Disusun Oleh :
A. LATAR BELAKANG
C. MANFAAT PENULISAN
A. Definisi Hemodialisa
Dialisa adalah suatu proses difusi solute dan air secara pasif melalui suatu
membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya.
Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua teknik utama yang digunakan
dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air
dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau
tekanan tertentu (Price & Wilson, 2006). Hemodialisa adalah proses pembersihan
darah oleh akumulasi sampah buangan yang digunakan bagi pasien dengan gagal
ginjal tahap akhir atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu
singkat.
Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-
zat lain melalui membran semipermiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis, dan ultra filtrasi (Brunner
& Suddarth, 2009).
Pada umumnya indikasi dialisis pada Gagal Ginjal Kronis adalah bila Laju
Filtrasi Glomerulus sudah kurang dari 5ml/menit, sehingga dialisis dianggap baru
perlu dimulai bila dijumpai salah satu hal berikut:
a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
b. K serum > 6 mEq/L
c. Ureum darah > 200mg/dL
d. pH darah < 7,1
e. Anuria berkepanjangan (>5 hari)
f. Fluid overload
Hemodialisa juga dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan kelainan fungsi otak
(ensefalopati uremik), perikarditis (peradangan kantong jantung), asidosis
(peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
lainnya, gagal jantung, hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam
darah).
Indikasi hemodialisa berdasarkan urgent atau tidaknya :
a. Indikasi Segera: Encephalopathy, perikarditis, neouropati perifer, hiperkalemi,
asidosis metabolik, hipertensi maligna, edema paru, oligouri berat, atau anuri.
b. Indikasi dini atau profilaksis
Sindroma uremia, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan
Laboratoriun abnormal: asidosis metabolik, azotemia (kreatinin 8 – 12 mg%,
BUN 100 – 120 mg%, CCT kurang dari 5 – 10 ml/menit).
Proses Osmosis
Proses osmosis merupakan proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu
perbedaan osmolaritas darah dan dialisat (Lumenta), di mana terjadi perpindahan
cairan dari larutan dengan osmolaritas rendah ke osmolaritas yang lebih tinggi.
D. Peralatan Hemodialisa
a. Dializer
Dializer atau Ginjal Buatan terdiri dari membran semi permeabel yang
memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Dializer merupakan kunci utama
dalam proses hemodialisa. Dializer berbentuk silinder dengan panjang rata-rata
30 cm dan diameter 7 cm dan di dalamnya terdapat ribuan filter yang sangat
kecil. Dializer terdiri dari 2 kompartemen masing-masing untuk cairan dialysate
dan darah. Kedua kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran
semipermiabel yang mencegah cairan dialisat dan darah bercampur jadi satu.
b. Water Treatment
Air dalam tindakan hemodialisa dipakai sebagai pencampur dialisat pekat
(diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air
sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga
memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of Medical
Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu sesi hemodialisis seorang
pasien adalah sekitar 120 Liter.
c. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Di
pasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate.
Konsentrasi Acetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standard untuk
mengoreksi asidosis uremikum dan untuk mengimbangi kehilangan bikarbonat
secara difusi selama HD. Dialisat asetat tersedia dalam bentuk konsentrat yang
cair dan relatif stabil. Efek samping yang sering seperti mual, muntah, kepala
sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan hemodinamik, hipoksemia, koreksi
asidosis menjadi terganggu, intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan
sitokin. Kandungan acetat terdiri dari: kalium : 2,5 mmol/liter, natrium : 137
mmol/liter, calcium : 1,6 mmol/liter, Mg : 0,3 mmol/liter, klorida : 103,3
mmol/liter dan acetat : 40,0 mmol/liter.
Konsentrasi bicarbonate
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan
larutan bikarbonat. Larutan bikarbonat sangat mudah terkontaminasi mikroba
karena konsentratnya merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Konsentrasi bikarbonat yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia
dan alkalosis metabolik yang akut. Kandungan dialisat bikarbonat: natrium :
140, 0 mmol/liter, kalium : 2,0 mmol/liter, kalsium : 1,3 mmol/liter,
magnesium : 0,2 mmol/liter, Cloride : 110,0 mm0l/liter, acetat : 3,0 mmol/liter,
bicarbonate : 32,0 mmol/liter
d. Sistem Pemberian Dialisat
Sistem pemberian dialisat yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi
otomatis dan alat mengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio
konsentrat-air.
e. Mesin hemodialisis
Mesin hemodialisis terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat,
dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari
tempat tusukan vaskuler kepada dializer. Kecepatan dapat diatur biasanya antara
200-300 ml per 3,3-8,33 menit. Untuk pengendalian ultrafiltrasi diperlukan
tekanan negatif. Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan
arteri dan monitor larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 340-
390C sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah
ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring
setiap mesin hemodialisa sangat penting untuk menjamin efektivitas proses
dialisis dan keselamatan penderita.
f. Arterial-Venouse Blood Line (AVBL)
Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing atau line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses
vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut inlet ditandai dengan warna
merah.
Venouse Blood Line (VBL)
Adalah tubing atau line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan
tubing akses vaskular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna
biru.
Priming volume AVBL antara 100-500 ml. Priming volume adalah volume
cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,
segmen pump, tubing arterial atau venouse pressure, tubing udara, bubble trap,
tubing infuse atau transfuse set, port biru obat, heparin, tubing heparin dan ujung
tumpul.
g. Tusukan Vaskuler
Tusukan vaskuler (blood access) merupakan salah satu aspek teknik untuk
program hemodialisa akut maupun kronik. Tusukan vaskuler merupakan tempat
keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali
lagi ke tubuh penderita. Untuk melakukan dialisis intermiten jangka panjang,
maka perlu ada jalan masuk ke sistem vaskular penderita yang dapat diandalkan.
Darah harus dapat keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200-400
ml/menit. Teknik-teknik akses vaskuler utama untuk hemodialisis dibedakan
menjadi akses eksternal dan akses internal (Price & Wilson, 2006).
a) Akses Internal (Permanen)
Arterio-Venous Fistula (AVF)
AVF dibuat dengan teknik bedah melalui anastomosis langsung dari suatu
arteri dengan vena (biasanya arteri radialis dan vena sefalika pergelangan
tangan). Hubungan ke sistem dialisis dibuat dengan menempatkan satu jarum
di distal (garis arteri) dan sebuah jarum lagi di proksimal (garis vena) pada
vena yang sudah di arterialisasi tersebut (Price & Wilson, 2006).
Arterio-Venous Graft (AVG)
AVG diciptakan dengan menempatkan ujung kanula dari teflon dalam arteri
(biasanya arteri radialis atau tibialis posterior) dan sebuah vena yang
berdekatan. Ujung-ujung kanula kemudian dihubungkan dengan selang karet
silikon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau. Pada waktu
dilakukan dialisis, maka selang pirau eksternal dipisahkan dan dibuat
hubungan dengan dializer. Darah kemudian mengalir dari jalur arteri, melalui
dializer dan kemudian kembali ke vena.
b) Akses eksternal atau kateter
Kateter vena subklavia
Kateter vena jugularis
Kateter vena femoralis
Kateter adalah suatu pipa berlubang yang dimasukkan ke dalam vena
subklavia, jugularis, atau vena femoralis yang memiliki akses langsung
menuju jantung kateter ini merupakan akses vaskular sementara. Akses ini
digunakan jika akses internal tidak dapat digunakan untuk pengobatan, dan
pasien membutuhkan dialisis darurat. Internal AVF and AVG lebih di pilih
untuk di gunakan daripada kateter karena AVF dan AVG menurunkan
kemungkinan infeksi, yang sangat penting bagi pasien yang menjalani terapi
hemodialisis yang memiliki daya imun rendah.
E. Proses Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini
memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka
dibuat suatu hubungan buatan di antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)
melalui pembedahan. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan
untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik
pada vena subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam
kondisi aseptic.
Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa
darah. Untuk mencegah pembekuan darah selama berada dalam dializer maka
diberikan heparin. Di dalam dializer, suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori
memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang memiliki komposisi kimia yang
menyerupai cairan tubuh normal. Tekanan di dalam ruang dializer lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan
zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat.
Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput
buatan ini.
F. Komplikasi Hemodialisa
Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti tekanan
darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan
vena sentral, dispnea, batuk, edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis
terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan frekuensi
nadi, pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral
menurun, dan penurunan haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan
melalui lambung yang menimbulkan kehilangan BB yang nantinya mengarah ke
diagnosa keperawatan kekurangan cairan.
c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltrasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala hipotensi, mual
muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah hipertensi, gagal
jantung kongestif, edema paru dan komplikasi lain yang berhubungan dengan
kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh toleransi pasien untuk memanipulasi
volume intravaskular.
