SKRIPSI
Oleh :
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diuji dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana Kesehatan
Masyarakat, Pemintatan KLKK, Jurusan/ Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cenderawasih, Jayapura Tahun 2021
untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada :
Hari :
Tanggal :
Dr. Samuel Piter Irab, S.KM., M.P.H Yulius Sarungu Paiting, S.KM, M.Kes
NIP. 19761216 200604 100 2 NIP. 19770717 200801 1 017
Tim Penguji
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Covid-19.
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetauan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”
(Filipi 4:6)
Persembahan:
2. Kedua orang tua saya, Bapak Dewa Nyoman Ariasa dan Ibu Ester Maretty
La’bi yang selalu mencintai dan menyayangi tanpa syarat dan tidak pernah
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
dengan Kejadian Stres Kerja Pada Perawat RSUD Abepura Tahun 2021”.
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan
kepada :
vii
6. Apriyana Irjayanti, S.KM., M.Kes, Ketua Peminatan Kesehatan Lingkungan
10. Direktur, Perawat, dan Staf RSUD Abepura yang sudah mengizinkan saya
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. semoga
skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
5. Tingkatan Stres ----------------------------------------------- 26
6. Tahapan Stres ------------------------------------------------- 27
7. Patofisiologi Stres -------------------------------------------- 29
8. Dampak Stres ------------------------------------------------- 30
9. Manajemen Stres --------------------------------------------- 31
10. Pengertian Perawat ------------------------------------------- 34
11. Peran Perawat ------------------------------------------------- 35
B. Kerangka Teori ---------------------------------------------------- 38
C. Kerangka Konsep ------------------------------------------------- 39
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STRES KERJA PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RSUD
ABEPURA SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
Oleh
ABSTRAK
Stres kerja merupakan suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang
terjadi ketika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber
daya dan kebutuhan pekerja. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor
- faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja pada perawat di ruang
rawat inap RSUD Abepura selama pandemi covid-19 tahun 2021.
Jenis penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. lokasi
penelitian di RSUD Abepura. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat ruang
rawat inap. Sampel yang diambil sebanyak 63 perawat dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. instrumen
penelitian yang digunakan yaitu kuesioner. Penelitian ini menyelidiki hubungan
antara beberapa variabel, yakni : umur, status perkawinan, beban kerja,
lingkungan kerja fisik, dan dukungan sosial sebagai variabel independen,
sedangkan stres kerja sebagai variabel dependen. Analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariat menggunakan uji kendall’s Tau.
Hasil uji kendall’s Tau menunjukkan bahwa tidak ada hubungan Stres kerja
dengan umur (p-value = 0,731 atau nilai p > 0,05), lingkungan fisik (p-value =
0,302 atau nilai p > 0,05), dan dukungan sosial ( p-value = 0,561 atau nilai p >
0,05). Sedangkan ada hubungan stres kerja dengan status perkawinan (p-value =
0,001 atau nilai p < 0,05) dan beban kerja (p-value = 0,000 atau nilai p < 0,05)
pada perawat RSUD Abepura.
xvi
THE RELATED FACTORS WITH WORK STRESS OCCURRENCE
ON INPATIENT ROOM NURSES AT ABEPURA REGIONAL PUBLIC
HOSPITAL
DURING THE COVID-19 PANDEMIC
By :
ABSTRACT
Work stress is a dangerous physical and emotional condition that occur when
the work done is not in accordance with abilities, resources and needs of
employee. The objective of this study was to determine the related factors with
work stress occurrence on nurses in inpatient room at Abepura Regional Public
Hospital during the COVID-19 pandemic in 2021.
The research method used was analytical quantitative with cross sectional
approach. The research site at Abepura Regional Public Hospital. The population
of this study were all nurses in inpatient room. The samples were 63 nurses and
the sampling technique using purposive sampling. The instrument used was
questionnaire. This study investigagated the relationship betweenseveral
variabels, namely : age, marital satus, Workload, environment physical work, and
social support as independent variabele, while work stress as the dependent
variable. Data analysis was carried out univariate and bivariate using test
Kendall’s Tau.
The results of the Kendall's Tau test show that there is no relationship
between work stress and age (p-value = 0.731 or p-value > 0.05), physical
environment (p-value = 0.302 or p-value > 0.05), and social support (p -value =
0.561 or p value > 0.05). Meanwhile, there is a relationship between work stress
and marital status (p-value = 0.001 or p-value <0.05) and workload (p-value =
0.000 or p-value <0.05) on nurses at Abepura Regional Public Hospital.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Stres kerja telah menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian penting di
banyak Negara. Sebelumnya, stres kerja dianggap sebagai masalah pribadi yang
diselesaikan secara personal, tetapi saat ini telah berkembang menjadi fenomena
global yang berdampak pada kesehatan setiap pekerja (Manaf, 2018). Stres kerja
merupakan suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang terjadi ketika
pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan
kebutuhan pekerja (NIOSH, 2008). Health and Safety Executive (HSE, 2020)
menyatakan jumlah total kasus stres, depresi atau kecemasan terkait pekerjaan
pada 2019/2020 adalah 828.000, tingkat prevalensi 2.440 per 100.000 pekerja.
kesehatan seperti rumah sakit, dimana salah satu tenaga kesehatan utama yang
berinteraksi dengan pasien serta keluarga pasien terutama pasien yang rumit dan
kritis sehingga dapat memicu timbulnya stres kerja (Putri Mahastuti dkk., 2019).
dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk terkena
stres kerja atau depresi (Sari dkk., 2017). Sedangkan Menurut American National
Association for Occupational Health (ANAOH) kejadian stres kerja pada perawat
1
berada di urutan paling atas pada 40 pertama kasus stres pada pekerja. penelitian
Selye menunjukkan 98% alasan profesi perawat mempunyai risiko tinggi terpapar
oleh stres adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat
Pada saat ini Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi ancaman
Maret 2020 World Health Organisation (WHO) menetapkan wabah ini sebagai
menimbulkan kecemasan dan stres. per tanggal 11 juni 2021, Virus Corona telah
menyebar pada 218 negara serta menyebabkan lebih dari 174.502.686 orang
menderita sakit dan telah merenggut lebih dari 3.770.361 nyawa (WHO, 2021).
Sementara itu kasus positif COVID-19 tenaga kesehatan yang terpapar 295 orang
dan 181 tenaga kesehatan yang meninggal dunia, dengan perincian 112 dokter dan
lebih tinggi dibanding negara lain, yaitu sebesar 2,4% (IDI, 2020).
tertular dan mengalami gejala berat atau sekarat, merasa tidak berdaya, dan
masalah besar bagi staf medis terkhusus perawat sebagai garda terdepan
2
dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan pasien Covid-19 berisiko mengalami
gangguan psikologis berupa depresi dan gejala kesehatan mental lainnya (Atmojo
dkk., 2020). dan juga menjadikan perawat cenderung lebih berisiko terpapar
infeksi karena merawat secara langsung pasien ditambah jam kerja lebih lama dari
misalnya alat pelindung diri (APD) yang kurang dan tidak sesuai standar,
berkurangnya kontak dengan kelurga serta adanya kelelahan. Selain itu pada
peningkatan beban kerja, kelelahan yang tinggi, dukungan sosial yang buruk dari
keluarga dan teman - teman serta stigmatisasi yang dihadapi oleh staf medis
seakan - akan pembawa virus. faktor inilah yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan mental bagi perawat sebagai garda terdepan (Nurfadillah dkk., 2021).
Menurut National Safety Council (2013), sumber - sumber stres kerja perawat
terdiri dari 3 sumber antara lain faktor lingkungan, organisasional, serta faktor
individu yang bisa mempengaruhi stres kerja di masa pandemi Covid-19 (Mulyati
& Aiyub, 2018). secara umum banyak faktor yang menyebabkan stres kerja, dan
beban kerja merupakan penyebab utama (42%), hubungan antara pribadi 26%,
peristiwa traumatis 4%, dukungan sosial 14% dan faktor lain 11% (HSE, 2020).
hal ini selaras dengan penelitian yang di lakukan oleh Ilmi yang menunjukkan
bahwa penyebab utama stres kerja adalah beban kerja (82,2%), dan 41,9 %
menandai risiko terinfeksi sebagai salah satu faktor yang paling berperan terhadap
3
Pada awal pandemi Covid-19 dilakukan survei terhadap 1.257 staf medis di
ringan dan 34% menderita insomnia, 45% kecemasan, dan 71,5% mengalami
stres, diantaranya hampir 16% perawat wanita front line yang menunjukkan gejala
depresi sedang atau berat, kecemasan, insomnia, dan tekanan yang lebih serius.
Selain itu, dilaporkan juga staf medis mengalami tekanan emosional, tekanan
mental dan tekanan kerja serta dampak negatif pada masa pandemi Covid-19
terhadap 535 perawat yang bekerja di rumah sakit selama pandemi Covid-19 dari
sedang, 6.5% (35 perawat) mengalami stres sedang, dan 8.8% (47 perawat)
oleh (Hanggoro & Suwarni, 2020) pada petugas kesehatan di kota Pontianak pada
57,6%, depresi 52% dan insomnia 47%, dan penelitian stres kerja perawat pada
Keerom, memiliki stres kerja berat sebanyak 62,26 % (Awalia dkk., 2021).
Survei terhadap 2.132 perawat dari seluruh Indonesia yang dilakukan oleh
dengan divisi penelitian ikatan perawat kesehatan jiwa Indonesia pada april-mei
4
2020 menunjukkan bahwa lebih dari separuh tenaga kesehatan mengalami
kecemasan dan depresi, bahkan ada yang berpikir untuk bunuh diri akibat bekerja
Menurut survei Nursing Times Annual Survey 2014 dengan lebih dari 700
dengan masalah fisik dan mental akibat stres kerja (Mallisa dkk., 2018). Tingkat
stres kerja yang tinggi pada perawat akan berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan,
produktivitas, dan perilaku caring perawat akan semakin rendah. Selain itu stres
kerja perawat juga berpengaruh pada kualitas pelayanan rumah sakit apabila
perawat mengalami stres kerja dan tidak dikelola dengan baik maka dapat
2019). Hasil penelitian (Park & Kim, 2013) yang berjudul Impacts Of Job Stress
membahayakan keselamatan pasien dengan stres kerja sebagai salah satu faktor
penyebabnya.
meninggal berjumlah 200 orang (Dinkes Provinsi Papua, 2020). Sampai 5 agustus
2020 diperoleh data yang bersumber dari juru bicara Covid-19 Provinsi Papua dr.
Silwenus Sumule, SOG jumlah tenaga medis dokter dan perawat diPapua yang
5
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura merupakan rumah sakit pemerintah
pendahuluan yang telah dilakukan jumlah total perawat inap di RSUD Abepura
167 perawat dan terbagi di tiap ruang perawatan. Jadwal dinas perawat RSUD
Abepura yaitu, shif pagi 7.30 – 14.30 WIT, shif sore 14.30 – 21.00 WIT, shif
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Abepura
pada tahun 2019 dan 2020 jumlah pasien RSUD Abepura sebanyak 7. 663 pasien
dan 2.695 pasien, dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia sebanyak 206
tempat tidur dalam 10 ruangan rawat inap (RSUD Abepura, 2019, 2020).
Pada saat ini pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi rumah sakit tidak
terjadi sebelumnya sehingga pola kerja berubah, terjadi kecemasan serta stressor
yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas, Apalagi RSUD menjadi salah
satu rumah sakit rujukan pasien Covid-19 dan ada juga beberapa perawat yang
merasa cemas, takut akan tertularnya virus Covid-19 yang dapat mengakibatkan
stressor pada perawat jika perawat tidak mampu dengan keadaan seperti ini. hasil
bahwa selama pandemi Covid-19 50% mengalami sulit tidur, 100% mengalami
rasa cemas dan takut terhadap tertularnya covid-19, dan 50% mudah marah.
6
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja pada
B. Perumusan Masalah
ini adalah apa saja faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
kerja pada perawat di RSUD Abepura selama pandemi Covid-19 tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
2021.
Tahun 2021.
2021.
2021.
7
g. Mengetahui hubungan antara umur dengan stres kerja perawat di RSUD
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk rumah sakit sebagai bahan
masukan kepada rumah sakit untuk mengetahui faktor - faktor stres kerja pada
perawat yang berguna untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan stres kerja
terhadap perawat, dan dalam membuat perencanaan sumber daya manusia yang
2. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan informasi bagi
perawat agar mengetahui faktor - faktor penyebab stres kerja guna untuk
8
3. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk peneliti lain, sebagai dasar
penelitian atau sebagai bahan referensi tentang stres kerja sehingga penelitian ini
dapat dikembangkan.
9
E. Keaslian Penelitian
2. Nurazizah 2017 Desain Cross sectional dengan Rata-rata tingkat stres kerja yang dialami
Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pendekatan Kuantitatif perawat yaitu sebesar 1,31. Tidak ada
Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat hubungan antara lingkungan fisik, konflik
Inap Kelas III Rs X Jakarta Tahun 2017. peran, ketaksaan peran, konflik
interpersonal, kurangnya kontrol,
kurangnya kesempatan kerja, jumlah beban
kerja, variasi beban kerja, tuntutan mental,
shift kerja dengan stres, faktor aktivitas di
luar pekerjaan, umur, masa kerja,
kepribadian tipe A, penilaian diri, jenis
kelamin, dan status pernikahan.
Ada hubungan antara ketidakpastian
pekerjaan, tanggung jawab terhadap orang
lain dan kemampuan yang tidak digunakan,
dukungan sosial dengan stres kerja.
10
No Nama Peneliti dan Judul Peneliti Tahun Desain Hasil
3. Ebana Jeremia Sitepu 2018 Analitik dengan desain cross 60,7% perawat mengalami stres kerja
Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan sectional. ringan, dan 39,3% mengalami stress kerja
Peluang Terjadinya Stres Kerja pada sedang. Gambaran faktor stres kerja yang
Perawat IGD Rumah Sakit Umum Daerah dominan adalah faktor instrinsik pekerjaan
(RSUD) Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018. dengan variabel beban kerja yang dominan.
4. Faktor-Faktor Individual yang 2020 Observasional Analitik dengan Tidak terdapat hubungan antara Faktor
Berhubungan dengan Tingkat Stres pada desain cross sectional Individual jenis pekerjaan, jeni kelemin,
Karyawan RS X Yokyakarta pada Masa usia, lama kerja, tingkat pendidikan, status
Pandemi. pernikahan dengan tingkat stress karyawan
RS yokyakarta. hanya kateristik individu
penghasilan yang berhubungan dengan
tingkat stress (P = 0,048)
5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan 2021 Kuantitatif Analitik bahwa tidak ada hubungan Stres kerja
Stres Kerja Perwat Ruang Rawat Inap dengan umur (p-value = 0,731 atau
RSUD Abepura Selama Masa Pandemi nilai p > 0,05), lingkungan fisik (p-
Covid-19 value = 0,302 atau nilai p > 0,05), dan
dukungan sosial ( p-value = 0,561 atau
nilai p > 0,05). Sedangkan ada
hubungan stres kerja dengan status
perkawinan (p-value = 0,001 atau nilai
p < 0,05) dan beban kerja (p-value =
0,000 atau nilai p < 0,05) pada perawat
RSUD Abepura.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Stres kerja adalah suatu keadaan emosional yang timbul karena adanya
Dale dan Staudohar, menyatakan Stres kerja merupakan suatu tekanan yang
dirasakan oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi
Stres disebut stresors. Terdapat 2 (dua) sumber utama dari Stres pada pegawai,
yaitu faktor-faktor yang bersifat organisasi dan faktor-faktor yang bersifat non-
Menurut Robbins dan Coulter, Stres kerja merupakan reaksi negatif dari orang-
orang yang mengalami tekanan berlebih yang di bebankan kepada mereka akibat
tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau banyak (Asih dkk., 2018).
Selye mengemukakan definisi tentang stres kerja sebagai reaksi yang tidak
tentu dari tubuh terhadap berbagai tuntutan pekerjaan dalam diri individu.
Tuntutan itu dapat berupa sebuah ancaman, tantangan atau berbagai macam
perubahan dimana tubuh dituntut untuk beradaptasi. Reaksi tersebut timbul secara
otomatis dan dalam waktu yang cepat. Stres dapat menjadi sesuatu yang baik
ketika stres dapat membantu individu memiliki kinerja yang lebih baik atau
42
sebaliknya dapat menjadi sesuatu yang buruk ketika stres tersebut menyebabkan
Faktor - faktor penyebab stres kerja ada 4, yaitu faktor kateristik individu,
umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, massa kerja, dan kepribadian.
1) Umur
anoraga (2006) yang menyebutkan bahwa semakin tua umur maka semakin besar
umur maka semakin kompleks masalah atau persoalan yang dihadapi. Semakin
tua usia seseorang juga maka akan menyebabkan organ dan kondisi fisik
menurun, sehingga lebih rentan untuk mengalami stress, Hal ini antara lain
mendengar. seseorang akan rentan mengalami stres pada usia 21–40 tahun dan
2) Jenis kelamin
stres kerja. Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur (1994), yang mengemukakan
bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan fisik (otot) yang
13
lebih banyak dialami perempuan. Selain itu stres kerja juga dipengaruhi dengan
adanya siklus haid pada wanita yang dapat memengaruhi kondisi emosionalnya.
Emosi yang tidak stabil dapat memperberat stres kerja yang dialaminya (Ansori
3) Status perkawinan
Seseorang yang sudah menikah pasti mempunyai beban yang lebih berat dari
pada yang belum menikah. Hal tersebut disebabkan karena orang yang sudah
menikah tidak hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri tetapi juga memikirkan
dan masalah keluarga sekaligus. Faktor ini secara tidak langsung juga
mempengaruhi kondisi psikis tenaga kerja dan bisa menjadi stress (Mustika Suci,
2018).
Tingkat stres kerja pada perawat perempuan yang sudah menikah juga
cenderung lebih tinggi karena tuntutan peran ganda, yaitu sebagai wanita karir,
ibu rumah tangga, dan seorang istri sehingga lebih rentan mengalami stres
4) Kepribadian
perilaku yang berbeda dan karakteristik yang menentukan gaya personal inidividu.
berbeda, yaitu tipe A dan tipe B, kedua tipe kepribadian tersebut akan berbeda
(Wijono, 2010).
14
Friedman & Rosenman menyebutkan ciri - ciri kepribadian tipe A dan
stres yang dimiliki karyawan dengan tipe kepribadian yang berbeda. Pada
memiliki tingkat stres yang tinggi, karena berorientasi pada hasil dan tidak
mengenal waktu bersantai, memiliki paksaan untuk bekerja lebih, selalu bergelut
dengan batas waktu, dan sering menelantarkan aspek-aspek lain dari kehidupan
kondisi ini membuat individu tersebut jauh memiliki tingkat stres yang tinggi
dibandingkan individu dengan tipe kepribadian B yang memiliki sifat yang lebih
rileks dan santai dalam menghadapi tekanan waktu, dan tekanan pekerjaan
dengan kepribadian tipe A lebih banyak yang terkena serangan jantung, hal ini
15
merupakan karakteristik dan adanya persepsi dari individu, yang disebabkan
b. Faktor Organisasi
berlebihan, konflik dengan atasan, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan
(Wulandari, 2017).
Beban kerja terbagi menjadi 2 macam, yaitu beban kerja kualitatif dan beban
kerja kuantitatif. Dimana beban kerja kualitatif adalah tingkat kesulitan atau
kerumitan yang harus dilakukan oleh seorang perawat seperti tuntutan keluarga
observasi pasien secara ketat, banyaknya dan beragamnya pekerjaan yang harus
Apabila beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik
fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah, sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
16
juga dapat menimbulkan stres, dimana pekerjaan yang dilakukan karena
(a) Patient-to-nurse ratio, yaitu jumlah pasien yang harus ditangani oleh
masing-masing perawat
(b) Activity type, yaitu jenis kegiatan yang dilakukan perawat mulai dari
(c) Time Pressure, yaitu rasio waktu yang dibutuhkan (total waktu yang
harus diperhitungkan.
(d) Physical expenditure, yaitu jumlah rata-rata serta standar tiap perawat
2) Konflik Peran
pertentangan antara tugas - tugas yang harus ia lakukan dan tanggung jawab yang
ia miliki, tugas - tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan
atasan, rekan, bawahan-nya, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya,
17
3) Tuntutan Antar Pribadi
Hubungan antar manusia di tempat kerja dapat sebagai sumber stres karena
hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan tidak selalu baik dan serasi.
dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang
dilakukan, bekerja sama dengan orang yang kasar dan gagal membentuk tim kerja
4) Struktur Organisasi
seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga
5) Kepemimpinan Organisasi
yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut, dan kecemasan. Mereka membangun
tekanan yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan
pengawasan yang berlebihan ketatnya dan secara rutin memecat karyawan yang
tidak dapat mengikuti, hal ini dapat memicu timbulnya stres kerja pada pekerja
18
6) Dukungan sosial
Menurut Peeters Le Blanc, salah satu kondisi yang berpengaruh terhadap stres
yang dapat membuat individu merasa bahwa ia diperhatikan, dihargai, dicintai dan
merasa terbantu bagi individu yang menerimanya (Puspa, 2016). Dukungan sosial
dapat membuat individu merasa nyaman dan dapat mengurangi stres yang
dirasakan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sarafino (1998) dukungan
sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis seseorang (Hayati,
2017).
guna mengurangi stres kerja di kantor, Namun bila dukungan sosial yang
diberikan ini tidak ada atau sangat kecil, maka stres kerja yang dialami para
karyawan pun bisa tinggi. kurangnya atau tidak tersedianya dukungan sosial akan
menjadikan individu merasa tidak berharga, tidak diperhatikan dan terisolasi atau
selalu merasa sendiri (Handono dkk., 2013). Dukungan sosial menurut sarafino
(2002), ada empat bentuk, yaitu dukungan emosional berupa ekspresi rasa empati
positif terhadap ide-ide, perasaan dan peforma orang lain, dukungan instrumental
19
c. Faktor Lingkungan
Salah satu faktor penyebab stres kerja adalah lingkungan kerja fisik yang
tidak nyaman. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu
panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, sirkulasi udara tidak ada
memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat
2) Ketidakpastian Teknologi
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka rumah sakit pun menambah
teknologi baru atau membuat sistem baru, yang membuat perawat harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan sistem tersebut, hal ini bisa
mengakibatkan tingkat stres yang semakin tinggi terhadap perawat jika perawat
tidak dapat menyesuaikan diri dengan teknologi baru itu (Jum’ati & Wusma,
2013).
d. Faktor Individual
masalah yang dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan
20
1) Masalah Keluarga
menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja (Robbins & Judge,
2011).
