Anda di halaman 1dari 61

KASUS 1

AGREGAT BALITA
SHAFIYYAH AL ATSARIYAH 1710711004
NATASYA DWIYUSTIANI 1710711063
TARI GUSTIKA 1710711094
MUHAMMAD ALFIAN 1710711103
FENY DITYA HANIFAH 1710711110
SITI NURAZIZAH PUSPA 1710711112
ANNA FAUZIAH 1710711141
MUGIA SAIDA 1710711145
KONSEP BALITA
KARAKTERISTIK BALITA
• Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif
• Diperlukan jumlah makanan yang relatif besar
Anak usia 1- • Pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering
3 tahun

• Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif


• Pada usia ini berat badan anak cenderung
Anak usia 3- mengalami penurunan
5 tahun
STATUS GIZI
Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia
balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini
bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan kekurangan gizi
dapat mempengaruhi perkembangan otak anak (Marimbi, 2010).
Dalam menentukan gangguan gizi kurang dapat dilakukan dengan berbagai
indek antropometri dengan makna yang berbeda dalam memandang kejadian
kurang gizi yang terjadi:
- Indek BB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi umum
- Indek TB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi kronis
- Indek BB/TB: menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi akut (Kemenkes RI
dan WHO).
Klasifikasi status gizi
berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan RI
Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar
Antropometri Penialian
Status Gizi Anak dengan
memperhatikan berbagai
macam indeks, berbagai
kategori status gizi, dan
menggunakan ambang
batas z-score.
GIZI BURUK
• Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibag menjadi 3,
yaitu:

Kwashiorkor Marasmus Marasmus -


adalah salah satu kwashiorkor
terjadi
bentuk malnutrisi disebabkan Memperlihatkan
protein yang berat asupan kalori gejala campuran
disebabkan oleh yang tidak cukup. antara marasmus dan
asupan karbohidrat Marasmus sering kwashiorkor. Makanan
yang normal atau sekali terjadi sehari-hari tidak cukup
tinggi namun pada bayi di mengandung protein
asupan protein dan energi untuk
bawah 12 bulan.
yang inadekuat pertumbuhan normal.
(Liansyah TM, (Pudjiadi S, 2010).
2015).
STUNTING
• STUNTING (KERDIL) ADALAH KONDISI DIMANA BALITA MEMILIKI PANJANG ATAU TINGGI BADAN
YANG KURANG JIKA DIBANDINGKAN DENGAN UMUR. KONDISI INI DIUKUR DENGAN PANJANG
ATAU TINGGI BADAN YANG LEBIH DARI MINUS DUA STANDAR DEVIASI MEDIAN STANDAR
PERTUMBUHAN ANAK DARI WHO.

• PADA TAHUN 2017 22,2% ATAU SEKITAR 150,8 JUTA BALITA DI DUNIA MENGALAMI STUNTING.
NAMUN ANGKA INI SUDAH MENGALAMI PENURUNAN JIKA DIBANDINGKAN DENGAN ANGKA
STUNTING PADA TAHUN 2000 YAITU 32,6%.

• INDONESIA TERMASUK KE DALAM NEGARA KETIGA DENGAN PREVALENSI TERTINGGI DI


REGIONAL ASIA TENGGARA/SOUTH-EAST ASIA REGIONAL (SEAR). RATA-RATA PREVALENSI BALITA
STUNTING DI INDONESIA TAHUN 2005-2017 ADALAH 36,4%.
DAMPAK SANTING

 DAMPAK JANGKA PENDEK.  DAMPAK JANGKA PANJANG.