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi
berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser, inkompatibilitas membran
pendialisa, dan terapi obat antihipertensi.
f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.
g. Sindrome disequilibrium dialysis
Dimanifestasikan oleh sekelompok gejala yang diduga disfungsi serebral dengan
rentang dari mual muntah, sakit kepala, hipertensi sampai agitasi, kedutan,
kekacauan mental, dan kejang.
1. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi
selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan
magnesium.
Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan
karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama
kematian pada pasien uremik.
Kerusakan ginjal
↓ GFR
↓ jumlah Terganggunya
glomerulus yang fungsi absorbsi,
berfungsi sekresi, eksresi
Sindrom Uremia
Terapi pengganti
ginjal
HEMODIALISA
1 2
PK: Uremia Kecemasan
menghadapi terapi
hemodialisa
(1) Intra-HD
Pemberian terapi
heparin Tindakan invasif Penggunaan Meningkatkan
saat pemasangan cairan dialisat produksi asam
fistula & AV asetat lambung
Terapi Shunt
antikoagulan
Bersifat asam Merangsang
Adanya jalur asestat pusat mual di
Menghambat medula
faktor-faktor masuk
pembekuan darah mikroorganisme Gangguan
(port D’Entri) hemodinamik
Nausea
Mudah terjadi
perdarahan Menimbulkan
Risiko Infeksi suasana asam
Risiko perdarahan dalam darah
(2) Post-HD
3 4
Pemakaian cairan Proses ultrafiltrasi
dialisat (dialisat asetat
& bikarbonat)
Penurunan
perfusi ke Nausea
lambung
3 4
Kerusakan (lisis) Peredaran darah
sebagian sel ekstrakorporeal
darah merah
Tertinggalnya
Penurunan sebagian darah pada
jumlah sel darah selang kateter
merah
Penurunan
Penurunan jumlah sel darah
hemoglobin merah yang
masuk ke tubuh
Penurunan
hemoglobin
PK: anemia
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
membuat rencana asuhan keperawatan klien.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis.
Pulse rate : dapat mengalami peningkatan (>100 x/mnt)
Respiratory rate : dapat mengalami peningkatan (> 20 x/mnt)
Suhu
c. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien yang akan menjalani hemodialisa kemungkinan akan ditemukan :
- Kulit: kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal.
- Kuku: kuku tipis dan rapuh.
- Rambut: kering dan rapuh.
- Oral: halitosis / faktor uremic (bau nafas seperti aseton), perdarahan gusi.
- Lambung: mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
- Pulmonary: Pnemonia, kemungkinan ditemukan adanya dispnea, odema paru.
- Asam basa: asidosis metabolik.
- Neurologic: letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
- Hematologi: perdarahan
d. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan penunjang dapat ditemukan data sebagai berikut :
- K serum > 6 mEq/L
- Ureum darah > 200mg/dL
- pH darah < 7,1
- Anuria berkepanjangan (>5 hari)
- Fluid overload
- Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 15 ml/menit, LFG kurang
dari 10 ml/menit dengan gejala uremia atau malnutrisi dan LFG kurang dari 5
ml/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis.
e. Data lain yang bisa didapatkan dari pasien adalah
Keluhan utama: Sindrom uremia, Mual, muntah, perdarahan GI, Pusing, nafas
kusmaul, koma, Perikarditis, cardiar aritmia, Edema, gagal jantung, edema paru.
Pengkajian pre hemodialisa: Riwayat penyakit, tahap penyakit, usia,
Keseimbangan cairan, elektrolit, nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH,
keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi, respon terhadap dialysis
sebelumnya, status emosional, pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV,
JVP, Sirkuit pembuluh darah, tekanan darah: hipertensi, kaji tingkat
pengetahuan pasien mengenai hemodialisa dan prosesnya
Pengkajian post hemodialisa: tekanan darah cenderung hipotensi, keluhan:
pusing, palpitasi, komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dan anemia
2. Diagnosa Keperawatan Hemodialisa
PK: Uremia
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akibat prosedur terapi ditandai
dengan klien mengatakan merasa cemas, klien tampak gelisah dan ketakutan,
insomnia, takikardi
Risiko perdarahan berhubungan dengan efek samping pengobatan yaitu
penggunaan obat antikoagulan
Nausea berhubungan dengan terapi penggunaan agen farmakologis yaitu cairan
dialisat yang bersifat asam ditandai dengan klien mengeluh merasa mual, klien
mengatakan ingin muntah, peningkatan sekresi saliva
Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
akibat prosedur invasif akses vaskular
PK: Syok Hipovolemik
PK: Anemia
PK: Pruritus
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
PK : Uremia Setelah diberikan asuhan NIC Label: Hemodialysis
keperawatan selama 1 x 4 Therapy Untuk mengetahui kondisi
jam, diharapkan perawat Ukur tanda-tanda vital dasar umum klien sebelum dilakukan
dapat meminimalkan meliputi TD, nadi, RR, suhu hemodialisis.
komplikasi uremia, dengan Jelaskan prosedur dan tujuan Agar klien paham dan mengerti
kriteria hasil: dilakukan hemodialisis kepada pentingnya dilakukan
NOC Label: Systemic Toxin klien hemodialisa
Clearance: Dyalisis Periksa peralatan dan larutan Agar menghindari terjadinya
Tekanan darah dalam batas sesuai prosedur efek samping yang tidak
normal Gunakan teknik steril untuk diinginkan
Kadar kreatinin serum memulai hemodialisis, Agar hemodialisa dapat
dalam batas normal penusukan jarum, dan berjalan dengan tepat dan
BUN dalam batas normal menyambungkan selang kateter sesuai prosdur sehingga tujuan
Tidak ada muntah Mulai hemodialisis sesuai dilakukan hemodialisa dapat
Tidak ada pruritus prosedur tercapai dan mencegah efek
Tidak ada kelemahan Periksa sistem monitoring samping yang tidak diinginkan.
Tidak ada edema (seperti flow rate, tekanan, clots, Untuk memastikan alat
Tidak ada kram otot sensor udara, tekanan negatif menjalankan fungsinya dengan
untuk ultrafiltrasi, dan sensor baik, proses dialisis berjalan
darah) untuk menjaga keamanan baik agar menjaga keamanan
klien. klien
Monitor TD, nadi, dan respon Mengetahui respon klien
klien selama dialisis terhadap proses hemodialisis
Kolaborasi pemberian heparin Mencegah terbentuknya
Sesuaikan tekanan filtrasi untuk clotting selama proses
mengeluarkan sejumlah cairan hemodialisis berlangsung.
Lakukan sesuai prosedur jika Proses ultrafiltrasi dapat
klien mengalami hipotensi membantu menarik cairan
Hentikan hemodialisis sesuai tubuh yang berlebih keluar
dengan prosedur akibat perbedaan tekanan,
Rasional: penghentian proses tekanan perlu disesuaikan agar
hemodialisis harus sesuai dapat mengeluarkan kelebihan
prosedur untuk mencegah cairan dalam tubuh dengan
terjadinya komplikasi tepat untuk menghindari
Nausea berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Nausea Management
terapi penggunaan agen keperawatan selama 1x 4 jam Dorong klien untuk mempelajari Membantu klien untuk
farmakologis yaitu cairan diharapkan terjadi penurunan strategi untuk memanajemen melakukan manajemen mual
dialisat yang bersifat asam derajat mual dan muntah, mual secara mandiri
ditandai dengan klien dengan kriteria hasil: Kaji frekuensi mual, durasi, Membantu dalam memberikan
mengeluh merasa mual, klien NOC Label: Nausea and tingkat keparahan, factor intervensi yang tepat.
mengatakan ingin muntah, Vomiting Severity frekuensi, presipitasi yang Membantu mengurangi mual
peningkatan sekresi saliva Klien mengatakan tidak menyebabkan mual. secara nonfarmakologi dan
ada mual Ajarkan teknik nonfarmakologi tanpa efek samping.
Klien mengatakan tidak untuk mengurangi mual Tidur dan istirahat dapat
muntah (relaksasi, guide imagery, membantu klien lebih relaks
Tidak ada peningkatan distraksi). sehingga mengurangi mual
sekresi saliva Dukung istirahat dan tidur yang yang dirasakan.
adekuat untuk meringankan
nausea.
terhadap ketidaknyamanan yang
dirasakan klien. 1.
aspek nonverbal terhadap
ketidaknyamanan yang
dirasakan klien.
Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Infection Control NIC Label: Infection Protection
dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 1x 4 jam Bersihkan lingkungan setelah Agar bakteri dan penyakit tidak
pertahanan tubuh primer diharapkan tidak terjadi digunakan oleh klien. menyebar dari lingkungan dan
akibat prosedur invasif akses infeksi, dengan kriteria hasil: Batasi jumlah pengunjung. orang lain.
vaskular NOC Label: Hemodialysis Ajarkan klien dan keluarga Mengurangi organism
Access tekhnik mencuci tangan yang pathogen masuk ke tubuh
Temperatur kulit pada area benar. klien.
akses penusukan normal Pergunakan sabun anti microbial Mencegah terjadinya infeksi
Nadi perifer bagian distal untuk mencuci tangan. dari mikroorganisme yang ada
normal Cuci tangan sebelum dan di tangan.
Warna kulit bagian distal sesudah melakukan tindakan Mencuci tangan menggunakan
normal keperawatan. sabun lebih efektif untuk
Warna kulit pada area Terapkan Universal precaution. membunuh bakteri.
akses penusukan normal Pertahankan lingkungan aseptik Mencegah infeksi nosokomial.
Drainase pada area selama perawatan. Untuk meminimalkan
penusukan tidak ada Anjurkan klien untuk terkontaminasi mikroba atau
Edema perifer bagian memenuhan asupan nutrisi dan bakteri.
distal area penusukan tidak cairan adekuat. Untuk mempercepat perbaikan
ada Kolaborasi pemberian antibiotik kondisi klien
bila perlu.
Agar memudahkan
NIC Label: Infection Protection pengambilan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi Sebagai monitor adanya reaksi
sistemik dan local infeksi.
Monitor hitung granulosit, WBC Untuk mengetahui
Monitor kerentanan terhadap tinggi/rendahnya tingkat
infeksi infeksi pada klien, sehingga
memudahkan pengambilan
intervensi
PK: Syok Hipovolemia Setelah diberikan asuhan NIC Label: Shock Management
keperawatan selama 1 x 15 Monitor tanda-tanda vital, untuk mengevaluasi kondisi
menit diharapkan perawat tekanan darah ortostatik, status klien
dapat meminimalkan mental, urine output memenuhi kebutuhan cairan
komplikasi syok hipovolemia Kolaborasi pemberian cairan IV klien sehingga tidak terjadi
dengan kriteria hasil: kristaloid untuk syok.
NOC Label: Fluid Balance mempertahankan tekanan darah untuk mengevaluasi kondisi
Tekanan darah normal Pantau adanya takikardi, klien, syok dapat
Denyut nadi normal bradikardi, penurunan tekanan mengakibatkan perubahan nadi
Tercapai keseimbangan darah dan tekanan darah
intake dan output cairan Monitor status cairan meliputi untuk mengetahui
Turgor kulit elastic input dan output keseimbangan cairan klien
Tidak ada hipotensi
orthostatic
NOC Label:
Cardiopulmonary Status
Respiratory rate normal
Kedalaman dari inspirasi
normal
Haluaran urine seimbang
dengan input
Tidak ada sianosis
PK : Anemia Setelah diberikan asuhan Pantau tanda dan gejala anemia memantau gejala anemia klien
keperawatan selama 1 x 15 yg terjadi. penting dilakukan agar tidak
menit, perawat dapat Pantau tanda-tanda vital klien. terjadi komplikasi yang lebih
meminimalkan komplikasi Anjurkan klien mengkonsumsi lanjut.
anemia yang terjadi, dengan makanan yang mengandung perubahan tanda vital
kriteria hasil: banyak zat besi dan vit B12. menunjukkan kondisi klien.
TTV dalam batas normal Minimalkan prosedur yg bisa konsumsi makanan yang
Konjungtiva berwarna menyebabkan perdarahan. mengandung vitamin B12 dan
merah muda. asam volat dapat menstimulasi
Hb klien dalam batas pemebntukan Hemoglobin.
normal Mukosa bibir prosedur yang menyebabkan
berwarna merah muda. perdarahan dapat memperparah
Klien tidak mengalami kondisi klien yang mengalami
lemas dan lesu. anemia.
