AGREGAT BALITA
SHAFIYYAH AL ATSARIYAH 1710711004
NATASYA DWIYUSTIANI 1710711063
TARI GUSTIKA 1710711094
MUHAMMAD ALFIAN 1710711103
FENY DITYA HANIFAH 1710711110
SITI NURAZIZAH PUSPA 1710711112
ANNA FAUZIAH 1710711141
MUGIA SAIDA 1710711145
KONSEP BALITA
KARAKTERISTIK BALITA
• Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif
• Diperlukan jumlah makanan yang relatif besar
Anak usia 1- • Pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering
3 tahun
• PADA TAHUN 2017 22,2% ATAU SEKITAR 150,8 JUTA BALITA DI DUNIA MENGALAMI STUNTING.
NAMUN ANGKA INI SUDAH MENGALAMI PENURUNAN JIKA DIBANDINGKAN DENGAN ANGKA
STUNTING PADA TAHUN 2000 YAITU 32,6%.
• PENINGKATAN KEJADIAN • POSTUR TUBUH YANG TIDAK OPTIMAL SAAT DEWASA (LEBIH
PENDEK DIBANDINGKAN PADA UMUMNYA);
KESAKITAN DAN KEMATIAN;
• MENINGKATNYA RISIKO OBESITAS DAN PENYAKIT LAINNYA;
• PERKEMBANGAN KOGNITIF,
MOTORIK, DAN VERBAL PADA • MENURUNNYA KESEHATAN REPRODUKSI;
ANAK TIDAK OPTIMAL; DAN • KAPASITAS BELAJAR DAN PERFORMA YANG KURANG OPTIMAL
SAAT MASA SEKOLAH;
• PENINGKATAN BIAYA
KESEHATAN. • PRODUKTIVITAS DAN KAPASITAS KERJA YANG TIDAK OPTIMAL.
PENGERTIAN GIZI
• GIZI ADALAH ZAT YANG DIBUTUHKAN OLEH TUBUH MANUSIA UNTUK
PERKEMBANGAN, PERTUMBUHAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN JARINGAN TUBUH
MANUSIA YANG MELIPUTI PROTEIN, VITAMIN, MINERAL, LEMAK DAN AIR.
• GIZI DIDAPATKAN DARI SARI MAKANAN YANG KITA MAKAN SEHARI-HARI. ZAT GIZI
DIGOLONGKAN MENJADI 2 YAITU ZAT GIZI ORGANIK DAN ZAT GIZI ANORGANIK.
ZAT GIZI ORGANIK ITU SEPERTI LEMAK, VITAMIN, KARBOHIDRAT, DAN PROTEIN.
SEDANGKAN ZAT GIZI ANORGANIK TERDIRI DARI AIR, DAN MINERAL.
Prevalensi
Etiologi
Ketidaktahuan akan
Menurut hubungan makanan Sosial ekonomi. Penyakit infeksi.
Marimbi, 2010 dan kesehatan.
berbagai faktor
yang secara
tidak langsung
mendorong Prasangka buruk
Jarak kelahiran yang Angka gizi yang
terhadap bahan
terjadinya makanan tertentu.
terlalu rapat. tidak seimbang.
ganggan gizi
pada anak
balita antara Kesukaan yang
lain sebagai Adanya kebiasan
berlebihan Kekurangan energi
berikut: atau pantangan
terhadap jenis protein dan kalori.
yang merugikan.
makanan tertentu.
Manifestasi Klinis
Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode menyesuaikan sasaran
yang akan diberikan pendidikan. Salah satu metode dalam pendidikan kesehatan adalah media lembar
balik. Lembar balik atau flipchart adalah media yang berbentuk lembaran-lembaran menyerupai album
atau kalender yang berisi gambar yang dibaliknya berisi mengenai informasi kesehatan mengenai
gambar tersebut.
