Anda di halaman 1dari 14

STUNTING

Definisi Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis


yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016).
Penyebab stunting

• Pengetahuan ibu yang kurang • Kurangnya akses ke air bersih


memadai dan sanitasi.
• Masih terbatasnya layanan • Faktor ekonomi
Kesehatan termasuk layanan
ANC-Ante Natal Care
• Masih kurangnya makanan
yang bergizi
Anak memiliki tubuh lebih pendek
dibandingkan anak seusianya

Proporsi tubuh yang cenderung


normal namun anak terlihat lebih
Manifestasi klinis kecil dari usianya

Berat badan yang rendah untuk anak


seusianya

Pertumbuhan tulang anak yang


tertunda
Patofisiologis Stunting

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi


ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24
bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up
growth) yang memadai (Mitra, 2015).
Tidak terpenuhinya asupan gizi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial
ekonomi, pemberian ASI dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta
pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan mempengaruhi pada kecukupan
gizi.karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting
WOC
Dampak Stunting
Menurut WHO (2018), dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi
dampak jangka pendek dan jangka panjang :

Jangka pendek Jangka panjang


• Peningkatan kejadian kesakitan • Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
(lebih pendek dibandingkan pada umumnya)
dan kematian • Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit
lainnya
• Perkembangan kognitif, motorik,
• Menurunnya kesehatan reproduksi
d a n ve r b a l p a d a a n a k t i d a k • Kapasitas belajar dan performa yang kurang
optimal optimal saat masa sekolah
• Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak
• Peningkatan biaya kesehatan optimal.
Pencegahan Stunting

Menurut Trihono, et all (2015), Pencegahan stunting dapat di lakukan antara lain dengan
cara :
• Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan
makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besiatau Fe), dan terpantau
kesehatannya.
• ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
• Pemberian vitamin A.
• Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan.
• Pemberian makanan tambahan pada balita.
• Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita
• Meningkatkan akses terhadap air bersihdan fasilitas sanitasi, serta
menjaga kebersihan lingkungan.
Diagnosa keperawatan stuting

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kurangnya intake makanan ditandai dengan
anoreksia.
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan
dengan kurang pengetahuan
3. Risiko kerusakan integritas kulit.
Intervensi

DIAGNOSA INTERVENSI

Ketidakseimbangan nutrisi 1. Kaji kebutuhan gizi pasien


ku ra n g d a r i ke b u t u h a n 2. Monitor kalori dan asupan makanan pasien
tubuh berhubungan dengan 3. Monitor kecenderungan kenaikan atau penurunan
kurangnya intake makanan BB.
ditandai dengan anoreksia. 4. Berikan klien makanan yang sehat
5. Anjurkan untuk memberikan makanan kesukaan
klien
6. Ciptakan lingkungan yang optimal ketika makan
Intervensi

DIAGNOSA INTERVENSI

K e t i d a k e f e k t i f a n 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien mengenai stunting


manajemen kesehatan 2. Mengakui tingkat ketergantungan klien terhadap
keluarga berhubungan keluarga
d e n g a n k u r a n g 3. Monitor interaksi keluarga dalam permasalahan terkait
pengetahuan klien
4. Berikan klien penyuluhan mengenai stunting
Intervensi

DIAGNOSA INTERVENSI

Risiko kerusakan 1. Berikan pakaian longgar pada klien.


integritas kulit. 2. Rubah posisi klien minimal setiap 2 jam.
3. Monitor area kulit dari kemerahan dan pecah-pecah.
4. Beri bantalan pada tubuh yang tertekan.
5. Monitor mobilisasi dan aktivitas klien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai