Anda di halaman 1dari 134

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA


PERAWAT RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH ABEPURA SELAMA PANDEMI
COVID-19

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RAHAYU PUTRI DEWANTY


NIM : 20170711014117

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN/PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diuji dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana Kesehatan
Masyarakat, Pemintatan KLKK, Jurusan/ Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cenderawasih, Jayapura Tahun 2021
untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada :
Hari :
Tanggal :

Dekan Ketua Jurusan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dr. Samuel Piter Irab, S.KM., M.P.H Yulius Sarungu Paiting, S.KM, M.Kes
NIP. 19761216 200604 100 2 NIP. 19770717 200801 1 017

Tim Penguji

1. Anton Wambrauw, S.KM., M.Sc (Ketua) 1............


NIP. 19810409 200604 1 001
2. Erich C. Wayangkau, S.KM., M.Kes (Sekertaris) 2...........
NIP. 19860210 200912 1 003
3. Dr. Novita Medyati, S.KM., M.Kes (Anggota) 3............
NIP. 19761126 200112 2 001
4. Mina B. Ayomi, S.KM., M.Kes (Anggota) 4............
NIP. 19870901 200912 200 5
5. Apriyana Irjayanti, S.KM., M.Kes (Anggota) 5............
NIP. 19860426 200812 2 002

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Rahayu Putri Dewanty
NIM : 20170711014117
Judul : Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres Kerja pada

Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Abepura Selama Masa Pandemi

Covid-19.

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruaan

tinggi, dan sepanjang pengetauan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jayapura, November 2021

Rahayu Putri Dewanty


NIM 20170711014117

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”

(Amsal 23:18)

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kepada Tuhan Yesus Kristus berkat limpahan kasihnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Dewa Nyoman Ariasa dan Ibu Ester Maretty

La’bi yang selalu mencintai dan menyayangi tanpa syarat dan tidak pernah

letih berdoa demi keberhasilanku.

3. Kakakku Ayu Dewanty Purnamasari yang selalu memberi harapan,

membimbing dan memberikan semangat.

4. Almamaterku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama lengkap : Rahayu Putri Dewanty
Tempat dan Tanggal Lahir : Jayapura, 03 September 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Dewa Nyoman Ariasa
Nama Ibu : Ester Maretty La’bi
Jumlah Saudara : 2 (Dua)
Anak ke : 2 (Dua)
Riwayat Pendidikan :
1. 2005 - 2011 : SDN Inpres Malompo Nabire
2. 2011 - 2014 : SMP Negeri 1 Nabire
3. 2014 - 2017 : SMA Negeri 1 Nabire
4. 2017 - 2021 : Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas
Cenderawasih Jayapura
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jayapura, November 2021

Rahayu Putri Dewanty


NIM 20170711014117

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal dengan judul “Faktor - Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Stres Kerja Pada Perawat RSUD Abepura Tahun 2021”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapakan terimakasih

kepada :

1. Dr. Apolo Safanpo, MT, Rektorat Universitas Cenderawasih Jayapura.

2. Dr. Arius Togodly, SPd., M.Kes, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Cenderawasih Jayapura.

3. Anton Wambrauw, S.KM., MSc, Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Cenderawasih Jayapura. Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan

serta arahan kepada penulis.

4. Erich C. Wayangkau, S.KM., M.Kes, Pembantu Dekan III Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih Jayapura. Dosen

Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.

5. Yulius Sarungu Paiting, S.KM., M.Kes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Cenderawasih.

vii
6. Apriyana Irjayanti, S.KM., M.Kes, Ketua Peminatan Kesehatan Lingkungan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Cenderawasih Jayapura. Dosen penguji III yang telah memberikan masukan

serta saran-saran kepada penulis.

7. Dr. Novita Medyati, S.KM., M.Kes selaku penguji I telah memberikan

masukan serta saran-saran kepada penulis.

8. Mina Blandina Ayomi, S.KM., M.Kes selaku penguji II telah memberikan

masukan serta saran-saran kepada penulis.

9. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Cenderawasih Jayapura yang sudah banyak memberikan ilmu pengetahuan

serta kelengkapan surat-surat bagi penulis.

10. Direktur, Perawat, dan Staf RSUD Abepura yang sudah mengizinkan saya

untuk melakukan penelitian di RSUD Abepura dan banyak memberikan

bantuan dalam melakukan penelitian.

11. Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja dan

semua teman-teman angkatan 2017, terimakasih buat kebersamaanya selama

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. semoga
skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Jayapura, November 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL -------------------------------------------------------------- i


LEMBAR PERSETUJUAN ----------------------------------------------------- ii
LEMBAR PERNYATAAN ------------------------------------------------------ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ---------------------------------------------- iv
RIWAYAT HIDUP --------------------------------------------------------------- v
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------ vi
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------- vii
DAFTAR TABEL ----------------------------------------------------------------- x
DAFTAR GAMBAR -------------------------------------------------------------- xi
DAFTAR LAMPIRAN ----------------------------------------------------------- xii
DAFTAR SINGKATAN --------------------------------------------------------- xiii
DAFTAR ISTILAH --------------------------------------------------------------- xiv
ABSTRAK ----------------------------------------------------------------------- xv
ABSTRACT ----------------------------------------------------------------------- xvi

BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------- 1


A. Latar Belakang ---------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------ 7
C. Tujuan -------------------------------------------------------------- 7
D. Manfaat ------------------------------------------------------------- 8
E. Keaslian Penelitian ----------------------------------------------- 10

BAB II LANDASAN TEORI ------------------------------------------------- 14


A. Landasan Teori ---------------------------------------------------- 14
1. Pengertian Stres Kerja --------------------------------------- 14
2. Faktor - Faktor Stres Kerja ---------------------------------- 15
3. Gejala Stres Kerja -------------------------------------------- 23
4. Klasifikasi Stres ---------------------------------------------- 25

ix
5. Tingkatan Stres ----------------------------------------------- 26
6. Tahapan Stres ------------------------------------------------- 27
7. Patofisiologi Stres -------------------------------------------- 29
8. Dampak Stres ------------------------------------------------- 30
9. Manajemen Stres --------------------------------------------- 31
10. Pengertian Perawat ------------------------------------------- 34
11. Peran Perawat ------------------------------------------------- 35
B. Kerangka Teori ---------------------------------------------------- 38
C. Kerangka Konsep ------------------------------------------------- 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ----------------------------------- 40


A. Jenis Dan Rancangan Penelitian -------------------------------- 40
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ----------------------------------- 40
C. Populasi Dan Sampel --------------------------------------------- 40
D. Hipotesis Penelitian ----------------------------------------------- 42
E. Definis Operasional ----------------------------------------------- 44
F. Alat Dan cara Pengambilan Data ------------------------------- 46
G. Prosedur Pengambilan Data ------------------------------------- 48
H. Pengolahan Data dan Analisis Data ---------------------------- 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN------------------ 53


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian --------------------------- 53
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ------------------------------ 57
C. Pembahasan -------------------------------------------------------- 62
D. Keterbatasan Penelitian ------------------------------------------ 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN-------------------------------------------- 81


A. Simpulan ----------------------------------------------------------- 81
B. Saran ---------------------------------------------------------------- 82
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------- 84
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian ---------------------------------------------------------- 10


2.1 Ciri-Ciri Tipe Kepribadian ------------------------------------------------- 16
2.2 Perubahan Hormon Utama Respon Stres--------------------------------- 28
3.1 Definisi Operasional--------------------------------------------------------- 43
4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Stres Kerja, umur, status Perkawinan, Beban
Kerja, Lingkungan Fisik, Dukungan Sosial pada Perawat RSUD Abepura
---------------------------------------------------------------------------------- 57
4.2 Hubungan Antara Umur dengan Stres Kerja pada Perawat RSUD Abepura
---------------------------------------------------------------------------------- 58
4.3 Hubungan antara Status Perkawinan dengan stress Kerja pada Perawat
RSUD Abepura -------------------------------------------------------------- 59
4.4 Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat RSUD Abepura
-------------------------------------------------------------------------------- 59
4.5 Hubungan antara Lingkungan Kerja Fisik dengan Stres Kerja Perawat
RSUD Abepura ------------------------------------------------------------- 60
4.6 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja Perawat RSUD
Abepura---------------------------------------------------------------------- 61

xi
DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ------------------------------------------------------ 38


Gambar 2.2 Kerangka konsep ---------------------------------------------------- 39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 kuesioner
Lampiran 3 Surat Kode Etik
Lampiran 4 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7 Master Tabel Penelitian
Lampiran 8 Print Output Pengolahan data SPSS

xiii
DAFTAR SINGKATAN

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah


ILO : International Labour Organization
NIOSH : Nasional Institute For Occupational Safety and Health
HSE : Health and Safety Executive
ANAOH : American National Association for Occupational Health
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
ICN : International Council of Nursing
COVID-19 : Corona Virus 2019
WHO : World Health Organisation
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
APD : Alat Pelindung Diri

xiv
DAFTAR ISTILAH

Kolaborator : Orang yang bekerja sama


Edukator : Pendidik
Advokat : Orang yang berwewenag sebagai penasihat atau
pembela perkara
Biofeedback : yang mengacu pada serangkaian teknik untuk
mengendalikan respon tubuh tak terkendali untuk
mengobati penyakit tertentu
Turn-Over : Pergantian
Impulsif : Bersifat cepat, bertindak secara tiba - tiba
menurut gerak hati
Alkoholisme : Kecanduan alkohol
Overacting : Berlebihan
Chronic Fatique Syndrome : Sindrom Kelelahan Kronis
Performance : Menyelenggarakan, melakukan
Hyperractivity : Suatu kondisi dimana seseorang menjadi lebih
aktif dari biasanya
Serotype : Variasi yang berbeda dalam satu spesies bakteri
atau virus atau di antara sel-sel kekebalan tubuh
pada individu yang berbeda
Morbiditas : Angka kesakitan penduduk di suatu daerah atau
wilayah
Mortalitas : Angka rata - rata kematian penduduk di suatu
daerah atau wilayah
Stressor : Sesuatu yang dapat memicu stress

xv
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STRES KERJA PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RSUD
ABEPURA SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Oleh

Rahayu Putri Dewanty


Nim. 20170711014117

ABSTRAK
Stres kerja merupakan suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang
terjadi ketika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber
daya dan kebutuhan pekerja. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor
- faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja pada perawat di ruang
rawat inap RSUD Abepura selama pandemi covid-19 tahun 2021.
Jenis penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. lokasi
penelitian di RSUD Abepura. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat ruang
rawat inap. Sampel yang diambil sebanyak 63 perawat dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. instrumen
penelitian yang digunakan yaitu kuesioner. Penelitian ini menyelidiki hubungan
antara beberapa variabel, yakni : umur, status perkawinan, beban kerja,
lingkungan kerja fisik, dan dukungan sosial sebagai variabel independen,
sedangkan stres kerja sebagai variabel dependen. Analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariat menggunakan uji kendall’s Tau.
Hasil uji kendall’s Tau menunjukkan bahwa tidak ada hubungan Stres kerja
dengan umur (p-value = 0,731 atau nilai p > 0,05), lingkungan fisik (p-value =
0,302 atau nilai p > 0,05), dan dukungan sosial ( p-value = 0,561 atau nilai p >
0,05). Sedangkan ada hubungan stres kerja dengan status perkawinan (p-value =
0,001 atau nilai p < 0,05) dan beban kerja (p-value = 0,000 atau nilai p < 0,05)
pada perawat RSUD Abepura.

Kata kunci: Stres Kerja, Perawat Inap.

xvi
THE RELATED FACTORS WITH WORK STRESS OCCURRENCE
ON INPATIENT ROOM NURSES AT ABEPURA REGIONAL PUBLIC
HOSPITAL
DURING THE COVID-19 PANDEMIC

By :

Rahayu Putri Dewanty


Nim. 20170711014117

ABSTRACT

Work stress is a dangerous physical and emotional condition that occur when
the work done is not in accordance with abilities, resources and needs of
employee. The objective of this study was to determine the related factors with
work stress occurrence on nurses in inpatient room at Abepura Regional Public
Hospital during the COVID-19 pandemic in 2021.
The research method used was analytical quantitative with cross sectional
approach. The research site at Abepura Regional Public Hospital. The population
of this study were all nurses in inpatient room. The samples were 63 nurses and
the sampling technique using purposive sampling. The instrument used was
questionnaire. This study investigagated the relationship betweenseveral
variabels, namely : age, marital satus, Workload, environment physical work, and
social support as independent variabele, while work stress as the dependent
variable. Data analysis was carried out univariate and bivariate using test
Kendall’s Tau.
The results of the Kendall's Tau test show that there is no relationship
between work stress and age (p-value = 0.731 or p-value > 0.05), physical
environment (p-value = 0.302 or p-value > 0.05), and social support (p -value =
0.561 or p value > 0.05). Meanwhile, there is a relationship between work stress
and marital status (p-value = 0.001 or p-value <0.05) and workload (p-value =
0.000 or p-value <0.05) on nurses at Abepura Regional Public Hospital.

Key words: Work Stress, Inpatient Nurse.

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stres kerja telah menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian penting di

banyak Negara. Sebelumnya, stres kerja dianggap sebagai masalah pribadi yang

diselesaikan secara personal, tetapi saat ini telah berkembang menjadi fenomena

global yang berdampak pada kesehatan setiap pekerja (Manaf, 2018). Stres kerja

merupakan suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang terjadi ketika

pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan

kebutuhan pekerja (NIOSH, 2008). Health and Safety Executive (HSE, 2020)

menyatakan jumlah total kasus stres, depresi atau kecemasan terkait pekerjaan

pada 2019/2020 adalah 828.000, tingkat prevalensi 2.440 per 100.000 pekerja.

Stres dapat terjadi disemua pekerjaan termasuk dalam bidang pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, dimana salah satu tenaga kesehatan utama yang

berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah perawat (Manaf dkk.,

2019). Tugas yang dilakukan perawat mengharuskan mereka kontak dan

berinteraksi dengan pasien serta keluarga pasien terutama pasien yang rumit dan

kritis sehingga dapat memicu timbulnya stres kerja (Putri Mahastuti dkk., 2019).

Penelitian yang dilakukan The National Institute Occupational Safety and

Health (NIOSH) menunjukkan bahwa pekerjaan - pekerjaan yang berhubungan

dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk terkena

stres kerja atau depresi (Sari dkk., 2017). Sedangkan Menurut American National

Association for Occupational Health (ANAOH) kejadian stres kerja pada perawat

1
berada di urutan paling atas pada 40 pertama kasus stres pada pekerja. penelitian

Selye menunjukkan 98% alasan profesi perawat mempunyai risiko tinggi terpapar

oleh stres adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat

tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia (Fuada dkk., 2017).

Pada saat ini Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi ancaman

bagi kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia, tanggal 11

Maret 2020 World Health Organisation (WHO) menetapkan wabah ini sebagai

pandemi. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan Covid-19

menimbulkan kecemasan dan stres. per tanggal 11 juni 2021, Virus Corona telah

menyebar pada 218 negara serta menyebabkan lebih dari 174.502.686 orang

menderita sakit dan telah merenggut lebih dari 3.770.361 nyawa (WHO, 2021).

Sementara itu kasus positif COVID-19 tenaga kesehatan yang terpapar 295 orang

dan 181 tenaga kesehatan yang meninggal dunia, dengan perincian 112 dokter dan

juga 69 perawat (WHO, 2020). angka kematian tenaga kesehatan di Indonesia

lebih tinggi dibanding negara lain, yaitu sebesar 2,4% (IDI, 2020).

Berbagai gangguan psikologi telah dilaporkan dan dipublikasi selama wabah

Covid-19 di Cina, baik pada tingkat individu, komunitas, nasional, dan

internasional. Pada tingkat individu, orang lebih cenderung mengalami takut

tertular dan mengalami gejala berat atau sekarat, merasa tidak berdaya, dan

menjadi stereotip terhadap orang lain. Pandemi bahkan menyebabkan krisis

psikologis (Handayani dkk., 2020).

Seiring dengan bertambahnya kasus terkonfirmasi COVID-19, menjadi

masalah besar bagi staf medis terkhusus perawat sebagai garda terdepan

(frontline) dalam penangan pasien Covid-19, petugas kesehatan terlibat langsung

2
dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan pasien Covid-19 berisiko mengalami

gangguan psikologis berupa depresi dan gejala kesehatan mental lainnya (Atmojo

dkk., 2020). dan juga menjadikan perawat cenderung lebih berisiko terpapar

infeksi karena merawat secara langsung pasien ditambah jam kerja lebih lama dari

biasanya. Selain faktor risiko infeksi, perlindungan yang kurang memadai

misalnya alat pelindung diri (APD) yang kurang dan tidak sesuai standar,

pekerjaan yang relatif lebih banyak, diskriminasi, frustasi, isolasi sehingga

berkurangnya kontak dengan kelurga serta adanya kelelahan. Selain itu pada

temuan lain menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 mengakibatkan

peningkatan beban kerja, kelelahan yang tinggi, dukungan sosial yang buruk dari

keluarga dan teman - teman serta stigmatisasi yang dihadapi oleh staf medis

seakan - akan pembawa virus. faktor inilah yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan mental bagi perawat sebagai garda terdepan (Nurfadillah dkk., 2021).

Menurut National Safety Council (2013), sumber - sumber stres kerja perawat

terdiri dari 3 sumber antara lain faktor lingkungan, organisasional, serta faktor

individu yang bisa mempengaruhi stres kerja di masa pandemi Covid-19 (Mulyati

& Aiyub, 2018). secara umum banyak faktor yang menyebabkan stres kerja, dan

beban kerja merupakan penyebab utama (42%), hubungan antara pribadi 26%,

adanya perubahan-perubahan di tempat kerja (11%), pengembangan pribadi 6%,

peristiwa traumatis 4%, dukungan sosial 14% dan faktor lain 11% (HSE, 2020).

hal ini selaras dengan penelitian yang di lakukan oleh Ilmi yang menunjukkan

bahwa penyebab utama stres kerja adalah beban kerja (82,2%), dan 41,9 %

menandai risiko terinfeksi sebagai salah satu faktor yang paling berperan terhadap

stres kerja perawat (Ismail, 2013).

3
Pada awal pandemi Covid-19 dilakukan survei terhadap 1.257 staf medis di

34 rumah sakit di Cina menemukan bahwa 50% responden mengalami depresi

ringan dan 34% menderita insomnia, 45% kecemasan, dan 71,5% mengalami

stres, diantaranya hampir 16% perawat wanita front line yang menunjukkan gejala

depresi sedang atau berat, kecemasan, insomnia, dan tekanan yang lebih serius.

Selain itu, dilaporkan juga staf medis mengalami tekanan emosional, tekanan

mental dan tekanan kerja serta dampak negatif pada masa pandemi Covid-19

seperti peningkatan kecemasan, depresi, stres pasca trauma, kesepian dan

ketidakberdayaan (Lai dkk., 2020).

Di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh (Muliantino, 2020)

terhadap 535 perawat yang bekerja di rumah sakit selama pandemi Covid-19 dari

24 provinsi di Indonesia ditemukan 23.7% (127 perawat) memiliki kecemasan

sedang, 6.5% (35 perawat) mengalami stres sedang, dan 8.8% (47 perawat)

mengalami depresi sedang. Penelitian yang dilakukan oleh (Nasrullah, 2020)

terhadap tenaga kesehatan di 8 kepulauan di Indonesia menyatakan bahwa 55%

tenaga kesehatan mengalami stres akibat Covid-19. penelitian yang dilakukan

oleh (Hanggoro & Suwarni, 2020) pada petugas kesehatan di kota Pontianak pada

masa pandemi Covid-19 mengalami gangguan psikologis meliputi kecemasan

57,6%, depresi 52% dan insomnia 47%, dan penelitian stres kerja perawat pada

masa pandemi covid-19 di ruangan rawat inap RSUD Kwaingga Kabupaten

Keerom, memiliki stres kerja berat sebanyak 62,26 % (Awalia dkk., 2021).

Survei terhadap 2.132 perawat dari seluruh Indonesia yang dilakukan oleh

peneliti Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan UI bersama

dengan divisi penelitian ikatan perawat kesehatan jiwa Indonesia pada april-mei

4
2020 menunjukkan bahwa lebih dari separuh tenaga kesehatan mengalami

kecemasan dan depresi, bahkan ada yang berpikir untuk bunuh diri akibat bekerja

di masa pandemi covid-19 (Winurini, 2020).

Menurut survei Nursing Times Annual Survey 2014 dengan lebih dari 700

responden perawat, sebanyak 63% diantaranya mengatakan menderita berkaitan

dengan masalah fisik dan mental akibat stres kerja (Mallisa dkk., 2018). Tingkat

stres kerja yang tinggi pada perawat akan berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan,

produktivitas, dan perilaku caring perawat akan semakin rendah. Selain itu stres

kerja perawat juga berpengaruh pada kualitas pelayanan rumah sakit apabila

perawat mengalami stres kerja dan tidak dikelola dengan baik maka dapat

menghilangkan rasa peduli terhadap pasien, meningkatnya terjadinya kesalahan

dalam perawatan pasien dan membahayakan keselamatan pasien (Sari dkk.,

2019). Hasil penelitian (Park & Kim, 2013) yang berjudul Impacts Of Job Stress

and Cognitive Failure On Patient Safety Incidents Among Hospital Nurses di

Rumah Sakit yang berlokasi di Povinsi Daejeon dan Chungcheong di Korea

menunjukkan bahwa 27,9% perawat pernah melakukan kesalahan yang dapat

membahayakan keselamatan pasien dengan stres kerja sebagai salah satu faktor

penyebabnya.

Kasus Covid-19 tanggal 1 Desember 2020 di Provinsi Papua yang

terkonfirmasi positif terpapar Covid-19 berjumlah 11.821 pasien dan yang

meninggal berjumlah 200 orang (Dinkes Provinsi Papua, 2020). Sampai 5 agustus

2020 diperoleh data yang bersumber dari juru bicara Covid-19 Provinsi Papua dr.

Silwenus Sumule, SOG jumlah tenaga medis dokter dan perawat diPapua yang

terpapar Covid-19 sebanyak 307 orang, 1 diantaranya meninggal dunia.

5
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura merupakan rumah sakit pemerintah

Tipe B yang terletak di Distrik Abepura, Provinsi Papua. Berdasarkan survei

pendahuluan yang telah dilakukan jumlah total perawat inap di RSUD Abepura

167 perawat dan terbagi di tiap ruang perawatan. Jadwal dinas perawat RSUD

Abepura yaitu, shif pagi 7.30 – 14.30 WIT, shif sore 14.30 – 21.00 WIT, shif

malam 21.00 – 07.30 WIT (RSUD Abepura, 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Abepura

pada tahun 2019 dan 2020 jumlah pasien RSUD Abepura sebanyak 7. 663 pasien

dan 2.695 pasien, dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia sebanyak 206

tempat tidur dalam 10 ruangan rawat inap (RSUD Abepura, 2019, 2020).

Pada saat ini pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi rumah sakit tidak

terkecuali RSUD Abepura dan pusat - pusat pelayanan kesehatan yang

memperkerjakan perawat. Covid-19 membawa perubahan yang belum pernah

terjadi sebelumnya sehingga pola kerja berubah, terjadi kecemasan serta stressor

yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas, Apalagi RSUD menjadi salah

satu rumah sakit rujukan pasien Covid-19 dan ada juga beberapa perawat yang

terpapar Covid-19 di RSUD Abepura, inilah yang membuat perawat menjadi

merasa cemas, takut akan tertularnya virus Covid-19 yang dapat mengakibatkan

stressor pada perawat jika perawat tidak mampu dengan keadaan seperti ini. hasil

wawancara tanggal 28 mei 2021, kepada 6 perawat RSUD Abepura di temukan

bahwa selama pandemi Covid-19 50% mengalami sulit tidur, 100% mengalami

rasa cemas dan takut terhadap tertularnya covid-19, dan 50% mudah marah.

6
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja pada

perawat di RSUD Abepura selama pandemi Covid-19 tahun 2021.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apa saja faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja

pada perawat di RSUD Abepura selama pandemi Covid-19 Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stres

kerja pada perawat di RSUD Abepura selama pandemi Covid-19 tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran stres kerja perawat di RSUD Abepura Tahun

2021.

b. Mengetahui gambaran umur perawat di RSUD Abepura Tahun 2021.

c. Mengetahui gambaran status perkawinan perawat di RSUD Abepura

Tahun 2021.

d. Mengetahui gambaran beban kerja perawat di RSUD Abepura Tahun

2021.

e. Mengetahui gambaran lingkungan fisik secara subjektif di RSUD

Abepura Tahun 2021.

f. Mengetahui gambaran dukungan sosial perawat di RSUD Abepura Tahun

2021.

7
g. Mengetahui hubungan antara umur dengan stres kerja perawat di RSUD

Abepura Tahun 2021.

h. Mengetahui hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja

perawat di RSUD Abepura Tahun 2021.

i. Mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di

RSUD Abepura Tahun 2021.

j. Mengetahui hubungan antara lingkungan fisik secara subjektif dengan

stres kerja di RSUD Abepura Tahun 2021.

k. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja perawat

di RSUD Abepura Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk rumah sakit sebagai bahan

masukan kepada rumah sakit untuk mengetahui faktor - faktor stres kerja pada

perawat yang berguna untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan stres kerja

terhadap perawat, dan dalam membuat perencanaan sumber daya manusia yang

sehat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.

2. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan informasi bagi

perawat agar mengetahui faktor - faktor penyebab stres kerja guna untuk

melakukan pencegahan dan pengendalian stres kerja.

8
3. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk peneliti lain, sebagai dasar

penelitian atau sebagai bahan referensi tentang stres kerja sehingga penelitian ini

dapat dikembangkan.

9
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Nama Peneliti dan Judul Peneliti Tahun Desain Hasil
1. Iin Muthmainah S 2012 Penelitian deskritif 60,7% perawat mengalami stress kerja
Faktor - faktor penyebab stres kerja Desain Cross sectional ringan, dan 39,3% mengalami stress kerja
diruangan ICU pelayanan jantung terpadu sedang. Gambaran faktor stres kerja yang
Dr. cipto mangunkusumo jakrta. dominan adalah faktor instrinsik pekerjaan
dengan variabel beban kerja yang dominan.

2. Nurazizah 2017 Desain Cross sectional dengan Rata-rata tingkat stres kerja yang dialami
Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pendekatan Kuantitatif perawat yaitu sebesar 1,31. Tidak ada
Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat hubungan antara lingkungan fisik, konflik
Inap Kelas III Rs X Jakarta Tahun 2017. peran, ketaksaan peran, konflik
interpersonal, kurangnya kontrol,
kurangnya kesempatan kerja, jumlah beban
kerja, variasi beban kerja, tuntutan mental,
shift kerja dengan stres, faktor aktivitas di
luar pekerjaan, umur, masa kerja,
kepribadian tipe A, penilaian diri, jenis
kelamin, dan status pernikahan.
Ada hubungan antara ketidakpastian
pekerjaan, tanggung jawab terhadap orang
lain dan kemampuan yang tidak digunakan,
dukungan sosial dengan stres kerja.

10
No Nama Peneliti dan Judul Peneliti Tahun Desain Hasil
3. Ebana Jeremia Sitepu 2018 Analitik dengan desain cross 60,7% perawat mengalami stres kerja
Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan sectional. ringan, dan 39,3% mengalami stress kerja
Peluang Terjadinya Stres Kerja pada sedang. Gambaran faktor stres kerja yang
Perawat IGD Rumah Sakit Umum Daerah dominan adalah faktor instrinsik pekerjaan
(RSUD) Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018. dengan variabel beban kerja yang dominan.

4. Faktor-Faktor Individual yang 2020 Observasional Analitik dengan Tidak terdapat hubungan antara Faktor
Berhubungan dengan Tingkat Stres pada desain cross sectional Individual jenis pekerjaan, jeni kelemin,
Karyawan RS X Yokyakarta pada Masa usia, lama kerja, tingkat pendidikan, status
Pandemi. pernikahan dengan tingkat stress karyawan
RS yokyakarta. hanya kateristik individu
penghasilan yang berhubungan dengan
tingkat stress (P = 0,048)

5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan 2021 Kuantitatif Analitik bahwa tidak ada hubungan Stres kerja
Stres Kerja Perwat Ruang Rawat Inap dengan umur (p-value = 0,731 atau
RSUD Abepura Selama Masa Pandemi nilai p > 0,05), lingkungan fisik (p-
Covid-19 value = 0,302 atau nilai p > 0,05), dan
dukungan sosial ( p-value = 0,561 atau
nilai p > 0,05). Sedangkan ada
hubungan stres kerja dengan status
perkawinan (p-value = 0,001 atau nilai
p < 0,05) dan beban kerja (p-value =
0,000 atau nilai p < 0,05) pada perawat
RSUD Abepura.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu keadaan emosional yang timbul karena adanya

ketidaksesuaian antara beban kerja dengan kemampuan individu untuk mengatasi

stres kerja yang dihadapinya (Vanchapo, 2020).

Dale dan Staudohar, menyatakan Stres kerja merupakan suatu tekanan yang

dirasakan oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi

fisik seseorang di mana tekanan ini disebabkan oleh lingkungan pekerjaan di

mana individu tersebut berada. Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan

Stres disebut stresors. Terdapat 2 (dua) sumber utama dari Stres pada pegawai,

yaitu faktor-faktor yang bersifat organisasi dan faktor-faktor yang bersifat non-

organisasi atau non-pekerjaan (Giu, 2013).

Menurut Robbins dan Coulter, Stres kerja merupakan reaksi negatif dari orang-

orang yang mengalami tekanan berlebih yang di bebankan kepada mereka akibat

tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau banyak (Asih dkk., 2018).

Selye mengemukakan definisi tentang stres kerja sebagai reaksi yang tidak

tentu dari tubuh terhadap berbagai tuntutan pekerjaan dalam diri individu.

Tuntutan itu dapat berupa sebuah ancaman, tantangan atau berbagai macam

perubahan dimana tubuh dituntut untuk beradaptasi. Reaksi tersebut timbul secara

otomatis dan dalam waktu yang cepat. Stres dapat menjadi sesuatu yang baik

ketika stres dapat membantu individu memiliki kinerja yang lebih baik atau

42
sebaliknya dapat menjadi sesuatu yang buruk ketika stres tersebut menyebabkan

individu sakit (Patimah, 2016).

2. Faktor - Faktor Stres Kerja

Faktor - faktor penyebab stres kerja ada 4, yaitu faktor kateristik individu,

organisasi, lingkungan kerja, dan individual :

a. Faktor Karakteristik Individu

Faktor karakteristik individu yang berkontribusi menyebabkan stres adalah

umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, massa kerja, dan kepribadian.

1) Umur

Umur dapat mempengaruhi tingkat stres yang dialami seseorang. Pendapat

anoraga (2006) yang menyebutkan bahwa semakin tua umur maka semakin besar

kemungkinan untuk mengalami stres kerja, mengingat dengan bertambahnya

umur maka semakin kompleks masalah atau persoalan yang dihadapi. Semakin

tua usia seseorang juga maka akan menyebabkan organ dan kondisi fisik

menurun, sehingga lebih rentan untuk mengalami stress, Hal ini antara lain

disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam

berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan

mendengar. seseorang akan rentan mengalami stres pada usia 21–40 tahun dan

pada usia 40–60 tahun (Zulkifli dkk., 2019).

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin memiliki korelasi hubungan cukup kuat terhadap timbulnya

stres kerja. Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur (1994), yang mengemukakan

bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan fisik (otot) yang

berbeda. Perempuan memiliki kecenderungan cepat lelah sehingga stres kerja

13
lebih banyak dialami perempuan. Selain itu stres kerja juga dipengaruhi dengan

adanya siklus haid pada wanita yang dapat memengaruhi kondisi emosionalnya.

Emosi yang tidak stabil dapat memperberat stres kerja yang dialaminya (Ansori

& Martiana, 2017).

3) Status perkawinan

Seseorang yang sudah menikah pasti mempunyai beban yang lebih berat dari

pada yang belum menikah. Hal tersebut disebabkan karena orang yang sudah

menikah tidak hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri tetapi juga memikirkan

kebutuhan keluarganya, sehingga orang yang sudah menikah cenderung

mempunyai masalah yang lebih kompleks karena memikirkan masalah pekerjaan

dan masalah keluarga sekaligus. Faktor ini secara tidak langsung juga

mempengaruhi kondisi psikis tenaga kerja dan bisa menjadi stress (Mustika Suci,

2018).

Tingkat stres kerja pada perawat perempuan yang sudah menikah juga

cenderung lebih tinggi karena tuntutan peran ganda, yaitu sebagai wanita karir,

ibu rumah tangga, dan seorang istri sehingga lebih rentan mengalami stres

(Pratama dkk., 2020).

4) Kepribadian

(Giu, 2013) mendefinisikan kepribadian sebagai pola pikiran, emosi, dan

perilaku yang berbeda dan karakteristik yang menentukan gaya personal inidividu.

Friedman & Rosenman menggelompokkan kepribadian kedalam dua tipe yang

berbeda, yaitu tipe A dan tipe B, kedua tipe kepribadian tersebut akan berbeda

dalam mengatasi perubahan - perubahan yang terjadi di lingkungan mereka

(Wijono, 2010).

14
Friedman & Rosenman menyebutkan ciri - ciri kepribadian tipe A dan

kepribadian tipe B sebagai berikut :

Tabel 2.2 Ciri - Ciri Tipe Kepribadian A dan Kepribadian Tipe B


Kepribadian Tipe A Kepribadian Tipe B
1. Kompetitif 1. Rileks
2. Berorientasi pada prestasi 2. Tidak menyukai kesulitan
3. Agresif 3. Menggunakan banyak waktu
untuk melakukan kegiatan yang
disukainya
4. Cepat dan tangkas 4. Jarang marah dan tidak mudah
marah
5. Mudah mengalami stress 5. Tidak mudah iri kepada orang
lain
6. Tidak sabaran 6. Tidak mudah stress
7. Mudah gelisah 7. Jarang kekurangan waktu
8. Berbicara dengan semangat 8. Bekerja dengan tekun dan terus
menerus
9. Selalu siap siaga 9. Bergerak dan berbicara dengan
pelan
Sumber : Diadaptasi dari Friedman, M. & Rosenman, R. H. (1974. Type A
Behavior and Your Heart, New York : Knopf.

Hasil penelitian Sony (2012) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

stres yang dimiliki karyawan dengan tipe kepribadian yang berbeda. Pada

penelitian tersebut menunjukkan individu dengan tipe kepribadian A lebih

memiliki tingkat stres yang tinggi, karena berorientasi pada hasil dan tidak

mengenal waktu bersantai, memiliki paksaan untuk bekerja lebih, selalu bergelut

dengan batas waktu, dan sering menelantarkan aspek-aspek lain dari kehidupan

kondisi ini membuat individu tersebut jauh memiliki tingkat stres yang tinggi

dibandingkan individu dengan tipe kepribadian B yang memiliki sifat yang lebih

rileks dan santai dalam menghadapi tekanan waktu, dan tekanan pekerjaan

(Purwanti & Nurhayati, 2017).

Rosenman & Gibson, dalam penelitiannya menemukan bahwa individu

dengan kepribadian tipe A lebih banyak yang terkena serangan jantung, hal ini

15
merupakan karakteristik dan adanya persepsi dari individu, yang disebabkan

adanya tekanan yang menyebabkan stress (Nuzulawati, 2016).

b. Faktor Organisasi

Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.

Tekanan untuk menyelesaikan tugas dalam waktu terbatas, beban kerja

berlebihan, konflik dengan atasan, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan

merupakan penyebab stres kerja bagi karyawan.

1) Tuntutan Tugas/ beban kerja

Beban kerja dapat didefinisikan sebagai Suatu perbedaan antara kapasitas

atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi,

(Wulandari, 2017).

Beban kerja terbagi menjadi 2 macam, yaitu beban kerja kualitatif dan beban

kerja kuantitatif. Dimana beban kerja kualitatif adalah tingkat kesulitan atau

kerumitan yang harus dilakukan oleh seorang perawat seperti tuntutan keluarga

pasien terhadap keselamatan pasien, menghadapi pasien dengan karakteristik tidak

berdaya dan koma, sedangkan beban kerja kuantitatif merupakan banyaknya

pekerjaan yang dilakukan oleh seorang perawat seperti harus melaksanakan

observasi pasien secara ketat, banyaknya dan beragamnya pekerjaan yang harus

dikerjakan perawat (Runtu & Hamel, 2018).

Setiap beban kerja harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh seseorang.

Apabila beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik

fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan

pencernaan dan mudah marah, sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit

16
juga dapat menimbulkan stres, dimana pekerjaan yang dilakukan karena

penggulangan gerak akan menimbulkan kebosanan (Vanchapo, 2020).

Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat, menurut (Umansky &

Rantanen, 2016) antara lain :

(a) Patient-to-nurse ratio, yaitu jumlah pasien yang harus ditangani oleh

masing-masing perawat

(b) Activity type, yaitu jenis kegiatan yang dilakukan perawat mulai dari

kegiatan pokok yang penting seperti melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan, kegiatan tambahan yang bukan bagian tugas pokok seperti

menyusun status pasien pada tempatnya, hingga kegiatan tambahan yang

merupakan bagian tugas pokok seperti pemberian obat.

(c) Time Pressure, yaitu rasio waktu yang dibutuhkan (total waktu yang

digunakan untuk mengerjakan tugas pokok) dan waktu yang tersedia

harus diperhitungkan.

(d) Physical expenditure, yaitu jumlah rata-rata serta standar tiap perawat

berjalan selama melaksanakan tugas.

2) Konflik Peran

Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya

pertentangan antara tugas - tugas yang harus ia lakukan dan tanggung jawab yang

ia miliki, tugas - tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan

merupakan bagian dari pekerjaannya, tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari

atasan, rekan, bawahan-nya, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya,

serta pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu

melakukan tugas pekerjaannya (Munandar, 2001).

17
3) Tuntutan Antar Pribadi

Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan.

Hubungan antar manusia di tempat kerja dapat sebagai sumber stres karena

hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan tidak selalu baik dan serasi.

Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik

dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang

dilakukan, bekerja sama dengan orang yang kasar dan gagal membentuk tim kerja

dengan staf (Munandar, 2001).

4) Struktur Organisasi

Penyebab stres yang berhubungan dengan struktur organisasi antara lain,

kurangnya pendekatan partisipatoris, Aturan yang berlebihan, konsultasi yang

tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu

seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga

dapat menyebabkan stres (Tarwaka dkk., 2004).

5) Kepemimpinan Organisasi

Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial dari eksekutif

senior organisasi. Beberapa pejabat eksekutif kepala menciptakan suatu budaya

yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut, dan kecemasan. Mereka membangun

tekanan yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan

pengawasan yang berlebihan ketatnya dan secara rutin memecat karyawan yang

tidak dapat mengikuti, hal ini dapat memicu timbulnya stres kerja pada pekerja

(Robbins & Judge, 2011).

18
6) Dukungan sosial

Menurut Peeters Le Blanc, salah satu kondisi yang berpengaruh terhadap stres

yang berhubungan dengan pekerjaan yaitu dukungan sosial dari orang-orang

sekitar, seperti pengawas/supervisor, keluarga, teman-teman, dan rekan kerja,

(Sari dkk., 2017). Dukungan sosial dinyatakan sebagai tersedianya orang-orang

yang dapat membuat individu merasa bahwa ia diperhatikan, dihargai, dicintai dan

merasa terbantu bagi individu yang menerimanya (Puspa, 2016). Dukungan sosial

dapat membuat individu merasa nyaman dan dapat mengurangi stres yang

dirasakan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sarafino (1998) dukungan

sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis seseorang (Hayati,

2017).

Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh yang positif bagi karyawan

guna mengurangi stres kerja di kantor, Namun bila dukungan sosial yang

diberikan ini tidak ada atau sangat kecil, maka stres kerja yang dialami para

karyawan pun bisa tinggi. kurangnya atau tidak tersedianya dukungan sosial akan

menjadikan individu merasa tidak berharga, tidak diperhatikan dan terisolasi atau

selalu merasa sendiri (Handono dkk., 2013). Dukungan sosial menurut sarafino

(2002), ada empat bentuk, yaitu dukungan emosional berupa ekspresi rasa empati

terhadap individu, dukungan penghargaan berupa pernyataan setuju dan penilaian

positif terhadap ide-ide, perasaan dan peforma orang lain, dukungan instrumental

berupa bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu dan dukungan informasi

berupa pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan

persoalan. (Setiawan & Darminto, 2013).

19
c. Faktor Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi dari struktur suatu organisasi,

ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan

dalam organisasi tersebut. di dalam faktor lingkungan terdapat :

1) Faktor Lingkungan Fisik

Salah satu faktor penyebab stres kerja adalah lingkungan kerja fisik yang

tidak nyaman. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu

panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, sirkulasi udara tidak ada

lingkungan kerja yang kotor dan semacamnya menyebabkan ketidaknyamanan

seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Di samping itu, kebisingan juga

memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat

sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Patimah, 2016).

2) Ketidakpastian Teknologi

Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka rumah sakit pun menambah

teknologi baru atau membuat sistem baru, yang membuat perawat harus

mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan sistem tersebut, hal ini bisa

mengakibatkan tingkat stres yang semakin tinggi terhadap perawat jika perawat

tidak dapat menyesuaikan diri dengan teknologi baru itu (Jum’ati & Wusma,

2013).

d. Faktor Individual

Lazimnya seorang individu bekerja 40-50 jam sepekan. Pengalaman dan

masalah yang dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan

dapat meluber ke pekerjaan. Faktor-faktor penyebabnya adalah isu keluarga,

masalah ekonomi pribadi.

20
1) Masalah Keluarga

Hubungan pribadi dengan keluarganya merupakan hubungan yang sangat

berharga. Permasalahan-permasalahan dalam keluarga (kesulitan pernikahan,

pecahnya suatu hubungan, dan kesulitan disiplin pada anak-anaknya) bisa

menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja (Robbins & Judge,

2011).

2) Masalah Ekonomi

Masalah keuangan Biasanya bersumber pada penghasilan yang tidak

mencukupi, banyaknya tunggakan, kebutuhan semakin membengkak sementara

penghasilan pas-pasan. Masalah tersebut sering membuat karyawan stres, tidak

bergairah, sehingga prestasi kerja menurun (Setiawan & Darminto, 2013).

3) Peristiwa/pengalaman pribadi.

Stres kerja sering juga disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan,

kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan

tidak diinginkan, peristiwa traumatis, atau menghadapi masalah pelangaran

hukum hukum. Banyak kasus juga menunjukkan tingkat stress paling tinggi

terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara stress yang

paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Selain itu,

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, dan perasaan tidak

aman.(Asih dkk., 2018).

21
3. Gejala Stres Kerja

Terry Beehr dan John Newman (Vanchapo, 2020), mengkaji ulang beberapa

kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu,

yaitu:

a. Gejala psikologis, sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres

pekerjaan :

1) Timbul Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung;

2) Perasaan frustrasi, rasa marah, dendam (kebencian), Sensitif dan

hyperreactivity;

3) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi;

4) Komunikasi yang tidak efektif;

5) Perasaan terkucil dan terasing;

6) Kebosanan, ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi

intelektual, kehilangan konsentrasi, Kehilangan spontanitas kreativitas

dan Menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala fisiologis, yang utama dari stres kerja adalah:

1) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan

mengalami penyakit kardiovaskular;

2) Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan

noradrenalin);

3) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung);

4) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;

5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan

yang kronis (chronic fatigue syndrome);

22
6) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada,

Gangguan pada kulit, Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah,

ketegangan otot;

7) Gangguan tidur; Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi

kemungkinan terkena kanker.

c. Gejala perilaku, yang utama dari stres kerja adalah:

1) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan;

2) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas;

3) Meningkatnya penggunaan minuman keras, obat - obatan, dan Perilaku

sabotase dalam pekerjaan;

4) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

mengarah ke obesitas;

5) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan

diri dan kehilangan berat badan secara tiba - tiba, kemungkinan

berkombinasi dengan tanda-tanda depresi;

6) Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti

menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi;

7) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas, Menurunnya

kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.

4. Klasifikasi Stres

Berney dan Selye (Asih dkk., 2018) mengungkapkan ada empat jenis stress

yaitu :

a. Eustres (good stress) Merupakan stres yang menimbulkan stimulus dan

kegairahan, sehingga memiliki efek yang bermanfaat bagi individu yang

23
mengalaminya. Contohnya Seperti: tantangan yang muncul dari tanggung

jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas.

b. Distress Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan bagi

individu yang mengalaminya seperti : tuntutan yang tidak menyenangkan atau

berlebihan yang menguras energi individu sehingga membuatnya menjadi

lebih mudah jatuh sakit.

c. Hyperstress Merupakan stres yang berdampak luar biasa bagi yang

mengalaminya. Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stres ini

tetap saja membuat individu terbatasi kemampuan adaptasinya. Contoh

adalah stres akibat serangan teroris.

d. Hypostress Merupakan stres yang muncul karena kurangnya stimulasi.

Contohnya, stres karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.

5. Tingkatan Stres

Menurut (Potter & perry, 2005), stres dibagi menjadi tiga tingkatan,

antara lain :

a. Ringan

Stres dikatakan ringan jika stres yang dialami seseorang teratur dan tidak

menyebabkan gangguan atau perubahan dalam hidupnya dan hanya

berlangsung beberapa menit atau jam saja. Tanda dan gejalanya sedikit tegang

dan was-was.

b. Sedang

Stres dikatakan sedang jika stres yang muncul berlangsung lebih lama

dari pada tingkat ringan, dan berlangsung beberapa jam sampai hari. Tanda

dan gejalanya yaitu mulai kesulitan untuk tidur, sering menyendiri dan tegang.

24
c. Berat

Stres dikatakan berat jika berlangsung beberapa minggu sampai beberapa

tahun dan bersifat situasi kronis. Pada situasi ini individu sudah mulai ada

gangguan fisik dan mental.

6. Tahapan Stres

Menurut Dr. Robert J Van Amberg (Saleh dkk., 2020) ada 6 tahap stres

sebagai alaram untuk mengenali stres, yaitu sebagai berikut :

a. Stres tingkat I Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

1) Semangat kerja berlebihan (Overacting)

2) Penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, merasa mampu menyelesaikan

pekerjaan lebih namun tanpa di sadari cadangan energi habis dan

timbulnya rasa gugup yang berlebihan.

b. Stres tingkat II Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan - keluhan dikarenakan cadangan energi tidak

lagi cukup sepanjang hari. Keluhan - keluhan yang sering dikemukakan

sebagai berikut

1) Merasa letih sewaktu bangun tidur, badan tidak segar

2) Merasa lelah sesudah makan siang ataupun menjelang sore

3) perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar

4) Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)

dan Perasaan tidak bisa santai.

c. Stres tingkat III Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak/nyata

disertai gejala-gejala:

25
1) Gangguan lambung dan usus (gasitris atau mag, diare)

2) keteganggan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang

3) keteganggan emosional semakin meningkat

4) gangguan pola tidur dan tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.

d. Stres tingkat IV Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk,

yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Perasaan bosan, kehilangan semangat

2) Terlalu lelah karena gangguan pola tidur

3) Kehilangan kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun serta

muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.

e. Stres tingkat V Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari

tahapan IV di atas, yaitu:

1) Kelelahan fisik semakin terasa

2) Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat dan meningkatnya rasa takut

dan cemas.

f. Stres tingkat Tahapan VI Tahap ini merupakan tahap puncak yang merupakan

keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di bawa ke

ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan:

1) Yang ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati,

2) Jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk bernafas, tubuh gemetar

dan berkeringat dan adanya kemungkinan terjadi pingsan.

