Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN HEMODIALISIS

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Qurratul Uyun (P27820316071)


2. Diana Intan F.S (P27820316072)
3. M. Fuad Al-Aziz (P27820316073)
4. Rafiga Asis (P27820316074)
5. Rizki Ananda Soebandi (P27820316075)
6. Arindah Inna Nissyak (P27820316077)
7. Dhella Cahaningrum (P27820316078)
8. Ach. Fauzi Mardani (P27820316079)
9. Yuniar Riski Safitri (P27820316080)

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA

i
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

ii
KATA PENGA NTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak
lupa kami ucapkan kepada dosen mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sabab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

Surabaya, 3 Oktober 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Laporan pendahuluan pasien hemodialisis 12


B. Asuhan keperawatan pasien hemodialisis 12

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 25
B. Saran 25

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya.
Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara
mengalirkan melalui “ginjal buatan”. Hal yang melatar berlakangi isi makalah ini di
harapkan agar pengobatan hemodialisa dapat di cegah bagi para penderita penurunan
fungsi  ginjal dengan lebih meningkatkan asupan cairan bagi fungsi ginjal yang belum
kronis.
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane
yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak
dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa
bentuk keracunan
Banyak orang merasa tak nyaman dan ragu-ragu saat-saat pertama dilakukan
hemodialisa. Saat dilakukan hemodialisa sebenarnya anda tidak akan merasakan apa-
apa, beberapa orang akan merasa lelah setelah selesai dilakukan hemodialisa terutama
bila baru beberapa kali hemodialisa. Setelah beberapa kali hemodialisa maka cairan
yang berlebih dan racun dari tubuh anda akan berkurang, anda akan merasa kembali
bertenaga.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hemodialisis ?
2. Apa saja etiologi Dari hemodialisis ?
3. Bagaimana patofisiologi dari hemodialisi ?
4. Apa saja tujuan dari hemodialisi ?
5. Apa prinsip dari hemodialisis ?
6. Apa saja komponen hemodialisis ?
7. Apa saja indikasi dari hemodialisis ?
8. Apa saja kontraindikasi dari hemodialisis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan hemodialisis ?
10. Apa saja komplikasi dari hemodialisis ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisi ?

C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui tentang hemodialisis
2. Agar dapat mengetahui tentang etiologi Dari hemodialisis
3. Agar dapat mengetahui tentang patofisiologi dari hemodialisi
4. Agar dapat mengetahui tentang tujuan dari hemodialisi
5. Agar dapat mengetahui tentang prinsip dari hemodialisis
6. Agar dapat mengetahui komponen hemodialisis
7. Agar dapat mengetahui indikasi dari hemodialisis

5
8. Agar dapat mengetahui kontraindikasi dari hemodialisis
9. Agar dapat mengetahui tentang penatalaksanaan pasien dengan hemodialisis
10. Agar dapat mengetahui komplikasi dari hemodialisis
11. Agar dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hemodialisi

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan
pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup  hemodialisis,
hemofiltrasi dan peritoneal dialisis.
Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan
air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.
Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan.
Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat membran semi
permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan
membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. : 381).
B. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat,
kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi,
batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
C. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama
untuk menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab
primer ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring /
membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut
maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan
pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis
sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi,
atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia. Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan sebelum melalui hemodialisis pada pasien gagal ginjal
kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien. Waktu untuk terapi
ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.Hemodialisis biasanya dimulai

7
ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan
kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai
laboratorium absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.
D. Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2
kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan Blood
flow (QB) 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa
memerlukan waktu 3 – 5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3
hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi.
Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah
rusak dalam proses hemodialisa.
E. Prinsip yang mendasari Hemodialisa
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksik dari dalam darah
dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis aliran darah yang penuh
dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke tempat darah tersebut
dibersihkan dan kemudian di kembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang
mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan
konsenterasi yang lebih rendah. 
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,
dengan kata lain bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih  tinggi (tubuh pasien)
ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat  fasilitasi

8
pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan
untuk mengeluarkan  cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
F. Komponen Hemodialisa
1. Dialyzer / Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila
fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari
Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh
ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja
dari ginjal alami yang normal.Macam-macam ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena darah dalam
ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping cara menyiapkannya sangat
sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai karena volume
darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300 cc, sehingga bila terjadi
kebocoran pada ginjal buatan darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga
memerlukan mesin khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang
lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah dalam ginjal
buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara menyiapkannya mudah dan
cepat.
2.       Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai
tekanan osmotik yang sama dengan darah.
3. Akses Vaskular Hemodialisis
Untuk melakukan hemodialysis intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan
masuk kedalam system vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh
penderita dengan kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Teknik akses vascular
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.   Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
2. AksesVaskular Internal (permanen)

9
G. Indikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. pH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
9. Fluid overload
H. Kontra indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi
yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,
sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).
Tidak dilakukan pada pasien yang mengalami suhu yang tinggi.Cairan dialysis pada
suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi,tetapi suhu yang terlalu tinggi
menyebabkan hemodialysis sel darah merah sehingga kemungkinan penderita akan
meninggal.
I. Penatalaksanaan Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Jangka-Panjang
Diet dan masalah cairan. Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang
terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik dan
akan  mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih
berat gejala yang timbul. Diet rend protein akan mengurangi penumpukan limbah
nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat
terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan
demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian dengan resep diet untuk pasien ini.

10
Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat
diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada
asupan protein, natrium, kalium dan cairan. Berkaitan dengan pembatasan protein, maka
protein dari makanan harus memiliki nilai biologis yang tinggi dan tersusun dari asam-
amino esensial untuk mencegah penggunaan protein yang buruk serta mempertahankan
keseimbangan nitrogen yang positif. Contoh protein dengan nilai biologis yang tinggi
adalah telur, daging, susu dan ikan.
Dampak Diet Rendah Protein. Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya
hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan serta tidak disukai bagi banyak penderita
gagal ginjal kronis. Karena makanan dan minuman merupakan aspek penting dalam
sosialisasi, pasien sering merasa disingkirkan ketika berada bersama orang-orang lain
karena hanya ada beberapa pilihan makanan saja yang tersedia baginya. Jika pembatasan
ini dibiasakan, komplikasi yang dapat membawa kematian seperti hiperkalemia dan
edema paru dapat terjadi.
Pertimbangan medikasi. Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian
melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung,
antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan
agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa
menimbulkan akumulasi toksik.
Beberapa obat akan dikeluarkan dari darah pada saat dialisis oleh karena itu,
penyesuaian dosis oleh dokter mungkin diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan
protein tidak akan dikeluarkan selama dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang lain
bergantung pada berat dan ukuran molekulnya. Apabila seorang pasien menjalani
dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan cermat. Pasien harus
mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, jika obat
antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek
hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya.
J. Komplikasi
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan
hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:

11
a. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada
ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
b. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya
dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan
tambahan berat cairan.
c. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia
pada pasien hemodialisa.
d. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari
darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-
kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak
yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada
pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
e. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada
pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
f. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
g. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan
karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
h. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMODIALISIS

A. PENGKAJIAN
a. Keluhan Utama
1) Sindrom uremia
2) Mual, muntah, perdarahan GI.
3) Pusing, nafas kusmaul, koma.
4) Perikarditis, cardiar aritmia
5) Edema, gagal jantung, edema paru
6) Hipertensi
7) Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual, muntah,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang
meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal). (Brunner & Suddarth,
2001: 1398)
c. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan
cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari susunan terapi
dialysis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi
dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat
dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang
sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama
hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner &
Suddarth, 2001: 1401)
d. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta
impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. (Brunner
& Suddarth, 2001: 1402)
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama
kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267)

13
e. ADL (Activity Day Life)
Nutrisi       : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan masuk
untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan
gagal jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan
mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan
gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)
Eliminasi   : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas   : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang
diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk
melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu
yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
f. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan tekanan
darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat prosedur
selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur. (Muttaqin, 2011:
268).Manifestasi klinik
1) Kulit                : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau
gatal-gatal
2) Kuku               : kuku tipis dan rapuh
3)  Rambut           : kering dan rapuh
4) Oral                 : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
5)  Lambung         : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
6)   Pulmonary       : uremic “lung” atau pnemonia
7)   Asam basa       : asidosis metabolik
8)  Neurologic      : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
9) Hematologi : perdarahan
g. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan
GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)

