DI SUSUN OLEH :
A32019041
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK HIPOVOLEMIK
A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hipodinamik dan metabolic yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh
(Sudoyo & Aru, 2006). Secara patofisiologis syok merupakan gangguan
hemodinamik yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan
perfusi jaringan (Hardisman, 2013).
Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terdapat kehilangan
volume sirkulasi efektif yang disebabkan oleh kehilangan cairan eksternal
akibat hemoragi dan perpindahan cairan internal seperti dehidrasi berat,
edema atau asites, dan kehilangan cairan akibat diare atau muntah (Baughman
dan Diane, 2000). Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah
dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan
beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan
berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik adalah syok
yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler (Dewi &
Rahayu, 2010). Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat
berkurangnya volume plasma di intravaskuler (Hardisman, 2013).
B. Etiologi
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari
volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat terjadi
akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah. Kekurangan
volume darah sekitar 15-25% biasanya akan menyebabkan penurunan
tekanan darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45%
umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis hipovolemik yang
disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau karena kehilangan
cairan ke dalam jaringan kontusio atau usus yang mengembang, kerusakan
jantung dan paru-paru dapat juga menyokong masalah ini secara bermakna.
Syok akibat kehilangan cairan berlebihan juga timbul pada pasien luka bakar
yang luas (Caterino, Jeffrey M., Kahan, Scott, 2003). Penyebab syok
hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang terdiri dari :
1. Perdarahan
a. Eksternal : Kehilangan darah karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh disebabkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul. Trauma
yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan
darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500-1000
ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml
perdarahan.
b. Internal :
1) Hematom subkapsular hati
2) Aneurisma aorta pecah karena kelainan pembuluh darah
3) Perdarahan gastrointestinal
4) Perlukaan berganda
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
e. DHF
f. Peritonitis
g. Obstruksi ileus
3. Kehilangan cairan ekstraseluler
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang sangat agresif
e. Diabetes insipidus
f. Infusiensi adrenal
C. Patofisiologi
Trauma pada jaringan tubuh Pengeluaran keringat Kerusakan adrenal Obstruksi usus halus
berlebihan, diare, pada ginjal
muntah, intake air
Luka bakar Destruksi kapiler dan elektrolit tidak
adekuat
Distensi usus halus
Sekresi aldosterone
Kehilangan menurun
protein melalui Perdarahan
sel yang
terkelupas Aliran balik vena
Kegagalan dalam pada dinding usus
Berkurangnya cairan
retensi air dan Na+ terhambat
di seluruh
kompartemen tubuh
Berkurangnya termasuk
protein plasma intravaskuler Peningkatan tekanan
intravaskuler kapiler usus halus
Gejala umum dari syok hipovolemik menurut Sudoyo & Aru (2006) yaitu :
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Nitrogen Urea Darah (BUN): mungkin meningkat karena dehidrasi,
penurunan perfusi ginjal, atau penurunan fungsi ginjal.
b. Hematokrit: peningkatan pada dehidrasi, penurunan perdarahan. Ingatlah
bahwa hematokrit akan tetap normal segera setelah hemoragi akut tetapi
setelah periode beberapa jam akan ada perpindahan cairan CIS ke plasma dan
hematokrit akan turun.
c. Elektrolit serum: bervariasi, tergantung pada jenis kehilangan cairan.
d. Gas Darah Arteri: pada mulanya terdapat alkalosis respiratori sebagai akibat
takipnea yang kemudian berlanjut menjadi asidosis metabolik, terdapat
hipokapnia dan hipoksemia.
G. Pengkajian Primer
Pengkajian syok hipovolemik menurut Smeltzer dkk., (2002) yaitu:
1. Airway
Penilaian kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara
napas tambahan seperti snoring.
2. Breathing
Penilaian frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3. Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
4. Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala syok
seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut,
atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
5. Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien
mengalami cidera tertentu.
H. Pengkajian Sekunder
Menurut Horne (2000), pengkajian pada klien syok hipovolemik meliputi:
1. Penampilan umum (GCS)
2. Riwayat penyakit/pengkajian SAMPLE
(Sign and Symptom, Allergies, Medications, Past Illness, Last Meal, Event
leading to injury or illness)
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala meliputi pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
5. Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik dapat dilakukan dengan inspeksi dan didapatkan hasil
takipnea dan hiperventilasi, pada pemeriksaan secara palpasi didapatkan hasil
kulit dingin, berkeringat, dan saat diauskultasi didapatkan takikardia dan nadi
lemah halus. Selain itu, secara umum hasil pengkajian akan didapati
penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit menjadi
buruk, lidah kering dan kasar, mata cekung, vena leher kempes, peningkatan
suhu, dan penurunan berat badan akut. Pasien syok hipovolemik akan tampak
pucat, hipotensi terlentang, dan oliguria.