PREVENTIF
KESEHATAN
1.Health Promotion
Melakukan pendidikan kesehatan : pe
ntingnya makanan bergizi untuk balita
, gizi buruk, gizi seimbang
2.Disability Limitation
•Melakukan pencegahan komplikasi gizi buruk : menjalankan pengobatan yang diberikan
Pencegahan Tersier
(Pasca Pathogenesis)
1.Melakukan pendidikan ke
sehatan lanjutan
2.Melanjutkan dan mening
katkan program gizi seimb
ang : 4 sehat, 5 sempurna
Program Kesehatan Gizi di
Indonesia
Posyandu
Pemberian Asi
Tumbuh kembang anak
Pemberian kapsul vitamin A
Pedoman Gizi Seimbang
PROGRAM KOTA
SEHAT
Bulan Penimbangan Balita
Sebagai salah satu bentuk kegiatan peningkatan status gizi masyarak
at, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencanangkan Bulan Peni
mbangan Balita (BPB) Tahun 2016. Kegiatan ini memfasilitasi penyedi
aan informasi gizi balita secara berkala untuk evaluasi perkembangan
status gizi penduduk.
1. Statistik Vital
a. Angka kesakitan
Banyak balita yang menderita gizi buruk, sebanyak 43% balita
memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting, diantaranya
memperlihatkan perut buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya, dan pertumbuhan gigi terlambat.
1) Suku/Etnis
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan
masyarakat pendatang
dari berbagai daerah di Indonesia.
2) Agama
Mayoritas masyarakat RW 09 beragama islam.
3) Karakteristik Umur
• Mayoritas ibu di RW 09 berusia 19-23 tahun. Rata-rata
Ibu di RW 09 juga mengatakan pertama kali menikah
pada usia 16-18 tahun.
• Usia ayah di RW 09 rata-rata 28-45 tahun.
• Usia balita di RW 09 rata-rata 2-4 tahun
KARAKTERISTIK
Sebanyak 43% balita memiliki BB kurang, 35%
balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita
FISIK stunting, diantaranya memperlihatkan gejala perut
buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak
lebih muda dari anak seusianya, dan pertumbuhan
gigi terlambat.
Data Sekunder :
Data Sekunder :
- Mayoritas ibu di RW 09 berusia 19-23
tahun.
- Banyak anak yang memperlihatkan gejala
perut buncit, mata cekung, serta berambut
kasar dan merah, pertumbuhan melambat,
wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya, pertumbuhan gigi terlambat, dan
beberapa mengalami stunting
PRIORITAS MASAL AH
No Diagnosa Keperawatan Tingkat Perubahan Peningkatan Prioritas Juml
Komunitas pentingnya positif bagi kualitas hidup masalah dari ah
masalah utk masyarakat jikadiselesaika 1-6:
diselesaikan: jikamasalah n: 1=kurang
1=rendah diselesaikan: 0=tidakada penting
2=sedang 0=tidakada 1=rendah 6=sangat
3=tinggi 1=rendah 2=sedang penting
2=sedang 3=tinggi
3=tinggi
1 Ketidakefektifan pemeliharan 3 3 3 6 15
kesehatan di RW 09
Kelurahan X dengan masalah
kurangnya pengetahuan
tentang pemeliharaan
kesehatan anak
dimanifestasikan dengan 43%
balita BB kurang, 35% balita
anemis, 52% balita mengalami
gangguan selera makan.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan di RW 09 Kelurahan X
dengan masalah kurangnya
pengetahuan tentang pemeliharaan
2. Gangguan Tumbuh Kembang pada
kesehatan anak dimanifestasikan
balita di RW 09 Kelurahan X dengan
dengan 43% balita BB kurang, 35%
masalah Nutrisi tidak adekuat
balita anemis, 52% balita mengalami
dimanifestasikan dengan sejumlah anak
gangguan selera makan.
yang berperut buncit, bermata cekung,
serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak
lebih muda dari anak seusianya,
pertumbuhan gigi terlambat dan beberapa
stunting 48
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
50
Pencegahan Sekunder: Pencegahan Sekunder:
Kinerja pengasuhan: toddler • Buat kunjungan rumah sesuai
(2907) dengan tingkat risiko
• Memelihara imunisasi yang • Monitor status kesehatan anak,
direkomendasikan dari tidak pemeriksaan anak, dan status
pernah menunjukkan menjadi imunisasi
sering menunjukkan (skala 1-4) • Pantau status kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan orang
Pencegahan Tersier: tua
Kinerja pengasuhan: toddler Pencegahan Tersier:
(2907) • Anjurkan orang tua untuk selalu
• Mendapatkan bantuan dari datang ke pos pelayanan
profesi kesehatan untuk kesehatan balita secara rutin
masalah-masalah kesehatan • Koordinasi dengan lembaga
dari tidak pernah menunjukkan masyarakat untuk membantu
menjadi kadang-kadang dalam memotivasi orang tua
menunjukkan.(skala 1-3)
51
2 Gangguan Tumbuh Setelah dilakukan kegiatan Peningkatan
Kembang pada balita di selama 1 minggu diharapkan Perkembangan :
RW 09 Kelurahan X masalah gangguan tumbuh Anak (8274)
dengan masalah Nutrisi kembang dapat teratasi Pencegahan Primer:
tidak adekuat dengan criteria hasil : • Ajarkan orang tua
dimanifestasikan Pencegahan Primer: cara menstimulasi
dengan sejumlah anak • Orang tua tahu dan tingkat
yang berperut buncit, mampu mensimulasi perkembangan
bermata cekung, serta tumbuh kembang anak sesuai dengan usia
berambut kasar dan • Orang tua memahami anak
merah, pertumbuhan standar pertumbuhan fisik • Ajarkan kepada
melambat, wajah anak menurut usianya orang tua tentang
tampak lebih muda dari standar
anak seusianya, pertumbuhan fisik
pertumbuhan gigi dan tugas-tugas
terlambat dan beberapa perkembangan
stunting. sesuai usia anak.
52
Pencegahan Sekunder: Pencegahan Sekunder:
• Pertumbuhan dan perkembangan • Koordinasi dengan ahli gizi untuk
anak sesuai usia menyediakan pemahaman tentang
• Kematangan fungsi mencapai menu gizi seimbang, modifikasi
optimal sesuai usia anak makanan, dan pola asuh nutrisi
Pencegahan Tersier: keluarga.
Kinerja pengasuhan: toddler (2907) • Bekerja sama dengan pengusaha
• Mendapatkan bantuan dari profesi cathering makanan untuk pembagian
kesehatan untuk masalah- salah satu menu gizi seimbang.
masalah kesehatan dari tidak Pencegahan Tersier:
pernah menunjukkan menjadi • Membentuk kelompok kader sebagai
kadang-kadang pendukung gizi seimbang balita.
menunjukkan.(skala 1-3) • Melatih kelompok kader tentang
teknik skrining status gizi balita.
• Fasilitasi orang tua untuk
menghubungi bantuan komunitas bila
diperlukan
• Rujuk orang tua pada grup
pendukung bila diperlukan
53
Peran Perawat
Komunitas
1. Pelaksana Pelayanan
Keperawatan (Care Provider) 2. Pendidik (Health Educator)
55
3. Konselor 4. Pemantau Kesehatan (Health
Monitor)
Perawat dapat menjadi tempat
bertanya atau konsultasi oleh Perawat ikut berperan memantau
orangtua yang mempunyai balita kesehatan balita melalui posyandu,
untuk membantu memberikan puskesmas, atau kunjungan rumah.
jalan keluar berbagai Pemantauan ini berguna
permasalahan kesehatan balita mengetahui dinamika kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari. balita terutama pertumbuhan dan
perkembangannya, sehingga jika
terjadi masalah kesehatan dapat
dideteksi sejak dini dan diatasi
secara tepat dengan segera.
56
5. Koordinator Pelayanan Kesehatam (Coordinator of Service)
57
6. Pembaharu (Inovator)
58
7. Panutan (Role Model) 8. Fasilitator
Perawat sebagai salah satu Perawat menjadi
tenaga medis dipandang memiliki penghubung antara
ilmu kesehatan yang lebih dari
masyarakat dengan unit
profesi lainnya di luar bidang
pelayanan kesehatan dan
kesehatan. Oleh sebab itu akan
lebih mulia bagi perawat untuk instansi terkait,
mengamalkan ilmunya dalam melaksanakan rujukan.
kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan contoh baik,
misalnya memberi contoh tata
cara merawat balita. 59
In two or three columns
60
Thanks!
Any questions?
61