Anda di halaman 1dari 119

PENANGGULANGAN STUNTING

DARI HULU SAMPAI HILIR


DENGAN INOVASI DI SETIAP TAHAP KEHIDUPAN
& Penurunan AKI AKB

Disampaikan Oleh:
Dr. Wisnu Murti Yani, M.Sc.
KEPALA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN
Gambaran umum Kabupaten Sleman
 Luas Wilayah: 547.82 Km2
 Wilayah selatan dataran rendah,utara
tanah kering ladang,pekarangan sampai
batas paling utara Gunung Merapi
 17 kecamatan, 86 desa dan 1212 dusun,
RW 2.890 dan 6.961 RT
 Tingkat kepadatan penduduk 1.986
jiwa/km2
 Jumlah penduduk: 1.055.368 jiwa
 Perempuan 528.702 jw, Laki2 514.413 jw
 Jml IBU HAMIL 15.092
 Jml BALITA 84.641
 Jml BAYI LAHIR 2018 = 13.879 kelahiran
PENGERTIAN PENDEK (STUNTING)
 Stunting adalah sebuah kondisi dimana
tinggi badan anak lebih pendek dibanding
tinggi badan anak seusia nya dg jenis
kelamin yg sama (Trihono dkk., 2015).
 Stunting merupakan gangguan
pertumbuhan linier yg disebabkan adanya
malnutrisi kronis asupan zat gizi atau
penyakit infeksi kronis maupun berulang
yg ditunjukkan dgn nilai z-score tinggi
badan menurut umur (TB/U) <-2 SD
(stunted) atau (TB/U) <-3 SD (severe
stunted) (Prendergast & Humphrey, 2014).

Sumber: Hardinsyah, 2017


KONSULTASI PAKAR

Konsul dg Pakar
Patologi Klinik utk
GETAR THALA

Konsul dg Pakar Gizi utk Konsul dg Pakar Gizi utk


GAMBANG STUNTING Prog. PECAH RANTING
• Stunting adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak balita akibat
dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya.

• Kekurangan gizi terjadi sejak


bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah anak lahir,
tetapi stunting baru nampak
setelah anak berusia 2 tahun.
Sumber: Rebekah Pinto, World Bank untuk Review
Pembelajaran Stakeholders STBM Nasional 10 -13 Feb
2017
Penyebab Stunting al:

1. Kurang Gizi kronis : Asupan Kurang, Pola Asuh Jelek, Kemiskinan

2. Anemia Ibu Hamil : melahirkan Bayi premature, BBLR/SR

3. Anemia Remaja : Meningkatkan Bumil Anemia

4. Penyakit Kronis (HIV, Sipilis, Hepatitis, dll): melahirkan BBLR

5. Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK): melahirkan BBLR


Tumbuh Normal & Tumbuh Terganggu
7
Pertumbuhan Normal
(Dipantau Pertumbuhannya)

Berakhir beda
Pertumbuhan terganggu
(Tidak dipantau pertumbuhannya)

Berawal sama

Abas B. Jahari: Surveilens Gizi – SKD-KLB Gizi Buruk - Pemantauan Pertumbunan Balita
Grafik Panjang Badan Per Umur
Grafik Tinggi Badan per Umur
4 dari 13 murid Sekolah Dasar yang berusia sama
memiliki Tinggi Badan di bawah garis normal (pendek)
Masa Emas dan Kritis
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (1000 HPK)
MASA “EMAS” DAN “KRITIS”
Kehamilan & Pertumbuhan Janin Pertumbuhan Bayi & Anak

Pertumbuhan otak
Untuk Mencapai Tinggi dan Berat
Membangun Membangun berat
badan optimal
tinggi badan badan potensial
potensial

Butuh gizi Dibutuhkan seluruh zat gizi (makro dan mikro)


secara seimbang, diperoleh dari menyusui
mikro & protein Butuh Kalori eksklusif sampai 6 bulan, diteruskan dengan
ASI dan MP-ASI

Konsepsi 20 mg LAHIR 2 TAHUN


Presiden Jokowi, sejak 2017 melalui Rakerkesnas telah meminta kita
semua untuk menanggulangi Stunting ini secara serius.
Sebagaimana Pidatonya:

GIZI INVESTASI BANGSA


Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi
buruk. Tidak ada anak yang sepantasnya
kekurangan gizi di negara berpendapatan
menengah seperti sekarang ini
-Joko Widodo-
Presiden RI
EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING
DI INDONESIA
MENURUT WHO TAHUN 2010

≥40%

14
LANDASAN KEBIJAKAN
Undang-Undang No. 17 tahun 2007
tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) tahun 2005—2025