6. Pengkajian perubahan pada hipovolimea
7. Pengukuran Hemodinamik
Penurunan CVP, penurunan tekanan arteri pulmoner (TAP), penurunan curah
jantung, penurunan tekanan arteri rerata, peningkatan tahanan vaskuler
sistemik.
8. Riwayat dan Faktor-Faktor Resiko
a. Kehilangan GI abnormal : Muntah,diare, drainase intestinal
b. Kehilangan kulit abnormal : Diaforesis berlebihan terhadap demam atau
latihan; luka bakar, fibrosis sistik.
c. Kehilangan ginjal abnormal : Terapi diuretik, diabetes insipidus, diuresis
osmotik, insufisiensi adrenal (misal diabetes melitus tak terkontrol).
d. Spasium ke tiga atau perpindahan cairan plasma ke intertsisial:
Peritonitis, obstruksi usus, luka bakar, asites.
e. Hemoragi
f. Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan.
I. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2017) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
syok hipovolemik adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
dan edema paru
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
7. Kecemasan berhubungan dengan ancaman biologis, psikologis, dan / atau
integritas sosial.
J. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
dan edema paru
Airway Management:
a. Buka jalan napas klien dengan triple airway manuever
b. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Kaji klien untuk perlunya pemasangan alat bantu jalan napas
d. Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
e. Keluarkan sekret klien dengan batuk ataupun suction
f. Auskultasi suara napas dan catat jika ada suara napas tambahan
g. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
h. Monitor respirasi dan status oksigen klien
Cardiac Care:
a. Evaluasi adanya nyeri dada
b. Monitor balanca cairan
c. Monitor irama jantung (EKG)
d. Pertahankan tirah baring selama fase akut
Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Solo: FIK
UMS.
Guyton, A.C and J. E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : EGC
Sudoyo, A. W. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Burnner & Suddarth. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA KASUS SYOK
HIPOVOLEMIK DIRUANG ICU
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Tn. M
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
BB : 65 kg
No.RM : 00361xxxx
Diagnosa Medik : Syok Hipovolemik
Tanggal Pengkajian : 16 April 2020
Nama Perawat : Gesti
2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dari IGD dengan penurunan kesadaran dengan GCS E3M3V3,
pasien mengalami Fraktur Femur 1/3 distal. Sebelum dilarikan ke IGD pasien
sudah mengalami penurunan kesadaran. Keluarga pasien mengaku pasien
tampak lemas, tampak mengantuk, dan sulit diajak berkomunikasi. Kemudian
saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa ditemukan konjungtiva anemis,
napas cuping hidung (fase ekspirasi memanjang), akral dingin dan sianosis
sentral serta nilai ankle brachial 0.8 dan terdapat bruit femoral.
Riwayat penyakit dahulu :
a. Riwayat saat di IGD :
Pasien datang sudah mengalami penurunan kesadaran setelah terjadi
KLL dan terjadi fraktur femur 1/3 distal. Kesadaran pasien apatis
dengan GCS E3M3V3. Pasien di IGD mendapatkan penanganan
pemberian Pasien mendapat terapi cairan infus RL 500cc, Firmahes
500cc, O2 5 liter/menit, injeksi dobutamin 10 mEq, injeksi
dexametason 5 mg, injeksi Lasix 20 mg/24 jam dan transfuse Packed
Red Cell 2 kolf.
b. Riwayat pengobatan :
Pasien sedang tidak melakukan pengobatan apapaun.
c. Riwayat sebelumnya :
Keluarga mengatakan bahwa Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi, diabetes mellitus, asma dan alergi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang menurun atau menular.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
Pernafasan pasien dibantu dengan binasal kanul 5 lpm, RR pasien 32
x/m, pernafasan cuping hidung (+), paru-paru terdengar bunyi
vesikuler menurun dan terdapat ronki basah pada basal kedua paru,
Hasil pemeriksaan didapatkan hasil spirometri KV menurun 25%.
b. B2 (Blood)
ictus cordis terlihat pada ICS V dan teraba di linea axilaris anterior
sinistra setinggi ICS V. Batas atas pada ICS II linea midclavicularis
sinistra, batas kanan pada ICS IV linea parasternal sinistra, batas kiri
pada ICS V linea axilaris anterior sinistra dan tidak ditemukan murmur
atau gallop, Tekanan darah 80/50 mmHg, akral teraba dingin, Sianosis
(+), Peningkatan vena jugularis (-), CRT >2detik, conjuctiva anemis.
c. B3 (Brain)
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E3M3V3,
Reflek pupil (+), Pupil anisokor 2mm/2mm, muntah proyektil (-),
Kejang (-).
d. B4 (Bowel)
Tidak tampak distensi abdomen, tidak ada bekas luka, bising usus 11
x/m.
e. B5 (Bladder)
Pasien terpasang DC nomor 16 dengan produksi urin 20 cc, berwarna
kuning pekat, bau khas amoniak dan tidak ada distensi VU.
f. B6(Bone)
Terpasang IVFD pada ekstermitas atas kanan, tidak terdapat oedema
(-), terdapat fraktur remur 1/3 distal.
P : pekak
2) Paru
I : tidak ada jejas, tidak ada lesi, pernafasan tampak sama
antara dada kanan dan kiri
P : pergerakan dada teraba sama, Tidak ada pembesaran massa,
pernafasan teraba simetris
P : sonor
A : bunyi vesikuler menurun dan terdapat ronki basah pada
basal kedua paru
h. Abdomen
I : tidak terdapat distensi abdomen, tidak ada jejas,
A : Bising usus terdengar lemah 7x/menit
P : tidak ada pembesaran massa, teraba hangat
P : Thympany
i. Ekstremitas
1) Atas
Terdapat oedema (-), terpasang IVFD pada tangan kanan,
Ekstermitas atas teraba dingin
2) Bawah
Akral teraba dingin, deformitas (-) , terdapat fraktur femur 1/3
distal.
j. Genetalia
Terpasang DC no 16, tidak terdapat lesi, benjolan normal, tampak
kemerahan pada anus, diare (-), produksi urin 20 cc dengan warna
kuning pekat.
5. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (abnormal)
Tanggal : 16 april 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Lekosit 17 3.6-11 Rb/ul
Eritrosit 2.6 3.8 – 5.2 Juta/l
Hemoglobin 7.6 11.7 – 15.5 Gr/dl
Hematocrit 22.2 35-47 %
SGOT 17 5 – 40 IU/L
SGPT 10 7 – 56 IU/L
Ureum 13.2 7 – 20 mg/dL
GDS 122 <200 Mg/dl
6. Terapi
Nama therapi Dosis Manfaat
RL 500 cc Sebagai cairan isotonis untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang,
7. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : - Pola nafas tidak efektif Trauma
DO :
Pernafasan cuping hidung (fase ekspirasi
memanjang), akral dingin dan sianosis
sentral Pada pemeriksaan pulmo
ditemukan bunyi vesikuler menurun dan
terdapat ronki basah pada basal kedua
paru. Pada pemeriksaan radiologis, foto
rontgen AP ditemukan susp
kardiomegali dan terdapat edema pulmo,
pasien terpasang oksigen binasal kanul 5
lpm, pasien mengalami penurunan
kesadaran, pasien tampak menggunakan
otot bantu nafas, RR 32 x/menit.
Diagnosa Rasional
No Tujuan Rencana Keperawatan
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan 1. Mengetahui status
efektif keperawatan selama 2x24 jam (3350) pernafasan pasien
berhubungan jam diharapkan masalah pola 1. Monitor kecepatan, 2. Mengetahui
dengan trauma nafas dapat berkurang dengan irama, kedalaman perkembangan
kriteria hasil : dan kesulitan cara bernafasa
Indicator Awal Tujuan bernafas pasien
Frekuensi 1 3 2. Monitor pola nafas 3. Memberikan
pernafasan 3. Memberikan terapi bantuan pasokan
Kedalaman 2 3 oksigen oksigen ke dalam
pernafasan 4. Monitor status tubuh
Pernafasan 1 3 saturasi oksigen 4. Mengetahui
cuping pasien kondisi oksigenasi
hidung 5. Palpasi kesimetrisan tubuh pasien
Penggunaa 1 3 ekspansi paru 5. Mengetahui
n otot bantu 6. Auskultasi suara perubahan
nafas nafas ekspansi dada
7. Monitor hasil foto pasien
thorax 6. Mengetahui
perubahan suara
paru
7. Mengetahui
perubahan paru
pada pasien
2 Resiko perdarahan Setelah diberikan tindakan Pencegahan syok (4290) 1. Mengetahui tanda
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam tanda syok dan
dengan post klien menunjukkan nyeri 1. Monit segera untuk
tindakan OP berkurang dengan kriteria hasil: or terhadap adanya memberikan
Indicator Awal Tujuan respon penanganan
Urin 1 3 kompensasasi syok 2. Mengetahui fungsi
output seperti perubahan jantung
TTV 3. Mengetahui
Anemis 1 3 sirkulasi darah
Penuruna 1 2 2. Monit pada pasien
n or terhadap adanya 4. Agar tidak terjadi
kesadaran tanda awal fungsi penurunan
jantung kesadaran yang
bermakna
5. Mengetahui
3. Monit seberapa parah
or status sirkulasi perubahan
laboratorium yang
4. Monit dapat
or terhadap adanya memperparah
tanda kondisi
ketidakadekuatan 6. Mengetahui
perfusi oksigen ke perubahan ttv pada
jaringan seperti pasien
penurunan 7. Mengetahui fungsi
kesadaran ginjal dan
mencatat output
5. Monit yang dikeluarkan
or hasil 8. Memberikan
tambahann cairan
laboratorium pada tubuh pasien
9. Agar pemberian
6. Monit oksigen berjalan
or haemodinamik dengan lancar
10. Menambah darah
pasien
7. Catat
output
8. Berika
n cairan IV sesuai
dengan kebutuhan
9. Pertah
ankan akses IV
10. Berika
n terapi PRC
S:-
17.00 o : pasien mendapatkan terapi dexametason
3x30 mg, ranitin 2x 1 ampul, ondansentron
4. Memberikan terapi
3x1 ampul, dobutamin 10 mEq.
pada pasien
S:-
20.00
O : darah ke 2 masuk (+)
5. Memberikan darah
yang kedua s:-
21.00 O : menunggu hasil lab, jika ada perubahan
lab maka segera untuk konsul pada DPJP
04.45
6. Memonitor hasil lab S :-
untuk post transfusi O : Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 88
x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36.6 C
06.00
S:-
O : urin yang dikeluarkan sebanyak 80 / 12
7. Memonitor jam dengan warna kuning dan bau khas
hemodinamik pasien amoniak.
8. Memonitor urin
output
Evaluasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor pola nafas pada pasien
2. Pertahankan terapi oksigen pasien
3. Auskultasi suara nafas
Anemis 1 3 1
Penuruna 1 2 1
n
kesadaran
P :lanjutkan intervensi
1. Pantau status haemodinamik pada pasien
2. Monitor perdarahan pada pasien
3. Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi
4. Konsulkan jika terjadi dehidrasi
5. Monitor output pasien
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor pola nafas pada pasien
2. Pertahankan terapi oksigen pasien
3. Kolaborasi dengan dokter jika terjadi perburukan kondisi
pada pasien.
17/4/20 resiko perdarahan S:-
O : Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 24 x/menit,
Suhu 36.6 C, akral masih teraba dingin, PRC sudah masuk 2 kolf,
conjunctiva anemis, urin output 40cc/12 jam, pasien sudah
mendapatkan resusitasi cairan dengan RL 500 cc dan fermihes 500
cc.
Anemis 1 3 1
Penuruna 1 2 1
n
kesadaran
P :lanjutkan intervensi
1. Pantau hasil laboratorim pasien
2. Monitor jika ada perdarahan kembali
3. Monitor hemodinamik pasien
17/4/20 ketidakefektifak S:-
perfusi jaringan O : kesadaran pasien apatis, GCS E3M3V3, CRT > 2 detik,
perifer conjuctiva anemis, akral masih teraba dingin, pasien tampak pucat,
terapi PRC 2 kolf sudah masuk, Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi
88 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36.6 C.
A : masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
belum teratasi
Indicator Awal Tujuan akhir
Pengisian 1 3 1
CRT
Muka 2 3 2
pucat
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau hasil laboratorium terutama darah rutin post
transfusi
2. Konsultasikan hasil laboratorium
3. Monitor hemodinamik pada pasien
ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN