Anda di halaman 1dari 20

Oleh : ANIL FAUZIAH,A.Md.

Keb
1
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh
akibat dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak menjadi terlalu pendek
untuk usianya.

Secara fisik anak stunting memiliki


tinggi badan dibawah standar
pertumbuhan anak normal seusianya
(WHO)*
1.Underweight
BENTUK KEKURANGAN GIZI (BB/U)
2. Berat Badan
Lebih
3. Wasting (BB/TB)
4. Overwieght
5. Obesitas
Kronis Akut 6. Stunting = TB/U

Terjadi dalam waktu yang lama Terjadi dalam waktu yang singkat

PENDEK KURUS (GIZI KURANG) &


SANGAT KURUS (GIZI BURUK)
Dicirikan oleh:
Hambatan pertumbuhan Tinggi Badan
Dicirikan oleh:
menurut Umur
Turunnya Berat Badan menurut
Tinggi Badan atau LILA

TB/U  Indikator Gizi Kurang Kronis


BB/TB atau LILA  Indikator Gizi
Kurang akut
Survei Status Gizi Indonesia 2022 menyatakan bahwa sebanyak
21,6% balita mengalami stunting.

Faktor penyebabnya yaitu kondisi kesehatan ibu, kondisi


kelahiran anak, asupan gizi melalui ASI dan makanan
pendamping, ekonomi keluarga, akses ke pelayanan kesehatan,
sanitasi, akses air bersih, serta level pendidikan ibu.
Masalah Gizi menurut siklus kehidupan
 Risiko
Pendek
Ibu Bayi lahir
Hamil
 Anemia, kurang
gizi mikro • BBLR
lainnya
 KEK

Kurus
 Pendek
 Anemia
 Pendek  KVA BALITA
Remaja dan  Anemia
WUS

 Pertumbuhan lambat, Pendek


 Anemia,

Anak Usia
sekolah
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia,
juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini
dikarenakan anak
stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya,
yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di
sekolah,
produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu
Perbaikan terhadap pola makan,pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan
akses air bersih
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan
kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat
dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan
sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting adalah
dengan meningkatkan pemenuhan asupan gizi mulai dari remaja perempuan,
ibu hamil, dan asupan gizi anak setelah kelahiran, dengan mengonsumsi
protein hewani. Pada ibu hamil, konsumsi protein hewani dapat mencegah
stunting pada janin yang dikandungnya, menurunkan morbiditas maternal
dan perinatal, mencegah terjadinya pertumbuhan janin terhambat
Sedangkan pada anak, protein hewani penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan karena mengandung asam amino, mineral, dan vitamin yang
lengkap.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian
makan bagi bayi dan Balita. Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai
cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan
stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan. Bersalin di fasilitas
kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu
(ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2
tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan
membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak
anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan
keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau
Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih
Rendahnya akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu,
perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
Untuk mencegah stunting, dapat menerapkan Langkah
ABCDE, yaitu:
(A) Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)
Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali, sedangkan
konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet
selama kehamilan) 
(B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter
menggunakan USG.
(C) Cukupi konsumsi protein hewani
Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan
(D) Datang ke Posyandu setiap bulan
Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan
perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan.
(E) Eksklusif ASI 6 bulan
ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun
CEGAH STUNTING

1. Peningkatan Konsumsi Gizi Seimbang pada


1000 HPK;
2. Peningkatan Pola Asuh dan Pengetahuan Ibu
Balita.
3. Kesehatan Lingkungan dan PHBS
ditingkatkan;
Lihatlah burung hinggap atas genting
Burung hilang punya pak Bambang
Mari cegah risiko terjadi stunting
Dengan penuhi asupan gizi seimbang
TERIMAKASIH….

Anda mungkin juga menyukai