• PENINGKATAN KEJADIAN • POSTUR TUBUH YANG TIDAK OPTIMAL SAAT DEWASA (LEBIH
PENDEK DIBANDINGKAN PADA UMUMNYA);
KESAKITAN DAN KEMATIAN;
• MENINGKATNYA RISIKO OBESITAS DAN PENYAKIT LAINNYA;
• PERKEMBANGAN KOGNITIF,
MOTORIK, DAN VERBAL PADA • MENURUNNYA KESEHATAN REPRODUKSI;

ANAK TIDAK OPTIMAL; DAN • KAPASITAS BELAJAR DAN PERFORMA YANG KURANG OPTIMAL
SAAT MASA SEKOLAH;
• PENINGKATAN BIAYA
KESEHATAN. • PRODUKTIVITAS DAN KAPASITAS KERJA YANG TIDAK OPTIMAL.
PENGERTIAN GIZI
• GIZI ADALAH ZAT YANG DIBUTUHKAN OLEH TUBUH MANUSIA UNTUK
PERKEMBANGAN, PERTUMBUHAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN JARINGAN TUBUH
MANUSIA YANG MELIPUTI PROTEIN, VITAMIN, MINERAL, LEMAK DAN AIR.

• GIZI DIDAPATKAN DARI SARI MAKANAN YANG KITA MAKAN SEHARI-HARI. ZAT GIZI
DIGOLONGKAN MENJADI 2 YAITU ZAT GIZI ORGANIK DAN ZAT GIZI ANORGANIK.
ZAT GIZI ORGANIK ITU SEPERTI LEMAK, VITAMIN, KARBOHIDRAT, DAN PROTEIN.
SEDANGKAN ZAT GIZI ANORGANIK TERDIRI DARI AIR, DAN MINERAL.
Prevalensi
Etiologi
Ketidaktahuan akan
Menurut hubungan makanan Sosial ekonomi. Penyakit infeksi.
Marimbi, 2010 dan kesehatan.
berbagai faktor
yang secara
tidak langsung
mendorong Prasangka buruk
Jarak kelahiran yang Angka gizi yang
terhadap bahan
terjadinya makanan tertentu.
terlalu rapat. tidak seimbang.
ganggan gizi
pada anak
balita antara Kesukaan yang
lain sebagai Adanya kebiasan
berlebihan Kekurangan energi
berikut: atau pantangan
terhadap jenis protein dan kalori.
yang merugikan.
makanan tertentu.
Manifestasi Klinis

Marasmus Kwasiorkor Marasmus Kwasiorkor

• Tampak sangat kurus • Anak apatis. • Rentan terkena infeksi


• Wajah seperti orang tua • Rambut kepala halus dan pernafasan dan
• Cengeng jarang, berwarna kusam, pencernaan.
• Kulit keriput dan rambut mudah dicabut. • Adanya pembengkaan pada
• Jika lipatan kulit di tarik tubuh.
• Perut cekung
masih terasa ada jaringan • Pandangan mata terlihat
• Rambut tipis
lemak sedikit. sayu.
• Pantat kendur dan keriput
• Muka sembab • Memiliki rambut tipis
• Detak jantung dan kemerahan.
• Edema di seluruh tubuh
pernafasan berkurang
terutama kaki dan tangan • Mudah rewel.
• Wajah membulat • Otot mengecil.
• Rambut tipis
CARA
PENCEGAHAN
GIZI BURUK
MUHAMAD ALFIAN-1710711103
Peningkatan pengetahuan, sikap dan juga perilaku dari ibu mengenai gizi balita.
Pengetahuan ibu mengenai pemenuhan gizi yang seimbang bagi balita merupakan hal yang penting.
Pengetahuan tersebut mampu mengarahkan ibu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita dengan menyediakan makanan seimbang yang sesuai dengan kebutuhan gizi
pada balita tersebut. Adanya pemenuhan gizi yang seimbang tersebut maka akan tercipta status gizi
yang normal bagi balita dan angka balita gizi kurang akan menurun.

Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode menyesuaikan sasaran
yang akan diberikan pendidikan. Salah satu metode dalam pendidikan kesehatan adalah media lembar
balik. Lembar balik atau flipchart adalah media yang berbentuk lembaran-lembaran menyerupai album
atau kalender yang berisi gambar yang dibaliknya berisi mengenai informasi kesehatan mengenai
gambar tersebut.
PREVENTIF
KESEHATAN

Pencegahan Primer ( Pencegahan Sekund


Pre-Pathogenesis) er (Pathogenesis) Pencegahan Tersier
(Pasca
Tujuan : Tujuan : Pathogenesis)
Mempertahankan da Menghambat proses
n meningkatkan kese patologik sehingga d Tujuan :
hatan apat mengurangi tk k Mengurangi kecacat
eparahan an atau komplikasi
1.Health Promotion
2.General Spesific Pr 1.Early Diagnosis & P 1. Terapi - Rehabilita
otection rompt Tratment tif
2.Diability Limitation
Pencegahan Primer
(Pre-Pathogenesis)

1.Health Promotion
Melakukan pendidikan kesehatan : pe
ntingnya makanan bergizi untuk balita
, gizi buruk, gizi seimbang

2. General Spesific Protection


Menggalakkan program gizi seimbang
dari posyandu atau kader – kader kese
hatan setempat : poster, banner, iklan,
dll
Pencegahan Sekunder
(Pathogenesis)

1.Early Diagnosis & Prompt Tratment


•Pemeriksaan Kasus Dini : tempat tinggal balita
•Pemeriksaan gizi dan MTBS di posyandu
•Meminum asam folat atau suplemen zat besi
•Meningkatkan konsumsi berbagai vitamin (sayur – sayuran, buah – buahan, dlll)
•Segera melakukan pemeriksaan di puskesmas atau rumah sakit agar mendapatkan pengobatan
yang sesuai dengan usianya

2.Disability Limitation
•Melakukan pencegahan komplikasi gizi buruk : menjalankan pengobatan yang diberikan
Pencegahan Tersier
(Pasca Pathogenesis)

1.Melakukan pendidikan ke
sehatan lanjutan
2.Melanjutkan dan mening
katkan program gizi seimb
ang : 4 sehat, 5 sempurna
Program Kesehatan Gizi di
Indonesia
Posyandu

Posyandu merupakan salah


satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dari,
oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan
kesehatan dasar.
Kegiatan Posyandu
Terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengemba
ngan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup;
•Kesehatan ibu dan anak;
•Keluarga berencana;
•Imunisasi;
•Gizi;
•Pencegahan dan penanggulangan diare.

Pemberian Asi
Tumbuh kembang anak
Pemberian kapsul vitamin A
Pedoman Gizi Seimbang
PROGRAM KOTA
SEHAT
Bulan Penimbangan Balita
Sebagai salah satu bentuk kegiatan peningkatan status gizi masyarak
at, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencanangkan Bulan Peni
mbangan Balita (BPB) Tahun 2016. Kegiatan ini memfasilitasi penyedi
aan informasi gizi balita secara berkala untuk evaluasi perkembangan
status gizi penduduk.

“Di bulan Agustus ini seluruh Posyandu di K


ota Depok terdapat pencanangan bulan peni
mbangan balita dan tentunya ditambah den
gan pemberian Vitamin A secara cuma-cum
a untuk balita usia 6 sampai 60 bulan,” ujar
Deasy Martini, Pelaksana Gizi, Seksi Keseh
atan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Di
nkes) Kota Depok, Jumat (5/8/2016).
Pemberian makanan tambahan (P
MT)
Merupakan salah satu komponen penting Usaha Perbaika
n Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh
pemerintah

PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi peneri


ma makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan he
ndaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak me
ngurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirum
ah. Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu dil
anjutkan mengingat masih
banyak balita dan anak-anak yang mengalami
kurang gizi bahkan gizi buruk.
• Tujuan Pemberian Makanan Tambahan:
Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbai
ki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang men
derita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balit
a yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya ser
ta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis
merah.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Kasus
Perawat melakukan kunjungan RW 09 Kelurahan X,
Jakarta Timur adalah sebuah pemukiman padat penduduk di
daerah pinggiran kota. Banyak warga yang tinggal di rumah-
rumah semi permanen. Satu rumah petak 2x3m biasanya
dihuni oleh satu keluarga. Sebagian besar masyarakat di
Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari
berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas warga bekerja
sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki
lima.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak
usia sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja untuk
membantu keuangan keluarga. Ketika perawat melakukan
kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak-anak yang
berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda
dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat. Pada saat
kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan
ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita
anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan
beberapa anak balita menderita stunting.
Data Tambahan

Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat 35 balita usia 2-4


tahun. Orang tua di RW 09 cenderung sering memberi makan balita
makanan cepat saji (seperti mie instan, sosis dan nugget yang biasa
dijual di pasar). Mayoritas masyarakat RW 09 beragama islam dan
hampir seluruh warga di RW 09 Kelurahan X hanya lulusan SD dan
SMP. Dari data kelurahan diketahui mayoritas ibu di RW 09 berusia
19-23 tahun. Usia ayah di RW 09 rata-rata 28-45 tahun dan usia
balita rata-rata 2-4 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara rata-rata Ibu di
RW 09 mengatakan pertama kali menikah
pada usia 16-18 tahun, 80% orang tua balita
merasa khawatir dan pasrah dengan kondisi
anak mereka karena tidak memahami gejala
yang dialami oleh anak mereka. Terdapat
sarana kesehatan di Kelurahan X yaitu
posyandu yang diadakan sebulan sekali di
balai desa dan puskesmas yang berjarak 1,5
km dari Kelurahan X, Kader yang dimiliki
sebanyak 5 orang.
Jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit oleh karena
itu banyak warga di RW 09 Kelurahan X pergi beraktivitas dengan
berjalan kaki. Dari hasil wawancara, Komunikasi ibu yang dilakukan
pada balitanya dengan komunikasi verbal maupun non verbal, ibu juga
sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan
lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya
Rp1000 untuk 1x putaran. Informasi dari RT/RW setempat diberikan
menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid.
Pengkajian
Core
A. Demografi
Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat 35 balita usia 2-4 tahun.

1. Statistik Vital
a. Angka kesakitan
Banyak balita yang menderita gizi buruk, sebanyak 43% balita
memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting, diantaranya
memperlihatkan perut buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya, dan pertumbuhan gigi terlambat.
1) Suku/Etnis
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan
masyarakat pendatang
dari berbagai daerah di Indonesia.
2) Agama
Mayoritas masyarakat RW 09 beragama islam.
3) Karakteristik Umur
• Mayoritas ibu di RW 09 berusia 19-23 tahun. Rata-rata
Ibu di RW 09 juga mengatakan pertama kali menikah
pada usia 16-18 tahun.
• Usia ayah di RW 09 rata-rata 28-45 tahun.
• Usia balita di RW 09 rata-rata 2-4 tahun
KARAKTERISTIK
Sebanyak 43% balita memiliki BB kurang, 35%
balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita
FISIK stunting, diantaranya memperlihatkan gejala perut
buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak
lebih muda dari anak seusianya, dan pertumbuhan
gigi terlambat.

80% orang tua balita merasa khawatir dan pasrah PSIKOLOGIS


dengan kondisi anak mereka karena tidak
memahami gejala yang dialami oleh anak mereka.
Terdapat sarana kesehatan di Kelurahan X yaitu
posyandu yang diadakan sebulan sekali di balai
SOSIAL
desa dan puskesmas yang berjarak 1,5 km dari
Kelurahan X.