Pendekatan multisektor dalam pembangunan pangan dan


gizi pada UU ini telah dinyatakan dengan jelas, bahwa
PEMBANGUNAN GIZI meliputi PRODUKSI, PENGOLAHAN,
DISTRIBUSI, hingga KONSUMSI PANGAN, dengan KANDUNGAN
GIZI yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya.
Permasalahan Gizi di Kab. Sleman Tahun 2018
 Masih adanya Ibu Hamil Anemia (8,90%)
 Prosentase Pemberian ASI Ekskluisf 0-6 bln (81,73%)
 Masih adanya Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) (8,4%)
 Masih adanya Balita Gizi Buruk (Berat Badan Sangat Kurang dibanding
Umurnya): 0,52%
 Masih adanya Balita Gizi Kurang (7,32%)
 Prevalensi bayi lahir pendek ( PBL < 48 cm) 9,85% - 11,57%
 Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BB < 2,5 kg) 4,65% - 5,31%
 Masih adanya Balita Pendek dan Sangat Pendek (stunted): 11,99%- 11,00%
 Partisipasi menimbang 80,6% (85%)
 Keberhasilan Pemantauan Status Gizi 62,51% (Taret 65%)
ARAH KEBIJAKAN PERBAIKAN GIZI
17
2015 - 2019
1 Penguatan peran Linsek
6
dalam rangka intervensi
Peningkatan surveilans
sensitif dan spesifik
gizi termasuk
pemantauan
5
pertumbuhan
Penguatan
PERBAIKAN GIZI pelaksanaan
dan pengawasan
Peningkatan promosi regulasi dan standar
perilaku masyarakat gizi
tentang kesehatan, gizi, 2
dll 4
Peningkatan peran
3
serta masyarakat
Peningkatan akses dan dalam perbaikan gizi
mutu paket yankes dan
gizi
PENYEBAB MASALAH GIZI SALING BERKAITAN ANTARA SATU
18 DAN LAINNYA
Rendahnya akses POLA ASUH
Rendahnaya akess
terhadap yang kurang baik
terhadap PELAYANAN
terutama pada
MAKANAN perilaku dan praktek
KESEHATAN termasuk
akses sanitasi dan air
dari segi jumlah pemberian makan
bersih
dan kualitas gizi bayi dan anak

AKAR MASALAH
Potitik, sosial dan budaya Kemiskinan Kurangnya pemberdayaan Degradasi Lingkungan
perempuan
KONTRIBUSI INTERVENSI PERBAIKAN GIZI
19

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF


▪ Upaya-upaya untuk mencegah dan ▪ Upaya-upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara langsung mengurangi gangguan secara tidak
▪ Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh langsung
sektor kesehatan ▪ Berbagai kegiatan pembangunan pada
▪ Kegiatannya antara lain spt imunisasi, PMT umumnya non-kesehatan
ibu hamil dan balita, monitoring ▪ Kegiatannya antara lain penyediaan air
pertumbuhan balita di Posyandu bersih, kegiatan penanggulangan
▪ Sasaran: khusus kelompok 1.000 HPK (Ibu kemiskinan, dan kesetaraan gender
Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 ▪ Sasaran: masyarakat umum, tidak khusus
bulan) untuk 1000 HPK
INTERVENSI GIZI SPESIFIK :
14 INTERVENSI GIZI BERDAMPAK BESAR MENGURANGI STUNTING
SEBESAR 20%, APABILA CAKUPANNYA MENCAPAI 90%

I.Intervensi dengan Sasaran Ibu Hamil


1.Memberikan Makanan Tambahan (PMT) pd ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis (PECAH RANTING)
2.Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat (GETAR THALA)
3.Mengatasi Kekurangan Yodium
4.Menanggulangi Kecacingan pd Ibu Hamil
5.Melindungi Ibu Hamil dari Malaria (Sleman sudah Bebas Malaria sjk 2010)
atau Penyakit Kronis Lainnya (PANDU TEMAN)
INTERVENSI GIZI SPESIFIK : 14 INTERVENSI GIZI BERDAMPAK BESAR MENGURANGI
STUNTING SEBESAR 20% APABILA CAKUPANNYA MENCAPAI 90%

II. Intervensi dgn Sasaran Ibu Menyusui &Anak Usia 0-6 Bulan
6.Mendorong inisiasi menyusui dini (Cakupan Sleman 99%)
7.Mendorong pemberian ASI EKSLUSIF (Cak. Sleman 86%)
INTERVENSI GIZI SPESIFIK
14 INTERVENSI GIZI BERDAMPAK BESAR MENGURANGI STUNTING
SEBESAR 20%, APABILA CAKUPANNYA MENCAPAI 90%

III. Intervensi dg Sasaran Ibu Menyusui & Anak Usia 7-23 bl


8.Mendorong pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI
9.Menyediakan obat cacing
10.Menyediakan suplementasi zink (PMT dan Taburia)
11.Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
12.Memberikan perlindungan terhadap malaria
13.Memberikan imunisasi lengkap (TILIK Bayi: Teliti Imunisasi Lengkap Indikator Kesehatan Bayi)
Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
STRATEGI PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA

1. Memantapkan regulasi dan mengawal pelaksanaannya (Perbup no. 38/


2015 Ttg Pemberian ASI dan IMD, Perbup ttg Program Inovasi untuk
Percepatan Penanggulangan Stunting)

2. Penguatan kelembagaan (Desa siaga/Pokjanal/Pokja Posyandu)

3. Mengoptimalkan kerjasama lintas program & lintas sektor

4. Menjalin kerjasama dengan berbagai sektor terkait dalam upaya


penanggulangan stunting (PKK, PAUD, Karang Tarauna, OPD Terkai, AIMI,
Kader, TOMA, Pemerintah desa maupun Kect, serta akademisi)
Lanjutan

5. Memantapkan kegiatan survailans gizi


6. Melakukan revitalisasi posyandu
7. Melakukan bimtek pemamtauan pertumbuhan (5 Kect Kantung
Stunting)
8. Sosialisasi pemberian makanan dengan pola gizi seimbang,
9. Memasyarakatkan gerakan masyarakat hidup sehat (Aktivitas fisik,
konsumsi buah dan sayur, cek kesehatan secara teratur).
10. Melakukan bimtek pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
11. Melakukan kajian anemia remaja
12. Melakukan bimtek tatalaksana gizi buruk
Lanjutan

13. Menggiatkan terbentuknya desa model pemberdayaan


14. Pemberian suplementasi gizi pada bumil, balita dan remaja (Tablet
Fe, Vit A)
15. Pemberian makanan tambahan pada bumil, balita (bok, Kemenkes,
APBD)
16. Menjalin kerjasama dengan PAUD untuk memantauan pertumbuhan
dan deteksi dini kelainan tumbuh kembang
17. Mengembangkan Theurapetic Feeding Center (TFC) dan Community
Feeding Center (CFC) dalam upaya penanggulangan gizi buruk
maupun stunting
Melakukan Intervensi Gizi Spesifik bagi Kabupaten dengan Masalah Gizi Akut
1. Ibu hamil
6. Lansia
 Suplementasi besi folat
 PMT ibu hamil KEK (PECAH RANTING) • Konseling gizi
2.Ibu Menyusui  Penanggulangan kecacingan • Pelayanan gizi Lansia

Kepada ibu menyusui  Suplemen kalsium


 Promosi ASI Eksklusif  PANDU TEMAN 5. Remaja & Usia
 Konseling Menyusui  Panduan Rujukan (PaRu Ibu & Bayi) produktif
• Kespro remaja
• Konseling: Gizi
3.Bayi & Balita • Suplementasi Fe (GETAR THALA)
 Pemantauan pertumbuhan (Gambang Stunting)
 Suplemen vitamin A
 Pemberian garam iodium
4. Usia sekolah
 PMT / MPASI • Penjaringan
 Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi (Taburia) • Bln Imunisasi Anak Sekolah
 Zink untuk manajemen diare
• Upaya Kes Sekolah
 Pemberian obat cacing
• PMT anak sekolah
• Promosi MJAS di sekolah
4. Melakukan Intervensi Gizi Sensitif bagi Kabupaten
dengan Masalah Gizi Kronik (menyumbang perbaikan 70%)
PU
BKP/PERTANIAN Air Bersih &
Sanitasi
Ketahanan Pangan
dan Gizi

PP DAN PA
BPJS Remaja Perempuan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
AGAMA

SOSIAL Pendidikan Gizi


Masyarakat
Penanggulangan
BKKBN
Kemiskinan DIKBUD

Keluarga
Berencana
RENCANA AKSI K/L INTERVENSI GIZI SENSITIF

14 KEMENDIKBUD
KEMENKEU
• PAUD dengan muatan pendidikan
• Dana Insentif Daerah
gizi dan kesehatan
• Pendidikan Kesehatan
Reproduksi dan gizi untuk anak KEMENTAN
sekolah dan Remaja •Ketahanan pangan
•Pemanfaatan Pekarangan Rumah
KEMEN PUPR Tangga
• Sarana air bersih dan sanitasi

KEMEN. PERINDUSTRIAN KEMENAG


• Pembinaan iodidasi industri garam •Pendidikan gizi dan kesehatan
rakyat kepada calon pengantin melalui
• Pengawasan fortifikasi garam KUA
beryodium •Pendidikan Kesehatan dan
gizi untukdi madrasah dan
KEMENSOS
pondok pesantren
• Bantuan Pangan Non-Tunai dengan
•Mendorong peran serta ulama
sumber protein (telur)
untuk pendidikan gizi dan
• PKH, pemanfaatan fasilitator untuk
kesehatan
pendidikan gizi dan pemantauan
kepatuhan layanan kesehatan
RENCANA AKSI K/L INTERVENSI GIZI SENSITIF

14

KEMENDAGRI BPOM
• Nomor Induk Kependudukan • Keamanan pangan
• Akta kelahiran • Monitoring pangan
• Fasilitasi program dan kegiatan terfortifikasi di lapangan secara
gizi dalam APBD berkala

BKKBN
KEMENDESPDTT •Pendidikan Kesehatan Reproduksi
• Pengangaran Dana Desa untuk Remaja termasuk madrasah dan
untuk kegiatan gizi pondok pesantren
•Bina Keluarga Balita untuk
peningkatan pengetahuan dan
keterampilan orang tua dan anggota
kelurga lain dalam pembinaan tumbuh
kembang anak sejak dalam kandungan
PERLU PROGRAM INOVASI yang Terstruktur,
Melibatkan Semua Sektor

1. GeTAR Thala (Gerakan Tanggulangi Anemia Remaja dan


Thalasemia)

2. PANdu TEMan ( Pelayanan Antenatal Care Terpadu menuju


Triple Eleminasi Melibatkan Semua Layanan)

3. Pecah Ranring (Pencegahan Pada Rawan Stunting)

4. Gambang Stunting (Gerakan Ajak Menimbang Cegah dan


Atasi Stunting)
PROGRAM INOVASI
GETAR THALA

UTK CEGAH STUNTING


APA ITU GeTAR Thala…?

 Adalah suatu program inovasi untuk mengatasi masalah


anemia remaja dan menurunkan prevalensi Thalasemia
Mayor

 GETAR Thala merupakan singkatan dari Gerakan


Tanggulangi Anemia Remaja dan Thalasemia
LATAR BELAKANG PROGRAM
INOVASI GETAR THALA

1. Masih tingginya angka anemia remaja dan Anemia Ibu Hamil di


Indonesia
2. Anemia Remaja potensial menambah jumlah anemia Ibu Hamil
3. Anemia Ibu Hamil berisiko melahirkan Bayi Prematur atau BBLR ---
-- STUNTING
4. Anemia Ibu Hamil meningkatkan Risiko Kematian Ibu;
5. Kesadaran remaja putri (rematri) dan Ibu Hamil terhadap
pentingnya mengkonsumsi TTD secara teratur masih kurang
Lanjutan: Latar Belakang Program Getar Thala

5. Pemberian Tablet Tambah Darah sudah lama diprogramkan


namun dampak yg diharapkan blm tercapai akibat blm
terkonsumsinya TTD secara baik dan benar;

6. Tidak semua anemia Remaja dpt diatasi dg pemberian TTD jika


penyebabnya bukan krn Defisiensi Besi (ADB);

7. Masih Banyaknya Balita Stunting, Stunting melahirkan generasi


penerus yg kurang berkualitas
Dampak Anemia pd Ibu Hamil
Berisiko melahirkan BBLR
Bayi Premature
PREVALENSI ANEMIA REMAJA PUTRI
BERDASAR PENELITIAN SAMPLING
2016 - 2018

25.00 22.86

20.00
15.74
15.00 12.60

10.00

5.00

0.00
2016 2017 2018
PREVALENSI ANEMIA IBU HAMIL
2016 - 2018

Tahun 2016 : 9,00%


Tahun 2017 : 8,06%
Tahun 2018 : 8,90%

1. Data di atas membuktikan bhw dg Program Pemerintah Pusat yg ada


blm dpt menurunkan anemia ibu hamil scr Signifikan
2. Sehingga Perlu Program Inovasi yg mengemas Program Pemerintah
Pusat menjadi lebih Agresif, terstruktur & Didukung Semua Pihak
PENELITIAN ke-2
ANEMIA REMAJA DI PRAMBANAN th 2018
mjd salah satu dasar lahirnya Program Getar Thala

Anemia,22.86
%

Tdk
Anemia,77.14
%

Anemia Tdk Anemia


Hasil Pengamatan di Prambanan terhadap
500 Remaja Putri (th 2018)

Hasil Pemeriksaan Hb Jumlah Siswi


Normal 334
Anemia 77
Anemia Ringan 22
Jumlah Siswi Anemia 99
Prosentase Anemia Remaja 22,86%
Dari 99 siswi yg anemia, diambil 92 siswi untuk
diperiksa Kadar Feritin Serum, dg hasil sbb:

Kadar feritin (ng/dL)

Rerata 11,09

Simpang baku 13,19


 Kadar Feritin diperiksa untuk melihat apakah anamia nya Karen
adefisiensi Besi atau bukan
Median 6,12

Minimal 1,63

Maksimal 88,82
Gambaran Histogram Hasil Pemeriksaan Feritin
Serum 92 Remaja Putri
Apabila kriteria defisiensi besi adalah kadar ferritin <12 ng/dL,
maka table berikut menunjukkan frekuensi peserta yg menderita
anemia defisiensibesi dan anemia jenislainnya.

Status besi Jumlah Persentase

Anemia defisiensi besi 71 77,2%

Anemia tidak defisiensi 21 22,8%


besi

Jumlah total 92 100%


Kesimpulan dari Pengamatan Yg Kita Lakukan:

1. Bahwa Anemia terbesar adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB) 77,2%


2. Program Pemberian TTD kepada Remaja Putri Sangat Tepat
3. Sebagian Kecil namun cukup berarti (22.8%) ternyata BUKAN ADB shg tdk tepat jika diberi
TTD untuk mengatasi Anemianya
4. Perlu pelacakan lebih lanjut mencari penyebab anemianya, antara lain pemeriksaan Profil
Darah Tepi, dan pelacakan Thalasemia
5. Terbukti ada 17 siswi menderita kelainan Globin yg bs kita sebut sbg thalasemia minor (1
thala Minor, 16 HbE Trait)
6. 53 siswi ADB dg Elektroforesis normal perlu diterapi dulu ADB nya spy bisa dilihat
Thalasmianya jk di-Elektroforesis ulang.
CAKUPAN REMAJA PUTRI
MENDAPAT TABLET TAMBAH DARAH
JUMLAH REMAJA PUTRI MENDERITA TALASEMIA
I. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
GETAR THALA di Tingkat KABUPATEN:

DI TINGKAT KABUPATEN :
1.Membuat Regulasi (Perbup) yg mengatur Semua Lintas Sektor
2.Sosialisasi anemia & cara pencegahannya di sekolah-sekolah
3.Mengajak peran masyarakat & Swasta
4.Screening anemia dengan pemeriksaan klinis;
5.Screening anemia dengan pemeriksaan Kadar Haemoglobin;
FOTO PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH
REMATRI
lanjutan:

6. Pemberian TTD utk Pencegahan Anemia 1 mgg sekali sepanjang


Tahun
7. Pemberian TTD untuk Terapi ADB setiap hari;
8. Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut pd ADB yg tdk terkoreksi
9. Pemeriksaan untuk melacak Thalasemia.
10. Pendampingan dan Edukasi keluarga & penderita Thalasemia
Minor, agar tdk melahirkan keturunan dg Thalasemia Mayor
(Cacat berat)
II. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
GETAR THALA oleh Puskesmas:

1. SOSIALISASI ttg ANEMIA & PENCEGAHANNYA kpd SISWA SISWI Sekolah


Menengah Pertama (SMP) & Sekolah Menengah Atas (SMA) / yg sederajad di
wilayah kerjanya;

2. Puskesmas melakukan screening / pemeriksaan penapisan thd Siswi di SMP &


SMA) / yg sederajad (Jumlah Siswi yg di-screening disesuaikan dgn kemampuan
Sumber Daya Puskesmas;

3. Dalam melakukan pemeriksaan ini Puskesmas akan dibantu oleh Guru dan
Karyawan dari sekolah;
Lanjutan: Peran Puskesmas

4. Penapisan anemia menggunakan metode wawancara, pemeriksaan klinis,


laboratorium Hb (sesuai kemampuan Puskesmas);

5. Siswi yg scr laboratoris terbukti Anemia diterapi dg Tablet Fe setiap hari 2- 4 mgg;

6. Sisiwi Diperiksa lagi Hb-nya, jk naik lanjutkan TTD smp Hb Normal

7. Siswi yg Hb nya sdh Normal diberi TTD Seminggu Sekali sepanjang Tahun utk
mencegah munculnya ADB;

8. Siswi yg sdh diterapi tp Hb tidak naik, dievaluasi faktor pengganggu lain seperti:
kepatuhan minum TTD, makanan pengganggu absorbsi, penyakit cacingan, dll
9. Hasil evaluasi mjd dasar tindakan berikutnya disertai Terapi TTD 2 mgg lagi;