26
7. Patofisiologis Stres

Respon fisiologis terhadap stresor merupakan mekanisme protektif dan

adaptif untuk memelihara keseimbangan homeostatis tubuh. ini merupakan

rangkaian peristiwa neural dan hormonal yang mengakibatkan konsekuensi jangka

pendek dan panjang bagi otak dan tubuh. dalam respon stres, impuls aferen akan

ditangkap oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu di teruskan

sampai ke hipotalamus. kemudian diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan

respon ysang diperlukan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan homeostatis.

jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, maka dapat

mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh (Desky, 2021).

Tabel 2.2 Perubahan Hormon Utama Respon Stres


HORMON PERUBAHAN TARGET

Insulin Turun Bekerja sama untuk meningatkan glukosa

Glukogen Naik Darah dan asam lemak darah

Epinefrin Naik Meningkatkan Kerja Jantung


Mebolisasi simpanan Karbohidrat dan Lemak
Meningkatkan kadar gula dan asam lemak
darah
Renin, Naik Menahan garam dan H20 untuk meningkatkan
volume plasma
Angiotensin
Mempertahankan tekanan darah jika terjadi
Aldosteren pengeluaran akut plasma
Koristol Naik Membantu perkembangan otot, menyebabkan
hati melepaskan gula yang merupakan sumber
tenaga dalam menghadapi stressor serta
mempertahankan diri dari reaksi alergi dan
peradangan

Vasopresin Naik Vasokonstriksi Arteriol membuat tekanan


darah meningkat

Sumber : (Sherwood,2014).

27
8. Dampak Stres

Dampak yang ditimbulkan karena adanya stres dapat bermacam - macam.

Ada akibat positif yang dapat menjadi motivasi bagi diri seseorang, merangsang

untuk bekerja lebih giat lagi atau bahkan dapat memberi inspirasi untuk hidup

lebih baik lagi. Tetapi banyak diantaranya yang merusak dan berbahaya. Akibat

adanya stres, baik fisik maupun mental sangat berpengaruh terhadap dinamika

perilaku seseorang bagaimana seseorang tersebut menghadapi atau merespon hal

yang dapat menimbulkan stres itu sendiri. T.Cox 1975 dalam (Hadiansyah dkk.,

2019) telah mengidentifikasikan efek dari stres yang mungkin muncul, yaitu :

a. Dampak subyektif (Subjective effects) Meliputi kecemasan, agresif, apatis,

kebosanan, depresi, kelelahan, frustasi, kehilangan kesabaran, merasa

kesepian, penghargaan diri yang rendah, kegelisahan.

b. Dampak perilaku (Behavioral effects) Kecenderungan mengalami kecelakaan,

alkoholisme, penggunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan

berlebihan, merokok secara berlebihan, tidak dapat beristirahat, gemetar dan

menampilkan tingkah laku impulsif.

c. Dampak kognitif (Cognitive effects) Ketidakmampuan mengambil keputusan

yang jelas, konsentrasi buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat sensitif

terhadap kritik, dan kemerosotan mental.

d. Dampak fisiologi (Physiological effects) Ditandai oleh peningkatan kadar

gula darah, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, kekeringan pada

mulut, kerap berkeringat, pembesaran pupil mata dan tubuh panas dingin.

e. Dampak kesehatan (Health effects) Asma, sakit kepala, migren, mimpi buruk,

sulit tidur, gangguan psikosomatis, dan sering buang air kecil.

28
f. Dampak Organisasi (Organizational effects) Ditandai oleh absensi yang

tinggi, tingkat turn-over yang tinggi, produktivitas kerja rendah, terasing dari

rekan sekerja, menurunnya komitmen dan kesetiaan pada organisasi, serta

penurunan kepuasan kerja.

9. Manajemen Stres

Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi

strategi penanganan individual dan organisasional (Hartono, 2016) yaitu :

a. Strategi Penanganan Individual

Strategi yang dikembagkan secra pribadi atau individual. Strategi individual

ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1) Meditasi

Meditasi adalah latihan sebagai upaya memusatkan perhatian. meditasi

menyebabkan adanya relaksai fisik pada saat yang sama, mediator

menggendalikan secara penuh penghayatannya dan mengendalikan emosi,

perasaan dan ingatan hasil yang diharapkan adalah pikiran menjadi tenang, badan

berada dalam keseimbangan.

2) Melakukan diet dan fitnes

Beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi stres adalah mengurangi

masukan atau konsumsi garam dan makanan mengandung lemak, memperbanyak

konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dan

banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan

sebagainya.

29
3) Istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres, karena

dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur

yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel

yang rusak.

4) Pendekatan dukungan sosial.

Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan

kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bermain game, dan bercanda.

5) Pendekatan melalui biofeedback

Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis, melalui bimbingan

dokter, psikiater, dan psikologi sehingga diharapkan karyawan dapat

menghilangkan stres yang dialaminya.

6) Pendekatan kesehatan pribadi.

Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres.

Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa

kesehatan.

7) Pengaturan waktu

Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan

menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu, segala pekerjaaan yang dapat

menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan

dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek

prokduktivitas waktu, seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu

dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

30
b. Strategi Organisasi

Mengurangi stres secara organisasional, cara yang biasa di tempuh oleh

organisasi untuk mengurangi intensitas stres, (Suprihatin, 2015), sebagai berikut :

1) Seleksi personal dan Penempatan kerja yang lebih baik. Disamping ada

beberapa pekerjan yang lebih menimbulkan stres dari pada pekerjan lainnya,

orang-orangnya juga berbeda satu sama lain dalam responnya terhadap situasi

kerja. Misalnya beberapa orang yang sedikit pengalamannya atau mereka

yang pusat kontrol pribadinya bersifat eksternal, cenderung untuk lebih

beresiko stres. Sehingga keputusan - keputusan untuk seleksi dan penempatan

harus memperhatikan hal tersebut diatas.

2) Penetapan Tujuan. Penggunaan tujuan-tujuan dapat mengurangi stres dan

dapat memberikan motivasi. Tujuan khusus yang dipersepsikan oleh yang

bersangkutan akan memperjelas harapan-harapan dan meningkatkan kinerja.

3) Pendesainan Kembali Pekerjaan. Pendesainan kembali pekerjaan - pekerjaan

dapat memberikan para karyawan tanggung jawab yang lebih tinggi, kerja

yang lebih berarti, autonomi yang lebih banyak dan peningkatan umpan balik.

4) Pengambilan keputusan Secara Partisipatif. Dengan memberikan para

karyawan suara dalam keputusan - keputusan, dapat mempengaruhi kinerja.

5) Komunikasi Organisasi Menggunakan komunikasi efektif sebagai cara untuk

memperbaiki presepsi karyawan.

6) Mengadakan program - program kebugaran

7) Mengadakan Pelatihan yang baik untuk pekerjaan

8) Memberikan kursus - kursus managemen stress

31
(Tarwaka dkk., 2004) Dikutip dari National Institute for Occupational Safety

and Health (NIOSH), memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk

mengurangi atau meminimalisasi stres akibat kerja sebagai berikut:

1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaiakan dengan kemampuan

atau kapasitas kerja pekerja yanag bersangkutan dengan menghindarkan

adanya beban berlebih maupun beban yang terlalau ringan.

2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung

jawab di luar pekerjaan.

3) Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,

mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian.

4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang

satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam

organisasi akan membuat situasi yang nyaman.

5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan

kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas

dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan usaha.

10. Pengertian Perawat

Menurut ICN (International Council of Nursing), Perawat adalah seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta

berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan

yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan

pelayanan penderita sakit (Budiono, 2018).

32
Menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Perawat adalah mereka

yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Menurut (Undang - Undang Kesehatan No 38 tahun, 2014), Keperawatan

adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

11. Peran Perawat

Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar

profesi keperawatan yang bersifat konstan. Beberapa peran perawat sebagai

berikut (Budiono, 2018) :

a. Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan

dengan menggunakan proses keperawatan dari yang sederhana sampai

dengan kompleks.

b. Advokat pasien /klien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

c. Pendidik /Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan

kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya

menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa

33
kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu

berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi,

pemahaman psikologi, dan kemampuan.

d. Menjadi model/contoh dalam perilaku professional. Koordinator, dengan cara

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari

tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta

sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang

diberikan.

g. Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat mempunyai peran dan

tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan

layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan

pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep

manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai

proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada

pasien/keluarga/masyarakat.

34
h. Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan

cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya untuk

mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap perawat harus mampu

melakukan riset keperawatan.

35
B. Kerangka Teori

Faktor kateristik individu : Faktor individual :


a. Umur a. Masalah ekonomi
b. Jenis Kelamin b. Masalah keluarga
c. Status perkawinan c. Pengalaman /peristiwa
d. Kepribadian

Faktor Lingkungan :
a. Lingkungan Fisik
b. Ketidakpastian teknologi Stres Kerja
Perawat

Faktor Organisasi : Gejala Stres :

a. Tuntutan tugas/beban kerja 1. Gejala Psikologi

b. Tuntutan peran 2. Gejala Fisiologis

c. Tuntutan antara pribadi 3. Gejala Perilaku

d. Struktur organisasi
e. Kepemimpinan
f. Dukungan sosial

Sumber : (Zulkifli,dkk, 2018; Ansori & martiana, 2017; Abdurrahman &


Sulaksmono, Robins & Judge, 2011; Ratnasari, 2019; wijono, 2010; munandar,
2001; Setiawan & Darminto, 2013; Patimah, 2016; Tarwaka, dkk, 2004; Jum’ati
& Wusma, 2013; Asih, dkk, 2018).
Gambar 2.1 Kerangka Teori

36
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep - konsep yang

akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Dalam

penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu umur, status perkawinan, lingkungan

fisik, beban kerja, dan dukungan sosial dan variabel terikat yaitu stres kerja.

Umur

Status Perkawinan

Stres Kerja
Beban kerja Perawat

Lingkungan Fisik

Dukungan Sosial

a. Beban Kerja

Keterangan :
= Variabel Independen
b. Beban Kerja

= Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka konsep

c. Beban
Kerja

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kuantitatif analitik. penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada

data - data numerical (angka) serta di analisis menggunakan metode statistika.

Dengan rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dimana suatu

penelitian yang mempelajari korelasi antara faktor risiko (independen) dengan

efek (dependen), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak

dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach)

(Masturoh & Anggita, 2018).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura pada

waktu bulan Juni - Juli 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dan subjek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah perawat inap RSUD

Abepura yang berjumlah 167 perawat

38
Ruang Perawatan Jumlah Perawat
Vip 14
ICU 17
Bedah 18
Anak 16
Wanita 16
Saraf 14
Paru 16
Pria 15
Kebidanan 18
Perinatalogi 23
Sumber : Data Sekunder, 2021

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi dan memenuhi kriteria (Notoatmodjo, 2010).

Besar sampel ditentukan dengan rumus slovin menurut (Masturoh & Anggita,

2018), sebagai berikut :

N
n=
N(e2 ) +1
167
n=
167 (0,12 ) + 1

n = 62,5 ≈ 63 sampel

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

N = Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam penelitian (ditetapkan 1%, 5%, 10% ).

Dari perhitungan sampel yang didapatkan yaitu 63 sampel perawat, adapun

cara pengambilan sampel penelitian ini di lakukan dengan teknik purposive

sampling, yaitu: salah satu jenis teknik pemelihan sampel yang berdasarkan pada

Kriteria-kriteria tertentu.

39
1) Kriteria Inklusi

a. Perawat tetap

b. Bisa mengerti/menggunakan google form

c. Perawat yang bekerja diruang rawat inap

2) Kriteria Eksklusi

a. Sedang Cuti, sakit

b. Perawat pelaksana yang tidak bersedia menjadi responden

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori yang belum

dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan pengujian

hipotesis melalui uji statistik (Masturoh & Anggita, 2018). berdasarkan kerangka

konseptual, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ho = Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian stres kerja pada

perawat di RSUD Abepura

H1 = Ada hubungan antara umur dengan kejadian stress kerja pada perawat di

RSUD Abepura

2. Ho = Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan kejadian stres

kerja pada perawat di RSUD Abepura

H1 = Ada hubungan antara status perkawinan dengan kejadian stres kerja

pada perawat di RSUD Abepura

3. Ho = Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kejadian stres kerja pada

perawat di RSUD Abepura

40
H1 = Ada hubungan antara beban kerja dengan kejadian stres kerja pada

perawat di RSUD Abepura

4. Ho = Tidak ada hubungan antara lingkungan fisik dengan kejadian stres kerja

pada perawat di RSUD Abepura

H1 = Ada hubungan antara lingkungan fisik kerja dengan kejadian stres kerja

pada perawat di RSUD Abepura

5. Ho = Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian stres pada

perawat di RSUDAbepura.

H1 = Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian stres pada

perawat di RSUD Abepura.

41
E. Variabel, Definisi Operasional, Pengukuran, Kriteria, dan Skala Data

Tabel 3.3 Variabel, Definisi Operasional, Pengukuran, Kriteria, dan Skala Data

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kriteria Skala


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kateristik Jumlah tahun sejak lahir hingga ulang tahun Kuesioner 1. 17 - 25 tahun Ordinal
individu terakhir perawat. (Remaja akhir)
a. Umur 2. 26 - 35 tahun
(Dewasa awal)
3. 36 - 45 tahun
(Dewasa akhir)
4. 46 - 59 tahun
(Lansia Awal)
(Depkes RI, 2009).

b. Status Keterangan yang menunjukkan riwayat Kuesioner 1. Menikah Nominal


perkawinan pernikahan perawat sesuai yang tercantum di 2. Belum menikah
dalam kartu identitas.

2. Stres Kerja Stres kerja adalah suatu kondisi dari hasil Kuesioner 1. Ringan = 35 - 69 Ordinal
penghayatan subjektif perawat berupa 2. Sedang = 70 - 104
interaksi antara perawat dan lingkungan 3. Berat = > 105
kerja yang dapat mengancam dan memberi (Nursalam, 2016).
tekanan secara psikologis, fisiologis dan
perilaku perawat, yang bersumber dari faktor
organisasi,

42
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kriteria Skala
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
lingkungan kerja dan kateristik individu.
.

3. Beban kerja adalah presepsi perawat Kuesioner 1. Beban kerja ringan


Beban kerja mengenai banyaknya tugas-tugas atau = 13 - 25 Ordinal
kegiatan baik beban kerja kuantitatif dan 2. Beban kerja sedang
kualitatif yang harus diselesaikan dalam = 26 - 38,
jangka waktu tertentu selama masa pandemi 3. Beban kerja berat
Covid-19.. = 39 - 52.
(Nursalam, 2016).

4. Lingkungan Lingkungan fisik adalah suatu presepsi Kuesioner 1. Lingkungan Fisik buruk = Ordinal
fisik secara subjektif perawat terhadap lingkungan sekitar 10 - 15
subjektif tempat kerja perawat yang dapat 2. Lingkungan Fisik Baik =
menimbulkan dampak berupa stres kerja, 16 - 20.
seperti pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, (NIOSH, 2014)
kelembaban, kebisingan dan pemajanan
bahan berbahaya.