Perilaku warga RW 09 Kelurahan X sebagian besar


terpaksa membawa anak-anaknya ikut bekerja untuk
membantu keuangan keluarga yang mayoritas
warganya bekerja sebagai pemulung, pedagang PERILAKU
asongan, dan pedagang kaki lima. Orang tua di RW 09
cenderung sering memberi makan balita makanan
cepat saji (seperti mie instan, sosis dan nugget yang
biasa dijual di pasar)
PENILAIAN SUB
SISTEM

RW 09 Kelurahan X merupakan pemukiman


Lingkungan padat penduduk di daerah pinggiran kota.
Fisik Rumah-rumahnya sebagian besar semi
permanen. Satu rumah petak 2x3m biasanya
dihuni oleh satu keluarga.

Pelayanan kesehatan terdapat di posyandu


Pelayanan yang diadakan sebulan sekali di balai desa
kesehatan
dan puskesmas yang berjarak 1,5 km dari
Kelurahan X.
Pekerjaan warga RW 09 Kelurahan X mayoritas
Ekonomi adalah sebagai pemulung, pedagang asongan, dan
pedagang kaki lima.

 Keamanan : Jarak antar rumah berdekatan


Keaman
an dan dan gangnya sangat sempit.
transpor  Trasportasi : banyak warga di RW 09
tasi Kelurahan X yang berjalan kaki untuk pergi
beraktivitas.
Kebijakan
dan Komunikasi Pendidikan Rekreasi
pemerintah

Posyandu Komunikasi ibu Dari hasil


Melati yang dilakukan wawancara,
merupakan ibu sering
perpanjang pada balitanya
Hampir mengajak
an dari dengan
seluruh balitanya
puskesmas komunikasi
untuk
warga di naik mobil
warga RW verbal maupun RW 09 aneka warna
09 yang non verbal. Keluraha yang
dilakukan Informasi dari nX diputarkan
di balai lagu-lagu
RT/RW hanya
desa. anak untuk
Kader yang setempat lulusan berkeliling di
dimiliki menggunakan SD dan sekitar
sebanyak 5 pengeras suara
SMP. kampung
orang. dengan biaya
melalui siaran
Rp1000 untuk
di masjid. 1x putaran.
ANALISA DATA
Data Fokus Masalah Keperawatan
Data Primer : Ketidakefektifan Pemeliharaan
kesehatan
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak anak-
anak usia sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja
untuk membantu keuangan keluarga.

- Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita


yang datang dan ditemukan bahwa 43% balita memiliki
BB kurang, , 52% balita mengalami gangguan selera
makan dan 5 anak balita menderita stunting.

Data Sekunder :

- Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka


tidak mampu untuk membeli makanan bergizi dan
sering memberikan mie instan pada anaknya.

- Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung, pedagang


asongan, dan pedagang kaki lima.
Data Fokus Masalah Keperawatan

Data Primer : Gangguan Tumbuh Kembang


- Rata-rata Ibu di RW 09 mengatakan
pertama kali menikah pada usia 16-18
tahun.
- Orang tua di RW 09 cenderung sering
member makan balita makanan cepat saji
(seperti mie instan, sosis dan nugget yang
biasa dijual di pasar)

Data Sekunder :
- Mayoritas ibu di RW 09 berusia 19-23
tahun.
- Banyak anak yang memperlihatkan gejala
perut buncit, mata cekung, serta berambut
kasar dan merah, pertumbuhan melambat,
wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya, pertumbuhan gigi terlambat, dan
beberapa mengalami stunting
PRIORITAS MASAL AH
No Diagnosa Keperawatan Tingkat Perubahan Peningkatan Prioritas Juml
Komunitas pentingnya positif bagi kualitas hidup masalah dari ah
masalah utk masyarakat jikadiselesaika 1-6:
diselesaikan: jikamasalah n: 1=kurang
1=rendah diselesaikan: 0=tidakada penting
2=sedang 0=tidakada 1=rendah 6=sangat
3=tinggi 1=rendah 2=sedang penting
2=sedang 3=tinggi
3=tinggi

