Anda di halaman 1dari 17

“ASUHAN KEPERAWATAN POST HEMODIALISIS”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KDM III


Dosen pengampu : Ns. I Kadek Oka Darmaja, S.Kep.

Disusun Oleh :
Yurida Ananda Aprillia
102081805

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Dasar Manusia III dengan judul “Asuhan keperawatan Post
Hemodialisis”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 10 Agustus 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi.............................................................................................3
2. Tujuan...............................................................................................3
3. Indikasi.............................................................................................4
4. Kontra indikasi.................................................................................4
5. Prinsip...............................................................................................4
6. Peralatan Hemodialisa......................................................................5
7. Komplikasi.......................................................................................5
8. Perawatan Post Hemodialisa............................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian........................................................................................7
2. Analisa Data.....................................................................................9
3. Diagnosa...........................................................................................10
4. Intervensi..........................................................................................10
5. Implementasi....................................................................................11
6. Evaluasi............................................................................................11
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodialisis merupakan terapi pendukung keberlangsungan dari
penyakit gagal ginjal kronis (Wiliyanarti dan Muhith, 2019). Pasien yang
menjalani hemodialisis terus meningkat seiring dengan peningkatan
penderita gagal ginjal kronik. Pada tahun 2014 Indonesia Renal Registry
(IRR) mengemukakan bahwa di Indonesia terdapat 17.193 orang yang
menjalani terapi hemodialisa dan meningkat sebanyak 3.857 pasien pada
tahun 2015.
Insiden penyakit gagal ginjal meningkat sebesar 15.353 pada tahun
2011 dan naik sebesar 17.193 pada tahun 2014 (Wiliyanarti dan Muhith,
2019). Global epidemik dari gagal ginjal telah diakui sebagai masalah
besar pada kesehatan, tidak hanya pada negara maju, tetapi juga terjadi di
Asia. Data dari Western Australia menunjukkan bahwa
glomerulonephritis, nefropati diabetikum dan hipertensi terhitung
sebanyak 80% menyebabkan Chronic Kidney Disease (CKD). Hal ini
menunjukkan bahwa masalah gagal ginjal ini terbentuk dari campuran
masalah diabetes dan hipertensi, dimana angka kejadian diabetes dan
hipertensi sangat besar di Asia. (Philip et al, 2018).
Dampak yang terjadi akibat penyakit gagal ginjal kronis
penderitanya akan mengalami kerusakan ginjal dengan Laju Filtrasi
Glomerolus (LFG) normal > 90 ml/mnt, kerusakan ginjal dengan LFG 60-
89 ml/mnt (disertai peningkatan tekanan darah), penurunan LFG sedang
30-59 ml/mnt (disertai hiperfosfatemia, hipokalcemia, anemia,
hiperparatiroid, hipertensi), penurunan LFG berat 15-29 ml/mnt (disertai
malnutrisi, asidosis metabolic, cendrung hiperkalemia dan dislipidemia)
dan gagal ginjal (WHO, 2010). Pasien yang menjalani terapi hemodialisa
jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya.
Berdasarkan data diatas dan untuk memenuhi tugas keperawatan
medical bedah III maka penulis membuat makalah yang berjudul Askep
Post Hemodialisa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah yaitu
bagaimana latar belakang dan asuhan keperawatan pasien post hemodialisa
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III diharapkan mahasiswa semester 5 dapat mengerti dan memahami
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada klien dengan post
hemodialisis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

1
2. Tujuan Umum
a. Mampu memahami Mampu memahami definisi, tujuan, indikasi,
kontra indikasi, peralatan, komplikasi, perawatan klien
Hemodialisa
b. Mampu memahami pengkajian pada pasien intra hemodialisa
c. Mampu memahami diagnosa pada pasien hemodialisa
d. Mampu memahami intervensi pada pasien hemodialisa
e. Mampu memahami impementasi pada pasien hemodialisa
f. Mampu memahami evaluasi pada pasien hemodialisa

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi
(Muhazama, 2018)
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal,
dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis
merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan
pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan
terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Muhazama, 2018).
2. Tujuan
Tujuan dari hemodilisis adalah untuk memindahkan produk-produk
limbah terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam
mesin dialisis. Pada klien gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis
dapat menurunkan risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat
akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis tidak
menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialiss sepanjang hidupnya
(biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali
terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui transplantasi ginjal
(Muhazama, 2018)

3
3. Indikasi
Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang
memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan gagal
ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi jangka panjang/permanen
(Munawir, 2011) indikasi dilakukan hemodialisis pada penderita gagal
ginjal adalah :
a. Laju filtrasil glomerulus kurang dari 15 ml/menit
b. Hyperkalemia
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl
e. Kelebihan cairan
f. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali
4. Kontra indikasi
Menurut Wijaya, dkk (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien
yang hemodialisa adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg).
b. Hipotensi (TD < 100 mmHg).
c. Adanya perdarahan hebat.
d. Demam tinggi.
5. Prinsip Hemodialisa
Menurut Muhazama, (2018) ada tiga prinsip yang mendasari kerja
hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi yaitu :
a. Proses difusi
adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di
dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.
b. Proses osmosis
adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu
perbedaan osmolalitas dan dialisat.
c. Proses ultrafiltrasi
adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
hidrostatik di dalam darah dan dialisat. Luas permukaan dan daya
saring membran mempengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah.