14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre HD
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤ 7 gr/dl,
Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot aksesoris untuk bernafas,
Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman nafas, dan Dipneu
b. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan berlebih,
retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam waktu sangat singkat,
Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi haluran, Edema, Dispnea,
Penurunan hemoglobin, Perubahan pola pernapasan , dan Perubahan tekanan
darah
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual &
muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa oral d.d nyeri
abdomen bising usus hiperaktif, kurang makanan, diare, kurang minat pada
makanan, dan berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
d. Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung, tampak
waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir
e. Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat kimia, Defisit
cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea, membrane mukosa, integument,
atau subkutan) dan Kerusakan jaringan.
2. Intra HD
a. Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap penusukan &
pemeliharaan akses vaskuler.
b. Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses hemodialisa
3. Post HD
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa letih, dispnea setelah
beraktifitas, ketidaknyamanan setelah beraktifitas, dan respon tekanan darah
abnormal terhadap aktivitas.
b. Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra tubuh, Mengungkapkan
perasaan yang mencerminkan perubahan individudalam penampilan, Respon
nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
(mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada perubahan, Perasaan negatif
tentang sesuatu

15
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre HD

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan 1.      Observasi 1.      Untuk menentukan
penyebab nafas tidak tindakan yang harus
efektif b.d edema asuhan
efektif segera dilakukan
paru, asidosis keperawatan
metabolic, Hb ≤ 7 selama 1x24 jam
2.      Observasi 2.      Menentukan
gr/dl, Pneumonitis diharapkan respirasi & nadi tindakan
dan Perikarditis Pola nafas efektif
setelah dilakukan 3.      Berikan posisi 3.      Melapangkan dada
semi fowler klien sehingga nafas
tindakan HD 4-5
lebih longgar
jam, dengan
Kriteria hasil:
4.       Ajarkan cara 4.      Hemat energi
a.  Nafas 16-20 x/m nafas yang efektif sehingga nafas tidak
semakin berat
b.   edema paru hilan
c.  tidak sianosis
5.       Berikan O2 5.      Hb rendah, edema,
paru pneumonitis,
asidosis, perikarditis
menyebabkan suplai O2
ke jaringan <

6.      Lakukan SU pada 6.      SU adalah


saat HD penarikan secara cepat
pada HD, mempercepat
pengurangan edema
paru

7.      Kolaborasi 7.      Untuk ↑Hb,


pemberian tranfusi sehingga suplai O2 ke
darah jaringan cukup

8.      Kolaborasi 8.      Untuk mengatasi


pemberian antibiotic infeksi paru & perikard

9.      Kolaborasi foto 9.      Follou up

16
torak penyebab nafas tidak
efektif

10.  Evaluasi kondisi 10.  Mengukur


klien pada HD keberhasilan tindakan
berikutnya

11.  Evaluasi kondisi 11.   Untuk follou up


klien pada HD kondisi klien
berikutnya
2 Kelebihan volume Setelah diberikan 1.      Observasi status 1.      Pengkajian
cairan, timbang bb pre merupakan dasar untuk
cairan b.d asuhan
dan post HD, memperoleh data,
penurunan haluaran keperawatan keseimbangan pemantauan 7 evaluasi
masukan dan haluaran, dari intervens
urine, diet cairan selama 1x24 jam
turgor kulit dan edema,
berlebih, retensi diharapkan distensi vena leher dan
monitor vital sign
cairan & natrium Keseimbangan
volume cairan 2.      Batasi masukan 2.      Pembatasan cairan
cairan pada saat akan menetukan dry
tercapai setelah
priming & wash out weight, haluaran urine
dilakukan HD 4- HD & respon terhadap
terapi.
5 jam dengan
Kriteria Hasil:
3.      Lakukan HD 3.      UF & TMP yang
a.       BB post HD
dengan UF & TMP sesuai akan ↓ kelebihan
sesuai dry weight sesuai dg kenaikan bb volume cairan sesuai dg
interdialisis target BB edeal/dry
b.      Edema hilang
weight
c.       Retensi 16-28
x/m
4.      Identifikasi 4.      Sumber kelebihan
d.      Kadar natrium sumber masukan cairan dapat diketahui
cairan masa
darah 132-145
interdialisis
mEq/l
5.       Jelaskan pada 5.      Pemahaman
keluarga & klien ↑kerjasama klien &
rasional pembatasan keluarga dalam
cairan pembatasan cairan