5. Dukungan Dukungan sosial adalah Presepsi perawat Kuesioner 1. Dukungan sosial rendah Ordinal
Sosial terhadap hubungan/dukungan sosial yang = 9 - 27
didapat perawat baik dari sesama rekan 2. Dukungan sosial tinggi
kerja, atasan, atau bawahan. = 28 - 45
(HSE, 2004)

43
F. Alat dan Cara Pengambilan Data

1. Alat

Alat atau instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner Google Form

Google form digunakan untuk pembuatan kuesioner. di dalam google form

terdiri dari kuesioner :

1) Alat Pengumpulan Data Stres Kerja

Instrumen yang digunakan dalam stres kerja adalah kuesioner yang diambil

dari buku Nursalam (2016) dengan jumlah soal 35 pertanyaan. Jawaban pada

kuesioner ini berdasarkan skala likert, dengan jawaban tidak pernah diberi skor

(1), kadang-kadang skor (2), sering skor (3), selalu skor (4). terdapat pertanyaan

item negatif yaitu 16, 19, 23, 29, 35. cara penilaian stres kerja yaitu dengan

menghitung jumlah skor seluruh pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di

dapatkan dilihat kriterianya, Stres kerja berat skor 105-140 , sedang skor 70-104 ,

ringan skor 35-69.

2) Alat Pengumpulan Data Beban Kerja

Instrumen yang digunakan dalam beban kerja adalah kuesioner yang

diambil dari buku Nursalam (2016) dengan jumlah 13 pertanyaan. Jawaban

pada kuesioner ini berdasarkan skala likert, dengan jawaban tidak menjadi beban

di beri skor (1), beban kerja ringan di beri skor (2), beban kerja sedang di beri

skor (3), beban kerja berat di beri skor (4). terdapat pertanyaan item negatif yaitu

5, 6. cara penilaian beban kerja yaitu dengan menghitung jumlah skor seluruh

44
pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di dapatkan di lihat kriterianya, beban

kerja ringan 13-25, sedang 26-38, berat 39-52.

3) Alat Pengumpulan Data Lingkungan Fisik

Variabel lingkungan fisik diambil dari NIOSH Generic Job Stress

Questionnaire, 2014 dengan jumlah 10 pertanyaan. Skoring yang dilakukan

adalah skor (2) jika benar dan skor (1) jika salah. Terdapat pertanyaan dengan

item negatif yaitu 1, 2, 5, 9, dan 10. cara penilaian lingkungan fisik yaitu dengan

menghitung jumlah skor seluruh pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di

dapatkan di lihat kriterianya, lingkungan fisik buruk skor 10-15, baik skor 16-20

4) Alat Pengumpulan Data Dukungan Sosial

Instrument yang digunakan dalam dukungan sosial adalah kuesioner HSE

Management Standart Indikator Tools, 2004 dengan jumlah 9 pertanyaan.

kuesioner ini menggunakan 5 skala likert, dengan jawaban tidak pernah diberi

skor (1), jarang diberi skor (2), kadang-kadang diberi skor (3), sering diberi skor

(4), sangat sering diberi skor (5). cara penilaian dukungan sosial yaitu dengan

menghitung jumlah skor seluruh pertanyaan, setelah itu skor total hasil yang di

dapatkan di lihat kriterianya, dukungan sosial rendah skor 9-27, dukungan sosial

tinggi 28-45.

b. Smarthphone

Smarthphone android digunakan oleh responden untuk mengakses kuesioner

google form.

45
c. Laptop

Laptop memiliki peran untuk membuat kuesioner secara online di google

form dan sebagai proses rekapitulasi hasil dari google form yang sudah diisi oleh

responden.

2. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

memberikan kuesioner secara online melalui google form yang akan disebarkan

kepada responden yaitu dengan membagikan hyperlink kuesioner ke grup

Whatsapp. Responden akan diberikan daftar pertanyaan mengenai variabel -

variabel penelitian tentang kuesioner stres kerja, lingkungan fisik, beban kerja dan

dukungan sosial.

G. Prosedur Pengambilan Data

Dalam melaksanakan penelitian terdapat beberapa tahapan prosedural yang

harus dilakukan oleh peneliti. Prosedur yang digunakan peneliti dalam

pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Pertama-tama peneliti mengajukan ethical cleareance kepada komisi etik

penelitian di Fakultas Kedokteran UNCEN.

b. Setelah itu mengajukan izin untuk melaksanakan penelitian dari Fakultas

Kesehatan Masyarakat UNCEN.

c. Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke RSUD

Abepura.

d. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melakukan pengambilan dan

pengumpulan data dengan metode survey online yakni tautan atau link berisi

kuesioner yang sudah dibuat melalui google form dan disebar melalui media.

46
Dalam link tersebut juga menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,

memahami inform consent, menandatangi surat persetujuan dan cara

pengisian kuesioner.

e. Pada tahap akhir lembar kuesioner yang telah terkumpul siap untuk dilakukan

perhitungan dan dibuat analisis.

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara komputerisasi

melalui beberapa langkah menurut (Masturoh & Anggita, 2018) , yaitu :

a. Menyunting Data (editing)

penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang sudah dikumpulkan dari

hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan jawabannya.

b. Pengkode Data (coding)

Pengkodean data adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel

dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan.

c. Memasukan Data (entry)

Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban

masing-masing pertanyaan.

d. Membersihkan Data (cleaning)

Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah sudah

betul atau ada kesalahan pada saat memasukan data. Tahapan cleaning data

antara lain: mengetahui missing data, mengetahui variasi data, mengetahui

konsisten data.

47
e. Tabulasi Data (Tabulating)

Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan

penelitian, kemudian di masukkan ke dalam tabel-tabel yang telah di tentukan

berdasarkan kuesioner.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi

pada setiap variabel penelitian (Hulu & Sinaga, 2019). Variabel yang diteliti

meliputi, tingkat stres, umur, jenis kelamin, status perkawinan, lingkungan fisik,

beban kerja dan dukungan sosial yang diukur dengan persentase (%).

Untuk melihat frekuensi secara statistik dengan rumus sebagai berikut :

F
P= × 100%
N

Keterangan :

P = Presentase jawaban responden respon

F = Distribusi frekuensi jawaban tiap responden

N = Jumlah keseluruhan jawaban (Notoatmodjo, 2010).

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel, yaitu

hubungan antara masing-masing variabel independent dan variabel dependent

yang di sajikan dengan menggunakan tabel (Hulu & Sinaga, 2019). uji statistik

yang digunakan adalah uji Kendall’s Tau, yang digunakan untuk mengetahui

hubungan ataupun pengaruh antara stres kerja dengan umur, jenis kelamin, status

perkawinan, lingkungan fisik, beban kerja dan dukungan sosial. uji korelasi

Kendall’s Tau ini dapat digunakan pada sebaran data yang berdistribusi normal

48
maupun tidak normal. untuk melihat ada tidaknya hubungan yang bermakna

secara statistik dengan rumus sebagai berikut :

𝜏 = Nc - Nd
N(N-1)
2
Keterangan:

τ = Koefisien korelasi rank Kendall

Nc = Jumlah angka pasangan concordant

Nd = Jumlah angka pasangan discordant

N = Ukuran sampel (Khotimah, 2007).

Untuk dapat mengambil keputusan terdapat hubungan atau tidak terdapat

hubungan dilihat dari nilai signifikansi :

a. Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima

b. Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.

 Uji Normalitas

Bagi yang menggunakan analisis parametrik seperti analisis korelasi Pearson,

uji beda dua rata-rata, analisis varian satu arah, maka perlunya dilakukan uji

normalitas data terlebih dahulu. Uji normalitas di maksudkan untuk melihat

apakah bentuk sebaran dari skor responden normal atau tidak. dalam penelitian ini

pengujian normalitas dilakukan terhadap tingkat stres kerja, umur, status

perkawinan, lingkungan fisik, beban kerja, dan dukungan sosial. untuk uji

kenormalan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov – Sirnov karena

banyak sampel > 50 orang. aturan yang digunakan untuk mengetahui normal atau

tidaknya data adalah p > 0,05 maka sebaran nomal dan jika p < 0,05 maka sebaran

data tidak normal. Jika data berdistribusi normal maka data akan dianalisis

49
menggunakan uji statistik parametrik (Pearson Product Moment Correlation).

Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, maka akan dianalisis

menggunakan uji statistik non parametrik (uji korelasi Kendall’s tau dan

spearman) (Purnomo, 2016).

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah RSUD Abepura

Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Irian Jaya berada dilokasi

sekarang yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Abepura, setelah perang dunia II

selesai fasilitas diserahkan kepada zending dari tahun 1946-1959 dikelola oleh

Pemerintah Belanda.

Tahun 1969 menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintah Republik Indonesia

maka Rumah Sakit Jayapura di Abepura dirubah menjadi Puskesmas Perawatan

dan sekaligus berfungsi sebagai Daerah Latihan Percontohan Kesehatan

Masyarakat (DLPKM) pada 1898 DLPKM dipisahkan fungsinya menjadi

Puskesmas Abepura dan Rumah Sakit Pembantu Abepura dengan kapasitas

tempat tidur 30 buah.

Sesuai surat Gubernur KDH Provinsi Irian Jaya Nomor.

445/1019/SET/1990, 23 Maret 1990 dan surat Drijen Yanmed Nomor

601/Yanmed/RS/Budik/YMU/90, 24 Agustus 1990, telah diterbitkan SK

Gubernur KDH TK Irian Jaya Nomor 204 tahun 1990 tentang penetapan Rumah

Sakit Pembantu Abepura menjadi Rumah sakit Umum Abepura dengan kapasitas

tempat tidur 50 buah.

Selanjutnya sesuai SK Menkes Nomor 1183 Menkes/SK/XI/1994 dan

keputusan Mendagri Nomor 117 Tahun 1996, Rumah Sakit Umum Daerah

Abepura ditetapkan menjadi kelas D diresmikan oleh Gubernur KDH Provinsi Tk.

Irian Jaya pada 10 mei 1997.


51
Tidak lama berselang RSUD Abepura ditingkatkan menjadi kelas C dengan

SK Menkes Nomor 491/SK/V/1997 dengan mendapat persetujuan menteri dalam

Negeri sesuai Radiogram Nomor 061/1983/Sj tanggal 2 juli 1997 dengan

kapasitas tempat tidur 159 buah. sampai saat ini Rumah Sakit Umum Daerah

Abepura berstatus Rumah Sakit Tipe C dengan kapasitas tempat tidur 197 buah.

Peraturan Daerah Provinsi Papua No 11 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata

kerja inspektorat, BAPPEDA dari lembaga teknis Provinsi Papua pasal 55.

Secara umum saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Abepura berdiri diatas

tanah seluas 7.657 M2 dengan pertambahan penderita yang datang membutuhkan

pelayanan serta dengan tersedianya tenaga spesies maka terbagunlah ruang

tambahan serta penambahan tenaga untuk membantu tercukupi pelaksanaan

pelayanan serta menampung penderita yang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Batas Rumah Sakit Abepura menurut letak geografis adalah sebagai berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan perumahan masyarakat yang langung

berhubungan dengan distrik abepura

2) Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan mayarakat yang bersebelahan

dengan universitas cenderawasih

3) Sebelah timur berbatasan dengan rumah sakit jiwa Abepura

4) Sebelah barat berbatasan dengan gunung Abepura.

52
2. Visi, Misi dan Motto RSUD Abepura

1) Visi

Rumah Sakit Umum Abepura sebagai Rumah Sakit Rujukan Regional

wilayah TABI yang Bangkit, Mandiri, Sejahtera dan menjadi terbaik dalam

pelayanan di Tanah Papua.

2) Misi

Untuk mewujudkan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Abepura, maka

ditetapkan misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan derajad keimanan, pengetahuan, sikap, perilaku disiplin dan

professional

b. Meningkatkan sistem manajemen Rumah Sakit yang bersih, transparan, bebas

korupsi, kerjasama tim dan berwibawa

c. Mewujudkan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Abepura yang bersih,

tertib, aman, dan nyaman

d. Meningkatakn mutu layanan Rumah Sakit menjadi terbaik holistic,

Komperhenshif, terintegrasi, beretika, bermoral serta dipercaya dan dicintai

oleh masyarakat.

3) Motto

“CERIA”

Ceketan : Setiap penangganan klien dalam bertindak selalu ceketan, cepat, tepat

dan teliti.

Efisien : Setiap Penangganan Klien selalu bertindak efesien/efektif baik dari segi

waktu, biaya dan material.

53
Ramah : Setiap petugas di lingkungan RSUD Abepura selalu bersikap ramah

kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan dan informasi tanpa

membedakan suku golongan.

Indah : Selalu menjaga penampilan yang rapih dan menjaga kebersihan

lingkungan Rumah Sakit sebagai cermi dan kesan pertama bagi

pengunjung RS.

Aman : Selalu memberikan rasa aman kepada klien dan keluarga, karyawan, dan

orang lain saat berada dilingkungan RS.

3. Jenis Pelayanan RSUD Abepura

a. Instalasi Rawat Jalan

Instalasi rawat jalan RSUD Abepura terdiri dari poli bedah, poli kebidanan

dan penyakit kandungan, poli saraf, poli mata, poli THT, poli gigi, poli anak,

fisioterapi, poli kulit kelamin, poli kb, poli paru, poli gizi, poli psikiatri,

pelayanan VCT.

b. Pelayanan rawat inap

Instalasi rawat inap RSUD Abepura terdiri dari ruangan vip, icu, bedah, anak,

wanita,saraf, paru, pria, kebidanan, perinatologi.

c. Pelayanan Gawat Darurat

d. Pelayanan radiologi

e. Pelayanan laboratorium

f. Fisioterapi.

54
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Stres Kerja, Umur, Status Perkawinan,
Beban Kerja, Lingkungan Fisik, Dukungan Sosial pada Perawat
RSUD Abepura.
Jumlah
No Variabel
n %
1. Stres Kerja
Ringan 11 17.5
Sedang 52 82.5
Berat 0 0
Jumlah 63 100
2. Umur
Remaja Akhir (17-25) 4 6.3
Dewasa Awal (26-35) 28 44.4
Dewasa Akhir (36-45) 25 39.7
Lansia (46-59) 6 9.5
Jumlah 63 100
3. Status Pernikahan
Menikah 51 81.0
Belum Menikah 12 19.0
Jumlah 63 100
4. Beban Kerja
Ringan 11 17.5
Sedang 25 39.7
Berat 27 42.9
Jumlah 63 100
5. Lingkungan Fisik
Buruk 13 20.6
Baik 50 79.4
Jumlah 63 100
6. Dukungan Sosial
Rendah 22 34.9
Tinggi 41 65.1
Jumlah 63 100
Sumber : Data Primer, 2021

55
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa Frekuesi variabel stress

kerja perawat paling banyak dengan katagori stres sedang, sebanyak 52 responden

(82.5%). Umur perawat paling banyak dengan katagori umur dewasa 26-35 tahun,

sebanyak 28 responden (44,4%). Status pernikahan perawat paling banyak

dengan katagori menikah, sebanyak 51 responden (81.0%). beban kerja perawat

paling banyak dengan katagori beban berat, sebanyak 27 responden (42,9 %).

Lingkungan fisik paling banyak dengan katagori baik, sebanyak 50 responden

(79,4 %). Dukungan sosial perawat paling banyak dengan katagori tinggi,

sebanyak 41 responden (65,1%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Umur dengan Stres Kerja Perawat

Tabel 4.2 Hubungan antara Umur dengan Stres Kerja Perawat RSUD
Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Total
Umur Ringan Sedang Berat value Korelasi
n (%) n (%) n (%) n (%)
17 - 25 3 4.8 1 1.6 0 0 4 6.3
Remaja Akhir
26 - 35 3 4.8 25 39.7 0 0 28 44.4 0.731 0,041
Dewasa Awal
36 - 45 2 3.2 23 36.5 0 0 25 39.7
Dewasa Akhir
46 - 59 3 4.8 3 4.8 0 0 6 9.5
Lansia
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 tabulasi silang antara umur dengan stres kerja

perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling

banyak terjadi pada perawat yang berusia dewasa awal 26-35 tahun, sebanyak 25

responden (39,7%) dengan tingkat stres kerja sedang.

