Anda di halaman 1dari 5

KONSEP HEMODIALISA

A. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu terapi pengganti fungsi ginjal yang sudah rusak. Tindakan
dialisis dapat mengeluarkan sampah tubuh, kelebihan cairan dan membantu menjaga
keseimbangan elektrolit dan Ph (keseimbangan asam dan basa) pada kadar yang dapat
ditoleransi tubuh (Cahyaningsih, N.D, 2018).
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun
secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Prosedur ini
dilakukan menggunakan mesin yang dilengkapi membran penyaring semipermiabel
(ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus
segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
(Muttaqin dan Sari, 2014 dalam Harmilah, 2020).
Hemodialisis adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran
semipermiabel (dializer) kedalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk
memindahkan sebagian besar volume cairan. Hemodialisis biasanya dilakukan karena
pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa
ensefalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak
responsif dengan diuretik, asidosis yang tidak bisa diatasii,batu ginjal, dan sindrom
hepatorenal (Harmilah, 2020).
Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam, 2019).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah dan dialisa = pemisahan zat-zat terlarut.
Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut atau secara progresif
ginjaltidak mampu melaksanakan proses tersebut (Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala,
2012).
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan
membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada
saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen
atau menyebabkan kematian. Tujuan dari hemodialisa adalah untuk memindahkan
produk-produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke
dalam mesin dialisis (Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala, 2012).
B. Tujuan dan Fungsi Hemodialisa
1. Tujuan Hemodialisa
Tujuan dari hemodialisa adalah memindahkan produk-produk limbah yang
terakumulasi dalam sirkulasi pasien dan dikeluarkan kedalam mesin dialisis
(Harmilah, 2020)
2. Fungsi Hemodialisa Menurut Havens dan Terra (2005) dalam Harmilah (2020)
Fungsi hemodialisis antara lain :
a. Mengantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urine saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
C. Prinsip Hemodialisa
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu: difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi (Mutaqqin, 2014 dalam Harmilah, 2020):
1. Difusi
Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar
didalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.
2. Osmosis
Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi, yaitu
perbedaan osmolalitas dan dialisat.
3. Ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
hidrostatik didalam darah dan dialisat. Luas permukaan membran dan daya saring
membran mempengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah. Pada saat dialisis,
pasien dialiser dan rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang konstan untuk
mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi (misalnya : emboli udara,
ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan (hipotensi, kram, muntah),
perembesan darah, kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula.
D. Prinsip Kerja Hemodialisa
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal
buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen. Kompartemen tersebut terdiri dari
kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh selaput semipermeabel
buatan. Kompartemen dialisat dialiri oleh cairan dialisat yang berisi larutan dengan
komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme
nitrogen. Darah pasien dipompa dan dialirkan menuju kompartemen darah. Selanjutnya,
akan terjadi perbedaan konsentrasi antara cairan dialisis dan darah karena adanya
perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah (Aru, W & Sudoyo,
2009).
Pada hemodialisis, darah dipompa melewati satu sisi membran semipermeabel
sementara cairan dialisat dipompa melewati sisi lain dengan arah gerakan yang
berlawanan. Membran biasanya diletakkan di dalam wadah sebagai lembaran yang
memiliki lubang di tengahnya. Jumlah cairan yang dikeluarkan melalui ultrafiltrasi
dikontrol dengan mengubah tekanan hidrostatik darah dibandingkan dengan cairan
dialisat (US Department of Health and Human Service, 2009).
Cairan dialisat terbuat dari konstituen esensial plasma – natrium, kalium, klorida,
kalsium, magnesium, glukosa dan suatu buffer seperti bikarbonat, asetat atau laktat.
Darah dan dialisat mencapai kesetimbangan di kedua sisi membran. Dengan demikian,
komposisi plasma dapat dikontrol dengan mengubah komposisi dialisat. Konsentrasi
kalium dalam dialisat biasanya lebih rendah daripada dalam plasma sehingga memacu
pergerakan kalium keluar darah. Heparin digunakan dalam sirkuit dialisis untuk
mencegah penggumpalan darah. Pada pasien yang memiliki risiko perdarahan,
prostasiklin dapat digunakan untuk hal tersebut walaupun dapat menyebabkan hipotensi
akibat vasodilatasi (US Department of Health and Human Service, 2009).

Gambar 1 Proses Hemodialisis


(Sumber : US Department of Health and Human Service, 2009)

E. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi yang terjadi pada masa awal hemodialisa adalah perdarahan, hipotensi,
kejang, reaksi alergi. Dalam waktu yang lama dapat pula terjadi ensepalopati dan
osteodistrofi. Pada paru dapat terjadi edema paru, pneumonitis uremik, efusi pleura,
pneumonia. Komplikasi akut yang paling umum selama perawatan hemodialisa adalah
hipotensi (20-30%), kram otot (5-20%), mual muntah (5-15%), sakit kepala (5%), febris
sampai menggigil (kurang dari 1%) (Dosen KMB Indonesia, 2016).
F. Prosedur Hemodialisa
Adapun prosedur tindakan hemodialisa menurut (Nursalam, 2019) yaitu :
1. Persiapkan akses pasien dan kanula
2. Berikan heparin (jika tidak ada kontraindikasi)
3. Masukkan heparin saat darah mengalir melalui dialiser semipermiabel dengan satu
arah dan cairan dialisis mengitari membran dan mengalir pada sisi yang berlawanan
4. Cairan dialisis harus mengandung air yang bebas dari sodium, potassium, kalsium,
magnesium, klorida dan dekstrosa setelah ditambahkan
5. Melalui proses difusi, elektrolik, sampah metabolik, dan komponen asam basa dapat
dihilangkan atau ditambahkan ke dalam darah
6. Penambahan air dihilangkan dari darah (ultrafiltrasi)
7. Darah kemudian kembali ke tubuh melalui akses pasien
DAFTAR PUSTAKA
Aru, W & Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Cahyaningsih, N. D. 2018. Hemodialisa (Cuci Darah) Panduan Praktis Perawatan
Gagal Ginjal. Jakarta : Mitra Medika
Dosen KMB Indonesia. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Diagnosis Nanda. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Harmilah. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta : PT Pustaka Baru
Nursalam. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala, 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
US Department of Health and Human Service. 2009. Treatment Methods for Kidney
Failure : Hemodialysis. The National Institute of Diabetes
abd Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) Booklet.
Diakses pada tanggal 01 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai