Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP DASAR HEMODIALISA

OLEH :
KELOMPOK 4
Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya

(P07120214005)

Ni Made Desi Sugiani

(P07120214017)

Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni

(P07120214019)

Ni Nyoman Tria Sunita

(P07120214020)

Pande Putu Setianingsih

(P07120214022)

I Gede Suyadnya Putra

(P07120214023)

Ayu Indah Agustini

(P07120214027)

Ayu Putu Eka Tusniati

(P07120214032)

Ni Putu Ayu Savitri

(P07120214033)

Ni Putu Soniya Dharmayanti

(P07120214040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


DIV KEPERAWATAN TK.II / SEMESTER IV
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

KONSEP DASAR HEMODIALISA


A.

Pengertian
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisys jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi
jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisa adalah untuk
mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Menurut Nursalam (2006) hemodialisa adalah proses pembersihan
darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien
dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang
membutuhkan dialisis waktu singkat.
Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah
kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari
gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Brunner &
Suddarth, 2002).
Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran
larutan yang terjadi akibat difusi pada membran semi-permeabel. Molekul
terlarut yang berukuran lebih kecil dari pori-pori membran tersebut dapat
keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar akan tertahan di dalam
kantung membran. Selulosa adalah salah satu jenis materi penyusun
membran dialisis yang cukup umum dipakai karena bersifat inert untuk
berbagai jenis senyawa atau molekul yang akan dipisahkan. Laju difusi
ditentukan oleh beberapa kondisi:

Konsentrasi molekul pelarut yang akan keluar dari kantung dialisis. Jika
konsentrasi molekul terlarut di lingkungan lebih kecil dibandingkan
dengan yang ada di dalam kantung dialisis maka laju difusi akan
semakin cepat.

Luas permukaan kantung dialisis. Semakin luas permukaan membran


yang digunakan maka laju difusi akan semakin cepat.

Volume pelarut. Jika rasio luas permukaan membran dengan volume


pelarut besar maka laju difusi akan berlangsung dengan cepat karena
molekul terlarut dapat berdifusi dalam jarak yang dekat.
Metode dialsis banyak digunakan dalam pemurnian protein (terutama

enzim).Dalam proses ini, dialysis digunakan untuk menghilangkan molekul


garam, seperti amonium sulfat, sebelum dilanjutkan dalam proses
pemurnian berikutnya ataupun pada tahap akhir pemurnian. Dialisis juga
banyak digunakan dalam proses pencucian darah pada pasien penderita
gagal ginjal. Untuk kasus ini, peranan ginjal untuk menghilangkan senyawa
beracun, garam dan air berlebih digantikan dengan sistem buatan.
(Wikipedia, 2013)
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisi yang
berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah suatu metode terapi
dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari
dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah mesin yang dilengkapi membran penyaring semipermeabel (ginjal
buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus
segera

dikeluarkan

menyebabkan

untuk

kematian.

mencegah

Tujuan

dari

kerusakan

permanen

hemodialisa

adalah

atau
untuk

memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi


klien dan dikeluarkan kedalam mesin dialisis. (Muttaqin & Sari, 2011).
Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami
difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair
menuju

kompartemen lainnya.

Hemodialisa

dan

dialisa

peritoneal

merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar
kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan
dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan
tertentu. ( Price dan Wilson, 2005)

Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus


yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan
untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan
masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan
vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006)
B.

Tujuan Hemodialisa
Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi
ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi
dan peritoneal dialysis. Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau
zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanent
atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi digunakan untuk mengeluarkan
cairan yang berlebihan. Peritoneal dialysis mengeluarkan cairan lebih
lambat daripada bentuk-bentuk dialysis yang lain.
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa
antara lain :
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang
sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain.

C.

Indikasi Pelaksanaan Hemodialisa


Price dan Wilson (2005) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang
jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan
pengobatan harus dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan
berdasarkan kesehatan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai
penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah
tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau
memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat

dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria, 4 mg/100
ml pada wanita danglomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.
Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau
sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi. Menurut
konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara
ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15
mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi
dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani
dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus
yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia,
asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik. Kemudian Thiser dan
Wilcox (2003) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika
bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan
kadar kreatinin serum 810 mg/dL.Pasien yang terdapat gejala-gejala
uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan
dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (2003) juga
menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia
simtomatis berupa ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan
indikasi khusus adalah perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan
yang tidak responsif dengan diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang
tidak dapat diatasi.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut
dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
a.

Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)

b.

Asidosis

c.

kegagalan terapi konservatif

d.

Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah

e.

Kelebihan cairan.

f.

Perikarditis dan konfusi yang berat.

g.

Hiperkalsemia dan hipertensi.

D.

Kontraindikasi Pelaksanaan Hemodialisa


Menurut Thiser dan Wilcox (2003) kontra indikasi dari hemodialisa
adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium
terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003)
kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses
vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik
dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah
penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati
lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).

E.

Prinsip Yang Mendasari Hemodialisa


Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian
besar dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga
yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran
semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara
cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke
dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus
(Brunner & Suddarth, 2002).
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu difusi,
osmosis, ultrafiltrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari
semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal.
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,
dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negative yang dikenal sebagai

ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada alat ini
sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran
air (Suharayanto dan Madjid, 2009).
Prinsip mayor/proses hemodialisa
a. Akses Vaskuler
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik
biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara.
Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.
b. Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan
kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.
c. Difusi
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area
yang konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien
konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan
pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat
yang dibutuhkan.
d. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan
akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam
cairan tersebut.
e. Ultrafiltrasi

Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai


ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa
bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
1) Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat
cairan dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh
tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir
balik ke fistula tekanan positip mendorong cairan menyeberangi
membrane.
2) Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan
negative menarik cairan keluar darah.
3) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan
yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan
menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah
yang menyebabkan membrane permeable terhadap air.
F.

Akses Pada Sirkulasi Darah Pasien


Akses pada sirkulasi darah pasien terdiri atas kateter subklavikula dan
femoralis, fistula, tandur (Suharayanto dan Madjid, 2009).
a. Kateter subklavikula dan femoralis
Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat
dicapai melalui kateterisasi subklavikula untuk pemakaian sementara.
Kateter femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah
femoralis untuk pemakaian segera dan sementara.
b. Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan (biasanya
dilakukan pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau
menyambung (anastomosis) pembuluh arteri dengan vena secara side to
side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Fistula
tersebut membutuhkan waktu 4 sampai 6 minggu menjadi matang

sebelum siap digunakan. Waktu ini diperlukan untuk memberikan


kesempatan agar fistula pulih dan segmenvena fistula berdilatasi dengan
baik sehingga dapat menerima jarum berlumen besar dengan ukuran 1416. Jarum ditusukkan ke dalam pembuluh darah agar cukup banyak
aliran darah yang akan mengalir melalui dializer. Segmen vena fistula
digunakan untuk memasukkan kembali (reinfus) darah yang sudah
didialisis.
c. Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis,
sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh
arteri atau vena dari sapi, material Gore-tex (heterograft) atau tandur
vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila
pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.
G.

Perangkat Hemodialisa
a.

Perangkat khusus
1) Mesin hemodialisa
2) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau zat toksin laindari dalam
tubuh.
3) Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke
dializer dan kembali ke tubuh. Mempunyai 2 fungsi :

Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa


metablolisme.

Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama


dialysis.

b.

Alat-alat kesehatan :
1) Tempat tidur fungsional
2) Timbangan BB
3) Pengukur TB

4) Stetoskop
5) Termometer
6) Peralatan EKG
7) Set O2 lengkap
8) Suction set
9) Meja tindakan.
c.

Obat-obatan dan cairan :


1) Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk
anestesi.
2) Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
3) Dialisat
4) Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
5) Obat-obatan emergency.

H.

Pedoman Pelaksanaan Hemodialisa


a. Perawatan sebelum hemodialisa
1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
2) Kran air dibuka.
3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk
keluar atau saluran pembuangan.
4) Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
5) Hidupkan mesin.
6) Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
7) Matikan mesin hemodialisis.
8) Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
9) Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin
hemodialisis.
10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
b. Menyiapkan sirkulasi darah.

1) Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.


2) Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi inset
(tanda merah) diatas dan posisi outset (tanda biru) dibawah.
3) Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung inset dari
dialiser.
4) Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung outset adri dialiser
dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.
5) Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
6) Hubungkan set infuse ke slang arteri.
7) Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang
lalu klem.
8) Memutarkan letak dialiser dengan posisi inset dibawah dan
ouset diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara.
9) Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
10) Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
11) Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt,
kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
12) Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
13) Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk
mengalirkan udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan
dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).
14) Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak
500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada
gelas ukur.
15) Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
16) Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan
menggunakan konektor.
17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru
15-20 menit, untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
18) Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana inset
diatas dan outset dibawah.

19) Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 510 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien (soaking).
c. Persiapan pasien.
1) Menimbang BB
2) Mengatur posisi pasien.
3) Observasi KU
4) Observasi TTV
5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi,
biasanya mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti
dibawah ini:

I.

Dengan interval A-V Shunt/fistula simino

Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.

Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).

Proses Hemodialisa
Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa
berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan
aliran darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau
fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin
melengkapi antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi
yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi maksimal dari pemindahan
larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat
dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan mempengaruhi pemindahan
larutan (Tisher & Wilcox, 2003). Dalam proses hemodialisa diperlukan
suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan sebagai ginjal tiruan yang
disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan darah
dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan
oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses vaskuler
sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin
hemodialisa (NKF, 2006). Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer

terdiri dari membran semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian
untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah mengalir dari arah yang
berlawanan dengan arah darah ataupun dalam arah yang sama dengan arah
aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillarydializer
yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah
mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan dialisat
membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena
memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler (Price
& Wilson, 2005).

Menurut Corwin (2004) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan di


luar tubuh. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah
kateter masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah
membran semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu
ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga
keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh
dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt
(AV-shunt). Selanjutnya Price dan Wilson (2005) juga menyebutkan bahwa
suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi
untuk cairan dialisa. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik
(jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien
melalui jalur vena. Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran
difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian

dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga


terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa.
Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan
akan mengalir di luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase.
Keseimbangan

antara

darah

dan

dialisat

terjadi

sepanjang

membransemipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi,osmosis,


dan ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan
tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan
hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan tekanan positif di dalam
kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi terhadap
aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat
dengan

memainkan

pengatur

tekanan

negatif.

Perbedaaan

tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan


difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan
garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita.
Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui
sirkuit ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan
pompa darah untuk membantu aliran denganquick blood (QB) (sekitar 200
sampai 400 ml/menit) merupakan aliran kecepatan yang baik. Heparin
secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infus lambat
untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau
gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan
darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan
pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-monitor yang
memiliki alarm untuk berbagai parameter (Price & Wilson, 2005). Menurut
PERNEFRI (2003) waktu atau lamanyahemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 5 jam dengan frekuensi
2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 15 jam/minggu
dengan QB 200300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2004)
hemodialisa memerlukan waktu 3 5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu.
Pada akhir interval 2 3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam,
air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan

menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses
hemodialisa.
J.

Komplikasi Dari Hemodialisa


Menurut Tisher dan Wilcox (2003) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi,
antara lain :
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram
otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat
dengan volume yang tinggi.
2.

Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang
cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang
kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu
gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang
menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya
terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor

pada

kardiopulmonar.

pasien

yang

mengalami

gangguan

fungsi

6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin
selama hemodialisa juga merupakan factor risiko terjadinya perdarahan.
7. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses
vaskuler.
8. Pembekuan darah
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
K.

Penatalaksanaan Hemodialialisa Pada Pasien


Pada klien GGK, tindakan hemodialisa dapat menurunkan risiko
kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam
sirkulasi,

tetapi

tindakan

hemodialisa

tidak

menyembuhkan

atau

mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Klien GGK biasanya harus


menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya atau sampai mendapat ginjal
baru melalui transplantasi ginjal (Muttaqin & Sari, 2011).
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam
ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan
toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif
dikenal sebagai gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan
dengan demikian meminimalkan gejala (Smeltzer & Bare, 2002).
Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan
juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan
hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki
meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan

pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.Banyak obat yang


diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang
memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia
dan anti hipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar
kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa
menimbulkan akumulasi toksik (Smeltzer & Bare, 2002).
L.

Frekuwensi Hemodialisa
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1.
2.
3.
4.
5.

Penderita kembali menjalani hidup normal.


Penderita kembali menjalani diet yang normal.
Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
Tekanan darah normal.
Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal

ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita


menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan
hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal
kembali normal.

M.

Prosedur Hemodialisa
Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa
keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses
ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula
atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua
jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk
mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik
pada vena subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka
dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh
pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan
sebagai aliran arterial, keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke
dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan
untuk meletakkan jarum: jarum arterial diletakkan paling dekat dengan
anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran
darah. Kantong cairan normal salin yang di klep selalu disambungkan ke
sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang
mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang
diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus

untuk

memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga


dapat disambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk
menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik
sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah


mengalir ke dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya
pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati
detector udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah
bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang
akan diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan. Penting
untuk diingat, bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda
pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan.
Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui venosa
atau selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis
diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal
salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan
dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik
sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang
dialiser.
Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang
tindakan dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung
wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang
melakukan hemodialisis.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Bare 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta:Penerbit


EGC
Danan
.2012.
Konsep
Hemodialisa.
(Online).
Available:
http://www.scribd.com/doc/83350811/Konsep-Dasar-HemodialisaDan#scribd Diakses tanggal 02 Maret 2016 pukul 16.30 Wita
Halifah,2008.

Konsep

Hemodialisa

(online).

Available:

https://www.academia.edu/9835062/A._KONSEP_DASAR_HEMODIALIS
A Diakses tanggal 02 Maret 2016 pukul 15.30 Wita
Pradnyana, Agung. 2015. Konsep Dasar Hemodialisa. (online). Available :
https://www.scribd.com/doc/282978401/Konsep-DasarHemodialisa#download Diakses tanggal 02 Maret 2016 pukul 17.18 Wita
Risa.

2009.

Hemodialisa.

(Online).

Available:

http://www.academia.edu/6884467/KONSEP_DASAR_HEMODIALISA
Diakses tanggal 02 Maret 2016 pukul 18.00 Wita
Wikipedia.

2013.

Dialisis.

(online).

Available

https://id.wikipedia.org/wiki/Dialisis Diakses tanggal 02 Maret 2016 pukul


17.35 Wita

Anda mungkin juga menyukai