2) Masalah Ekonomi
3) Peristiwa/pengalaman pribadi.
kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan
hukum hukum. Banyak kasus juga menunjukkan tingkat stress paling tinggi
terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara stress yang
21
3. Gejala Stres Kerja
Terry Beehr dan John Newman (Vanchapo, 2020), mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu,
yaitu:
pekerjaan :
hyperreactivity;
noradrenalin);
22
6) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada,
Gangguan pada kulit, Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah,
ketegangan otot;
mengarah ke obesitas;
4. Klasifikasi Stres
Berney dan Selye (Asih dkk., 2018) mengungkapkan ada empat jenis stress
yaitu :
23
mengalaminya. Contohnya Seperti: tantangan yang muncul dari tanggung
mengalaminya. Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stres ini
5. Tingkatan Stres
Menurut (Potter & perry, 2005), stres dibagi menjadi tiga tingkatan,
antara lain :
a. Ringan
Stres dikatakan ringan jika stres yang dialami seseorang teratur dan tidak
berlangsung beberapa menit atau jam saja. Tanda dan gejalanya sedikit tegang
dan was-was.
b. Sedang
Stres dikatakan sedang jika stres yang muncul berlangsung lebih lama
dari pada tingkat ringan, dan berlangsung beberapa jam sampai hari. Tanda
dan gejalanya yaitu mulai kesulitan untuk tidur, sering menyendiri dan tegang.
24
c. Berat
tahun dan bersifat situasi kronis. Pada situasi ini individu sudah mulai ada
6. Tahapan Stres
Menurut Dr. Robert J Van Amberg (Saleh dkk., 2020) ada 6 tahap stres
a. Stres tingkat I Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan
b. Stres tingkat II Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai
sebagai berikut
c. Stres tingkat III Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak/nyata
disertai gejala-gejala:
25
1) Gangguan lambung dan usus (gasitris atau mag, diare)
4) gangguan pola tidur dan tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.
d. Stres tingkat IV Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk,
e. Stres tingkat V Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari
dan cemas.
f. Stres tingkat Tahapan VI Tahap ini merupakan tahap puncak yang merupakan
keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di bawa ke
26
7. Patofisiologis Stres
pendek dan panjang bagi otak dan tubuh. dalam respon stres, impuls aferen akan
ditangkap oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu di teruskan
jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, maka dapat
Sumber : (Sherwood,2014).
27
8. Dampak Stres
Ada akibat positif yang dapat menjadi motivasi bagi diri seseorang, merangsang
untuk bekerja lebih giat lagi atau bahkan dapat memberi inspirasi untuk hidup
lebih baik lagi. Tetapi banyak diantaranya yang merusak dan berbahaya. Akibat
adanya stres, baik fisik maupun mental sangat berpengaruh terhadap dinamika
yang dapat menimbulkan stres itu sendiri. T.Cox 1975 dalam (Hadiansyah dkk.,
2019) telah mengidentifikasikan efek dari stres yang mungkin muncul, yaitu :
yang jelas, konsentrasi buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat sensitif
gula darah, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, kekeringan pada
mulut, kerap berkeringat, pembesaran pupil mata dan tubuh panas dingin.
e. Dampak kesehatan (Health effects) Asma, sakit kepala, migren, mimpi buruk,
28
f. Dampak Organisasi (Organizational effects) Ditandai oleh absensi yang
tinggi, tingkat turn-over yang tinggi, produktivitas kerja rendah, terasing dari
9. Manajemen Stres
1) Meditasi
perasaan dan ingatan hasil yang diharapkan adalah pikiran menjadi tenang, badan
Beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi stres adalah mengurangi
banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan
sebagainya.
29
3) Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres, karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur
yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel
yang rusak.
Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa
kesehatan.
7) Pengaturan waktu
dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek
dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
30
b. Strategi Organisasi
1) Seleksi personal dan Penempatan kerja yang lebih baik. Disamping ada
beberapa pekerjan yang lebih menimbulkan stres dari pada pekerjan lainnya,
orang-orangnya juga berbeda satu sama lain dalam responnya terhadap situasi
dapat memberikan para karyawan tanggung jawab yang lebih tinggi, kerja
yang lebih berarti, autonomi yang lebih banyak dan peningkatan umpan balik.
31
(Tarwaka dkk., 2004) Dikutip dari National Institute for Occupational Safety
1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaiakan dengan kemampuan
2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang
satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam
32
Menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Perawat adalah mereka
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
dengan kompleks.
kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya
33
kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
diberikan.
pasien/keluarga/masyarakat.
34
h. Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan
35
B. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan :
a. Lingkungan Fisik
b. Ketidakpastian teknologi Stres Kerja
Perawat
d. Struktur organisasi
e. Kepemimpinan
f. Dukungan sosial
36
C. Kerangka Konsep
akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Dalam
penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu umur, status perkawinan, lingkungan
fisik, beban kerja, dan dukungan sosial dan variabel terikat yaitu stres kerja.
Umur
Status Perkawinan
Stres Kerja
Beban kerja Perawat
Lingkungan Fisik
Dukungan Sosial
a. Beban Kerja
Keterangan :
= Variabel Independen
b. Beban Kerja
= Variabel Dependen
c. Beban
Kerja
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach)
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek dan subjek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah perawat inap RSUD
38
Ruang Perawatan Jumlah Perawat
Vip 14
ICU 17
Bedah 18
Anak 16
Wanita 16
Saraf 14
Paru 16
Pria 15
Kebidanan 18
Perinatalogi 23
Sumber : Data Sekunder, 2021
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
Besar sampel ditentukan dengan rumus slovin menurut (Masturoh & Anggita,
N
n=
N(e2 ) +1
167
n=
167 (0,12 ) + 1
n = 62,5 ≈ 63 sampel
Keterangan :
N = Populasi
sampling, yaitu: salah satu jenis teknik pemelihan sampel yang berdasarkan pada
Kriteria-kriteria tertentu.
39
1) Kriteria Inklusi
a. Perawat tetap
2) Kriteria Eksklusi
D. Hipotesis Penelitian
hipotesis melalui uji statistik (Masturoh & Anggita, 2018). berdasarkan kerangka
konseptual, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ho = Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian stres kerja pada
H1 = Ada hubungan antara umur dengan kejadian stress kerja pada perawat di
RSUD Abepura
3. Ho = Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kejadian stres kerja pada
40
H1 = Ada hubungan antara beban kerja dengan kejadian stres kerja pada
4. Ho = Tidak ada hubungan antara lingkungan fisik dengan kejadian stres kerja
H1 = Ada hubungan antara lingkungan fisik kerja dengan kejadian stres kerja
5. Ho = Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian stres pada
perawat di RSUDAbepura.
41
E. Variabel, Definisi Operasional, Pengukuran, Kriteria, dan Skala Data
Tabel 3.3 Variabel, Definisi Operasional, Pengukuran, Kriteria, dan Skala Data
2. Stres Kerja Stres kerja adalah suatu kondisi dari hasil Kuesioner 1. Ringan = 35 - 69 Ordinal
penghayatan subjektif perawat berupa 2. Sedang = 70 - 104
interaksi antara perawat dan lingkungan 3. Berat = > 105
kerja yang dapat mengancam dan memberi (Nursalam, 2016).
tekanan secara psikologis, fisiologis dan
perilaku perawat, yang bersumber dari faktor
organisasi,
42
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kriteria Skala
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
lingkungan kerja dan kateristik individu.
.
4. Lingkungan Lingkungan fisik adalah suatu presepsi Kuesioner 1. Lingkungan Fisik buruk = Ordinal
fisik secara subjektif perawat terhadap lingkungan sekitar 10 - 15
subjektif tempat kerja perawat yang dapat 2. Lingkungan Fisik Baik =
menimbulkan dampak berupa stres kerja, 16 - 20.
seperti pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, (NIOSH, 2014)
kelembaban, kebisingan dan pemajanan
bahan berbahaya.
5. Dukungan Dukungan sosial adalah Presepsi perawat Kuesioner 1. Dukungan sosial rendah Ordinal
Sosial terhadap hubungan/dukungan sosial yang = 9 - 27
didapat perawat baik dari sesama rekan 2. Dukungan sosial tinggi
kerja, atasan, atau bawahan. = 28 - 45
(HSE, 2004)
43
F. Alat dan Cara Pengambilan Data
1. Alat
Instrumen yang digunakan dalam stres kerja adalah kuesioner yang diambil
dari buku Nursalam (2016) dengan jumlah soal 35 pertanyaan. Jawaban pada
kuesioner ini berdasarkan skala likert, dengan jawaban tidak pernah diberi skor
(1), kadang-kadang skor (2), sering skor (3), selalu skor (4). terdapat pertanyaan
item negatif yaitu 16, 19, 23, 29, 35. cara penilaian stres kerja yaitu dengan
menghitung jumlah skor seluruh pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di
dapatkan dilihat kriterianya, Stres kerja berat skor 105-140 , sedang skor 70-104 ,
pada kuesioner ini berdasarkan skala likert, dengan jawaban tidak menjadi beban
di beri skor (1), beban kerja ringan di beri skor (2), beban kerja sedang di beri
skor (3), beban kerja berat di beri skor (4). terdapat pertanyaan item negatif yaitu
5, 6. cara penilaian beban kerja yaitu dengan menghitung jumlah skor seluruh
44
pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di dapatkan di lihat kriterianya, beban
adalah skor (2) jika benar dan skor (1) jika salah. Terdapat pertanyaan dengan
item negatif yaitu 1, 2, 5, 9, dan 10. cara penilaian lingkungan fisik yaitu dengan
menghitung jumlah skor seluruh pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di
dapatkan di lihat kriterianya, lingkungan fisik buruk skor 10-15, baik skor 16-20
kuesioner ini menggunakan 5 skala likert, dengan jawaban tidak pernah diberi
skor (1), jarang diberi skor (2), kadang-kadang diberi skor (3), sering diberi skor
(4), sangat sering diberi skor (5). cara penilaian dukungan sosial yaitu dengan
menghitung jumlah skor seluruh pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di
dapatkan di lihat kriterianya, dukungan sosial rendah skor 9-27, dukungan sosial
tinggi 28-45.
b. Smarthphone
google form.
45
c. Laptop
form dan sebagai proses rekapitulasi hasil dari google form yang sudah diisi oleh
responden.
memberikan kuesioner secara online melalui google form yang akan disebarkan
variabel penelitian tentang kuesioner stres kerja, lingkungan fisik, beban kerja dan
dukungan sosial.
Abepura.
pengumpulan data dengan metode survey online yakni tautan atau link berisi
kuesioner yang sudah dibuat melalui google form dan disebar melalui media.
46
Dalam link tersebut juga menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
pengisian kuesioner.
e. Pada tahap akhir lembar kuesioner yang telah terkumpul siap untuk dilakukan
penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang sudah dikumpulkan dari
Pengkodean data adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel
dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan.
Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban
masing-masing pertanyaan.
Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah sudah
betul atau ada kesalahan pada saat memasukan data. Tahapan cleaning data
konsisten data.
47
e. Tabulasi Data (Tabulating)
berdasarkan kuesioner.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
pada setiap variabel penelitian (Hulu & Sinaga, 2019). Variabel yang diteliti
meliputi, tingkat stres, umur, jenis kelamin, status perkawinan, lingkungan fisik,
beban kerja dan dukungan sosial yang diukur dengan persentase (%).
F
P= × 100%
N
Keterangan :
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel, yaitu
yang di sajikan dengan menggunakan tabel (Hulu & Sinaga, 2019). uji statistik
yang digunakan adalah uji Kendall’s Tau, yang digunakan untuk mengetahui
hubungan ataupun pengaruh antara stres kerja dengan umur, jenis kelamin, status
perkawinan, lingkungan fisik, beban kerja dan dukungan sosial. uji korelasi
Kendall’s Tau ini dapat digunakan pada sebaran data yang berdistribusi normal
48
maupun tidak normal. untuk melihat ada tidaknya hubungan yang bermakna
𝜏 = Nc - Nd
N(N-1)
2
Keterangan:
Uji Normalitas
uji beda dua rata-rata, analisis varian satu arah, maka perlunya dilakukan uji
apakah bentuk sebaran dari skor responden normal atau tidak. dalam penelitian ini
perkawinan, lingkungan fisik, beban kerja, dan dukungan sosial. untuk uji
banyak sampel > 50 orang. aturan yang digunakan untuk mengetahui normal atau
tidaknya data adalah p > 0,05 maka sebaran nomal dan jika p < 0,05 maka sebaran
data tidak normal. Jika data berdistribusi normal maka data akan dianalisis
49
menggunakan uji statistik parametrik (Pearson Product Moment Correlation).
menggunakan uji statistik non parametrik (uji korelasi Kendall’s tau dan
50
BAB IV
Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Irian Jaya berada dilokasi
sekarang yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Abepura, setelah perang dunia II
selesai fasilitas diserahkan kepada zending dari tahun 1946-1959 dikelola oleh
Pemerintah Belanda.
Gubernur KDH TK Irian Jaya Nomor 204 tahun 1990 tentang penetapan Rumah
Sakit Pembantu Abepura menjadi Rumah sakit Umum Abepura dengan kapasitas
keputusan Mendagri Nomor 117 Tahun 1996, Rumah Sakit Umum Daerah
Abepura ditetapkan menjadi kelas D diresmikan oleh Gubernur KDH Provinsi Tk.
kapasitas tempat tidur 159 buah. sampai saat ini Rumah Sakit Umum Daerah
Abepura berstatus Rumah Sakit Tipe C dengan kapasitas tempat tidur 197 buah.
Peraturan Daerah Provinsi Papua No 11 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata
kerja inspektorat, BAPPEDA dari lembaga teknis Provinsi Papua pasal 55.
Secara umum saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Abepura berdiri diatas
pelayanan serta menampung penderita yang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Batas Rumah Sakit Abepura menurut letak geografis adalah sebagai berikut :
52
2. Visi, Misi dan Motto RSUD Abepura
1) Visi
wilayah TABI yang Bangkit, Mandiri, Sejahtera dan menjadi terbaik dalam
2) Misi
professional
oleh masyarakat.
3) Motto
“CERIA”
Ceketan : Setiap penangganan klien dalam bertindak selalu ceketan, cepat, tepat
dan teliti.
Efisien : Setiap Penangganan Klien selalu bertindak efesien/efektif baik dari segi
53
Ramah : Setiap petugas di lingkungan RSUD Abepura selalu bersikap ramah
pengunjung RS.
Aman : Selalu memberikan rasa aman kepada klien dan keluarga, karyawan, dan
Instalasi rawat jalan RSUD Abepura terdiri dari poli bedah, poli kebidanan
dan penyakit kandungan, poli saraf, poli mata, poli THT, poli gigi, poli anak,
fisioterapi, poli kulit kelamin, poli kb, poli paru, poli gizi, poli psikiatri,
pelayanan VCT.
Instalasi rawat inap RSUD Abepura terdiri dari ruangan vip, icu, bedah, anak,
d. Pelayanan radiologi
e. Pelayanan laboratorium
f. Fisioterapi.
54
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Stres Kerja, Umur, Status Perkawinan,
Beban Kerja, Lingkungan Fisik, Dukungan Sosial pada Perawat
RSUD Abepura.
Jumlah
No Variabel
n %
1. Stres Kerja
Ringan 11 17.5
Sedang 52 82.5
Berat 0 0
Jumlah 63 100
2. Umur
Remaja Akhir (17-25) 4 6.3
Dewasa Awal (26-35) 28 44.4
Dewasa Akhir (36-45) 25 39.7
Lansia (46-59) 6 9.5
Jumlah 63 100
3. Status Pernikahan
Menikah 51 81.0
Belum Menikah 12 19.0
Jumlah 63 100
4. Beban Kerja
Ringan 11 17.5
Sedang 25 39.7
Berat 27 42.9
Jumlah 63 100
5. Lingkungan Fisik
Buruk 13 20.6
Baik 50 79.4
Jumlah 63 100
6. Dukungan Sosial
Rendah 22 34.9
Tinggi 41 65.1
Jumlah 63 100
Sumber : Data Primer, 2021
55
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa Frekuesi variabel stress
kerja perawat paling banyak dengan katagori stres sedang, sebanyak 52 responden
(82.5%). Umur perawat paling banyak dengan katagori umur dewasa 26-35 tahun,
paling banyak dengan katagori beban berat, sebanyak 27 responden (42,9 %).
(79,4 %). Dukungan sosial perawat paling banyak dengan katagori tinggi,
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.2 Hubungan antara Umur dengan Stres Kerja Perawat RSUD
Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Total
Umur Ringan Sedang Berat value Korelasi
n (%) n (%) n (%) n (%)
17 - 25 3 4.8 1 1.6 0 0 4 6.3
Remaja Akhir
26 - 35 3 4.8 25 39.7 0 0 28 44.4 0.731 0,041
Dewasa Awal
36 - 45 2 3.2 23 36.5 0 0 25 39.7
Dewasa Akhir
46 - 59 3 4.8 3 4.8 0 0 6 9.5
Lansia
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 4.2 tabulasi silang antara umur dengan stres kerja
perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling
banyak terjadi pada perawat yang berusia dewasa awal 26-35 tahun, sebanyak 25
56
Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan
hasil bahwa nilai p-value = 0,731 > 0,05 dengan koefisien korelasi 0,041 yang
berarti memiliki tingkat hubungan sangat rendah dan bersifat searah yang artinya
semakin bertambahnya umur maka semakin tinggi stres kerja. Hal ini
Berdasarkan Tabel 4.3 tabulasi silang antara status pernikahan dengan stres
kerja perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling
banyak terjadi pada perawat yang sudah menikah, sebanyak 46 responden (73,0%)
Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan
hasil bahwa nilai p-value = 0,001 < 0,05 dengan koefisien korelasi 0,416 yang
berarti memiliki tingkat hubungan sedang dan bersifat searah yang artinya
semakin tinggi status pernikahan maka stres kerja semakin tinggi juga. Hal ini
57
c. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
Tabel 4.4 Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat RSUD
Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Beban Total korelasi
Ringan Sedang Berat value
Kerja
n (%) n (%) n (%) n (%)
Ringan 7 11.1 4 6.3 0 0 11 17.5
Sedang 3 4.8 22 34.9 0 0 25 39.7 0,000 0,445
Berat 1 1.6 26 41.3 0 0 27 42.9
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 4.4 tabulasi silang antara beban kerja dengan stres kerja
perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling
banyak terjadi pada perawat yang memiliki beban kerja berat, sebanyak 26
Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan
hasil bahwa nilai p-value = 0,000 < 0,05 dengan koefisien korelasi 0,445 yang
berarti memiliki tingkat hubungan sedang dan bersifat searah yang artinya
semakin tinggi beban kerja maka stress kerja juga semakin tinggi. Hal ini
Tabel 4.5 Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Stres Kerja Perawat
RSUD Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Lingkungan Total korelasi
Ringan Sedang Berat value
Fisik
n (%) n (%) N (%) n (%)
Buruk 1 1.6 12 19.0 0 0 13 20.6 0,302 -0,131
Baik 10 15.9 40 63.5 0 0 50 79.4
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021
58
Berdasarkan Tabel 4.5 tabulasi silang antara lingkungan fisik dengan stres
kerja perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling
banyak terjadi pada perawat yang menyatakan kondisi lingkungan fisik baik,
Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan
hasil bahwa nilai p-value = 0,302 > 0,05 dengan koefisien korelasi – 0,131 yang
berarti memiliki tingkat hubungan sangat rendah dan bersifat tidak searah yang
artinya semakain baik lingkungan fisik maka stres kerja semakin rendah. Hal ini
Tabel 4.6 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja Perawat
RSUD Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Dukungan Total
Ringan Sedang Berat value korelasi
Sosial
n (%) n (%) n (%) n (%)
Rendah 3 4.8 19 30.2 0 0 22 34.9 0,561 -0,074
Tinggi 8 12.7 33 52.4 0 0 41 65.1
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 4.6 tabulasi silang antara dukungan sosial dengan stres
kerja perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling
banyak terjadi pada perawat yang menyatakan dukungan sosial tinggi, sebanyak
Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan
hasil bahwa nilai p-value = 0,561 > 0,05 dengan koefisien korelasi – 0,074 yang
berarti memiliki tingkat hubungan sangat rendah dan bersifat tidak searah yang
artinya semakin tingggi dukungan sosial maka stres kerja semakin rendah. Hal ini
59
menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan secara signifikan
C. PEMBAHASAN
Umur adalah lama hidup individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu faktor risiko stres kerja pada
Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa dari
63 responden dengan tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat
yang berusia dewasa awal 26-35 tahun, sebanyak 25 responden (39,7%) dengan
tingkat stres kerja sedang dan hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s
Tau, diperoleh nilai p-value = 0,731 > 0,05. Sehingga umur tidak memiliki
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Awalia, dkk, 2021) yang
menyatakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap stres kerja perawat selama
pandemi Covid-19 yang berjudul “Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Dengan
Stress Kerja Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kwaingga Kabupaten
Keerom” dengan p-value = 0,913. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
Yohanes (2020) yang menyatakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap stres
60
Pada penelitian ini usia responden mengalami stres terbanyak yaitu berada
pada kelompok usia dewasa awal 26-35 tahun yaitu sebanyak 25 responden
(39,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sugeng
(2015) dimana menunjukkan bahwa repsonden yang mengalami stres kerja lebih
banyak dialami oleh perawat dengan kelompok umur dewasa awal (20-40 tahun).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja yang berumur dibawah 40 tahun lebih
banyak mengalami stres kerja dari pada pekerja yang berumur diatas 40 tahun.
Pada tahap dewasa awal 26-35 tahun perawat memiliki peran dan tanggung
jawab yang semakin besar, sesuai dengan teori yang disebutkan dikarenakan
kelompok usia ini merupakan usia produktif sehingga mempunyai semangat kerja
yang tinggi dan ambisi kerja yang terus meningkat, menyebabkan kelompok usia
penelitian di dapatkan bahwa perawat umur 26-35 tahun sudah berstatus menikah
yang besar antara pekerjaan dan keluarga inilah yang dapat menyebabkan stres
kerja pada perawat RSUD Abepura. Sedangkan pekerja yang berada pada
kelompok umur kategori tua atau diatas 40 tahun dapat dikatakan lebih memiliki
61
jiwanya dan lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
Pada umumnya kelompok usia dewasa awal 26-35 tahun memiliki semangat
yang lebih kuat dalam bekerja akan tetapi perawat yang memiliki usia muda
cenderung tidak mampu mengontrol terjadinya stres kerja di masa pademi Covid-
19 hal ini disebabkan karena perawat takut akan resiko jika sampai tertular covid-
19. Covid-19 ini merupakan suatu kasus baru dan proses penularan dari penyakit
ini juga sangat cepat sehingga menyebabkan masih ada responden yang stres
sekalipun usia mereka sudah dalam kategori dewasa awal karena mereka juga
belum pernah mengalami hal tersebut dan belum memiliki pengalaman sama
Dalam penelitian ini diketahui umur tidak berhubungan dengan stres kerja
karena stres itu dapat terjadi pada perawat usia berapapun (anak-anak, Remaja,
dewasa, maupun yang usia lanjut) tergantung dari manajemen stres tiap individu
(Gobel et al., 2013). Tidak berhubungannya umur dengan stres kerja ini juga di
karenakan semua perawat melakukan pekerjaan yang serupa dan tidak adanya
perbedaan tuntutan pekerjaan yang diterima oleh pekerja muda dan dewasa ini
yang membuat tidak adanya hubungan signifikan antara umur dengan stres kerja
pada perawat RSUD Abepura (Karima, 2014). Faktor umur memang sulit untuk di
analisis tersendiri karena masih banyak faktor dalam individu lainnya yang ikut
pengalaman dan pengetahuan akan bertambah baik serta rasa tanggungjawab yang
lebih besar dimana semuanya akan dapat menutupi kekurangan untuk beradaptasi
62
2. Hubungan Status Pernikahan dengan Stres Kerja
hasil bahwa nilai p-value = 0,001 dimana angka ini dibandingkan dengan 𝛼 = 0,05
sehingga nilai p-value < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan
Abepura. dari hasil tabulasi silang didapatkan tenaga kesehatan dengan status
orang (9,5%) dan sedang sebanyak 6 orang (9,5%), Adapun tenaga kesehatan
yang sudah menikah paling banyak mengalami stres sedang sebanyak 46 orang
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
stres kerja perawat selama pandemi Covid-19 yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Penelitian yang dilakukan oleh Aziza Musliha (2015) mengatakan juga bahwa
satus pernikahan berhubungan dengan kejadian stres kerja dengan nilai P-value <
63
Dalam penelitian ini status pernikahan dibagi kedalam dua kategori yaitu
sudah menikah dan belum menikah. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
pernikahan belum menikah. Hal ini dapat disebabkan oleh karena perawat yang
sudah menikah lebih banyak memiliki tanggung jawab yang lebih besar
adanya anggota keluarga yang sakit dan keperluan lainnya dari pada seseorang
yang belum menikah, sehingga orang yang sudah menikah lebih banyak memiliki
beban pikiran. Orang yang sudah menikah akan memiliki tanggung jawab
terhadap keluarga dan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang belum menikah
yang bisa fokus terhadap pekerjaannya. sehingga perawat yang sudah menikah
Adapun beban tersendiri yang mereka alami saat pandemi covid-19 ini seperti
kecemasan karena pada saat merawat pasien positif covid-19 ataupun melakukan
keluarga. dan kemungkinan menginfeksi orang yang mereka sayangi dan cintai.
Tenaga kesehatan harus mengisolasi diri dari keluarga dan orang terdekat
walaupun tidak menderita covid-19, kondisi ini merupakan keputusan sulit dan
64
dapat membawa dampak beban psikologis yang signifikan terhadap mereka
proses terjadinya stres. Akan tetapi, pengaruh status pernikahan terhadap stres
kerja hanya akan berpengaruh positif apabila pernikahan tersebut berjalan dengan
baik, Adanya hubungan yang kurang baik dengan pasangan atau dengan anak-
anak maka dapat berpengarauh sebagai tekanan yang signifikan bagi para pekerja
(Karima, 2014).
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Ratnasari
(2009), yang menyatakan seseorang yang sudah menikah pasti mempunyai beban
yang lebih berat dari pada yang belum menikah. Hal tersebut disebabkan karena
orang yang sudah menikah tidak hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri tetapi
pekerjaan dan masalah keluarga sekaligus. Faktor ini secara tidak langsung juga
mempengaruhi kondisi psikis tenaga kerja dan bisa menjadi stress (Suci, 2018).
perawat perempuan yang belum menikah ini dikarenakan tuntutan peran ganda
pada perempuan yang sudah menikah. Menurut Panca Dharma Wanita Indonesia
(dalam Anoraga, 2005) seorang wanita dituntut untuk dapat melakukan lima
tugas, yaitu sebagai seorang istri/ pendamping suami, sebagai pengelola rumah
65
tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak dan sebagai warga
Negara. Dengan keadaan ini, memang berat peranan wanita. Tidak mungkin
semuanya berjalan baik. Pasti ada saja tugas yang tercecer, yang tak rampung, lalu
wanita karier lajang karena wanita lajang yang memilih untuk berkarier, belum
Menurut (Marquis & Huston, 2010) beban kerja pada konteks keperawatan
seseorang yang memiliki beban kerja yang tinggi, baik beban fisik, maupun
Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa 63
responden tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat yang
memiliki beban kerja berat, sebanyak 26 responden (41.3%) dengan tingkat stres
kerja sedang dan Berdasarkan uji statistik non-parametrik korelasi kendall’s Tau
didapatkan hasil bahwa nilai p-value = 0,000 dimana angka ini dibandingkan
dengan 𝛼 = 0,05 sehingga nilai p-value < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa beban
kerja memiliki hubungan secara signifikan terhadap stres kerja perawat RSUD
Abepura.
66
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sonia
(2021) yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh terhadap stres kerja
Tentang Beban Kerja Selama Pandemi Covid-19 Di Ruang Rawat Inap Isolasi
Rumah Sakit Universitas Sumatra Utara” dengan p-value = 0,02. Penelitian yang
dilakukan oleh Astuti tahun (2012) mengatakan juga bahwa beban kerja
berpengaruh terhadap stres kerja perawat yang berjudul “Hubungan Beban Kerja
dan Kondisi Penyakit dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Intensive Care
Dari hasil diatas sesuai dengan yang diasumsikan oleh Anoraga (2009) bahwa
beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu harus melakukan terlalu
banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Hal ini disebabkan
oleh tingkat keahlian yang di tuntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu
tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya (Sunyoto, 2012).
adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang
terdepan yaitu tenaga kesehatan (Chen et al.,2020). Jumlah pasien yang semakin
banyak namun tidak diimbangi dengan kesiapan fasilitas dan jumlah tenaga medis
yang cukup, akan membuat tenaga medis kelelahan dan menambah beban berat
67
kepada para tenga medis yang mana mereka adalah orang-orang paling beresiko
tinggi terhadap paparan virus tersebut (Artiningsih & Chisan, 2020). banyak
tenaga medis yang bekerja melebihi shif yang seharusnya, banyak pula tenaga
dengan kesulitan yang lebih tinggi dari pada sebelumnya (Maben, Jill & Bridges,
2020). belum lagi, pemisahan diri dari keluarga untuk beberapa tenaga medis dan
psikologis.
Sebelum pandemi, beban kerja pegawai khususnya perawat masih dalam batas
normal, namun di masa pandemi beban kerja perawat menjadi bertambah seperti
harus menggunakan APD yang lengkap yang menyebabkan kelelahan fisik karena
pemakaian APD yang berlapis dengan nafas yang tidak bebas dan pergerakan
yang tidak luas. Adanya pandemi covid-19 juga berpengaruh terhadap standar
mendapat tugas tambahan yang harus dilaksanakan, antara lain kegiatan internal
belum pernah terjadi sebelumnya sehingga pola kerja berubah, terjadi kecemasan
68
Dari hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
banyaknya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan klien (41,3%),
langsung perawat dengan pasien di ruangan secara terus menerus selama jam
kerja (46,0%), setiap saat menghadapi klien dengan karakteritik yang tidak
tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas (52,4%). jika hal seperti ini tidak
dikelola dengan baik maka akan berakibat terjadinya stres kerja. hal inilah yang
merupakan beban kerja perawat pelakasana di perawat inap RSUD Abepura yang
pasien yang mengancam pada kematian pasien ataupun ketidak jelasan waktu
penyembuhan. Oleh karena itu ada beban mental dan beban kerja berat yang
mereka rasakan karena harus bertanggung jawab demi kesehatan dan keselamatan
pasien.
Setiap beban kerja yang diterima oleh seorang harus sesuai dengan
kemampuan tercapai, namun jika beban pekerjaan terlalu rendah atau terlalu
tinggi maka akan menyebabkan produktivitas yang terlalu rendah pula. beban
kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres kerja apabila tubuh menerima
69
pembebanan yang berlebih akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental
pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman
dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. kondisi kerja
yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah
Mar’aeni, 2020). Kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi faal
dan psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan
Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa dari
63 responden tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat yang
dengan tingkat stres kerja sedang dan Berdasarkan uji statistik non-parametrik
korelasi kendall’s Tau didapatkan hasil bahwa nilai p-value = 0,302 dimana angka
ini dibandingkan dengan 𝛼 = 0,05 sehingga nilai p-value > 0,05. Hal ini
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nurazizah (2017) dengan hasil p-value = 0.109 yang berarti tidak ada hubungan
antara lingkungan fisik dengan stres kerja perawat, Penelitian yang dilakukan oleh
70
Rahmawati, dkk (2020) mengatakan juga bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara lingkungan fisik dengan stres kerja perawat dengan hasil p-value
= 1,00.
memungkinkan para perawat untuk dapat bekerja optimal. lingkungan kerja dapat
dia bekerja, maka perawat tersebut akan betah ditempat kerjannya untuk
melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Moekijat (2002) yang mengatakan
bahwa instansi yang mempunyai lingkungan kerja yang baik dan nyaman akan
memberikan motivasi bagi perawat untuk meningkatkan kinerja. selain itu kondisi
kerja yang baik akan membantu mengurangi kejenuhan dan kelelahan, Namun
demikian jika lingkungan kerja buruk maka stres kerja akan mengalami
peningkatan.
pencahayaan baik (77,8%), sirkulasi udara baik (69,8%), terlindungi dengan baik
lingkungan fisik baik (81,0), suhu saat kemarau terasa nyaman (63,5%), area
kerja perawat tidak berantakan (90,5%), dari hasil analisis kuesioner perawat
71
cenderung menganggap lingkungan fisik di area kerja mereka baik, dimana
mereka merasa rumah sakit tempat mereka bekerja memberikan rasa nyaman.
yang sehat, aman dan nyaman dalam bekerja. rasa nyaman dalam bekerja akan
memberi dampak positif perawat yaitu perawat akan merasa puas dengan
lingkungan kerja, adanya standar dan prosedur kerja yang semakin banyak terkait
lingkungan kerja yang sehat dimasa pandemi covid-19 seperti tersedianya alat
tersedianya fasilitas kerja yang memadai seperti sarana dan prasarana yang
memiliki pengaruh terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura, hal ini
baik akan tetapi masih ditemukan stres kerja pada perawat. Sedangkan seharusnya
lingkungan kerja yang buruk yang akan berpotensi menjadi penyebab perawat
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, cahaya kurang,
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih akan berpengaruh
terhadap kerja perawat, yang berarti bahwa faktor penyebab stres kerja pada
perawat tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja, namun karna
72
faktor lain seperti banyaknya beban kerja responden yang turut menjadi
seseorang melalui hubungan, formal dan informal dengan yang lain atau
individu dari konsekuensi negatif penyebab stres. semakin tinggi dukungan sosial
yang diberikan maka semakin sedikit keluhan tentang kesehatan yang ditimbulkan
(Gibson, 1997).
dukungan sosial juga sangat diperlukan bagi perawat. Dukungan sosial tidak
hanya dari keluarga namun dari rekan kerja, masyarakat atau pengguna layanan,
Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa dari
63 responden tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat yang
tingkat stres kerja sedang dan Berdasarkan uji statistik non-parametrik korelasi
kendall’s Tau didapatkan hasil bahwa nilai p-value = 0,561 dimana angka ini
dibandingkan dengan 𝛼 = 0,05 sehingga nilai p-value > 0,05. Hal ini
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dewa (2018) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
73
dukungan sosial atasan dengan stres kerja dengan nilai p-value = 0,105 dan juga
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
rekan kerja dengan stres kerja dengan nilai p-value = 0,750. Penelitian yang
dilakukan oleh Nurcholis, dkk (2018) mengatakan juga bahwa penelitian yang di
dapatkan tidak ada hubungan dukungan sosial dengan stres kerja dengan p-value
= 0,108.
memiliki hubungan yang baik antara sesama rekan kerja maupun atasan. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan mereka yang sebagian besar menjawab sering dan
sangat sering yaitu selalu diberi umpan balik yang mendukung atas pekerjaan
perawat. Maka terciptalah dukungan sosial yang baik pada perawat RSUD
Abepura.
secara umum yang diperoleh perawat sudah cukup baik. Dalam penelitian ini
perawat yang memiliki dukungan yang baik dengan rekan kerja membuat perawat
tidak merasa sendiri dalam menghadapi kondisi saat ini maka perawat mampu
bertahan dalam situasi yang menekan selama pandemic covid-19. rekan kerja
dapat saling memberi motivasi, menguatakan, saling menolong dan saling berbagi
cerita sehingga mereka dapat saling mendukung satu sama lain di dalam kondisi
74
pandemi covid-19 ini. Selain itu rekan kerja maupun atasan juga bisa dijadikan
kekuatan selama jauh dari keluarga untuk saling memberi semangat dan dukungan
menggingat keduanya juga berada dalam kondisi yang sama. dukungan sosial
dalam menghadapi situasi pandemi coronavirus saat ini sangat penting dalam
psikologi pada keadaan sulit dan tertekan (Taylor, S.E.,Peplau, L. A., Sears, D. O,
2012).
perasaan diperhatikan, perasaan dihargai, dan perasaan orang lain ada untuk
membantunya, sehingga perawat bangsal rawat inap yang merawat pasien mampu
memandang positif setiap masalah dan memandang tuntutan pekerjaan yang berat
dukungan, dan perawat bangsal rawat inap pun lebih merasa puas terhadap
dirinya, lebih bahagia, dan lebih merasa nyaman dalam menjalani pekerjannya.
Hal ini didukung oleh pernyataan dari (Setiawan & Darminto (2013) bahwa
perawat yang memiliki dukungan sosial yang baik dalam dunia pekerjaan akan
dapat bertahan dengan baik dari beban pekerjaan yang berat dan lebih mampu
Meskipun skor yang didapatkan pada variabel ini sudah cukup baik, Tetapi
secara statistik penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan stres kerja yang dialami oleh para pekerja di
RSUD Abepura. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa beban kerja yang tinggi jika disertai dengan
dukungan sosial yang baik maka mampu mencegah dampak stres yang dialami
75
oleh seseorang (Kato, 2008). Hal ini dapat terjadi dikarenakan dukungan sosial
yang dimiliki oleh para perawat tidak mampu mengurangi perasaan stres yang
diakibatkan tingginya faktor pekerjaan, seperti jumlah beban kerja yang tinggi,
Meskipun dalam teori lainnya dikatakan bahwa rendahnya dukungan sosial lebih
dalam penelitian ini, dukungan sosial yang baik sekalipun tidak mampu
menurunkan stres kerja yang dialami para pekerja akibat tingginya faktor pemicu
stres yang berasal dari faktor pekerjaan. sehingga pada penelitian ini tidak
dukungan yang diterima tidak dianggap sesuatu yang membantu. Hal ini
dikarenakan dukungan yang telah diberikan tidak cukup, karena individu merasa
tidak perlu bantuan sehingga dukungan yang diberikan tidak dianggap, dukungan
yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu tersebut,
terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang
dukungan sosial yang diterima lebih penting dari pada jumlah (kuantitas) orang
lain yang memberikan dukungan sosial dalam meredakan stres. Ketika perawat
positif dan dapat membantu perawat terhadap suatu permasalahan, maka bantuan
yang diterima akan dipersepsikan oleh perawat sebagai bentuk dukungan sosial.
sosial yang ia terima maka dukungan sosial yang diterima akan meningkatkan
76
kepercayaan diri, kesejahteraan, kompetensi, kontrol diri, dan hal positif yang ada
banyaknya bantuan yang diterima belum tentu efektif dalam menurunkan stres.
Namun, dukungan sosial yang efektif adalah dukungan yang dipersepsikan positif
atau puas oleh perawat yang menerimanya. Nurullah (2012) mengatakan bahwa
Individu yang memiliki jaringan sosial yang luas tidak menjamin bahwa
dukungan sosial akan selalu tersedia dan tepat dalam menangani permasalahan
mengenai dukungan sosial yang disampaikan oleh Narrulah pada tahun 2012
harus sesuai dengan tuntutan atau permasalahan dari orang yang menerima
konteks utama agar dukungan sosial menjadi lebih efektif : (1) Faktor kesesuaian
seperti tipe bentuk dukungan harus sesuai dengan kebutuhan individu dalam
menghadapi stressor atau tekanan, (2) Faktor penerima, seperti individu memilih
untuk mau menerima dukungan yang tersedia, (3) Faktor penyedia dukungan,
77
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, di sisi internal perawat yang mengalami
yang sedang dihadapi oleh penerima dukungan agar dapat memberikan dukungan
yang tepat bagi penerima. Misalnya, ada rekan kerja yang sedang berduka karena
maka dukungan instrumental akan lebih tepat dalam menangani stressor tersebut.
D. Keterbatasan Penelitian
sehingga data yang diperoleh bersifat subjektif dari sudut pandang perawat.
diisi oleh responden terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak
78
2. Dikarenakan dalam masa pandemi Covid-19 ini maka peneliti melakukan
maka terdapat kesulitan yang penulis alami, antara lain tidak bisa bertatap
dalam kuesioner yang penulis buat, dan tidak dapat melakukan tanya jawab
79
BAB V
A. Simpulan
2. Umur perawat paling banyak dengan katagori umur dewasa awal 26-35
41 responden (65,1%).
7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan stres kerja
pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,731 atau nilai p > 0,05).
stres kerja pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,001 atau nilai p <
0,05).
9. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja
pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,000 atau nilai p < 0,05).
80
10. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan fisik dengan
stress kerja pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,302 atau nilai p >
0,05).
11. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan
stress kerja pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,561 atau nilai p >
0,05).
B. Saran
efektif secara rutin setiap briefing sebelum kerja. komunikasi yang efektif
kerja yang sesuai, Mengurangi jam kerja yang padat ditempat kerja
81
2. Bagi Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Abepura
tempat kerja.
permasalahan kerja.
dengan menambah variabel lain yang berpengaruh pada stress kerja misalnya
82
DAFTAR PUSTAKA
Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). stress kerja. In Semarang
University Press (1st ed.). Semarang : University Press.
Atmojo, J. T., Rejo, Arradini, D., & Widiyanto, A. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Depresi Pada Tenaga Kesehatan Saat Pandemi. Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(4), 495–502.
Awalia, M. J., Medyati, N., & Giay, Z. (2021). Hubungan Umur Dan Jenis
Kelamin Dengan Stress Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud
Kwaingga Kabupaten Keerom. Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 5(2),
477–483.
Chen, Q, Liang, M, Li, Y, Guo, J, Fei, D, Wang, L, He, L, Sheng, C, Cai, Y, & Li,
X. 2020. Mental Health Care For Medical Staff In China During The Covid-
19 Outbreak. The Lancet Psychiatry, 7(4), E15-E16.
Evayanti. 2003. Gambaran Keluhan Stres Kerja pada Pengemudi Bus Kota PPD
Jakarta Tahun 2002. Skripsi FKM UI.
83
Gobel, R. S., Rattu, J. A. M., & Akili, R. H. (2013). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang ICU Dan UGD
RSUD Datoe Bingkang Kabupaten Bolaang Mangondow. Jurnal Kesehatan.
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2014/11/JURNAL_RYO_GOBEL_091511073.pdf.
Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, J. T.
(2020). Faktor Penyebab Stres Pada Tenaga Kesehatan Dan Masyarakat
Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 353.
Handono, O. T., Psikologi, F., Ahmad, U., & Yogyakarta, D. (2013). Hubungan
Antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan
pada Santri Baru. 1(2), 79–89.
HSE. (2004). HSE Management standards Analysis tool and User manual.
Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Paramedik Aplikasi
SPSS dan Statcal (1st ed.). Jakarta : Yayasan Kita Menulis.
84
Tenggara Tahun 2013.