6.      Motivasi klien 6.      Kebersihan mulut


untuk ↑ kebersihan mengurangi kekeringan
mulut mulut, sehingga ↓
keinginan klien untuk
minum

3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1.      Observasi status 1.         Sebagai dasar

17
nutrisi, kurang dari asuhan nutrisi: untuk memantau
a.         Perubahan BB perubahan & intervensi
kebutuhan tubuh keperawatan
b.         Pengukuran yang sesuai
b.d anoreksia, mual selama 1x24 jam antropometri
c.         Nilai lab.
& muntah, diharapkan
(elektrolit, BUN,
pembatasan diet Keseimbangan kreatinin, kadar
albumin, protein
dan perubahan nutrisi tercapai
membrane mukosa setelah dilakukan 2.      Observasi pola 2.         Pola diet dahulu
diet & sekarang berguna
oral HD yang sdekuat
untuk menentukan menu
(10-12 jam/mg)
3.      Observasi faktor 3.         Memberikan
selama 3 bulan,
yang berperan dalam informasi, faktor mana
diet protein merubah masukan yang bisa dimodifikasi.
nutrisi
terpenuhi,
dengan 4.     Kolaborasi 4.         Tindakan HD
menentukan tindakan yang adekuat, ↓ kejadian
Kriteria Hasil:
HD 4-5 jam 2-3 mual-muntah &
a.       Tidak terjadi minggu anoreksia, sehingga ↑
nafsu makan
penambahan atau
↓ BB yang cepat 5.      Kolaborasi 5.         Pemberian
pemberian infus albumin lewat infus iv
b.      Turgor kulit
albunin 1 jam terakhir akan ↑ albumin serum
normal tanpa HD
udema
6.      Tingkatkan 6.          Protein lengkap
c.        Kadar masukan protein akan ↑ keseimbangan
dengan nilai biologi nitrogen
albumin plasma
tinggi: telur, daging,
3,5-5,0 gr/dl produk susu
d.      Konsumsi diet
7.      Anjurkan 7.         Kalori akan ↑
nilai protein camilan rendah energi, memberikan
protein, rendah kesempatan protein
tinggi
natrium, tinggi kalori untuk pertumbuhan
diantara waktu makan

8.      Jelaskan rasional 8.         ↑ pemahaman


pembatasan diet, klien sehingga mudah
hubungan dengan menerima masukan
penyakit ginjal dan
↑urea dan kreatinin

9.       Anjurkan 9.         Untuk


timbang BB tiap hari menentukan status

18
cairan & nutrisi

10.  Observasi adanya 10.     Penurunan protein


masukan protein yang dapat ↓ albumin,
tidak adekuat, edema, pembentukan udema &
penyembuhan yang perlambatan
lama, albumin serum penyembuhan
turun

4 Ansietas b.d krisis Setelah 1.      Evaluasi respon 1.      Ketakutan dapat
verbal dan non verbal terjadi karena nyeri
situasional dilakukan asuhan
pasien. hebat, meningkatkan
keperawatan perasaan sakit, dan
kemungkinan
selama 1x24 jam
pembedahan.
diharapkan
2.      Berikan 2.     Meningkatkan
kesadaran pasien
penjelasan hubungan pemahaman,
terhadap antara proses penyakit mengurangi rasa takut
dan gejalanya. karena ketidaktahuan,
perasaan dan
dan dapat membantu
cara yang sehat menurunkan ansietas.
untuk
3.      Berikan 3.      Mengungkapkan
menghadapi kesempatan pasien rasa takut secara terbuka
untuk mengungkapkan dimana rasa takut dapat
masalah
isi pikiran dan ditujukan.
Kriteria hasil : perasaan takutnya.
      Melaporkan
ansietas menurun 4.      Catat perilaku 4.      Orang
dari orang terdekat/keluarga
sampai tingkat
terdekat/keluarga yang mungkin secara tidak
dapat ditangani. meningkatkan peran sadar memungkinkan
sakit pasien. pasien untuk
b.     Tampak rileks.
mempertahankan
ketergantungan dengan
melakukan sesuatu yang
pasien sendiri mampu
melakukannya.
5.      Identifikasi
sumber yang mampu 5.      Memberikan
menolong. keyakinan bahwa pasien
tidak sendiri dalam
menghadapi masalah