4
Pada saat dialisis, pasien, dialiser, dan rendaman dialisat
memerlukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai
komplikasi yang dapat terjadi misal: emboli udara, ultrafiltrasi
yang tidak adekuat atau berlebihan, hipotensi, kram, muntah,
perembesan darah, kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirau
atau fistula)
6. Peralatan Hemodialisa
Menurut Munawar (2011) peralatan hemodialisis meliputi :
a. Mesin hemodialisis
Mesin hemodialisat merupakan perpaduan dari computer dan
pompa yang mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor.
Pompa dalam mesin hemodialisis berfungsi untuk mengalirkan
darah dari tubuh ke dialiser dan mengembalikan kembali ketubuh.
b. Dialiser/ginjal buatan
Adalah tempat dimana proses hemodialisis berlangsung, tempat
terjadinya pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat
c. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal yang dipompakan melewati dialiser ke darah pasien
7. Komplikasi
Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian
dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit
ginjal kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK).
Walaupun tindakan HD saat ini mengalami perkembangan yang cukup
pesat, namun masih banyak penderita yang mengalami masalah medis
saat menjalani HD. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita
yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah
umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan cairan
saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang
menjalani H  reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan
darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik
atau intradialytic hypertension (HID). Komplikasi HD dapat

5
dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Muhazama, 2011).
8. Perawatan Post Hemodialisis
a. Menghadiri HD
b. Persiapan alat : Kain kassa/ gaas sterl, plester, verband gulung,
alkohol/ betadine, antibiotik powder (Nebacetin/cicatrin), bantal
pasir (1 – ½ kram): pada punksi femoral
c. Cara kerja :
1) Menit sebelum hemodialisis berakhir Qb diturunkan sekitar
100cc/m UFR= 0
2) Ukur TD, nadi
3) Blood Pump Stop
4)  Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut, bekas punksi inlet
ditekan dengan kassa steril yang diberi betadine
5) Hubungkan ujung ABL dengan indus set 50 – 100 cc, 100ml/m
Nacl masuk
6) Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan dorong dengan Nacl
sambil Qb dijalankan
7) Setelah darah masuk ke tubuh blood pump stop, ujun VBL
diklem
8) Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan
dengan kassa steril yang diberi betadine
9) Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas
punksi inlet dan outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup
dengan kain kassa/ band aid lalu pasang verband
d. Ukur TTV : TD, N, S, P
e. Timbang BB (kalau memungkinkan)
f. Isi formulir hemodialisis

6
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Keluhan utama
Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan lemas, pusing,
gatal, bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah,
tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB,
pengelihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung,
susah konsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot,
keringat dingin, batuk berdahak
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini
Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan
pengaruhnya terhadap aktivitassehari-hari
2) Riwayat kesehatan dahulu
Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi
organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi
obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit
endokrin, riwayat kardiovaskuler, darah tinggi, kehamilan,
dehidrasi, dan trauma
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat
penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga
generasi.
d. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya
harus dievaluasidengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering
merupakan bagian dari susunan terapidialysis, merupakan salah
satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasidapat
memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan
minum obat dankapan menundanya. Sebagai contoh, obat
antihipertensi diminum pada hari yang samadengan saat menjalani

7
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis
danmenyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan
kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya mengh
adapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian.
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami
pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
f. Pola kebutuhan dasar
1) Aktifitas dan istirahat : kelelahan, kelemahan otot, penurunan
rentang gerak, kehilangan tonus, malaise.
2) Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan
pembatasan cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti
penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal jantung
kongesti serta edema paru, pembatasan pada asupan protein
akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala mual muntah
3) Eliminasi : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria
4) Nyeri/kenyamanan : sakit kepala, pusing, nyeri dada, nyeri
punggung, gatal, pruritus, kram, kejang, kesemutan, mati rasa
5) Sirkulasi : riwayat hipertensi nyeri dada, oedem jaringan umum
(kaki/tangan)
6) Integritas ego : faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da
kekuatan, perubahan kepribadian takut
7) Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, kehilangan
memori, penurunan kesadaran
8) Keamanan : kulit gatal, pruritis, demam
9) Seksualitas : penurunan libido, amenoria, infertilitas
10) Penyuluhan dan pembelajaran : riwayat dalam keluarga,
penyakit polikistik, nefritis herediter, penggunaan antibiotic.
g. Pemeriksaan fisik

8
1) BB : setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan
akan menurun
2) TTV : sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya
denyut nadi dan tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi
ini harus di ukur kembali pada saat prosedur selesai dengan
membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur
3) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
4) Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat,
isokor, reflek cahaya(+/+).
5) Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
6) Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah
7) Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
8) Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar,
kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak
meningkat.
9) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus
atau gatal-gatal
10) Kuku : kuku tipis dan rapuh
11) Rambut : kering dan rapuh
12) Oral : halitosis/faktor uremic, perdarahan gusi
13) Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration
14) Pulmonary : pneumonia
15) Asam basa : asidosis metabolic
16) Neurologic : letih, sakit kepala. Gangguan tidur, gangguan otot
17) Hematologi : perdarahan
h. Pemeriksaan penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4 mg/dl pada
perempuan, dan GFR 4 ml/detik
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengatakan Terpasang set Intoleransi
pergerakannya terbatas dyalisis aktifitas

9
karena terpasang set dyalisis berhubungan
Do : klien terpasang set dengan
dyalisis pemasangan
alat dyalisis
2 Ds : klien mengeluh nyeri Luka pada Resiko infeksi
dan gatal daerah punksi berhubungan
Do : terdapat luka bekas dengan
punksi pada akses vascular prosedur
klien, terjadi atau terdapat invasive
tanda-tanda infeksi (kolor,
dolor, rubor, tumor dan
fungsiolasia)
3 Ds : klien mengeluh lemas, Pemberian Resiko
kepala pusing heparin pendarahan
Do : perdarahan berlebih berhubungan
dengan
pemberian
heparin yang
berlebih

3. Diagnose
a.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pemasangan alat dyalisis
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
c.Resiko pendarahan berhubungan dengan pemberian heparin yang
berlebihan
4. Intervensi
Diagnose Tujuan & kriteria hasil intervensi
Intoleransi Setelah diberikan a. Monitor kadar Hb
asuhan keperawatan dan Hct sebagai
aktifitas
selama 1x24 jam indicator suplai
berhubungan diharapkan klien oksigen pada klien
mampu berpartisipasi b. Berikan zat besi dan
dengan
dalam aktivitas yang EPO sesuai anjuran
pemasangan alat dapat ditoleransi, c. Berikan folic acid
dengan kriteria hasil : sesudah dyalisis
dyalisis
a.Berpartisipasi d. Berikan istirahat yang
dalam aktifitas cukup
perawatan mandiri e. Ajarkan klien untuk
yang dipilih merencanakan
b. Berpartisipasi kegiatan dan
dalam menghindari
meningkatkan kelelahan
aktifitas dan latihan f. Usahakan
c.Istirahat dan meminimalkan
aktifitas kehilangan darah

10
seimbang/bergantia selama dyalisis
n
Resiko infeksi Setelah diberikan a. Ukur TTV klien
asuhan keperawatan b. Observasi daerah
berhubungan
selama 3x24 jam pemasangan/penusuk
dengan prosedur diharapkan klien tidak an
mengalami infeksi c. Lakukan teknik
invasive
dengan kriteria hasil : aseptic saat
a.Suhu tubuh normal melakukan tindakan
(36-37 C) HD dan tindakan
b. Tak ada perawatan luka bekas
kemerahan di penusukan
sekitar shunt d. Tutup luka bekas
c.Area shunt tidak penusukan dengan
nyeri/bengkak gass steril
e. Berikan KIE pada
klien dan keluarga
tentang tanda dan
gejala infeksi
f. Segera cabut jarum
bila tampak
bembengkakan/flebiti
s
Resiko Setelah diberikan a.Observasi adanya
asuhan keperawatan perdarahn pada
pendarahan
selama 1x24 jam daerah luka
berhubungan diharapkan pendarahan penusukan
tidak berlanjut, dengan b. Observasi TTV
dengan pemberian
kriteria hasil : klien
heparin yang a.Tidak ada tanda- c.Lakukan
tanda perdarahan fiksasi/penekanan
berlebihan
pada tempat
penusukan dengan
gaas berisi betadine
d. Modifikasi
heparin untuk
mencegah adanya
resiko perdarahan

5. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan
tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi
6. Evaluasi
a. Aktifitas sehari-hari dapat terpenuhi

11
b. Infeksi tidak terjadi
c. Perdarahan tidak terjadi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
Hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan/prosedur tindakan untuk
memisahkan darah dari zat-zat sisa/racun yang dilaksanakan dengan
mengalirkan darah melalui membrane semipermeable dimana zat sisa atau
racun ini dialihkan dari darah ke cairan dialisat kemudian dibuang,
sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo
yang berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan.
B. Saran
Dalam pengambilan keputusan untuk mengadakan atau melakukan
hemodialisis harus benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang mungkin
terjadi baik efek dari terapi maupun dari segi finansial. Oleh karena itu,
hati-hatilah dalam mengambil keputusan mengingat terapi hemodialisis
berlangsung lama sehingga membutuhkan banyak materi dan kesiapan
fisik yang baik

12
DAFTAR PUSTAKA

Muhazama. (2018). LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN (ASKEP) HEMODIALISA

Astir Dewi, Gede Intam, Ayu. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL
GINJAL KRONIK DAN HEMODIALISA. ITEKES BALI

Tomia, Rusliamil. HEMODIALISA.


https://www.academia.edu/35618684/HEMODIALISA_docx (diakses 11
Agustus 2020)

Munawar, Usep. (2011). Hemodialisis BAB II. Universitas


Muhamamadiyah Purwokerto

13

Anda mungkin juga menyukai