1 Ketidakefektifan pemeliharan 3 3 3 6 15

kesehatan di RW 09
Kelurahan X dengan masalah
kurangnya pengetahuan
tentang pemeliharaan
kesehatan anak
dimanifestasikan dengan 43%
balita BB kurang, 35% balita
anemis, 52% balita mengalami
gangguan selera makan.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan di RW 09 Kelurahan X
dengan masalah kurangnya
pengetahuan tentang pemeliharaan
2. Gangguan Tumbuh Kembang pada
kesehatan anak dimanifestasikan
balita di RW 09 Kelurahan X dengan
dengan 43% balita BB kurang, 35%
masalah Nutrisi tidak adekuat
balita anemis, 52% balita mengalami
dimanifestasikan dengan sejumlah anak
gangguan selera makan.
yang berperut buncit, bermata cekung,
serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak
lebih muda dari anak seusianya,
pertumbuhan gigi terlambat dan beberapa
stunting 48
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan kegiatan Peningkatan


pemeliharaan selama 1 minggu diharapkan Pengasuhan :
kesehatan di RW 09 masalah ketidakefektifan Pencegahan Primer:
Kelurahan X dengan pemeliharaan kesehatan dapat • Lakukan pendidikan
masalah kurangnya teratasi, dengan kriteria hasil: kesehatan terkait
pengetahuan orang Pencegahan Primer: dengan masalah
tua tentang Kinerja pengasuhan: toddler kesehatan pada
pemeliharaan (2907) anak dan
kesehatan anak • Meningkatnya pemahaman pemenuhan gizi
dimanifestasikan orang tua mengenai seimbang pada
dengan 43% balita pemeliharaan kesehatan anak
BB kurang, 35% • Meningkatnya kesadaran dan • Sediakan leaflet,
balita anemis, 52% motivasi orang tua untuk buku, dan bahan
balita mengalami memelihara kesehatan anak lainnya untuk
gangguan selera serta pemenuhan gizi mengembangkan
makan. seimbang pada anak keterampilan peran
orang tua.

50
Pencegahan Sekunder: Pencegahan Sekunder:
Kinerja pengasuhan: toddler • Buat kunjungan rumah sesuai
(2907) dengan tingkat risiko
• Memelihara imunisasi yang • Monitor status kesehatan anak,
direkomendasikan dari tidak pemeriksaan anak, dan status
pernah menunjukkan menjadi imunisasi
sering menunjukkan (skala 1-4) • Pantau status kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan orang
Pencegahan Tersier: tua
Kinerja pengasuhan: toddler Pencegahan Tersier:
(2907) • Anjurkan orang tua untuk selalu
• Mendapatkan bantuan dari datang ke pos pelayanan
profesi kesehatan untuk kesehatan balita secara rutin
masalah-masalah kesehatan • Koordinasi dengan lembaga
dari tidak pernah menunjukkan masyarakat untuk membantu
menjadi kadang-kadang dalam memotivasi orang tua
menunjukkan.(skala 1-3)

51
2 Gangguan Tumbuh Setelah dilakukan kegiatan Peningkatan
Kembang pada balita di selama 1 minggu diharapkan Perkembangan :
RW 09 Kelurahan X masalah gangguan tumbuh Anak (8274)
dengan masalah Nutrisi kembang dapat teratasi Pencegahan Primer:
tidak adekuat dengan criteria hasil : • Ajarkan orang tua
dimanifestasikan Pencegahan Primer: cara menstimulasi
dengan sejumlah anak • Orang tua tahu dan tingkat
yang berperut buncit, mampu mensimulasi perkembangan
bermata cekung, serta tumbuh kembang anak sesuai dengan usia
berambut kasar dan • Orang tua memahami anak
merah, pertumbuhan standar pertumbuhan fisik • Ajarkan kepada
melambat, wajah anak menurut usianya orang tua tentang
tampak lebih muda dari standar
anak seusianya, pertumbuhan fisik
pertumbuhan gigi dan tugas-tugas
terlambat dan beberapa perkembangan
stunting. sesuai usia anak.

52
Pencegahan Sekunder: Pencegahan Sekunder:
• Pertumbuhan dan perkembangan • Koordinasi dengan ahli gizi untuk
anak sesuai usia menyediakan pemahaman tentang
• Kematangan fungsi mencapai menu gizi seimbang, modifikasi
optimal sesuai usia anak makanan, dan pola asuh nutrisi
Pencegahan Tersier: keluarga.
Kinerja pengasuhan: toddler (2907) • Bekerja sama dengan pengusaha
• Mendapatkan bantuan dari profesi cathering makanan untuk pembagian
kesehatan untuk masalah- salah satu menu gizi seimbang.
masalah kesehatan dari tidak Pencegahan Tersier:
pernah menunjukkan menjadi • Membentuk kelompok kader sebagai
kadang-kadang pendukung gizi seimbang balita.
menunjukkan.(skala 1-3) • Melatih kelompok kader tentang
teknik skrining status gizi balita.
• Fasilitasi orang tua untuk
menghubungi bantuan komunitas bila
diperlukan
• Rujuk orang tua pada grup
pendukung bila diperlukan
53
Peran Perawat
Komunitas
1. Pelaksana Pelayanan
Keperawatan (Care Provider) 2. Pendidik (Health Educator)

Peranan utama perawat memberikan pendidikan atau


komunitas yaitu sebagai informasi kepada keluarga yang
pelaksana asuhan keperawatan berhubungan dengan kesehatan
kepada balita, baik itu balita balita. Diperlukan pengkajian
dalam kondisi sehat maupun tentang kebutuhan klien untuk
yang sedang sakit. menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam penyuluhan atau
pendidikan kesehatan balita

55
3. Konselor 4. Pemantau Kesehatan (Health
Monitor)
Perawat dapat menjadi tempat
bertanya atau konsultasi oleh Perawat ikut berperan memantau
orangtua yang mempunyai balita kesehatan balita melalui posyandu,
untuk membantu memberikan puskesmas, atau kunjungan rumah.
jalan keluar berbagai Pemantauan ini berguna
permasalahan kesehatan balita mengetahui dinamika kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari. balita terutama pertumbuhan dan
perkembangannya, sehingga jika
terjadi masalah kesehatan dapat
dideteksi sejak dini dan diatasi
secara tepat dengan segera.
56
5. Koordinator Pelayanan Kesehatam (Coordinator of Service)

Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat


menyeluruh dan tidak terpisah-pisah. Perawat juga dapat
berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir berbagai
kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan
balita dalam mencapai tujuan kesehatan melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

57
6. Pembaharu (Inovator)

Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal


pengetahuan mengenai kesehatan balita. Perawat
disamping memberikan penyuluhan juga dapat menjadi
pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh
orangtua terhadap balita di suatu wilayah, misalnya
budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.

58
7. Panutan (Role Model) 8. Fasilitator
Perawat sebagai salah satu Perawat menjadi
tenaga medis dipandang memiliki penghubung antara
ilmu kesehatan yang lebih dari
masyarakat dengan unit
profesi lainnya di luar bidang
pelayanan kesehatan dan
kesehatan. Oleh sebab itu akan
lebih mulia bagi perawat untuk instansi terkait,
mengamalkan ilmunya dalam melaksanakan rujukan.
kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan contoh baik,
misalnya memberi contoh tata
cara merawat balita. 59
In two or three columns

Yellow Blue Red


Is the color of gold, Is the colour of the Is the color of blood,
butter and ripe clear sky and the and because of this it
lemons. In the deep sea. It is located has historically been
spectrum of visible between violet and associated with
light, yellow is found green on the optical sacrifice, danger and
between green and spectrum. courage.
orange.

60
Thanks!
Any questions?

61

Anda mungkin juga menyukai