiologis normal  pertumbuhan
• u/ kebutuhan meningkatkan sistem imun
• u/ kebutuhan penggantian sel/jaringan yg rusak

• Memecahkan cadangan lemak dan otot


• Terjadinya kehilangan berbagai zat gizi yg berperan dlm
kekebalan tubuh mel katabolisme
– N (nitrogen), Vit A, Vit C, Besi, dll melalui urine
KEP & Infeksi
• Kuman lebih mudah menginfeksi tubuh
– Sel2 mukosa pd rongga tubuh tdk berfungsi normal
• Kuman lebih mudah berkembang biak di dlm
tubuh
– Sel2 pertahanan tubuh tidak berfungsi normal
• Infeksi mudah berkembang menjadi lebih
parah
• Proses penyembuhan menjadi lebih lama
• Lebih berisiko mengalami kematian

30/11/23 23
30/11/23 24
30/11/23 25
KEP pada berbagai tahapan usia
1. Bayi Berat Lahir Rendah karena :
– IUGR (Hambatan pertumbuhan dalam rahim)
– Ibu hamil kurang gizi
– Usia terlalu muda/kehamilan remaja
– Ibu sakit malaria
• menganggu transpor zat gizi melalui plasenta
– Penyakit kongenital (bawaan) spt: down syndrome
– Penyebab lainnya
• Konsumsi alkohol, rokok, kerja terlalu berat

2. Bayi usia 6 – 12 bln


– MP-ASI tidak cukup jumlahnya
– MP-ASI tidak bergizi seimbang
– MP-ASI terlambat
– MP-ASI terlalu dini
3. Anak balita
– tidak cukup makan bergizi
– lebih aktif dan butuh energi tinggi
– mudah terpapar penyakit infeksi

4. Remaja putri
- Rendahnya konsumsi makanan bergizi
- Terlalu banyak melakukan kegiatan fisik/berat

5. Wanita hamil
- Kurangnya intake makanan ekstra selama kehamilan

6. Wanita menyusui
- Usia terlalu muda/remaja
– tidak cukup konsumsi makanan ekstra
Wasted (BB/PB atau BB/TB)
• Terlihat kurus
– karenatidak memiliki simpanan lemak yg memadai
• Menjadi anemia (kurang Fe)
– Cadangan Fe sub-optimal
• Hipoglikemia
• Beresiko terhadap penyakit infeksi
• Tubuh lebih dingin

Umur 1 thn 1 bln


70.3 cm, 7.5 kg
Stunted (PB/U atau TB/U)
• Terlihat pendek, tapi tidak kurus
• Tidak dapat mengejar
ketertinggalan pertumbuhan TB
• Akibat riwayat kurang gizi kronis
atau kurang gizi berulang pada
masa lampau.
• Performa fisik maupun kognitif
cenderung di bawah anak normal

1 tahun
67.8 cm, 7.6 kg
Severe PEM (KEP berat)
1. Marasmus
2. Kwashiorkor
3. Marasmus kwashiorkor
Marasmus
• Karena rendahnya intake energi dan zat gizi
• Biasanya terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan, atau usia lain saat terjadi krisis
pangan (kelaparan)

• Tanda-tanda
– BB/U  -3SD
– Sangat kurus, tangan dan kaki sangat kecil (LILA
10-11 cm)
– Wajah tampak tua (selalu terlihat cemas dan
muram)
– Perut buncit
– Sangat peka/sensitif/cengeng
– Terlihat sangat lapar/rakus jika diberi makan
Kwashiorkor
• Rendahnya intake protein
• Ketidakseimbangan produksi dan perpindahan
radikal bebas
– Radikal bebas yang sangat reaktif, diproduksi
selama infeksi (campak) dapat merusak jaringan
tubuh
• Kerusakan jaringan akan mengakibatkan
oedema, pembesaran hati, rambut & wajah
pucat, menderita diare
• Lebih complicated
• Umum terjadi usia 1-3 tahun
Kwashiorkor
• Tanda-tanda
– Oedema pada lengan, tangan & wajah
– Wajah bulat seperti bulan (moon face)
– BB/U < atau > -3rd SD
– perut buncit
– Apatis dan cengeng
– Hilang selera/nafsu makan
– Kulit berwarna pucat, mengelupas/mengeriput
– Rambut tipis, mudah rontok, berwarna merah
– Pembengkakan hati karena pengaruh radikal bebas
Marasmus Kwashiorkor

• Tanda
– Tubuh sangat kurus (BB/U < -3 rd Z-score)
– Oedema di lengan/wajah/kaki
– Memiliki salah satu atau beberapa tanda
marasmus/kwashiorkor
• moon face, rambut tipis/jarang, kulit
mengelupas/keriput, cengeng
30/11/23 38
TFC (Terapetic Feeding Center)
=Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
Tempat perawatan & pengobatan anak gizi
buruk secara intensif di suatu
tempat/ruangan khusus & ibu/keluarga
ikut aktif terlibat dalam perawatan gizi
buruk dengan waktu sekitar 2-3 bulan
30/11/23 40
Penyebab Masalah Gizi
(Kerangka Konsep UNICEF)
30/11/23 42
30/11/23 43
Prevalensi Underweight di Indonesia

30/11/23 44
Prevalensi Stunted di Indonesia

30/11/23 45
Fenomena Gunung Es pd masalah gizi

30/11/23 46
30/11/23 47
30/11/23 48
TANTANGAN

30/11/23 49
1. Masih rendahnya status gizi balita
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial-
budaya masyarakat seperti:
(i) kesulitan dalam mendapatkan makanan yang
berkualitas, terutama disebabkan oleh kemiskinan;
(ii) perawatan dan pengasuhan anak yang tidak sesuai
karena rendahnya pendidikan ibu; dan
(iii) terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan,
sanitasi dan air bersih
2. Masih terbatasnya akses yang memadai bagi
masyarakat miskin dan berpendidikan rendah dalam
memperoleh pangan yang bergizi dan aman

Prevalensi
Anak Balita
Kekurangan
Gizi dan
Kegemukan
Berdasarka
n
Karakteristi
k Sosial
Ekonomi,
Tahun 2007

Sumber: Riskesdas 2007


3. Belum seimbangnya pola konsumsi pangan masyarakat
Indonesia

Kontribusi Energi per Kelompok Pangan dalam Pola


Makan Rata-Rata (Kalori/Kapita/Hari), Tahun 2004-2008
Sumber: BPS, Susenas , 2004-2008
*tidak termasuk beralkohol
4. Masih rendahnya kualitas konsumsi pangan sebagaimana
yang diukur oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH).

Kecenderungan
Skor PPH di
Perdesaan dan
Perkotaan,
Tahun 2002-
2007

Sumber: BPS, Susenas, berbagai tahun.


DEFINISI PPH
Pola pangan harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau

kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baikse


cara absolute maupun relative terhadap total energi baik
dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, mampu
mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, cita rasa ( Depkes RI, 2005)

Kriteria Skor PPH sebagai berikut:


Skor PPH < 78 : Segitiga Perunggu
Skor PPH 78- 88 : Segitiga Perak
Skor PPH > 88 : Segitiga Emas.
Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan
bergiziseimbang. Jika skor konsumsi pangan mencapai 100, maka
wilayah tersebutdikatakan tahan pangan.
30/11/23 54
5. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif.
– Pada tahun 2007 terdapat hanya sekitar 32 % bayi
di bawah usia enam bulan yang menerima ASI
eksklusif, dan hanya 41 % bayi di bawah usia empat
bulan yang menerima ASI eksklusif
6. Masih rendahnya peranan masyarakat dalam
menanggulangi kekurangan gizi.
– Masih belum optimalnya peran posyandu sebagai
salahsatu bentuk peranan masyarakat dalam
penanggulangan gizi
7. Lemahnya kelembagaan yang bertanggung-jawab
dalam upaya perbaikan pangan dan gizi
– Tidak adanya lembaga yang mampu
mengkordinasikan dan menyelaraskan kebijakan gizi
di berbagai daerah dan tingkat administrasi.
– Lembaga ketahanan pangan nasional belum
berfungsi secara efektif dalam mengatasi masalah
kelaparan dan penanggulangan gizi.
UPAYA PROMOTIF DAN
PREVENTIF KEP
30/11/23 57
1. Revitalisasi posyandu krn
-Growth monitoring/penimbangan di
posyandu
-melihat pola pertumbuhan apakah baik
(sesuai kurva pertumbuhan)
-deteksi dini gangguan pertumbuhan
-pendidikan gizi
2.Pemberian MP ASI bagi balita gakin
3.Pemberian suplementasi gizi spt vit A
2.Pemberian MP ASI bagi balita gakin
3.Program kadarzi keluarga yang berperilaku gizi
seimbang, mampu mengenali & mengatasi
masalah gizi keluarga
Contoh perilaku Kadarzi:
-memantau BB secara teratur,
-makan beraneka ragam, hanya mengkonsumsi
garam beryodium,
-memberikan hanya ASI saja pada bayi hingga 6
bulan, mendapatkan/memberikan suplementasi
gizi bagi keluarga yg membutuhkan
Masalah gizi yg sudah nyata terjadi
dan cenderung meningkat

3.5 bulan
63 cm, 10 kg
TERIMA KASIH

30/11/23 61

Anda mungkin juga menyukai