Jum’ati, N., & Wusma, H. (2013). Stres Kerja (Occupational Stres) yang
Mempengaruhi Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di
Kabupaten Bangkalan. Jurnal NeO-Bis, 7(2), 1–17.
Kang, L, Li, Y, Hu, S, Chen, M, Yang, C, Yang, BX, Wang, Y, Hu, J, Lai, J, Ma,
X Chen, J, Guan, L, Wang, G, Ma, H, Liu, Z. 2020. The Mental Health Of
Medical Workers in Wuhan, China Dealing With The 2019 Novel Corona
Virus, The Lancet Psychiatry.
Kato , K. 2008. The Efect of Stres (O Worker) Suport The Effect Of ( O-Worker
Suport on a tress : The Mediating Effect of Perceived Job Characteritsics.
Michigan States University, Michigan.
Lai, J., Ma, S., Wang, Y., Cai, Z., Hu, J., Wei, N., Wu, J., Du, H., Chen, T., Li, R.,
Tan, H., Kang, L., Yao, L., Huang, M., Wang, H., Wang, G., Liu, Z., & Hu,
S. (2020). Factors associated with mental health outcomes among health
care workers exposed to coronavirus disease 2019. JAMA Network Open,
3(3), 1–12. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2020.3976
Lailani, F. 2012. Burnout pada Perawat Ditinjau Dari Efikasi Diri dan Dukungan
Sosial. Talenta Psikologi, 1(1), 66-86.
Suci Mustika, I, S. 2018. Analisis Hubungan Faktor Individu dan Beban Kerja
Mental dengan Stres Kerja. The Indonesian Journal Of Occupational Safety
and Health, 7 (2), 220
Mallisa, S., Righo, A., & Fahdi, F. K. (2018). Gambaran Tingkat Stres Perawat
Di Ruangan ICU (Intensive Care Unit) dan ICCU (Intensive Cardiac Care
Unit) RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
85
Institut Kesehatan Helvetia.
Manaf, I. R., Simanjorang, A., & Asriwati. (2019). Faktor yang Mempengaruhi
Stres Kerja Perawat Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Simeulue Tahun 2019. 1(4), 9–20.
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (1st ed.).
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mustika Suci, I. S. (2018). Analisis Hubungan Faktor Individu Dan Beban Kerja
Mental Dengan Stres Kerja. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health, 7(2), 220. https://doi.org/10.20473/ijosh.v7i2.2018.220-229
Maben , Jill, & Bridges, J. 2020. Covid-19 Supporting Nurses Psychological and
Mental Health. Journal Of Clinical Nursing.
86
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan (1st ed.). Jakarta : Rineka
Cipta.
Park, Y. M., & Kim, S. Y. (2013). Impacts Of Job Stress and Cognitive Failure
On Patient Safety Incidents Among Hospital Nurses. Safety and Health at
Work, 4(4), 210–215. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2013.10.003
Pratama, Y. D., Fitri, A. D., & Harahap, J. (2020). Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Stres Kerja Pada Perawat ICU Di RSUD Dr. R.M.
DJOELHAM BINJAI Tahun 2020. Journal of Healthcare Technology and
Medicine, 6(2), 1236–1249.
Purwanti, D., & Nurhayati, M. (2017). Pengaruh Iklim Organisasi dan Tipe
Kepribadian Terhadap stres Kerja dan Perilaku Kewargaan (Studi pada
Karyawan Klinik Laboratorium Prodia Cabang Menteng, Jakarta). Jurnal
Manajemen, 20(2), 293. https://doi.org/10.24912/jm.v20i2.49
Pipin, S. 2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja pada
Tenaga Kesehatan dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
87
Rasasi, AL, dkk. 2015. Work Related Stress Among Nurses Working in Dubai a
Burden For Health Care Institutions. American Journal of Psychology and
Cognitive Science 1(2) : 61-65.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2011). Perilaku Organisasi (12th ed.). Jakarta :
Salemba empat.
Runtu, V. V, & Hamel, R. (2018). Hubungan Beban Kerja Fisik dengan Stres
Kerja Kasih Manado. 6(1), 1–7.
Sarason, I.G., Sarason, B.R., Shearin, E.N., & Pierce, G.R. (1987). A brief
measure of social support: Practical and theoretical implications. Journal of
Social and Personal Relationships, 4(4), 497-510.
Saleh, L. M., Russeng, S. R., & Tadjuddin, I. (2020). Manajemen Stres Kerja
(Sebuah Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Aspek Psikologis
Pada ATC) (1st ed.). Penerbit Deepublish.
Sugeng, Sri Utami, Hadi harry Tribowo, & Nata Prawira, Rizki Kurnia (2015).
Gambaran Tingkat Stre dan Daya Tahan Terhadap Stres Perawat Instansi
Perawatan Insentif di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Bandung : FK
Universita Maranatha.
Sari, A. M. K., Ahsan, & Supriati, L. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial
Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit TK. II Dr. Soepraoen
Malang. Bimiki, 5(2), 1–11.
Sari, M. L., Ruliati, L. P., & Upa, E. E. P. (2019). Analisis Faktor Yang
Berhubungan dengan Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang Tahun 2019. Timorese Journal of Public Health, 1(3), 109–114.
Sari, R., Yusran, S., & Ardiansyah, R. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2(6), 1–11.
88
Keperawatan, VIII(1), 103–110.
Uchino, B. N., Carlisle, M., Birmingham, W., & Vaughn, A. A. (2011). Social
support and the reactivity hypothesis: Conceptual issues in examining the
efficacy of received support during acute psychological stress. Biological
Psychology, 86(2), 137-142.
Vanchapo, A. R. (2020). Beban Kerja Dan Stres Kerja (1st ed.). Jakarta : CV.
Penerbit Qiara Media.
Wijono, S. (2010). Psikologi Industri Dan Organisasi (1st ed.). Jakarta : Kencana.
Wulandari, S. (2017). Analisis Beban Kerja Mental, Fisik Serta Stres Kerja Pada
Perawat Secara Ergonomi Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. JOM
Fekon, 4(1), 954–966.
Zulkifli, Z., Rahayu, S. T., & Akbar, S. A. (2019). Hubungan Usia, Masa Kerja
dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Service Well
Company PT. ELNUSA TBK Wilayah Muara Badak. KESMAS UWIGAMA:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 46–61.
89
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
“FAKOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEGAN KEJADIAN
STRES KERJA PADA PERAWAT RSUD ABEPURA SELAMA
PANDEMI COVID-19
TAHUN 2021”
Yth. Bapak/Ibu,
Perawat RSUD Abepura
Dengan Hormat,
Saya Rahayu Putri Dewanty, mahasiswa semester 8 peminatan kesehatan
lingkungan dan kesehatan kerja Universitas Cenderawasih. Saya akan melakukan
penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura Selama
Pandemi Covid-19 Tahun 2021”. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari
peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM). Untuk itu,
saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara jujur
dan lengkap. Penelitian ini tidak akan menimbulkan hal merugikan bagi
Bapak/Ibu sebagai responden. Penelitian ini bersifat sukarela, artinya tidak ada
paksaan bagi Bapak/Ibu untuk menyetujui berpartisipasi dalam peneltian ini.
Segala bentuk data yang Bapak/Ibu berikan terkait penelitian ini menjadi
kerahasiaan penelitian. pengisian angket ini membutuhkan waktu ±15 menit.
Jika Bapak/Ibu kesulitan dalam memahami maksud dari pertanyaan pada
kuesioner silahkan mengajukan pertanyaan kepada peneliti, bapak/ibu dapat
menghubungi saya (No. Hp 082129045777). Mohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Hormat, saya
Jayapura, - - 2021
Peneliti, Yang membuat pernyataan
(………………….……) (…..…..….…………….)
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN NO :
Petunjuk pengisian :
Beri jawaban dan tanda check list (√) pada jawaban yang anda pilih
2) Umur :
1. 17-25 tahun
2. 26-35 tahun
3. 36-45 tahun
4. 46-59 tahun
3) Jenis kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
4) Status perkawinan :
1. Menikah
2. Belum menikah
KUESIONER STRES KERJA
(Nursalam, 2017)
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda pilih yang ada pada masing-
masing pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami :
Kode :
1 : Tidak Pernah (TP)
2 : Kadang-kadang (KK)
3 : Sering (S)
4 : Selalu (SL)
No PERNYATAAN TP KK S SL
1. Saya merasa jantung saya berdebar saat bekerja
2. Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
3. Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku
leher)
4. Merasa frekuensi pernapasan meningkat
5. Merasa denyut nadi meningkat
6. Makan secara berlebihan
7. Kehilangan nafsu makan
8. Perut terasa mulas, tegang, dan kembung
9. Tangan terasa capek
10. Betis terasa pegal
11. Persendian terasa ngilu
12. Nyeri punggung
13. Nyeri pinggang
14. Merasa tertekan karena pekerjaan
15. Menyalahkan diri sendiri
16. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
17. Merasa kehilangan konsentrasi atau
konsentrasi menurun
18. Mudah lupa
19. Merasa tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan
20. Menghindar dari masalah
21. Berganti-ganti rencana
22. Berfikir hal-hal kecil terlalu detail
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami.
Kode :
1 : Tidak menjadi beban
2 : Beban kerja ringan
3 : Beban kerja sedang
4 : Beban kerja berat
No PERNYATAAN 1 2 3 4
1. Melakukan observasi pasien secara ketat selama
jam kerja
2. Banyak jenis pekerjaan yang harus dilakukan
demi keselamatan pasien
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien
4. Kontak langsung perawat dengan pasien di
ruangan secara terus menerus selama jam kerja
5. Kurangnya tenaga perawat di ruangan
dibandingkan dengan pasien yang di rawat
6. Pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki
tidak mampu mengimbangi tuntutan pekerjaan
di ruang rawat inap
7. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap
pelayanan yang berkualitas
8. Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
9. Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang
Tepat
10. Tanggung jawab dalam melaksanakan
perawatan pasien di ruang rawat inap
11. Setiap saat menghadapi klien dengan karateristik
yang tidak berdaya, koma dan terminal
12. Tugas pemberian obat-obatan yang diberikan
secara Intensif
13. Tindakan penyelamatan pasien
KUESIONER LINGKUNGAN FISIK SECARA SUBJEKTIF
(NIOSH Generic Job Stress Questionnaire, 2014)
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami.
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami.
Kode :
1 : Tidak pernah (TP)
2 : Jarang (J)
3 : Kadang-kadang (KK)
4 : Sering (S)
5 : Sangat sering (SS)
No Pertanyaan TP J KK S SS
1. Saya diberi umpan balik yang
mendukung atas pekerjaan yang saya
lakukan
2. Saya dapat mengandalkan manajer
saya untuk membantu mengatasi
masalah pekerjaan
3. Saya dapat berbicara dengan
manajer saya jika ada sesuatu yang
membuat saya tidak nyaman
4. Saya mendapatkan dukungan
manajer dari pekerjaan yang
menuntut emosi
5. Manajer saya mendukung saya
dalam bekerja
6. Jika pekerjaan menjadi sulit, maka
rekan kerja saya akan membantu
7. Saya mendapatkan bantuan dan
dukungan yang saya butuhkan dari
rekan kerja saya
8. Saya menerima rasa hormat yang
pantas saya dapatkan di tempat kerja
dari rekan kerja saya
9. Rekan - rekan saya bersedia
mendengarkan masalah pekerjaan
saya
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
(KEPK) JAYAPURA
SURAT KETERANGAN
PERSETUJUAN ETIK
Nomor: 25/KEPK-JYP/VII/2021
Berdasarkan hasil keputusan telaah Komite Etik Penelitian Kesehatan Jayapura, maka
Protokol penelitian kesehatan dan dokumen terkait berikut ini dinyatakan telah
mendapatkan persetujuan etik.
No. : 32/KEPK-JYP/VI/2021
Protokol
Peneliti : RAHAYU PUTRI Sumber : MANDIRI
Utama DEWANTY Pendanaan
Judul Penelitian : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGANKEJADIAN STRES KERJA PADA PERAWAT RUANG
RAWAT INAP RSUD ABEPURA SELAMA PANDEMI COVID-19
Usulan : 1 Tanggal Usulan : 1 Juli 2021
Protokol ke-
Usulan PSP : 1 Tanggal Usulan : 1 Juli 2021
ke-
Tempat : RSUD ABEPURA
Penelitian
Dokumen : -
Lain
Keputusan : Exempted Masa berlaku : 12 Juli 2021
Review Expedited Sampai dengan
Full Board 12 Juli 2022
Wakil : dr. Gerson A. Warnares, Tanda Tangan: Tanggal:
Ketua M.Med., M.Phil 13 Juli 2021
KEP
K
Jayapura
Keterangan:
Umur Status Perkawinan Stres Kerja
1: 17-25 1: Menikah 1 : Ringan
2: 26-35 2: Belum menikah 2 : Sedang
3: 36-45 3 : Berat
4: 45-59
DATA DEMOGRAFI BEBAN KERJA PERAWAT
K. Res UK U SP C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 JMLH Kategori
1 6 3 1 3 3 3 2 1 1 4 4 3 3 2 4 4 37 2
2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 3 3 4 4 4 3 3 38 2
3 7 2 1 3 3 3 4 1 2 2 2 1 1 3 2 1 28 2
4 5 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 37 2
5 6 3 1 1 1 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 32 2
6 10 1 2 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 1 22 3
7 8 1 2 2 1 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 18 1
8 6 3 1 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 47 3
9 7 2 1 1 1 1 1 4 3 1 4 3 2 2 1 1 25 2
10 6 2 1 4 4 4 2 1 1 4 4 4 4 4 3 4 43 3
11 4 4 1 3 3 4 4 1 2 4 4 4 4 4 3 4 44 3
12 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 28 2
13 2 3 1 3 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 45 3
14 4 2 1 3 4 4 3 1 2 4 3 1 1 3 1 4 34 2
15 1 3 1 4 1 1 3 1 3 4 4 1 4 4 3 3 36 2
16 4 2 2 3 2 2 1 2 4 2 2 1 1 2 1 1 24 1
17 6 3 1 3 4 4 2 1 2 4 3 4 3 4 3 1 38 3
18 8 3 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 1 44 3
19 4 4 2 1 1 1 1 3 4 3 1 2 2 2 2 1 24 1
20 4 1 2 2 1 1 2 1 3 2 1 2 1 4 2 1 23 1
21 4 4 1 3 2 1 1 1 2 2 4 2 1 1 2 1 23 1
22 9 4 1 1 3 1 1 4 4 1 2 1 1 3 1 1 24 1
23 8 3 1 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 1 39 3
24 3 3 1 1 1 2 4 3 1 2 1 1 2 2 2 1 23 1
25 8 3 1 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 1 36 2
26 5 2 2 3 3 2 2 1 3 4 3 2 2 2 2 1 30 2
27 3 3 1 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 1 38 3
28 10 3 1 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 1 35 2
29 10 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 25 2
30 10 2 1 4 1 1 4 1 2 1 3 1 3 3 3 1 28 2
31 10 2 1 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 1 43 3
32 9 4 1 3 3 3 3 1 2 4 3 3 3 3 2 1 34 2
33 9 4 1 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 36 2
34 1 2 1 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 1 38 3
35 8 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 1 36 3
36 8 3 2 2 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 1 36 3
37 5 2 2 1 2 2 1 3 2 2 4 1 4 3 3 4 32 1
38 5 2 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 4 4 4 4 32 1
39 5 3 1 2 3 3 3 1 3 2 3 4 2 2 2 1 31 2
40 5 3 1 1 2 2 2 2 4 2 2 2 3 3 3 1 29 2
41 7 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 2 1 28 2
42 7 3 1 1 2 2 4 2 2 1 4 2 1 4 4 1 30 2
43 7 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 2 1 28 2
44 7 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 2 1 28 2
45 9 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 4 39 3
46 9 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
47 9 3 1 2 4 4 4 1 1 4 2 2 1 4 4 1 34 2
48 9 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 9 44 3
49 10 2 1 2 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 23 1
50 10 3 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 40 3
51 10 2 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 40 3
52 10 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
53 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 2 1 3 26 2
54 3 3 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 40 3
55 3 3 1 1 2 2 4 2 2 3 4 3 4 4 4 4 39 3
56 3 2 1 2 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 3 25 1
57 1 3 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
58 1 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
59 1 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 3 1 29 2
60 2 1 2 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 42 3
61 2 3 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 42 3
62 2 3 1 2 4 4 4 1 1 4 4 1 4 4 4 4 41 3
63 3 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 42 3
Keterangan:
Beban Kerja
1 : Beban Kerja Ringan
2 : Beban Kerja Sedang
3 : Beban Kerja Berat
DATA DEMOGRAFI LINGKUNGAN FISIK KERJA PERAWAT
K. Res UK U SP D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 JMLH Kategori
1 6 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 17 2
3 7 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
4 5 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 2
5 6 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 2
6 10 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18 2
7 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
8 6 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
9 7 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
10 6 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
11 4 4 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 15 1
12 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 18 2
13 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 18 2
14 4 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 16 2
15 1 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 15 1
16 4 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 15 1
17 6 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 2
18 8 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 18 2
19 4 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 18 2
20 4 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18 2
21 4 4 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 17 2
22 9 4 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 17 2
23 8 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 13 1
24 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
25 8 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 2
26 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
27 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 1
28 10 3 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 16 2
29 10 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 16 2
30 10 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 17 2
31 10 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 17 2
32 9 4 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 13 1
33 9 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 1
34 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
35 8 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 2
36 8 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
37 5 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
38 5 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
39 5 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 14 1
40 5 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
41 7 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
42 7 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 17 2
43 7 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
44 7 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
45 9 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 2
46 9 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 18 2
47 9 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
48 9 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 18 2
49 10 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
50 10 3 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 16 2
51 10 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 15 1
52 10 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 2
53 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
54 3 3 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 15 1
55 3 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 17 2
56 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
57 1 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 2
58 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 15 1
59 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
60 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
61 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
62 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
63 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
Keterangan:
Lingkungan kerja
1 : Buruk
2 : Baik
DATA DEMOGRAFI DUKUNGAN SOSIAL PERAWAT
K. Res UK U SP E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 JMLH Kategori
1 6 3 1 2 3 5 3 2 5 5 5 5 35 2
2 2 2 2 2 2 1 1 3 4 3 3 1 20 1
3 7 2 1 2 3 3 3 3 4 4 2 4 28 2
4 5 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35 2
5 6 3 1 3 1 1 1 1 5 5 1 4 22 1
6 10 1 2 3 3 4 3 5 5 5 5 5 38 2
7 8 1 2 5 3 3 1 5 5 5 5 5 37 2
8 6 3 1 3 2 3 3 3 4 4 4 4 30 2
9 7 2 1 3 2 3 2 4 4 4 4 5 31 2
10 6 2 1 5 4 5 1 5 5 5 5 4 39 2
11 4 4 1 2 2 4 3 4 4 4 4 4 31 2
12 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 20 1
13 2 3 1 2 1 1 1 1 5 5 3 4 23 1
14 4 2 1 3 3 4 4 2 4 2 3 5 30 2
15 1 3 1 1 2 3 1 1 4 4 3 3 22 1
16 4 2 2 2 4 1 2 4 5 4 4 4 30 2
17 6 3 1 3 3 3 3 4 5 5 4 4 34 2
18 8 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
19 4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
20 4 1 2 3 3 2 2 3 5 4 3 2 27 1
21 4 4 1 3 4 4 1 3 5 5 5 4 34 2
22 9 4 1 3 2 3 2 3 5 4 1 5 28 2
23 8 3 1 2 1 3 1 2 2 2 2 1 16 1
24 3 3 1 3 1 1 1 1 4 4 3 3 21 1
25 8 3 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 30 2
26 5 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 35 2
27 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 16 1
28 10 3 1 2 3 4 3 3 4 4 4 4 31 2
29 10 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3 3 27 1
30 10 2 1 1 2 2 1 2 4 4 3 2 21 1
31 10 2 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 14 1
32 9 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 16 1
33 9 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 16 1
34 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 19 1
35 8 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
36 8 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
37 5 2 2 4 5 3 3 3 5 5 4 3 35 2
38 5 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 1
39 5 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 22 1
40 5 3 1 1 1 3 1 4 4 4 4 4 26 1
41 7 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
42 7 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44 2
43 7 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
44 7 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
45 9 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
46 9 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
47 9 3 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
48 9 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
49 10 2 1 3 3 3 3 3 4 4 4 3 30 2
50 10 3 1 2 2 2 2 2 3 3 4 2 22 1
51 10 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 20 1
52 10 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 20 1
53 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
54 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 4 2 22 1
55 3 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44 2
56 3 2 1 3 3 3 3 4 4 4 4 3 31 2
57 1 3 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
58 1 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
59 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
60 2 1 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
61 2 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
62 2 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
63 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
Keterangan:
Dukungan Sosial
1 : Dukungan Sosial Rendah
2 : Dukungan sosial Tinggi
Hasil Univariat (Distribusi Frekuensi)
Hasil Tabulasi Silang
Umur
Status Perkawinan
Beban Kerja
Lingkungan Fisik
Dukungan Sosial
Hasil Uji Bivariat ( Kendall’s Tau)
Correlations
Status_P
Stres_K erkawina Beban_ Lingkung Dukungan
erja Umur n Kerja an_Fisik _Sosial
N 63 63 63 63 63 63
Umur Correlation
.041 1.000 -.299* .013 -.184 -.068
Coefficient
N 63 63 63 63 63 63
Status_Perk Correlation
-.416** -.299* 1.000 -.247* .048 .101
awinan Coefficient
N 63 63 63 63 63 63
Beban_Kerja Correlation
.445** .013 -.247* 1.000 -.133 -.008
Coefficient
N 63 63 63 63 63 63
Lingkungan_ Correlation
-.131 -.184 .048 -.133 1.000 .367**
Fisik Coefficient
N 63 63 63 63 63 63
Dukungan_S Correlation
-.074 -.068 .101 -.008 .367** 1.000
osial Coefficient
N 63 63 63 63 63 63