Tugas : Makalah
“Hemodialisis”
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hemodialisi"tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugasIndividumata kuliah yang telah
diberikan oleh dosen pengajar Patofisiologi..
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuham Yang
Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan sebagai
penulis untuk penyempurnaan makalah yang selanjutnya.
Akhir kata dari sayaMudah-mudahan dengan tersusunnya makalah ini bisa memberikan
informasi kepada para pembacanya.
Gorontalo, 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
PRAKATA..........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................
BAB 3 PENUTUP................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang bertujuan mengganti faal ginjal
pada keadaan gagal ginjal kronik. Pada hemodialisis zat-zat yang tidak diperlukan tubuh
dibersihkan melalui penggunaan mesin hemodialisa sebagai ginjal buatan (dialiser), hemodialisa
merupakan dimana darah dikeluarkan dari tubuh pasien lalu beredar kedalam mesin dialis yang
berada diluar tubuh (Black & Hawks, 2009; PERNEFRI, 2014).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pertumbuhanjumlah penderita gagal
ginjal kronik didunia pada tahun 2013 meningkatsebesar 50% dari tahun sebelumnya dan
berdasarkan data Riset kesehatanDasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi penyakit gagal ginjal
kronik di Indonesia sekitar 0,2% dari penduduk Indonesia dan hanya 60% dari pasien GGK
tersebut yang menjalani terapi dialisis. Prevalensi tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah sebesar
0,5 %, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 %. Sementara Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan
Jawa Timur masing–masing 0,3 % (Riskesdas, 2013). Terapi hemodialisa pada umumnya
dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisis dilakukan selama 5 jam, ada juga dialisis
yang dilakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisis 4 jam (Sudoyo, 2009). Efisiensi dialisis
bergantung pada lamanya dialisis, kecepatan aliran darah, kecepatan aliran cairan dialisat dan
luas permukaan dialiser (Baradero dkk, 2009; Saputra dan Lyndon, 2013). Di samping itu
tindakan dialisis ini juga dapat menyebabkan komplikasi, diantaranya yaitu mempengaruhi status
gizi (Moattari, Ebrahimi, Sharifi, 2012). Hemodialisa dijalani oleh pasien untuk kelangsungan
hidup pasien sekaligus akan merubah pola hidup pasien dan juga membuat pasien kurang
nyaman ( Mahmoed & Abdelaziz, 2015).
Pasien hemodialisis umumnya memiliki permasalahan yang terjadi pada saat pasien menjalani
hemodialisa adalah hipertensi, kram, mual dan muntah, nyeri dada, nyeri punggung, gatal,
demam dan menggigil (Rahardjo et al, 2014).
BAB 11
PEMBAHASAN
a. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit
akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa
minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau End Stage Renal Disease
(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis
adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto, 2009).
b. Hemodialisis adalah proses dimana darah penderita dialirkan untuk dilakukan pemisahan
(penyaringan) sisa-sisa metabolisme melalui selaput permeabel dalam ginjal buatan
dengan bantuan mesin hemodialisis. Darah yang sudah bersih dipompakan kembali
kedalam tubuh selama tindakan dialisis darah pasien berada pada suatu sisi membran
didalam kompartemen darah. Dialisat pada sisi yang lain, yaitu pada kompartemen
dialisat. Dialisat dan darah tidak akan bercampur kecuali membran bocor atau rusak
(Kristiana, 2011)
c. Hemodialisis adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membrane semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Rendi, 2012)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hemodialisis adalah
suatu terapi yang digunakan untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak dengan
menggunakan suatu alat yang dinamakan mesin hemodialisis, yang nantinya akan terjadi
proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa
metabolesme dalam tubuh.
Hemodialisis adalah suatu terapi yang mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari
hemodialisis itu sendiri diantaranya adalah untuk menggantikan fungsi kerja ginjal untuk proses
ekskresi (membuang produk sisa metabolisme dalam tubuh, misalnya ureum, kreatinin, dan
produk sisa metabolisme lainnya), fungsi lainnya seperti menggantikan fungsi ginjal untuk
mengeluarkan cairan tubuh yang pada saat ginjal masih sehat cairan tersebut dikeluarkan berupa
urin, meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal serta
mempunyai fungsi untuk menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu pengobatan lainnya
(Suharyanto, 2009).
Pemeriksaan laboratorium bertujuan memastikan dan menentukan derajat penurunan faal ginjal,
identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit termasuk semua faktor pemburuk faal
ginjal.
Mekanisme kerja hemodialisis dengan cara difusi ultra filtrasi menggunakan membran
semi permeabel. Sebelum dilakukan hemodialisis pada alat diberikan heparin dengan dosis
sesuai dengan kondisi pasien bertujuan agar tidak terjadi penggumpalan darah didalam dializer,
heparin berfungsi sebagai antikoagulan. Kemudian, darah dialirkan menuju keluar tubuh
dimasukkan kedalam dializer supaya tidak terjadi koagulasi (penggumpalan) dapat diberikan
heparin dengan dosis tertentu, dan bloodline terlebih dahulu dibasahi dengan menggunakan NaCl
fisiologi. Sirkulasi darah yang ada pada Hollow Fiber bertemu dengan larutan dialisat, yang
sudah ditentukan beserta suhu yang sudah ditetapkan. Blood Flow sudah diatur dengan
kecepatan 100 – 300 ml/m dan Dialisat Flow dengan kecepatan 1500 ml/m. Pada Hollow Fiber
terdapat untaian benang – benang yang tersusun atas membran tipis berlubang poreus sekitar 5
nm. Setelah itu, didapatkan hasil berupa molekul kecil yang didapat dari senyawa – senyawa
nitrogen (Sampah), seperti: Ureum, asam urat, kreatinin, dll yang dapat lewat lubang poreus atas
dasar adanya perbedaan konsentrasi. Middle Molecule atau produk sampah dengan molekul yang
besar tidak bisa melewati lubang poreus sehingga produk tersebut tidak terbuang saat proses
hemodialisis belangsung (Atmojo, 1999).
Hemodialisis pada umumnya diindikasikan untuk pasien dalam keadaan akut yang
memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan
terapi jangka panjang. Smeltzer et al., (2010) menjelaskan secara umum hemodialisa dilakukan
pada pasien gagal ginjal dengan kondisi:
a. GFR kurang dari 15 ml/menit
b. Hiperkalemia
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl
e. Kreatinin lebih dari 65 mEq/L
f. Kelebihan cairan
g. Anuria berkepanjangan lebih dari lima kali
Menurut Daugirdas, Blake, dan Ing (2007) menjelaskan indikasi dari hemodialisa kronik adalah
pasien GGK dengan GFR <15 ml/menit, tergantung dari gejala klinis, terdapat gejala uremia
meliputi: letargi, anoreksia, mual dan muntah, malnutrisi atau hilangnya massa otot, hipertensi
sulit dikontrol dan cairan berlebih, terdapat komplikasi metabolik yang refrakter.
Menurut Supeno (2010) menjelaskan indikasi dari terapi hemodialisa meliputi penyakit dalam,
ginekologi, dan indikator kimiawi.
a. Penyakit dalam (medikal)
1. ARF (acute renal failure), hemodialisa dilakukan ketika pengobatan konvensional gagal
mempertahankan fungsi ginjal. ARF juga disebut sebagai AKI (acute kidney injury) yang
merupakan penurunan fungsi ginjal dengan cepat akibat rendahnya volume darah, paparan
racun, dan obstruksi kemih (pembesaran prostat).
2. CRF (chronic renal failure), diindikasikan ketika pengobatan konvensional tidak cukup.
GGK adalah penurunan fungsi ginjal yang sifatnya progresif dan tidak reversible
(Soeparman dalam Supeno, 2010).
3. Snake bite, diindikasikan karena sebagian besar fungsi organ tubuh mengalami
kegagalan, terutama ginjal akibat dari gigitan ular.
4. Keracunan atau toksik, disebabkan oleh makanan atau minuman yang tidak sehat seperti
minuman beralkohol, makanan yang sangat pedas, dan lain-lain.
5. Malaria falciparum fulminant, sejenis dengan hepatitis yang semula didiagnosis sebagai
gagal hati. Semakin lama penyakit ini akan mengakibatkan ginjal tidak berfungsi
sempurna, sehingga proses pembuangan racun dan kotoran darah mengalami gangguan.
6) Leptospirosis, disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. yang menular melalui hewan ke
manusia atau sebaliknya (zoonosis).
b. Ginekologi
c. Indikator biokimiawi
1. Peningkatan BUN (blood urea nitrogen) > 20-30 mg%/hari.
BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan meningkatnya jumlah penderita yang memerlukan pelayanan hemodialisis, maka
sepatutnya menjadi perhatian unsur-unsur pemberi pelayanan untuk meningkatkan dan
mengembangkan pelayanan demi pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain sarana dan
prasarana,pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia juga perlu diperhatikan. Upaya
terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik adalah harapan dari para konsumen
kesehatan. Melalui pelayanan prima, diharapkan kualitas hidup para penderita gagal ginjal kronis
dapat ditingkatkan dan dapat berperan produktif pada bangsa dan negara.
3.2 Saran
Saran Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penyusun
menerima setiap kritik dan saran dari semua pihak untuk makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S, 2009, Manual Of Clinical Dialysis, Washington: Springer Science and Business
Media.
Anand, S., Kurella Tamura, M. and Chertow, G. M 2010, The elderly patients on hemodialysis,
Italia: Minerva urologica e nefrologica, vol. 62, no. 1, pp. 87–101.
Badan Pusat Statistika, 2014, Statistik penduduk lanjut usia, Jakarta: Badan Pusat Statistik
Indonesia, pp. 1–239. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Budjianto, D. 2013, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, vol. 1, pp. 1–40.
Canaud, B., Tong, L., Tentori, F., Akiba, T., Karaboyas, A., Gillespie, B., Akizawa,
T., Pisoni, R. L., Bommer, J. and Port, F. K. 2011, Clinical practices and
outcomes in elderly hemodialysis patients: Results from the dialysis outcomes
and practice patterns study (DOPPS), France: Clin J Am Soc Nephrol, vol. 6,
no. 7, pp. 1651–1662.