5. Kerusakan Setelahdilakukan 1.      Observasi kulit 1.      Mengetahui efek


dengan sering terhadap yang terjadi pada kulit.
integritas kulit askepselama 3x
efek samping kanker

19
berhubungan 24 jam 
2.      Mandikan 2.      Mengurangi iritasi
dengan kerusakan diharapkanintegri
dengan menggunakan pada kulit.
jaringan akibat taskulitpasienterj air hangat dan sabun
ringan
radiasi agadengan
criteria hasil : 3.      Hindari 3.      Mencegah
menggosok atau terjadinya perlukaan
           -
menggaruk area. pada kulit.
Kulitpasiennamp
4.      Anjurkan pasien 4.     Mencegah iritasi
akbersih.
untuk menghindari pada kulit pasien.
            - krim kulit apapun,
bedak, salep apapun
Menunjukkan
kecuali diijinkan
perubahan yang dokter.
minimal pada
5.      Hindarkan 5.  Mencegah terjadinya
kulit dan pakaian yang ketat perlukaan.
pada aea tersebut.
menghindari
trauma pada area
6.      Oleskan vitamin 6.      Memberikan
kulit yang sakit.
A dan D pada area asupan nutrisi pada kulit
tersebut. dan mencegah agar kulit
tidaak kering.

7.      Tinjau ulang efek 7.      Mengetahui


samping dermatologis perubahan yang terjadi
yang dicurigai pada pada kulit pada saat
kemoterapi. pengobatan kemoterapi.

2. Intra HD

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria hasil
1 Resiko cedera b.d Setelah 1.  Observasi kepatenan 1. AV yg sudah tidak
akses vaskuler & dilakukan AV shunt sebelum HD baik bila dipaksakan
bisa terjadi rupture
komplikasi asuhan
vaskuler
sekunder terhadap keperawatan
penusukan & selama 1x24 jam
2. Monitor kepatenan 2. Posisi kateter yg
pemeliharaan diharapkan kateter sedikitnya berubah dapat terjadi
akses vaskuler. pasien tidak setiap 2 jam
rupture vaskuler/emboli
mengalami
cedera dengan
3. Observasi warna

20
Kriteria hasil: kulit, keutuhan kulit, 3 Kerusakan jaringan
a.       Kulit pada sensasi sekitar shunt dapat didahului tanda
kelemahan pada kulit,
sekitar AV shunt
lecet bengkak, ↓sensasi
utuh/tidak rusak4. Monitor TD setelah 4.      Posisi baring lama
b.      Pasien tidak HD
stlh HD dpt
mengalami menyebabkan
komplikasi HD orthostatik hipotensi

5. Lakukan heparinisasi
pada shunt/kateter 5. Shunt dapat
pasca HD mengalami sumbatan &
dapat dihilangkan dg
heparin

6.  Cegah terjadinya 6.     Infeksi dapat


infeksi pd area mempermudah
shunt/penusukan kerusakan jaringan
kateter

2 Resiko terjadi Setelah 1. Monitor tanda-tanda 1. Penurunan trombosit


perdarahan dilakukan penurunan trombosit merupakan tanda adanya
yang disertai tanda kebocoran pembuluh
berhubungan asuhan
klinis. darah yang pada tahap
dengan keperawatan tertentu dapat
penggunaan selama 1x4jam, menimbulkan tanda-
tanda klinis seperti
heparin dalam diharapkan tidak
epistaksis, ptekie
proses hemodialisa terjadi
perdarahan
dengan 2. Aktifitas pasien yang
2. Anjurkan pasien tidak terkontrol dapat
Kriteria hasil :
untuk banyak istirahat menyebabkan terjadinya
1.      TD 120/80 (bedrest) perdarahan.
mmHg,
N: 80-
3.Berikan penjelasan 3.      Keterlibatan
100x/menit
kepada klien dan pasien dan keluarga
reguler, pulsasi keluarga untuk dapat membantu untuk