Kolaborasi transfusi darah diperlukan jika
Kolaborasi pemberian tranfusi kondisi anemia klien buruk
darah sesuai indikasi. untuk menambah jumlah darah
dalam tubuh
PK : Pruritus Setelah diberikan asuhan NIC Label: Pruritus Untk mengevaluasi adanya
keerawatan selama 1 x 15 Management kerusakan kulit akibat garukan
menit diharapkan perawat Lakukan pemeriksaan fisik untuk melembabkan kulit
dapat meminimalkan untuk mengidentifikasi sehingga mengurangi gatal
komplikasi pruritus dengan kerusakan kulit (seperli lesi, Untuk mengurangi gatal
kriteria hasil: blister, abrasi, dan ulkus) Mencegah pembentukan
Klien mengatakan gatal Gunakan lotion sesuai indikasi histamin sehingga dapat
berkurang Kolaborasi pemberian mengurangi gatal
Klien tidak menggaruk antipruritus Mencegah iritasi pada kulit
anggota tubuh yang gatal Kolaborasi pemberian Mengurangi gatal akibat
Klien dapat melakukan antihistamin keringat berlebih
manajemen pruritus. Instruksikan pada klien untuk Mencegah timbulnya luka dan
menghindari penggunaan sabun infeksi akibat garukan
yang menggunakan parfum atau Mengurangi gatal akibat
minyak keringat berlebih
Instruksikan klien untuk mencegah timbulnya luka dan
menggunakan pakaian yang infeksi akibat garukan
dapat menyerap keringat
Instruksikan pasien untuk
mempertahankan kuku tetap
pendek
Instruksikan klien untuk
mengurangi hal-hal yang dapat
menyebabkan keringat berlebih.
Intruksikan klien agar tidak
menggaruk bagian tubuh yang
gatal, klien hanya boleh
menggunakan telapak tangan
untuk menggosok secara halus
area sekitar.
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien
Nama : Ny. AT
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Br. Dinas Pauman Desa Seraya
Karangasem
Tanggal masuk : 14 Mei 2017
Tanggal pengkajian : 17 Mei 2017
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
Diagnosa masuk : Acute Kidney Disease ec Post Renal,
Mioma Cervical Post Total Abdominal Hysterectomy
Penanggung
Nama : Tn. AK
Hubungan dengan pasien : Suami
2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama (saat MRS dan saat ini):Pasien mengatakan tidak ada
produksi urine sejak post operasi tanggal 12 Mei 2017.
Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini: Pasien
merupakan rujukan dari RS Karangasem dengan diagnosis Mioma
Cervical Post Total Abdominal Hysterectomy, AcuteKidney Disease
ec Post Renal ec Anuria. Pasien mengeluh tidak ada produksi urine
sejak post operasi tanggal 12 mei 2017.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya: Tanggal 9 Mei 2017
pasien masuk Rumah Sakit Karangasem dengan diagnosis Mioma
Cervical+ Anemia sedang Hb 6,0 g/dL. Transfusi PRC 3 kolf,
Kemudian Hb menjadi 10,7 g/dL. Dilakukan Operasi Total Abdominal
Hysterectomy pada tanggal 12 mei 2017 selesai pukul 12.00. Sejak
pukul 13. 30 tanggal 13 Mei 2017 tidak ada produksi urine, kemudian
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah.
(genogram)
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
4. Riwayat/data dialisis
Pada tanggal 14 mei 2017 pasien memiliki riwayat HD pertama kali, dengan
jenis tindakan HD Cito, Lama tindakan HD 3 jam, dengan kecepatan aliran
darah 150-200, jumlah ultrafiltrasi 1 liter, luas membran 1,5 m2high flux,
anticoagulan menggunakan heparin standar, akses vaskular vena femoralis,
kemudian ada instruksi khusus yaitu : transfusi PRC2 kantong.
5. Diagnosa Medis dan terapi:
Diagnosa Medis : Acute Kidney Disease ec Post Renal, Mioma Cervical Post
Total Abdominal Hysterectomy
Terapi:
Cefazoline 2 x 1 gr IV
Ondansentron 3 x 8 mg IV
Paracetamol 3 x 500 mg tablet
Asam Folat 2 x 2 mg tablet
f. Payudara Wanita
Tidak ada kelainan
g. Sistem Gastrointestinal
Mulut: Bersih Kotor Berbau
Mukosa: Lembab Kering Stomatitis
Pembesaran hepar: Ya Tidak
Abdomen: Meteorismus Ascites Nyeri tekan
Peristaltik: 10x/menit
h. Sistem Urinarius
Penggunaan alat bantu/kateter: Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan: Ya Tidak
Gangguan: Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia
Nokturia
j. Sistem Saraf
GCS: Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Rangsangan meningeal: Kaku kuduk Kernig
Brudzinski I Brudzinski II
Refleks fisiologis: Patela Trisep Bisep Achiles
Refleks patologis: Babinski Chaddock Oppenheim
Rossolimo Gordon Schaefer
Stransky Gonda
Gerakan involunter:tidak ada gerakan involunter
k. Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Deformitas: Ya Tidak Lokasi: -
Fraktur: Ya tidak Lokasi:-
Kekakuan: Ya Tidak
Nyeri sendi/otot: Ya Tidak
Kekuatan otot:444444
444444
l. Sistem Imun
Perdarahan Gusi: Ya Tidak
Perdarahan lama: Ya Tidak
Pembengkakan KGB: Ya Tidak Lokasi: : -
Keletihan/kelemahan: Ya Tidak
m.Sistem Endokrin
Hiperglikemia: Ya Tidak
Hipoglikemia: Ya Tidak
Luka gangren: Ya Tidak
n. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan:
a. Hematologi tanggal 16 Mei 2017
WBC : 14,82 (103/μL)
RBC :3,21 (106/μL)
HCT : 29,41 (%)
HGB :9,09 (g/dL)
MCV : 91,56 (fL)
MCH : 28,30 (pg)
MCHC: 30,91 (g/dL)
RDW : 15,04 (%)
PLT : 286,70 (103/μL)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Tgl Data Penyebab/Interpretasi Masalah
1. Rabu, 17 Mei Data Subyektif : Mioma Cervical Post KelebihanVolume
2017 - pasien Total Abdominal Cairan
mengeluh tidak Hysterectomy, tumor,
kencing sejak 5 batu
hari yang lalu
(dari tanggal 12 Obstruksi saluran
mei 2017) dan kencing
bengkak pada
seluruh badan. Penurunan aliran darah
ke glomelurus
Data Obyektif :
- Pasien tampak Iskemia
odema pada
ekstremitas Nekrosis tubular
bawah menyeluruh
- TD : 130/80
mmHg GFR
- N : 78 x/menit
- RR: 20 x/menit Ketidakseimbangan
0
- Tax : 36,5 C cairan dan elektrolit
- Intake : 150 cc Retensi Na+ dan H2O
- Output : 0 cc
BUN:53,2 Jumlah cairan dalam
mg/dl tubuh
SC :7,64 mg/dl Tekanan hidrostatik
Hb : 9,09 gr/dl
Cairan masuk ke
rongga interstitial,
rongga perut dan
intravaskuler
Udema, acites
Kelebihan Volume
Cairan
Mioma/tumor/batu
2. Rabu, 17 Mei Data subyektif : Hambatan Mobilitas
2. DiagnosaKeperawatanPrioritas
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
RencanaKeperawatan
Hari/Tgl No Dx
Tujuan dan kriteriahasil Intervensi Rasional
Rabu, 17 HD Setelah diberikan asuhan
Mei 2017 DX I keperawatan 1 x 4 jam 1. Observasiadanya 1. Mengetahui tingkat
diharapkan kelebihan edema dantimbang kelebiahn volume
volume cairan dapat BB pradan post cairan dan
dikontrol dengan kriteria HD menentukan
hasil : program HD dalam
1) BB kering tercapai hal ini ultrafiltrasi
2) TTV dalam yang sesuai
rentang normal : 2. Observasi TTV 2. Observasi TTV
- TD : 120/80- setiap jam dilakukan untuk
110/70mmHg memantau keadaan
- N: 60-100 x/mnt hemodinamik
- RR: 16-20 x/mnt pasien
3) Pasien mengerti 3. KIE 3. Agar pasien
cara menjaga pasiencaramenjaga mengerti cara
keseimbangan keseimbangancaira menjaga
cairan dalam tubuh n di keseimbangan
dalamtubuhdengan cairan
membatasiminum
4. Lakukan HD 4. Dengan HD akan
sesuai dengan membantu
peresepan menggantikan
fungsi ginjal untuk
mengatasi kelebihan
volume cairan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
- TD : 130/80 mmHg
- Suhu : 36,50C
- Nadi : 78 x/menit
- Respirasi : 20x/menit
DX I - Mengobservasi adanya
S : “Pasien mengatakan
14.10 edema dantimbang BB pra
badannya masih bengkak”
WIT HD
O : Pasien tampak udema di
A
seluruh tubuh. Pasien bed rest
dan tidak dapat dilakukan
penimbangan berat badan.
- Memberikan pasien posisi
DX II nyaman
S : “Pasien mengungkapkan
nyaman dengan posisi tidur
14.15
dengan kepala ditinggikan.
WIT
O : Pasien tenang dan tampak
A
nyaman dengan posisi semi
fowler.
- Melakukan HD sesuai
DX I
dengan peresepan S : “Pasien mengatakan HD
sebelumnya berjalan lancar”.
O : Pasien tampak tenang, HD
14.30
mulai dengan UFG : 1,1 liter,
WIT
UFR : 0,5 liter, QB : 150, akses
A
vaskular : double lument, tanpa
heparin.
- Mengobservasi TTV dan
DX I, II
mengobservasi proses HD
S : “ Pasien mengatakan tidak
ada keluhan”.
O : Pasien tampak tenang,
15.00
- TD : 121/79 mmHg
WIT
- Nadi : 100 x/menit
A
- Respirasi : 20x/menit
- Suhu : 36,50C
- UF removed : 0,25 liter
- QB : 150, pasien tampak
tenang.
DX I - KIE pasien cara menjaga
keseimbangan cairan di
dalam tubuh dengan S : “Pasien mengatakan minum
membatasi minum hanya sedikit”
O : Pasien tampak mengerti apa
yang dijelaskan dan aktif dalam
15.30 - Mengobservasi TTV dan diskusi
DX I, II WIT mengobservasi proses HD
A S : “Pasien mengatakan tidak
ada keluhan”
O : Pasien tampak tenang
selama proses HD berlangsung.
- TD : 125/78 mmHg
16.00
- Nadi : 109 x/menit
WIT
- Respirasi : 20 x/menit
A
- Suhu : 36,50C
- UF removed : 0,65 liter
- Memonitor intake nutrisi - QB : 150, pasien tenang.
DX II
untuk kecukupan sumber-
sumber energi. S : ”Pasien mengungkapkan
mual masih terasa, makan bisa
sedikit.
O : Selama proses HD pasien
- Mengobservasi TTV tampak makan tetapi sedikit.
DX I, II
16.30
S : “Pasien mengatakan tidak
WIT
ada keluhan”.
A
O : Pasien tampak tenang,
- TD : 117/72 mmHg
- Nadi : 103 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 36,50C
17.00 - UF removed : 1,1 liter
WIT - QB : 150, pasien tenang.
DX I A
- Mengakhiri proses HD dan
S : “Pasien mengatakan tidak
menghitung balance cairan
ada keluhan”
pasien.
O : Pasien tampak tenang,
18.00
WIT
A
E. EVALUASI
No Evaluasi
No. Hari/Tgl Jam Ttd
Dx
1. Rabu, 17 Mei DX I 18.00 S : “Badan saya bengkak, dan saya belum ada
2017 WITA kencing, setelah cuci darah saya merasa lebih
nyaman”
O : Pasien tampak masih udema, produksi kencing (-)
MENGETAHUI,
PEMBIMBING, KELOMPOK 3,
(............................) (............................)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mampu mengenal penanganan segera kasus gagal
ginjal akut, yaitu salah satunya dengan terapi hemodialisis.
2. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan mendukung program penanganan segera kasus gagal
ginjal akut dengan hemodialisis
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan asuhan keperawatan tentang
kasus AKI on hemodialisis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
volume 1. Jakarta: EGC
Bulechek, G.M., Butcher, H. K., Dotcherman, J.M., and Wagner, C.M., (2013)
Nursing intervenstion classification (NIC) sixth edition. United States of
America: Elsevier
Herdman, T.H and Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification 2015-2017. Oxford: Wiley-Blackwell.
Himmelfarb dan Sayegh. 2010. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and
Transplantation: A Companion to Brenner and Rector’s The Kidney. USA:
Saunders
Morhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., and Swanson, E. (2013) Nursing outcome
classification (NOC) fifth edition. United States of America: Elsevier