10. Pemeriksaan Hb ke-3, jk tdk naik dirujuk untuk pelacakan Thalasemia;

11. Puskesmas melakukan edukasi & pendampingan kpd Rematri yg menderita


Thalasemia & keluarganya, tentang cara-cara pemeliharaan kesehatan pd
penderita Thalasemia & mencegah kejadian Thalasemia Mayor pd anak
keturunannya;

12. Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan untuk


bahan evaluasi dan penyusunan program selanjutnya.
PERAN SEKTOR PENDIDIKAN:

1. Dinas Pendidikan Membuat SK utk mendorong Sekolah Menetapkan 1 hari dalam


seminggu sebagai HARI MINUM TTD BERSAMA;

2. Membuat kebijakan sehingga Materi Anemia & Pencegahannya merupakan


muatan materi dlm Pelajaran Penjasorkes di Kab. Sleman

3. Sekolah Menjamin Pelaksanaan Minum TTD Bersama setiap minggu;

4. Sekolah Mengambil TTD secara teratur ke Puskesmas

5. Sekolah Membagikan TTD secara rutin kepada Siswa Siswi di Sekolahnya


TUJUAN Program GETAR THALA

1. Mensosialisasikan Anemia dan Cara Pencegahannya secara masif;


2. Menemukan remaja dgn anemia sedini mungkin
3. Mencari penyebab anemia
4. Penanganan anemia sesuai penyebab
5. Menemukan penderita Thalasemia minor & Mencegah munculnya
Thalasemia Mayor
SOSIALISASI & DEKLARASI
GAMBANG STUNTING SECARA MASIF
(Di Berbagai Pertemuan Termasuk LINSEK)
Lanjutan:
Tujuan Program Getar Thala

6. Menurunkan angka anemia remaja

7. Menurunkan angka anemia pada ibu hamil

8. Menurunkan jumlah Bayi Lahir dg BBLR, BBLSR, Prematur

9. Menurunkan prevalensi balita stunting


PENANGGULANGAN STUNTING
dg PROGRAM INOVASI

PECAH RANTING & GAMBANG STUNTING


PECAH RANTING
Pencegahan Rawan Stunting

Yaitu:

Suatu rangkaian kegiatan penaggulangan stunting


melalui pemberian PMT pd ibu hamil KEK dan Balita-
balita Gizi Kurang
KONSULTASI dg PAKAR GIZI
utk PROGRAM PECAH RANTING
INOVATIF, karena….
1.Dilakukan pendataan khusus pd kelompok yg rawan melahirkan Bayi
Stunting yaitu ibu hamil KEK dan kelompok yg rawan mjd stunting yaitu
Balita Gizi Kurang
2.Setiap ibu hamil KEK akan mendapat Kader pendamping & Pembina
3.PMT berupa Telor Fungsional, Kearifan lokal, & PMT dari Kementrian
Kesehatan RI.
4.Dipantau secara lebih intensif
5.Ditetapkan regulasinya mll Perbup yg melibatkan Dinas PMD dan
Unsur2 Kecamatan dan Desa, serta mendorong Peran Dana Desa
KURANG ENERGI KRONIK
(LILA < 23,5 Cm)
KONSULTASI PAKAR
KONSULTASI PAKAR
RUANG LINGKUP PELAKSANAAN
Prog Pecah Ranting utk Ibu Hamil

1. Ibu hamil KEK, mendapatkan edukasi ttg bahaya dari Bumil KEK & Cara
mengatasinya
2. Ibu Hamil KEK mendapatkan sosialisasi ttg Kerugian BBLR dan Stunting
3. Ibu Hamil diminta mengkonsumsi makan yang cukup dan bergizi, serta
mengkonsumsi PMT berupa: Telor Fungsional 2 butir per hari selama 90 hari
4. Konsumsi diawasi dan didampingi kader
5. Kader memobilisasi Bumil ke posyandu
6. Pemantauan BB dan LILA setiap bulan
RUANG LINGKUP PELAKSANAAN
Prog Pecah Ranting utk Balita
1. Ibu Balita mendapatkan Pendamping Kader dan Pembina (Petugas
Puskesmas, Unsur Kecamatan & Desa)
2. Ibu Balita mendapatkan edukasi ttg bahaya dari Balita kurang gizi yg tdk
segera tertanggulangi
3. Balita dg Status Gizi kurang atau buruk mendapat PMT kearifan local
maupun dari Kemenkes RI
4. Pemantauan Status Gizi Balita secara rutin & mobilisasi oleh Kader
pendamping
5. Pemberian PMT melalui PAUD, TK, TPA
6. Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi oleh Para Pendamping
PAUD/TK/ TPA
PMT PROGRAM PECAH RANTING
Berupa Telur Fungsional Produksi Peternakan UGM

Telur Diberikan
Kepada
IBU HAMIL KEK
utk Dikonsumsi
2 Butir Sehari
Selama 90 Hari
GAMBANG STUNTING …?

Adalah singkatan dari Gerakan Ajak Menimbang Cegah & Atasi


Stunting
Yaitu suatu program yg terdiri atas rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan peran serta balita menimbang dan memantau
status gizi, dengan memobilisasi balita ke posyandu melalui
Kader Pendamping dan Pembina, ataupun meningkatkan peran
serta aktif Guru pendamping PAUD/TK/TPA utk memantau
status Gizi, Pertumbuhan & Perkembangan Anak .
RUANG LINGKUP
PROGRAM GAMBANG STUNTING

I. DI TINGKAT KABUPATEN
1. Menyusun Regulasi yg melibatkan SKPD-SKPD Terkait
2. Pembentukan Tim Penanggulangan Stunting Tk. Kabupaten
3. Pembuatan Sistem Pencatatan Pelaporan (SIM KIA SEMBADA)
4. Sosialisasi & Koordinasi Ke Lintas Sektor (SKPD) terkait, termasuk
Himpaudi, ttg Prog. GAMBANG STUNTING & Tupoksi msg2 sektor
5. Sosialisasi Ke Puskesmas, Kecamatan, Desa, PAUD, TK, TPA, &
Masyarakat
RUANG LINGKUP
PROGRAM GAMBANG STUNTING

6. Bersama Dinas PMD mendorong Alokasi Dana Desa utk


penanggulangan masalah Gizi.
7. Pengadaan dan Penyediaan Logistik PMT, KMS/ Buku KIA
8. Penganggaran
9. Pengadaan Media Promosi
10. Sosialisasi & Bimtek Deteksi Dini Kelainan Tumbuh Kembang kpd
Petugas Puskesmas, Pendamping Paud, TK, TPA (Sudah dilakukan sjk
2017)
11. Bimtek SIM KIA SEMBADA bagi Faskes Tk. I
RUANG LINGKUP
PROGRAM GAMBANG STUNTING

II. DI TINGKAT KECAMATAN, PUSKESMAS, & DESA


1. Pembentukan Tim PEMBINA Gambang Stunting:
Yang terdiri atas Puskesmas, Unsur Kecamatan & Muspika, serta Kepala Desa
2. Sosialisasi Program Gambang Stunting ke Desa-Desa, PAUD, TK dan
TPA di Wil Kecamatan
3. Pengadaan PMT di tingkat Puskesmas
4. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan thd Tim Pendamping atau Kader
di Tk. Desa
RUANG LINGKUP
PROGRAM GAMBANG STUNTING

III. DI TINGKAT DUSUN


1.Pembentukan Tim Pendamping Balita yg terdiri dari Kadus, RT, RW, &
Kader
2.Mobilisasi Balita Ke Posyandu oleh Kader Pendamping (Gerakan Ajak
Menimbang)
3.Monitoring dan Tindak Lanjut oleh Kader Pendamping & Pembina
4.Penanganan Kasus sesuai penyebab oleh Puskesmas
5.Pendampingan dan Edukasi keluarga Balita
TUJUAN Program
GAMBANG STUNTING

1. Mensosialisasikan Pentingnya Pemantauan Status Gizi Balita


2. Meningkatkan Pengetahuan Ibu Balita & Kader ttg Asupan
Gizi yg Baik
3. Mendeteksi Dini Gangguan Pertumbuhan
4. Menemukan Balita Stunting & Rawan Stunting (Status Gizi
Kurang, Status Gizi Buruk)
Lanjutan:
Tujuan Program GAMbang Stunting:

5. Penanganan Balita Status Gizi Buruk & Stunting yg lebih


focus, agresif dan melibatkan semua pihak;

6. Menurunkan Kejadian Stunting

7. Menciptakan Generasi Penerus Bangsa yg Berkualitas


Langkah-langkah Pelaksanaan
GAMBANG STUNTING di Tk Kecamatan & Puskesmas:

1. SOSIALISASI Gambang Stunting kpd Muspika & Unsur2 Desa;

2. Pembentukan Tim Gambang Stunting (Tim Pembina di Tk. Kecamatan, Tim


Pendamping di Tk. Desa);

3. Penganggaran di Tk. Kecamatan utk Pembinaan dan Monev;

4. Distribusi PMT, KMS/ Buku KIA;

5. Pemantauan Status Gizi Di Posyandu dan PAUD;

6. Meminta Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi di Posyandu & PAUD secara
Rutin setiap Bulan.
Langkah-langkah Pelaksanaan
GAMBANG STUNTING di Tk Kecamatan & Puskesmas:

7. Meningkatkan Kompetensi Kader (Pendamping) & Pembina melalui Bimtek/


Workshop;

8. Monitoring, Evaluasi, & Tindak Lanjut (Misal: Balita tetap tdk Naik Status
Gizinya pdhal sdh diberikan PMT dan Diawasi Asupan Gizi nya, Curiga Penyakit
Kronis, Ibu Balita Tetap tdk Aktif membawa balitanya menimbang ;

9. Penanganan Kasus Penyakit & Penyebab Gangguan Gizi;

10. Pencatatan dan Pelaporan


Langkah-langkah Pelaksanaan
GAMBANG STUNTING di Tk Desa:

1. Pembentukan Tim Gambang Stunting (Tim Pendamping)

2. Pelayanan Penimbangan & Pengukur TB di Posyandu;

3. Edukasi & Pemberian PMT kpd Balita dg Status Gizi Kurang, Buruk, atau
Stunting

4. Pendampingan, dan Monitoring Balita dg Masalah Gizi

5. Mobilisasi Balita ke Posyandu

6. Pelaporan hasil pendampingan ke Tim Pembina (Tk. Kecamtn)


PREVALENSI STUNTING berdasar
HASIL SURVEY KEMENKES RI th 2013 - 2017

25.44 Nas : 29.6%


DIY : 19.8%

23.1
23.46

10.5

2014 2015 2016 2017


PROPORSI STUNTING
Berdasar Pemantauan Status Gizi (PSG) Rutin Kab. Sleman
Tahun 2014 -2018
13.50
12.87 12.86
13.00

12.50
11.88 11.99
12.00

11.50
11.00
11.00

10.50

10.00
2014 2015 2016 2017 2018
Sosialisasi & Deklarasi
Gambang Stunting utk PAUD &
650 Balita
Deklarasi Penanganan Stunting dg
Gambang Stunting
Pelatihan utk Kader Posyandu
Gerakan Ajak Menimbang
PROGRAM INOVASI
PANdu TEMan

Adalah Singkatan dari:


Pemeriksaan Ante Natal Care Terpadu menuju
Triple Eleminasi Melibatkan Semua Layanan
PANdu TEMan…..?

Adalah:
Suatu Program yang terdiri atas serangkaian kegiatan
pemeriksaan kehamilan yg memenuhi Standar Pelayanan
Minimal dan Pemeriksaan Dini untuk mendeteksi 3 Penyakit
Kronis yang harus dieliminasi (Triple Eliminasi) penularannya,
yg melibatkan semua layanan (Puskesmas, BPS, Klinik, dan
semua RS Pemerintah maupun Swasta)
RUANG LINGKUP
Kegiatan PANdu TEMan
1. Pendataan Ibu Hamil
2. Menyiapkan Sarana Pelayanan Kesehatan yg Kompeten melibatkan semua
layanan:
a) Semua Puskesmas : 25 Puskesmas selesai 2015, dilanjut utk semua dokter &
Paramedis smp 2017
b) Semua RS pemerintah (2 RS): selesai tahun 2016
c) Semua RS Swasta (28 RS) : Selesai 2017
d) Sebagian Besar Bidan Praktek dan Klinik : 2018 smp sekarang
Dengan memberikan pelatihan KT HIV. Bimtek SIM KIA SEMBADA dan SIHA, serta
Workshop ANC TERPADU yg salah satu materinya adalah ttg Cara Pemeriksaan &
Diagnosis HIV, Sipilis, dan Hepatitis pada ibu hamil dan Terapinya
RUANG LINGKUP KEGIATAN PANDU
TEMAN

3. Penganggaran dan Pengadaan Logistik HIV, Sipilis, & Hepatitis untuk


semua ibu hamil dan populasi kunci atau resiko tinggi HIV
4. Pemberian identitas Faskes penyelenggara PANDU TEMAN
5. Mobilisasi Sasaran melalui Kader, Petugas Puskesmas, Unsur-unsur
Kecamatan dan Desa, serta PKK & Tokoh Masyarakat
6. Sosialisasi kepada Lintas Sektor terkait missal: PMD, Kesra, Kemenag,
P3Ap2KB, dan Bappeda
7. Pembuatan Regulasi
JUMLAH LAYANAN HIV MENINGKAT PESAT UTK
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SLEMAN
MENDUKUNG INOVASI “PANDU TEMAN”

Puskesmas Rumah Sakit Faskes Primer Swasta TOTAL FASKES

59
55

2015 memulai
Inovasi melibatkan
semua layanan 30
27 30
25
25
25
11
6
6 10
5 5
2 4
1 1
1
2013 2014 2015 2016 2017 2018
JUMLAH BUMIL YG DITES HIV MENINGKAT
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SLEMAN
TAJAM (13.360 di th 2018)

13360

3070

237 3 40 308 2 0
84 0
96 207 188 162
BUMIL WPS PPS Waria LSL IDU Pasangan Pelanggan Lain2 IMS TB WPB
Jumlah & prosentase BUMIL
yg tes hiv meningkat signifikan
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014 - 2018

Data Bumil Tes HIV Prosentase Bumil Tes HIV


16,000
100.0%
Reaktif
14,000 HIV (+) 7 90.0%
13,360 86.6%
12,000
80.0%
Reaktif
HIV (+) 6 70.0%
10,000
9,117 60.0% 58.6%
Reaktif
8,000 HIV (+) 6 50.0%
Reaktif 40.0%
6,000 HIV (+) 4
5,309 34.3%
Reaktif 30.0%
4,000 HIV (+) 2

2,962 20.0% 58,6%


2,000 10.0%
1,065 6.7%
- 0.0%
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
Penemuan HIV Sedini Mungkin Menurunkan Angka Kejadian AIDS
(Terbukti th 2017 AIDS menurun Tajam mjd NOL)
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SLEMAN
160
146
137
140 131
115
120
110
105
100
88
80
77
61
60 54 51
41 42 44
38
40
27 27 26
18 22 22 20
16 13 12 13
20
9
6 10
0
0

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
HIV AIDS
DINAS KESEHATAN
DATA BUMIL TES HIV (KTP SLEMAN) TAHUN 2018
KABUPATEN SLEMAN

18000

16000 15420
Bumil reaktif hiv (+)
14000
78% 11954
12000

10000

8000

6000

4000

2000

DATA RIIL BUMIL BUMIL TES HIV


REGULASI:
sedang dalam proses

1. Perbup Penanggulangan Stunting

2. Perbup tentang Program Inovasi untuk Percepatan


Penanggulangan Stunting

3. SK Kepala Dinas Kesehatan tentang Petunjuk Teknis


Pelaksanaan Program-Program Inovasi Penanggulangan
Balita Status Gizi Buruk dan Stunting
Fokus Kebijakan Pemerintah Kab. Sleman:

1. Pemerintah (Dinkes maupun Puskesmas) melakukan


peningkatan kompetensi Nakes secara terus menerus

2. Pemerintah membuat regulasi dan pedoman untuk


percepatan penurunan AKI AKB: Di Sleman Telah Disusun
Pedoman MANUAL RUJUKAN untuk IBU HAMIL,
IBU BERSALIN, IBU NIFAS dan BAYI BARU LAHIR Tahun
2017.
INOVASI MANUAL RUJUKAN REVISI 2017 DARI SLEMAN UTK DIY

• Manual Rujukan adalah


buku petunjuk dalam
penanganan ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir
• Dengan kriteria :
• Kelompok A1,A2,A3
• Kelompok B1, B2, B3
• Kelompok C1, C2, C3
• Kelompok D1, D2, D3
MANUAL RUJUKAN
IBU HAMIL
• A.1. Ibu Hamil Kelompok A1
• Ibu hamil kelompok A1 adalah ibu-ibu yang pada saat ANC
ditemukan memiliki masalah dalam kehamilan serta
diprediksi akan mengalami masalah dalam persalinan dan
perlu rujukan secara terencana ke RS PONEK. Kasus-
kasus atau diagnosis kelainan pada Ibu Hamil yang
termasuk kelompok A1 tertuang dalam Tabel 3.1 sebagai
berikut:
Kode ICD
No Diagnosis RS Rujukan
X

Asma bronkial persisten pada


1 J45.9 RS PONEK
kehamilan

O24.0/
2 DM tipe 1 pada kehamilan RS PONEK
O24.9

O24.1/
3 DM tipe 2 pada kehamilan RS PONEK
O24.9

4 Gagal jantung akut Z35.8/I50.9 RS PONEK


5 Gagal jantung kronik Z35.8 RS PONEK

6 Gagal ginjal pada kehamilan Z35.8/N19 RS PONEK

7 Hidramnion O40/O41.0 RS PONEK

8 ITP pada kehamilan D69.3 RS PONEK

Rujuk Ke RS. PONEK


9 Kehamilan dengan Cancer (Ca) - lanjut RSUP.DR.
Sardjito
Kehamilan dengan gangguan
10 - RS PONEK
jiwa

Kehamilan dengan Varicella


11 B01.8 RS PONEK
dengan komplikasi

12 Kehamilan dengan Lepra aktif A30.8 RS PONEK

13 Kehamilan ektopik O00 RS PONEK

14 Krisis tiroid pada kehamilan E07.9 RS PONEK

15 Malaria pada kehamilan B54 RS PONEK

Mola hidatidosa dengan


16 O01 RS PONEK
Komplikasi
Pertumbuhan janin
17 O36.5 RS PONEK
terhambat

Z35.8/
18 Pielonefritis pada kehamilan RS PONEK
O23.0

Pre Eklamsia Berat Sistole ≥160


19 mmHg dana tau Diastole ≥110 O14 RS PONEK
mmHg
Preeklamsia TD Sistole <160 O14.9
20 mmHg dan Diastole <110 RS PONEK
mmHg

21 Eklamsia O15 RS PONEK

22 Kehamilan dengan Hipertensi O16 RS PONEK

23 SLE pada kehamilan M32 RS PONEK


24 HIV / AIDS B20.9 RS PONEK

Gemmeli dengan Penyulit


25 (discordant growth, Janin Satu O30 RS PONEK
mati, Kembar siam)

Kehamilan dengan DHF


26 A91 RS PONEK
(Dangue Hemoragic Fever)

Kehamilan dengan DSS (Dangue


27 - RS PONEK
Shock Syndrom)

28 Kehamilan dengan TORCH - RS PONEK


Kehamilan riwayat SC pada
29 - RS PONEK
trimester III dengan komplikasi

30 Kehamilan post date/ post term O48 RS PONEK

Grandemultipara (≥ 5x) pada


31 Z64.1 RS PONEK
Trimester III

Kehamilan dengan Thalasemia pada


32 D56.9 RS PONEK
Trimester III

Kehamilan dengan kelainan


33 - RS PONEK
pembekuan darah pada Trimester III

Kehamilan dengan leptospirosis


34 A27.9 RS PONEK
dengan Komplikasi
Kehamilan dengan plasenta RS PONEK TERSIER
35 O73
Akreta pada Trimester III (RSS)

Riwayat laparotomi yang tidak jelas


36 - RS PONEK
(tidak terlacak) pada Trimester III

Ke RS PONEK yang
37 Kehamilan dengan TB MDR O98.0 mempunyai Fasilitas
Penanganan TB MDR
Kehamilan Risiko Tinggi pada
38 Z35.9 RS PONEK
Trimester III

Kehamilan dengan Kistoma Ovarii


39 N83.2 RS PONEK
pada Trimester III
Kehamilan dengan Myoma
40 D25.9 RS PONEK
Uteri pada Trimester III
O03.9/
41 Abortus Imminen dengan Penyulit RS PONEK
O20.0

42 Abortus Insipiens dengan Penyulit O03.9 RS PONEK


43 Abortus Inkomplit dengan Penyulit O03.4 RS PONEK

Riwayat Abortus Berulang (>2 kali) O26.2


44 RS PONEK
dengan Penyulit

Disporporsi Kepala Panggul (DKP) O33.9


45 RS PONEK
dengan Penyulit

Kehamilan pada Myopia Tinggi


46 (Minus >6 ODS/OD/OS) dengan H52.1 RS PONEK
ancaman ablation retina
Kehamilan dengan anemia
47 D64.9 RS PONEK
Hb<8 gr% pada Trimester III

Kehamilan dengan Suspect Janin


48 O26.0 RS PONEK
Besar dengan Komplikasi/ Penyulit

49 Placenta Previa O44 RS PONEK

Hiperemesis Gravidarum dengan


50 O21.0 RS PONEK
Penyulit

Kehamilan Tidak Diinginkan dengan


penyulit (dicurigai ada Kelainan Pada
51 - RS PONEK
Janin dan/atau ada tanda-tanda
Gangguan Jiwa Pada Ibu)
ANGKA KEMATIAN IBU
JUMLAH & ANGKA KEMATIAN BAYI
KELOMPOK USIA KEMATIAN BAYI
PENYEBAB KEMATIAN BAYI
TERIMA KASIH
Kanal informasi terkait penanggulangan
stunting Dinkes Sleman

Website: dinkes.slemankab.go.id/download
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes
Sleman:
a. Kabid Kesmas (dr. Wisnu: 0811 2510 171)
b. Kasi Kesga Gizi (dr. Esti: 0857 4745 5220)
c. Nutrisionis Dinkes (Vista: 0857 4265 6469)
d. Pengelola Kesga (Panti: 0852 1179 3592)
e. 25 Puskesmas di Kabupaten Sleman

Anda mungkin juga menyukai