21
kuat melaporkan jika ada penaganan dini bila
2.      Tidak ada tanda perdarahan terjadi perdarahan
seperti: hematemesis,
tanda perdarahan
melena, epistaksis.
lebih lanjut, 4.      Mencegah
4.      Antisipasi adanya
trombosit terjadinya perdarahan
perdarahan: gunakan
meningkat. sikat gigi yang lunak, lebih lanjut.
pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan
5-10 menit setiap
selesai ambil darah

5.      Dengan trombosit


5.      Kolaborasi, yang dipantau setiap
monitor trombosit hari, dapat diketahui
setiap hari tingkat kebocoran
pembuluh darah dan
kemungkinan
perdarahan yang dialami
pasien.

3. Post HD

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Intoleransi Setelahdilakukan 1. Observasi faktor yang 1.Menyediakan
menimbulkan keletihan: informasi tentang
aktivitas b.d tindakan keperawatan
Anemia,Ketidakseimban indikasi tingkat
keletihan, & HD, selama 1x24 gan cairan & elektrolit, keletihan
Retensi produk sampah
anemia, retensi jam diharapkan klien
depresi
produk sampah mampu berpartisipasi
dan prosedur dalam aktivitas yang
2.Tingkatkan 2.Meningkatkan
dialisis dapat ditoleransi, kemandirian dalam aktifitas ringan/sedang
aktifitas perawatan diri & memperbaiki harga
dengan Kriteria
yang dapat ditoleransi, diri
Hasil: bantu jika keletihan
terjadi
a.       Berpartisipasi
dalam aktivitas 3. Anjurkan aktivitas 3. Mendorong latihan

22
perawatan mandiri alternatif sambil & aktifitas yang dapat
istirahat ditoleransi & istirahat
yang dipilih
yang adekuat
b.      Berpartisipasi
4.      Anjurkan untuk 4.    Istirahat yang
dalam ↑ aktivitas dan
istirahat setelah dialisis adekuat dianjurkan
latihan setelah dialisis, karena
adanya perubahan
c.       Istirahat &
keseimbangan cairan
aktivitas & elektrolit yang cepat
pada proses dialisis
seimbang/bergantian
sangat melelahkan
2 Harga diri Setelah diberikan 1. Observasi respon & 1.Menyediakan data
reaksi klien & klien & keluarga
rendah b.d asuhan keperawatan
keluarganya terhadap dalam menghadapi
ketergantungan selama 1x24 jam penyakit & perubahan hidup
penanganannya.
, perubahan diharapkan
peran dan Memperbaiki konsep 2. Observasi hubungan 2. Penguatan &
klien dan keluarga dukungan terhadap
perubahan citra diri, dengan
terdekat klien diidentifikasi
tubuh dan  Kriteria Hasil:
fungsi seksual a.       Pola koping klien
3. Observasi pola 3. Pola koping yang
dan keluarga efektif koping klien & efektif dimasa lalu
keluarganya bisa berubah jika
b.      Klien & keluarga
menghadapi penyakit
bisa mengungkapkan & penanganan yang
ditetapkan sekarang
perasaan & reaksinya
terhadap perubahan 4. Ciptakan diskusi yang 4. Klien dapat
terbuka tentang mengidentifikasi
hidup yang
perubahan yang terjadi masalah dan langkah-
diperlukan akibat penyakit & langkah yang harus
penangannya Perubahan dihadapi
peran, Perubahan gaya
hidup, Perubahan dalam
pekerjaan, Perubahan
seksual dan
Ketergantungan dg
center dialisis

5. Gali cara alternatif 5. Bentuk alternatif


untuk ekspresikan aktifitas seksual dapat
seksual lain selain diterima.
hubungan seks

6. Diskusikan peran 6.Seksualitas


memberi dan menerima mempunyai arti yang

23
cinta, kehangatan dan berbeda bagi tiap
kemesraan individu, tergantung
dari maturitasnya.

3 Resiko infeksi Setelah diberikan


1. Pertahankan area 1.Mikroorganisme
b.d prosedur asuhan keperawatan
steril selama penusukan dapat dicegah masuk
invasif selama 3x24 jam kateter kedalam tubuh saat
insersi kateter
berulang diharapkan
Pasien tidak 2.Pertahankan teknik 2. Kuman tidak masuk
steril selama kontak dg kedalam area insersi
mengalami infeksi
akses vaskuler:
dengan Kriteria penusukan, pelepasan
kateter
Hasil:
a.       Suhu tubuh normal 3.Monitor area akses 3.Inflamasi/infeksi
HD terhadap ditandai dg
(36-37 C)
kemerahan, bengkak, kemerahan, nyeri,
b.      Tak ada kemerahan nyeri bengkak
sekitar shunt
c.        Area shunt tidak 4.Beri pernjelasan pada 4.Gizi yang baik
pasien pentingnya ↑daya tahan tubuh
nyeri/bengkak
↑status gizi

5.Kolaborasi pemberian 5.Pasien HD


antibiotik mengalami sakit
kronis, ↓imunitas

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau tindakan yang direncanakan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
a.      Pre HD
1.  Nafas kembali normal, tidak terdapat edema paru dan sianosis
2.    Volume cairan kembali dalam keadaan seimbang
3.    Nutrisi pasien kembali dalam keadaan seimbang
4.    Ansietas yang di alami menurun sampai tingkat dapat ditangani
5.    Integritas kulit tidak mengalami kerusakan

b.      Intra HD
1.    Resiko cedera tidak terjadi
2.    Tidak terjadi perdarahan

24
c.       Post HD
1.      Dapat beraktivitas seperti biasa
2.      Harga diri rendah dapat teratasi karena pola koping klien efektif
3.      Tidak terjadi infeksi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan

25
pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup  hemodialisis,
hemofiltrasi dan peritoneal dialisis.
B. Saran
   Semakin berkembangnya zaman dan teknologi semakin meningkat juga resiko akan
penyakit pada manusia terutama dalam hal ini kehilangan fungsi ginjal atau gagal ginjal,
maka hemodialisis merupakan sarana penting dalam mengatasi hal ini sehingga dapat
mengembalikan fungsi ginjal yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012.NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

26
Ariany, Arin.  2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. Di akses pada tanggal 03
Oktober 2018 pada :http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-
hemodialisis.html
Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa .Di Akses Pada Tanggal Pada
tanggal 03 Oktober 2018: http://kesehatan-ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-
pendahuluan-hemodialisa.html

27
1. Apa yang dimaksud dengan hemodialisis adalah

a. Cuci darah
b. Uji darah
c. Lab darah
d. Donor darah
e. Kultur darah

2. Indikasi dari hemodialisis adalah

a. Gagal jantung
b. Hepatomegali
c. Penyakit alzaimer
d. Gagal ginjal
e. Fraktur

3. Diagnosa prioritas pada pasien pre hemodialisis adalah

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan natrium


b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
c. Ansietas berhubungan dengan rencana hemodialisis
d. Resiko injuri berhubungan dengan pengambilan doublemen
e. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan proses hemodialisi

4. Berikut efek samping dari hemodialisis antara lain

a. Maag, diare, mual muntah


b. Stomatitis, tonsilitis, gingivitis
c. Hipotensi, anemia,mual muntah
d. Hipertensi, kram otot, epistaksis
e. Hipotermi, menggigil, nyeri sendi

5. Apa saja yang harus di lakukan pasien yang menjalani proses hemodialisis?kecuali

a. Menjalani puasa 8 jam


b. Melakukan hemodialisis secara teratur dan sesuai jadwal agar tercapai hasil yang
maksimal
c. Lakukan kontrol yang ketat terhadap penyakit lain misal: kontrol gula darah, tekanan
darah, dll
d. Melakukan transfusi darah
e. Konsultasi ke dokter apabila mengalami komplikasi seperti: bengkak seluruh tubuh,
rasa gatal seluruh tubuh, kejang atau kram

28

Anda mungkin juga menyukai