56
Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan

hasil bahwa nilai p-value = 0,731 > 0,05 dengan koefisien korelasi 0,041 yang

berarti memiliki tingkat hubungan sangat rendah dan bersifat searah yang artinya

semakin bertambahnya umur maka semakin tinggi stres kerja. Hal ini

menunjukkan bahwa umur tidak memiliki hubungan secara signifikan terhadap

stres kerja perawat RSUD Abepura.

b. Hubungan antara Status Perkawinan dengan Stres Kerja Perawat

Tabel 4.3 Hubungan antara Status Perkawinanan dengan Stres Kerja


Perawat RSUD Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Status Total
Ringan Sedang Berat value korelasi
Perkawinan
n (%) n (%) n (%) n (%)
Belum 6 9.5 6 9.5 0 0 12 19.0 0,001 0,416
Menikah
Menikah 5 7.9 46 73.0 0 0 51 81.0
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.3 tabulasi silang antara status pernikahan dengan stres

kerja perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling

banyak terjadi pada perawat yang sudah menikah, sebanyak 46 responden (73,0%)

dengan tingkat stres kerja sedang.

Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan

hasil bahwa nilai p-value = 0,001 < 0,05 dengan koefisien korelasi 0,416 yang

berarti memiliki tingkat hubungan sedang dan bersifat searah yang artinya

semakin tinggi status pernikahan maka stres kerja semakin tinggi juga. Hal ini

menunjukkan status perkawinan memiliki hubungan secara signifikan terhadap

stres kerja perawat RSUD Abepura.

57
c. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
Tabel 4.4 Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat RSUD
Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Beban Total korelasi
Ringan Sedang Berat value
Kerja
n (%) n (%) n (%) n (%)
Ringan 7 11.1 4 6.3 0 0 11 17.5
Sedang 3 4.8 22 34.9 0 0 25 39.7 0,000 0,445
Berat 1 1.6 26 41.3 0 0 27 42.9
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.4 tabulasi silang antara beban kerja dengan stres kerja

perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling

banyak terjadi pada perawat yang memiliki beban kerja berat, sebanyak 26

responden (41,3%) dengan tingkat stres kerja sedang.

Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan

hasil bahwa nilai p-value = 0,000 < 0,05 dengan koefisien korelasi 0,445 yang

berarti memiliki tingkat hubungan sedang dan bersifat searah yang artinya

semakin tinggi beban kerja maka stress kerja juga semakin tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan secara signifikan terhadap

stres kerja perawat RSUD Abepura.

d. Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Stres Kerja Perawat

Tabel 4.5 Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Stres Kerja Perawat
RSUD Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Lingkungan Total korelasi
Ringan Sedang Berat value
Fisik
n (%) n (%) N (%) n (%)
Buruk 1 1.6 12 19.0 0 0 13 20.6 0,302 -0,131
Baik 10 15.9 40 63.5 0 0 50 79.4
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021

58
Berdasarkan Tabel 4.5 tabulasi silang antara lingkungan fisik dengan stres

kerja perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling

banyak terjadi pada perawat yang menyatakan kondisi lingkungan fisik baik,

sebanyak 40 responden (63,5%) dengan tingkat stres kerja sedang.

Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan

hasil bahwa nilai p-value = 0,302 > 0,05 dengan koefisien korelasi – 0,131 yang

berarti memiliki tingkat hubungan sangat rendah dan bersifat tidak searah yang

artinya semakain baik lingkungan fisik maka stres kerja semakin rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa lingkungan fisik tidak memiliki hubungan secara signifikan

terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura.

e. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja Perawat

Tabel 4.6 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja Perawat
RSUD Abepura Tahun 2021.
Stres Kerja P- Koefisien
Dukungan Total
Ringan Sedang Berat value korelasi
Sosial
n (%) n (%) n (%) n (%)
Rendah 3 4.8 19 30.2 0 0 22 34.9 0,561 -0,074
Tinggi 8 12.7 33 52.4 0 0 41 65.1
Total 11 17.5 52 82.5 0 0 63 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.6 tabulasi silang antara dukungan sosial dengan stres

kerja perawat, diketahui bahwa dari 63 responden tingkat stres kerja tinggi paling

banyak terjadi pada perawat yang menyatakan dukungan sosial tinggi, sebanyak

33 responden (52,4%) dengan tingkat stres kerja sedang.

Dari hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s Tau, di dapatkan

hasil bahwa nilai p-value = 0,561 > 0,05 dengan koefisien korelasi – 0,074 yang

berarti memiliki tingkat hubungan sangat rendah dan bersifat tidak searah yang

artinya semakin tingggi dukungan sosial maka stres kerja semakin rendah. Hal ini
59
menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan secara signifikan

terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura.

C. PEMBAHASAN

1. Hubungan Usia dengan Stres Kerja

Umur adalah lama hidup individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu faktor risiko stres kerja pada

seseorang (Rasasi, 2015). Namun, penelitian mengenai pengaruh umur terhadap

stres kerja masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda.

Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa dari

63 responden dengan tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat

yang berusia dewasa awal 26-35 tahun, sebanyak 25 responden (39,7%) dengan

tingkat stres kerja sedang dan hasil uji statistik non parametrik korelasi kendall’s

Tau, diperoleh nilai p-value = 0,731 > 0,05. Sehingga umur tidak memiliki

hubungan secara signifikan terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Awalia, dkk, 2021) yang

menyatakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap stres kerja perawat selama

pandemi Covid-19 yang berjudul “Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Dengan

Stress Kerja Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kwaingga Kabupaten

Keerom” dengan p-value = 0,913. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

Yohanes (2020) yang menyatakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap stres

kerja perawat selama pandemi Covid-19 yang berjudul “Faktor-Faktor Individual

Yang Berhubungan Dengan Stres Tingkat Stres Kerja Pada Karyawan RS

Yokyakarta Pada Masa Pandemi Covid-19” dengan p-value = 1,000.

60
Pada penelitian ini usia responden mengalami stres terbanyak yaitu berada

pada kelompok usia dewasa awal 26-35 tahun yaitu sebanyak 25 responden

(39,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sugeng

(2015) dimana menunjukkan bahwa repsonden yang mengalami stres kerja lebih

banyak dialami oleh perawat dengan kelompok umur dewasa awal (20-40 tahun).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja yang berumur dibawah 40 tahun lebih

banyak mengalami stres kerja dari pada pekerja yang berumur diatas 40 tahun.

Pada tahap dewasa awal 26-35 tahun perawat memiliki peran dan tanggung

jawab yang semakin besar, sesuai dengan teori yang disebutkan dikarenakan

kelompok usia ini merupakan usia produktif sehingga mempunyai semangat kerja

yang tinggi dan ambisi kerja yang terus meningkat, menyebabkan kelompok usia

ini banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaannya, sehingga sering ditemukan

pegawai mengalami stres kerja (Wardah, 2018). Gunarsa (2008) juga

menyebutkan pada usia 26-35 tahun seseorang akan menggalami pembentukkan

karir, pembinaan hubungan pria wanita, memilih pasangan hidup, persaingan

dalam pekerjaan, orientasi hidup, memikirkan pendidikan anak. dari hasil

penelitian di dapatkan bahwa perawat umur 26-35 tahun sudah berstatus menikah

sebanyak 23 responden (36,5%) dan usia tersebut lebih banyak perempuan

sebanyak 23 responden (36,5%), sehingga umur ini mempunyai tanggung jawab

yang besar antara pekerjaan dan keluarga inilah yang dapat menyebabkan stres

kerja pada perawat RSUD Abepura. Sedangkan pekerja yang berada pada

kelompok umur kategori tua atau diatas 40 tahun dapat dikatakan lebih memiliki

kemampuan untuk mengendalikan stress dibandingkan umur muda, semakin tua

umur seseorang maka akan semakin meningkatnya kedewasaannya, kematangan

61
jiwanya dan lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

(Ibrahim et al., 2016).

Pada umumnya kelompok usia dewasa awal 26-35 tahun memiliki semangat

yang lebih kuat dalam bekerja akan tetapi perawat yang memiliki usia muda

cenderung tidak mampu mengontrol terjadinya stres kerja di masa pademi Covid-

19 hal ini disebabkan karena perawat takut akan resiko jika sampai tertular covid-

19. Covid-19 ini merupakan suatu kasus baru dan proses penularan dari penyakit

ini juga sangat cepat sehingga menyebabkan masih ada responden yang stres

sekalipun usia mereka sudah dalam kategori dewasa awal karena mereka juga

belum pernah mengalami hal tersebut dan belum memiliki pengalaman sama

sekali dengan kasus ini.

Dalam penelitian ini diketahui umur tidak berhubungan dengan stres kerja

karena stres itu dapat terjadi pada perawat usia berapapun (anak-anak, Remaja,

dewasa, maupun yang usia lanjut) tergantung dari manajemen stres tiap individu

(Gobel et al., 2013). Tidak berhubungannya umur dengan stres kerja ini juga di

karenakan semua perawat melakukan pekerjaan yang serupa dan tidak adanya

perbedaan tuntutan pekerjaan yang diterima oleh pekerja muda dan dewasa ini

yang membuat tidak adanya hubungan signifikan antara umur dengan stres kerja

pada perawat RSUD Abepura (Karima, 2014). Faktor umur memang sulit untuk di

analisis tersendiri karena masih banyak faktor dalam individu lainnya yang ikut

berpengaruh terhadap stres kerja. Selain itu dengan bertambahnya umur,

pengalaman dan pengetahuan akan bertambah baik serta rasa tanggungjawab yang

lebih besar dimana semuanya akan dapat menutupi kekurangan untuk beradaptasi

(Awalia et al., 2021).

62
2. Hubungan Status Pernikahan dengan Stres Kerja

Status pernikahan merupakan salah satu faktor individu yang dapat

menyebabkan terjadinya stres kerja. Menurut Munandar (2004) bahwa isu-isu

tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, dan konflik antara

tuntutan keluarga dan tuntutan di dalam pekerjaan, semuannya dapat merupakan

tekanan bagi pekerja sehingga akan menyebabkan seseorang menjadi stres.

Berdasarkan uji statistik non-parametrik korelasi kendall’s Tau didapatkan

hasil bahwa nilai p-value = 0,001 dimana angka ini dibandingkan dengan 𝛼 = 0,05

sehingga nilai p-value < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan

memiliki hubungan secara signifikan terhadap stres kerja perawat RSUD

Abepura. dari hasil tabulasi silang didapatkan tenaga kesehatan dengan status

pernikahan belum menikah memiliki proporsi tingkat stres ringan sebanyak 6

orang (9,5%) dan sedang sebanyak 6 orang (9,5%), Adapun tenaga kesehatan

yang sudah menikah paling banyak mengalami stres sedang sebanyak 46 orang

(73,0%) dan ringan sebanyak 5 orang (7,9).

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Amirah (2021) yang menyatakan bahwa status pernikahan berpengaruh terhadap

stres kerja perawat selama pandemi Covid-19 yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Tenaga Kesehatan Di RSUD Daya Makassar

Selama Pandemi Covid-19” dengan tingkat signifikansi p-value = 0,023.

Penelitian yang dilakukan oleh Aziza Musliha (2015) mengatakan juga bahwa

satus pernikahan berhubungan dengan kejadian stres kerja dengan nilai P-value <

α 0,05 yaitu 0,001.

63
Dalam penelitian ini status pernikahan dibagi kedalam dua kategori yaitu

sudah menikah dan belum menikah. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui

bahwa kategori status pernikahan perawat yang sudah menikah memiliki

presentase lebih besar mengalami stres kerja dibandingkan kategori status

pernikahan belum menikah. Hal ini dapat disebabkan oleh karena perawat yang

sudah menikah lebih banyak memiliki tanggung jawab yang lebih besar

khususnya terkait hal finansial seperti pembayaran uang sekolah anak-anak,

adanya anggota keluarga yang sakit dan keperluan lainnya dari pada seseorang

yang belum menikah, sehingga orang yang sudah menikah lebih banyak memiliki

beban pikiran. Orang yang sudah menikah akan memiliki tanggung jawab

terhadap keluarga dan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang belum menikah

yang bisa fokus terhadap pekerjaannya. sehingga perawat yang sudah menikah

pada waktu melaksanakan pekerjaan sering terganggu akan pikiran-pikiran diluar

dari pekerjaan seperti kurang konsentrasi didalam melaksanakan pekerjaan yang

akhirnya dapat menimbulkan stres kerja pada perawat (Ika, 2015).

Adapun beban tersendiri yang mereka alami saat pandemi covid-19 ini seperti

ketakutan pada peningkatan risiko terpapar, terinfeksi, perawat mengalami

kecemasan karena pada saat merawat pasien positif covid-19 ataupun melakukan

pemeriksaan pada masyarakat yang memiliki gejala covid-19, Para tenaga

kesehatan khawatir bahwa mereka akan menularkan virus covid-19 kepada

keluarga. dan kemungkinan menginfeksi orang yang mereka sayangi dan cintai.

Tenaga kesehatan harus mengisolasi diri dari keluarga dan orang terdekat

walaupun tidak menderita covid-19, kondisi ini merupakan keputusan sulit dan

64
dapat membawa dampak beban psikologis yang signifikan terhadap mereka

(Kang, et.al,. 2020).

Evayanti (2003) menyatakan bahwa bagi pekerja yang berstatus menikah,

keadaan keluarga bisa menjadi penghambat, mempercepat atau menjadi penangkal

proses terjadinya stres. Akan tetapi, pengaruh status pernikahan terhadap stres

kerja hanya akan berpengaruh positif apabila pernikahan tersebut berjalan dengan

baik, Adanya hubungan yang kurang baik dengan pasangan atau dengan anak-

anak maka dapat berpengarauh sebagai tekanan yang signifikan bagi para pekerja

(Karima, 2014).

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Ratnasari

(2009), yang menyatakan seseorang yang sudah menikah pasti mempunyai beban

yang lebih berat dari pada yang belum menikah. Hal tersebut disebabkan karena

orang yang sudah menikah tidak hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri tetapi

juga memikirkan kebutuhan keluarganya, sehingga orang yang sudah menikah

cenderung mempunyai masalah yang lebih kompleks karena memikirkan masalah

pekerjaan dan masalah keluarga sekaligus. Faktor ini secara tidak langsung juga

mempengaruhi kondisi psikis tenaga kerja dan bisa menjadi stress (Suci, 2018).

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa perawat di RSUD Abepura yang

sudah menikah lebih banyak perempuan sebanyak 38 responden (60,3%), dimana

perempuan yang telah menikah cenderung untuk mengalami stres dibanding

perawat perempuan yang belum menikah ini dikarenakan tuntutan peran ganda

pada perempuan yang sudah menikah. Menurut Panca Dharma Wanita Indonesia

(dalam Anoraga, 2005) seorang wanita dituntut untuk dapat melakukan lima

tugas, yaitu sebagai seorang istri/ pendamping suami, sebagai pengelola rumah

65
tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak dan sebagai warga

Negara. Dengan keadaan ini, memang berat peranan wanita. Tidak mungkin

semuanya berjalan baik. Pasti ada saja tugas yang tercecer, yang tak rampung, lalu

tugas-tugas tersebut semakin bertambah secara kuantitas, dipicu oleh sifat-sifat

alami wanita sehingga menstimulasi kelelahan fisik, mental dan emosional,

menimbulkan sikap sinis, dan akhirnya menurunnya efektivitas kerja. Itulah

sebabnya, dimensi exhaustion, cynicism, dan ineffectiveness lebih tinggi dari

wanita karier lajang karena wanita lajang yang memilih untuk berkarier, belum

menemukan dilema terhadap fungsi dan perannya sebagai wanita sebagaimana

yang dialami sebagaian wanita karier berstatus menikah.

3. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja

Menurut (Marquis & Huston, 2010) beban kerja pada konteks keperawatan

merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perawat selama

bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Bartono & Novianto mengatakan

seseorang yang memiliki beban kerja yang tinggi, baik beban fisik, maupun

fikiran akan mengalami stress kerja.

Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa 63

responden tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat yang

memiliki beban kerja berat, sebanyak 26 responden (41.3%) dengan tingkat stres

kerja sedang dan Berdasarkan uji statistik non-parametrik korelasi kendall’s Tau

didapatkan hasil bahwa nilai p-value = 0,000 dimana angka ini dibandingkan

dengan 𝛼 = 0,05 sehingga nilai p-value < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa beban

kerja memiliki hubungan secara signifikan terhadap stres kerja perawat RSUD

Abepura.

66
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sonia

(2021) yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh terhadap stres kerja

perawat selama pandemi Covid-19 yang berjudul “Gambaran Presepsi Perawat

Tentang Beban Kerja Selama Pandemi Covid-19 Di Ruang Rawat Inap Isolasi

Rumah Sakit Universitas Sumatra Utara” dengan p-value = 0,02. Penelitian yang

dilakukan oleh Astuti tahun (2012) mengatakan juga bahwa beban kerja

berpengaruh terhadap stres kerja perawat yang berjudul “Hubungan Beban Kerja

dan Kondisi Penyakit dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Intensive Care

Unit (ICU) RSUD Polewali Mandar”, dengan p-value = 0,01.

Dari hasil diatas sesuai dengan yang diasumsikan oleh Anoraga (2009) bahwa

beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu harus melakukan terlalu

banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Hal ini disebabkan

oleh tingkat keahlian yang di tuntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu

tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya (Sunyoto, 2012).

Menurut (Munandar, 2008), Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat

adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang

sudah dibutuhkan untuk memberikan pelayananan langsung pada pasien melebihi

dari kemampuan seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja, tuntutan pekerjaan

tinggi serta dokumentasi asuhan keperawatan.

Jumlah peningkatan Covid-19 yang secara terus menerus ini sangat

berpengaruh terhadap bertambahnya beban kerja dan kondisi psikologis garda

terdepan yaitu tenaga kesehatan (Chen et al.,2020). Jumlah pasien yang semakin

banyak namun tidak diimbangi dengan kesiapan fasilitas dan jumlah tenaga medis

yang cukup, akan membuat tenaga medis kelelahan dan menambah beban berat

67
kepada para tenga medis yang mana mereka adalah orang-orang paling beresiko

tinggi terhadap paparan virus tersebut (Artiningsih & Chisan, 2020). banyak

tenaga medis yang bekerja melebihi shif yang seharusnya, banyak pula tenaga

medis yang dipekerjakan serta di tempatkan dalam spesialisasi baru bahkan

dengan kesulitan yang lebih tinggi dari pada sebelumnya (Maben, Jill & Bridges,

2020). belum lagi, pemisahan diri dari keluarga untuk beberapa tenaga medis dan

keterbatasan APD bagi tenaga medis juga dapat mempengaruhi kondisi

psikologis.

Sebelum pandemi, beban kerja pegawai khususnya perawat masih dalam batas

normal, namun di masa pandemi beban kerja perawat menjadi bertambah seperti

harus menggunakan APD yang lengkap yang menyebabkan kelelahan fisik karena

pemakaian APD yang berlapis dengan nafas yang tidak bebas dan pergerakan

yang tidak luas. Adanya pandemi covid-19 juga berpengaruh terhadap standar

prosedur operasional pelayanan, antara lain untuk kelengkapan berkas

pemeriksaan harus lebih diperhatikan sehingga perawat harus mengerjakan

pekerjaan ekstra karena banyaknya pemeriksaan yang dilakukan untuk kemudian

diselesaikan tepat waktu. Selain melaksanakan tugas pokok seringkali pegawai

mendapat tugas tambahan yang harus dilaksanakan, antara lain kegiatan internal

dan eksternal seperti penilaian akreditasi, penilaian zona integritas, penilaian

pelayanan publik, bakti sosial, rapat koordinasi kegiatan lainnya sehingga

mengakibatkan jam kerja menjadi berlebih. Covid-19 membawa perubahan yang

belum pernah terjadi sebelumnya sehingga pola kerja berubah, terjadi kecemasan

serta stressor yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas.

68
Dari hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar perawat

RSUD Abepura beranggapan bahwa pimpinan memberikan beragamnya dan

banyaknya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan klien (41,3%),

merasa terbebani terhadap tindakan penyelamatan pasien (50,8%), Kontak

langsung perawat dengan pasien di ruangan secara terus menerus selama jam

kerja (46,0%), setiap saat menghadapi klien dengan karakteritik yang tidak

berdaya, koma dan terminal (63,5%), merasa terbebani terhadap tuntutan

keluarga untuk keselamatan pasien (42,9%) dan merasa terbebani terhadap

tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas (52,4%). jika hal seperti ini tidak

dikelola dengan baik maka akan berakibat terjadinya stres kerja. hal inilah yang

merupakan beban kerja perawat pelakasana di perawat inap RSUD Abepura yang

dapat menyebabkan timbulnya stres kerja.

Sarafino (dalam lailani, 2012) menjelaskan bahwa beberapa kondisi

menyebabkan pekerjaan perawat menjadi sangat menekan yaitu harus

memberikan pelayanan keperawatan ekstra ketat dan cepat untuk menyelamatkan

nyawa pasien dan seringkali perawat dihadapkan pada kondisi-kondisi kritis

pasien yang mengancam pada kematian pasien ataupun ketidak jelasan waktu

penyembuhan. Oleh karena itu ada beban mental dan beban kerja berat yang

mereka rasakan karena harus bertanggung jawab demi kesehatan dan keselamatan

pasien.

Setiap beban kerja yang diterima oleh seorang harus sesuai dengan

kemampuan tercapai, namun jika beban pekerjaan terlalu rendah atau terlalu

tinggi maka akan menyebabkan produktivitas yang terlalu rendah pula. beban

kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres kerja apabila tubuh menerima

69
pembebanan yang berlebih akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental

dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan

mudah marah (Tarwaka, 2010).

4. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja

Lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi

pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman

dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. kondisi kerja

yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah

stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja (Situmorang &

Mar’aeni, 2020). Kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi faal

dan psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan

pembangkit stres (stressor) seperti bising, vibrasi, dan hygiene di lingkungan

kerja (Munandar, 2001).

Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa dari

63 responden tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat yang

menyatakan kondisi lingkungan fisik baik, sebanyak 40 responden (63,5%)

dengan tingkat stres kerja sedang dan Berdasarkan uji statistik non-parametrik

korelasi kendall’s Tau didapatkan hasil bahwa nilai p-value = 0,302 dimana angka

ini dibandingkan dengan 𝛼 = 0,05 sehingga nilai p-value > 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa lingkungan fisik tidak memiliki hubungan secara signifikan

terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurazizah (2017) dengan hasil p-value = 0.109 yang berarti tidak ada hubungan

antara lingkungan fisik dengan stres kerja perawat, Penelitian yang dilakukan oleh

70
Rahmawati, dkk (2020) mengatakan juga bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara lingkungan fisik dengan stres kerja perawat dengan hasil p-value

= 1,00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas persepsi perawat tentang

lingkungan fisik di rumah sakit RSUD Abepura memiliki persepsi tentang

lingkungan fisik yang baik sebanyak 50 perawat (79,4%). Menurut Mardiana

(2005) lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan para perawat untuk dapat bekerja optimal. lingkungan kerja dapat

mempengaruhi emosi perawat. Jika perawat menyenangi lingkungan kerja dimana

dia bekerja, maka perawat tersebut akan betah ditempat kerjannya untuk

melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis

prestasi kerja karyawan juga tinggi.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Moekijat (2002) yang mengatakan

bahwa instansi yang mempunyai lingkungan kerja yang baik dan nyaman akan

memberikan motivasi bagi perawat untuk meningkatkan kinerja. selain itu kondisi

kerja yang baik akan membantu mengurangi kejenuhan dan kelelahan, Namun

demikian jika lingkungan kerja buruk maka stres kerja akan mengalami

peningkatan.

Hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa perawat menganggap

lingkungan fisik di area kerja mereka memiliki kebisingan rendah (84,1%),

pencahayaan baik (77,8%), sirkulasi udara baik (69,8%), terlindungi dengan baik

dari paparan bahan berbahaya (71,7%), Kelembaban baik (60,5%), Kualitas

lingkungan fisik baik (81,0), suhu saat kemarau terasa nyaman (63,5%), area

kerja perawat tidak berantakan (90,5%), dari hasil analisis kuesioner perawat

71
cenderung menganggap lingkungan fisik di area kerja mereka baik, dimana

mereka merasa rumah sakit tempat mereka bekerja memberikan rasa nyaman.

Dimasa pandemi covid-19 ini para perawat membutuhkan lingkungan kerja

yang sehat, aman dan nyaman dalam bekerja. rasa nyaman dalam bekerja akan

memberi dampak positif perawat yaitu perawat akan merasa puas dengan

lingkungan kerjanya. Pandemi covid-19 mendorong adanya kebijakan baru pada

lingkungan kerja, adanya standar dan prosedur kerja yang semakin banyak terkait

pelaksanaan protokol pencegahan covid-19. Perhatian dan pembudayaan

lingkungan kerja yang sehat dimasa pandemi covid-19 seperti tersedianya alat

cuci tangan, sarung tangan, masker, penyemprotan, hand sanitizer, dan

tersedianya fasilitas kerja yang memadai seperti sarana dan prasarana yang

disediakan dimasa pandemi covid-19 di RSUD Abepura. sehingga para perawat

lebih nyaman dan aman dalam bekerja di masa pandemi covid-19.

Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja tidak

memiliki pengaruh terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura, hal ini

dikarenakan kondisi lingkungan fisik di tempat penelitian yang dianggap sudah

baik akan tetapi masih ditemukan stres kerja pada perawat. Sedangkan seharusnya

lingkungan kerja yang buruk yang akan berpotensi menjadi penyebab perawat

mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkosentrasi dan menurunnya

produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, cahaya kurang,

ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih akan berpengaruh

terhadap kerja perawat, yang berarti bahwa faktor penyebab stres kerja pada

perawat tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja, namun karna

72
faktor lain seperti banyaknya beban kerja responden yang turut menjadi

peningkatan stres kerja (Badri, 2020).

5. Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Kerja

Dukungan sosial adalah informasi, bantuan, atau keterangan yang diterima

seseorang melalui hubungan, formal dan informal dengan yang lain atau

kelompok. dukungan sosial dianggap mampu untuk melindungi atau menyangga

individu dari konsekuensi negatif penyebab stres. semakin tinggi dukungan sosial

yang diberikan maka semakin sedikit keluhan tentang kesehatan yang ditimbulkan

(Gibson, 1997).

Adanya pandemi Covid-19 ini sangat mempengaruhi psikis pegawai

khususnya perawat yang terjun langsung dalam menangani pasien sehingga

dukungan sosial juga sangat diperlukan bagi perawat. Dukungan sosial tidak

hanya dari keluarga namun dari rekan kerja, masyarakat atau pengguna layanan,

dari pemerintah maupun dari internal manajemen rumah sakit.

Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa dari

63 responden tingkat stres kerja paling tinggi banyak terjadi pada perawat yang

menyatakan dukungan sosial tinggi, sebanyak 33 responden (52,4%) dengan

tingkat stres kerja sedang dan Berdasarkan uji statistik non-parametrik korelasi

kendall’s Tau didapatkan hasil bahwa nilai p-value = 0,561 dimana angka ini

dibandingkan dengan 𝛼 = 0,05 sehingga nilai p-value > 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap stres kerja perawat RSUD Abepura.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dewa (2018) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara

73
dukungan sosial atasan dengan stres kerja dengan nilai p-value = 0,105 dan juga

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial

rekan kerja dengan stres kerja dengan nilai p-value = 0,750. Penelitian yang

dilakukan oleh Nurcholis, dkk (2018) mengatakan juga bahwa penelitian yang di

dapatkan tidak ada hubungan dukungan sosial dengan stres kerja dengan p-value

= 0,108.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden

memiliki hubungan yang baik antara sesama rekan kerja maupun atasan. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan mereka yang sebagian besar menjawab sering dan

sangat sering yaitu selalu diberi umpan balik yang mendukung atas pekerjaan

yang dilakukan, dapat meminta bantuan kepada atasan untuk membantu

mangatasi masalah pekerjaan, mendapatkan bantuan dan dukungan dari rekan

kerja, dan rekan kerja bersedia mendengarkan masalah pekerjaan diantara

perawat. Maka terciptalah dukungan sosial yang baik pada perawat RSUD

Abepura.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas persepsi perawat tentang

dukungan sosial di rumah sakit RSUD Abepura memiliki persepsi tentang

dukungan sosial tinggi sebanyak 41 perawat (65,1%) Artinya, dukungan sosial

secara umum yang diperoleh perawat sudah cukup baik. Dalam penelitian ini

perawat yang memiliki dukungan yang baik dengan rekan kerja membuat perawat

tidak merasa sendiri dalam menghadapi kondisi saat ini maka perawat mampu

bertahan dalam situasi yang menekan selama pandemic covid-19. rekan kerja

dapat saling memberi motivasi, menguatakan, saling menolong dan saling berbagi

cerita sehingga mereka dapat saling mendukung satu sama lain di dalam kondisi

74
pandemi covid-19 ini. Selain itu rekan kerja maupun atasan juga bisa dijadikan

kekuatan selama jauh dari keluarga untuk saling memberi semangat dan dukungan

menggingat keduanya juga berada dalam kondisi yang sama. dukungan sosial

dalam menghadapi situasi pandemi coronavirus saat ini sangat penting dalam

dimensi kesehatan, dukungan sosial sangat efektif untuk mengatasi tekanan

psikologi pada keadaan sulit dan tertekan (Taylor, S.E.,Peplau, L. A., Sears, D. O,

2012).

Dukungan sosial yang tinggi, berfungsi memberikan perasaan nyaman,

perasaan diperhatikan, perasaan dihargai, dan perasaan orang lain ada untuk

membantunya, sehingga perawat bangsal rawat inap yang merawat pasien mampu

memandang positif setiap masalah dan memandang tuntutan pekerjaan yang berat

menjadi lebih ringan, karena terdapat orang-orang yang memberikannya

dukungan, dan perawat bangsal rawat inap pun lebih merasa puas terhadap

dirinya, lebih bahagia, dan lebih merasa nyaman dalam menjalani pekerjannya.

Hal ini didukung oleh pernyataan dari (Setiawan & Darminto (2013) bahwa

perawat yang memiliki dukungan sosial yang baik dalam dunia pekerjaan akan

dapat bertahan dengan baik dari beban pekerjaan yang berat dan lebih mampu

mengontrol stres kerja yang dihadapinya.

Meskipun skor yang didapatkan pada variabel ini sudah cukup baik, Tetapi

secara statistik penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan stres kerja yang dialami oleh para pekerja di

RSUD Abepura. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa beban kerja yang tinggi jika disertai dengan

dukungan sosial yang baik maka mampu mencegah dampak stres yang dialami

75
oleh seseorang (Kato, 2008). Hal ini dapat terjadi dikarenakan dukungan sosial

yang dimiliki oleh para perawat tidak mampu mengurangi perasaan stres yang

diakibatkan tingginya faktor pekerjaan, seperti jumlah beban kerja yang tinggi,

Meskipun dalam teori lainnya dikatakan bahwa rendahnya dukungan sosial lebih

berisiko meningkatkan depresi dibandingkan dengan faktor lainnya. Akan tetapi

dalam penelitian ini, dukungan sosial yang baik sekalipun tidak mampu

menurunkan stres kerja yang dialami para pekerja akibat tingginya faktor pemicu

stres yang berasal dari faktor pekerjaan. sehingga pada penelitian ini tidak

terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja.

Adapun dukungan sosial tidak berhubungan di karenakan : Mungkin

dukungan yang diterima tidak dianggap sesuatu yang membantu. Hal ini

dikarenakan dukungan yang telah diberikan tidak cukup, karena individu merasa

tidak perlu bantuan sehingga dukungan yang diberikan tidak dianggap, dukungan

yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu tersebut,

terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang

diinginkannya. (Sarafino dan Smith (2011).

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepuasan (kualitas) terhadap

dukungan sosial yang diterima lebih penting dari pada jumlah (kuantitas) orang

lain yang memberikan dukungan sosial dalam meredakan stres. Ketika perawat

mempersepsikan bantuan atau informasi yang diterima mempunyai dampak yang

positif dan dapat membantu perawat terhadap suatu permasalahan, maka bantuan

yang diterima akan dipersepsikan oleh perawat sebagai bentuk dukungan sosial.

Individu yang memiliki persepsi yang positif terhadap bentuk dukungan

sosial yang ia terima maka dukungan sosial yang diterima akan meningkatkan

76
kepercayaan diri, kesejahteraan, kompetensi, kontrol diri, dan hal positif yang ada

di dalam individu (Mattson, 2011). Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa

banyaknya bantuan yang diterima belum tentu efektif dalam menurunkan stres.

Namun, dukungan sosial yang efektif adalah dukungan yang dipersepsikan positif

atau puas oleh perawat yang menerimanya. Nurullah (2012) mengatakan bahwa

Individu yang memiliki jaringan sosial yang luas tidak menjamin bahwa

dukungan sosial akan selalu tersedia dan tepat dalam menangani permasalahan

yang membuatnya stress. Dengan demikian, dukungan sosial tidak berkaitan

dengan seberapa banyak orang yang tersedia dalam memberikan dukungan.

Namun, dukungan sosial berkaitan pada ketepatan dukungan dalam membantu

permasalahan yang dihadapi penerima dukungan.

Secara tidak langsung, hasil penelitian ini mendukung paradigma kritis

mengenai dukungan sosial yang disampaikan oleh Narrulah pada tahun 2012

melalui penelitian meta-analisis yang telah dilakukannya. Nurullah (2012)

mengungkapkan bahwa untuk menjadi efektif, dukungan sosial yang diterima

harus sesuai dengan tuntutan atau permasalahan dari orang yang menerima

dukungan sosial tersebut. Selaras dengan ungkapan dari Nurullah. Uchino,

Carlisle, Birmingham, dan Vaughn (2011) mengungkapkan bahwa ada tiga

konteks utama agar dukungan sosial menjadi lebih efektif : (1) Faktor kesesuaian

seperti tipe bentuk dukungan harus sesuai dengan kebutuhan individu dalam

menghadapi stressor atau tekanan, (2) Faktor penerima, seperti individu memilih

untuk mau menerima dukungan yang tersedia, (3) Faktor penyedia dukungan,

seperti memiliki kualitas hubungan yang baik dengan penerima dukungan.

77
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, di sisi internal perawat yang mengalami

kelelahan emosional dari stressor tertentu harus menemukan sumber dukungan

yang sekirannya dapat menyelesaikan atau meredakan permasalahan yang

dihadapinya. Di sisi lain yaitu eksternal, sebelum memberikan dukungan pada

orang lain sekiranya penyedia sumber dukungan harus mengetahui permasalahan

yang sedang dihadapi oleh penerima dukungan agar dapat memberikan dukungan

yang tepat bagi penerima. Misalnya, ada rekan kerja yang sedang berduka karena

anggota keluarganya meninggal maka dukungan emosional mungkin akan

menjadi dukungan yang paling bermanfaat dalam menjaga kesejahteraan orang

tersebut. Sebaliknya, jika seseorang mengalami stress karena krisis keuangan

maka dukungan instrumental akan lebih tepat dalam menangani stressor tersebut.

D. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian, terdapat beberapa keterbatasan yang dialami

peneliti yang menyangkut penelitian diantaranya sebagai berikut :

1. Penelitian ini tidak mengobservasi langung variabel faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi stres kerja perawat melainkan hanya menggunakan kuesioner

sehingga data yang diperoleh bersifat subjektif dari sudut pandang perawat.

kualitas data tergantung pada presepsi responden ketika menjawab

kuesioner, kemungkinan salah persepsi dalam memahami makna

pertanyaan, serta peneliti tidak dapat mengontrol kebenaran data yang

diisi oleh responden terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak

menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.

78
2. Dikarenakan dalam masa pandemi Covid-19 ini maka peneliti melakukan

penggambilan data dengan cara menyebarkan kuesioner melalui google form,

maka terdapat kesulitan yang penulis alami, antara lain tidak bisa bertatap

muka langsung dengan responden untuk mendapatkan jawaban dalam waktu

tertentu, sulit untuk mmberikan penjelasan tentang item-item pertanyaan

dalam kuesioner yang penulis buat, dan tidak dapat melakukan tanya jawab

jika ada yang ingin responden tanyakan kepada penuis.

79
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Stres kerja perawat paling banyak dengan katagori stres sedang,

sebanyak 52 responden (82.5%).

2. Umur perawat paling banyak dengan katagori umur dewasa awal 26-35

tahun, sebanyak 28 responden (44,4%).

3. Status pernikahan perawat paling banyak dengan katagori menikah,

sebanyak 51 responden (81.0%).

4. Beban kerja perawat paling banyak dengan katagori beban berat,

sebanyak 27 responden (42,9 %).

5. Lingkungan fisik paling banyak dengan katagori baik, sebanyak 50

responden (79,4 %).

6. Dukungan sosial perawat paling banyak dengan katagori tinggi, sebanyak

41 responden (65,1%).

7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan stres kerja

pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,731 atau nilai p > 0,05).

8. Terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan

stres kerja pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,001 atau nilai p <

0,05).

9. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja

pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,000 atau nilai p < 0,05).

80
10. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan fisik dengan

stress kerja pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,302 atau nilai p >

0,05).

11. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan

stress kerja pada perawat RSUD Abepura (p-value = 0,561 atau nilai p >

0,05).

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit RSUD Abepura

a. Merancang dan mengimplementasikan dukungan psikososial dan

intervensi program untuk mengurangi tekanan pikologi, melalui layanan

konseling, pelatihan, psikoedukasi management stres untuk melakukan

penyegaran psikologi bagi para tenaga kesehatan.

b. Melakukan evaluasi terhadap uraian kerja perawat dan komunikasi yang

efektif secara rutin setiap briefing sebelum kerja. komunikasi yang efektif

dibangun untuk menyampaikan peran dan tanggung jawab perawat secara

jelas, menyampaikan hambatan yang dirasakan selama melakukan

pekerjaan, serta melibatkan perawat dalam proses pengambilan keputusan

terkait dengan pekerjaan.

c. Mengurangi beban kerja pada perawat RSUD Abepura, seperti

mengurangi jumlah kerja yang dimiliki perawat, memberikan jadwal shift

kerja yang sesuai, Mengurangi jam kerja yang padat ditempat kerja

menambah jumlah perawat dan memberikan arahan tentang standar

operasional kerja yang sesuai dengan pekerjaan sebagai perawat.

81
2. Bagi Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Abepura

a. Bagi perawat inap yang mengalami stress kerja disarankan untuk

Mepertahankan penilaian diri yang positif dan menerapkan teknik –

teknik management stres seperti menenangkan pikiran dengan berbagai

cara seperti meditasi dan relaksasi.

b. Melakukan aktivitas diluar kerja seperti rekreasi maupun dalam bentuk

liburan lainnya guna meringankan stres akibat dari pembangkit stres di

tempat kerja.

c. Memberikan dukungan sosial kepada rekan kerja lain guna membantu

seseorang keluar dari masalah yang dihadapi, terutama terkait dengan

permasalahan kerja.

3. Bagi Peneliti Selanjutanya

Untuk penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan penelitian

dengan menambah variabel lain yang berpengaruh pada stress kerja misalnya

keamanan kerja, kepemimpinan, tipe kepribadian perawat, dan konflik peran.

82
DAFTAR PUSTAKA

Ansori, R. R., & Martiana, T. (2017). Hubungan Faktor Karakteristik Individu


Dan Kondisi Pekerjaan Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Gigi. The
Indonesian Journal of Public Health, 12(1), 75.

Artiningsih, R, A & Chisan, F. K. 2020. Burnout dan Komitmen Terhadap Tugas :


Tantangan Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Porsiding
Seminar Nasional LP3M, 1.

Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Anoraga, Panji. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). stress kerja. In Semarang
University Press (1st ed.). Semarang : University Press.

Atmojo, J. T., Rejo, Arradini, D., & Widiyanto, A. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Depresi Pada Tenaga Kesehatan Saat Pandemi. Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(4), 495–502.

Awalia, M. J., Medyati, N., & Giay, Z. (2021). Hubungan Umur Dan Jenis
Kelamin Dengan Stress Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud
Kwaingga Kabupaten Keerom. Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 5(2),
477–483.

Budiono. (2018). Konsep Dasar Keperawatan (1st ed.). Kementerian Kesehatan


Jakarta : Republik Indonesia.

Chen, Q, Liang, M, Li, Y, Guo, J, Fei, D, Wang, L, He, L, Sheng, C, Cai, Y, & Li,
X. 2020. Mental Health Care For Medical Staff In China During The Covid-
19 Outbreak. The Lancet Psychiatry, 7(4), E15-E16.

Desky, D. F. (2021). Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Tingkat Stres dan


Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara. Universitas Sumatra Utara.

Evayanti. 2003. Gambaran Keluhan Stres Kerja pada Pengemudi Bus Kota PPD
Jakarta Tahun 2002. Skripsi FKM UI.

Fuada, N., Wahyuni, I., & Kurniawan, B. (2017). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Kamar Bedah Di Instalasi
Bedah Sentral Rsud K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(5), 255–263.

Giu, A. R. (2013). Pengaruh Desain Organisasi Dan Tipe Kepribadian Terhadap


Stres Kerja Pegawai Pada Balai Diklat Keagamaan Manado. EMBA, 1(3),
476–486.

83
Gobel, R. S., Rattu, J. A. M., & Akili, R. H. (2013). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang ICU Dan UGD
RSUD Datoe Bingkang Kabupaten Bolaang Mangondow. Jurnal Kesehatan.
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2014/11/JURNAL_RYO_GOBEL_091511073.pdf.

Gunarsa, S D. 2008. Psikologi Perawatan, Jakarta: Gunung Mulia.

Hadiansyah, T., Pragholapati, A., & Aprianto, D. P. (2019). Gambaran Stres


Kerja Perawat Yang Bekerja di Unit Gawat Darurat. 7(2), 50–58.

Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, J. T.
(2020). Faktor Penyebab Stres Pada Tenaga Kesehatan Dan Masyarakat
Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 353.

Handono, O. T., Psikologi, F., Ahmad, U., & Yogyakarta, D. (2013). Hubungan
Antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan
pada Santri Baru. 1(2), 79–89.

Hanggoro, A. Y., & Suwarni, L. (2020). Dampak Psikologis Pandemi Covid-19


pada Tenaga Kesehatan : A Studi Cross-Sectional di. 15(November), 13–18.

Hartono, D. (2016). Psikologi (1st ed.). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Hayati, L. N. (2017). [Skripsi] Hubungan Dukungan Sosial Dengan Stres Kerja


Pada Anggota Polisi Fungsi Sabhara [Universitas Muhammadiyah Malang].
https://ci.nii.ac.jp/naid/40021243259/

HSE. (2004). HSE Management standards Analysis tool and User manual.

HSE, H. and S. E. (2020). Work-related stress , anxiety or depression statistics in


Great Britain 2020. Annual Statistics, 1–9.

Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Paramedik Aplikasi
SPSS dan Statcal (1st ed.). Jakarta : Yayasan Kita Menulis.

Ibrahim, H, Amansyah, M, and Yahya G.N. 2016. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan stres Kerja pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki
Internasional Indonesia Makassar Tahun 2016, Al-SIHAH, 8, PP. 60-68.

Ika, K, S. 2005. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Burnout Perawat di


RSUD Haji Makasar. 2015. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar.

IDI. (2020). Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19. In Ikatan


Dokter Indonesia.

Ismail, C. S. (2013). [Skripsi]Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres


Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Bahtermas Provinsi Sulawesi

84
Tenggara Tahun 2013.

Jum’ati, N., & Wusma, H. (2013). Stres Kerja (Occupational Stres) yang
Mempengaruhi Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di
Kabupaten Bangkalan. Jurnal NeO-Bis, 7(2), 1–17.

Khotimah, K. (2007). [Skripsi] Analisis Korelasi Rank Kendall. Universitas


Negeri Semarang.

Kang, L, Li, Y, Hu, S, Chen, M, Yang, C, Yang, BX, Wang, Y, Hu, J, Lai, J, Ma,
X Chen, J, Guan, L, Wang, G, Ma, H, Liu, Z. 2020. The Mental Health Of
Medical Workers in Wuhan, China Dealing With The 2019 Novel Corona
Virus, The Lancet Psychiatry.

Kato , K. 2008. The Efect of Stres (O Worker) Suport The Effect Of ( O-Worker
Suport on a tress : The Mediating Effect of Perceived Job Characteritsics.
Michigan States University, Michigan.

Lai, J., Ma, S., Wang, Y., Cai, Z., Hu, J., Wei, N., Wu, J., Du, H., Chen, T., Li, R.,
Tan, H., Kang, L., Yao, L., Huang, M., Wang, H., Wang, G., Liu, Z., & Hu,
S. (2020). Factors associated with mental health outcomes among health
care workers exposed to coronavirus disease 2019. JAMA Network Open,
3(3), 1–12. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2020.3976

Lailani, F. 2012. Burnout pada Perawat Ditinjau Dari Efikasi Diri dan Dukungan
Sosial. Talenta Psikologi, 1(1), 66-86.

Sarafino, E. P & Smith, T. W. (2011). Health psychology : Biopsychosocial


interactions (7th ed.). United States of America : John Willey & Sons Inc.

Suci Mustika, I, S. 2018. Analisis Hubungan Faktor Individu dan Beban Kerja
Mental dengan Stres Kerja. The Indonesian Journal Of Occupational Safety
and Health, 7 (2), 220

Moekijat, 2002. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung :


Pionir Jaya

Marquis, B, L, & Hoston, C. J. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan : Teori dan Aplikasi (4th ed).

Merdiana. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Badan


Penerbit.IPWI.

Mallisa, S., Righo, A., & Fahdi, F. K. (2018). Gambaran Tingkat Stres Perawat
Di Ruangan ICU (Intensive Care Unit) dan ICCU (Intensive Cardiac Care
Unit) RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

Manaf, I. R. (2018). [Tesis] Faktor yang memengaruhi stres kerja perawat


puskesmas di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten simeulue tahun 2018.

85
Institut Kesehatan Helvetia.

Manaf, I. R., Simanjorang, A., & Asriwati. (2019). Faktor yang Mempengaruhi
Stres Kerja Perawat Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Simeulue Tahun 2019. 1(4), 9–20.

Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (1st ed.).
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Muliantino. (2020). Abstract Book The 7th Virtual Padjajaran International


Nursing Conference. Psychological Responses Among Indonesian Nurses in
the Outbreak of Covid-19 Pandemic. Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas.

Mulyati, & Aiyub. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja


Perawat Pelaksana. JIM FKep, 3(4), 45–50.
http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/8628/4159

Munandar, S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi (1st ed.). Jakarta : UI


Press.

Mustika Suci, I. S. (2018). Analisis Hubungan Faktor Individu Dan Beban Kerja
Mental Dengan Stres Kerja. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health, 7(2), 220. https://doi.org/10.20473/ijosh.v7i2.2018.220-229

Maben , Jill, & Bridges, J. 2020. Covid-19 Supporting Nurses Psychological and
Mental Health. Journal Of Clinical Nursing.

Mattson, M.(2011). Health as communication Nexus: A Service Learning


Approach. Linking Health Communication with Social Support. USA:
Kendall Hunt Publishing co., hal.181- 218.

Masilihah. S (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian


Sosialdi Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT
ASSYFA Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip. 1(2)

Nurullah, A.S. (2012). Received and Social Support: A Review of Current


Evidence and Future Directions. American Journal of Health Studies, 27(3).

Nasrullah, D. (2020). Dampak psikologis Tenaga Kesehatan dalam Upaya


Menghadapi Pandemi Corona Virus (Covid-19) di Indonesia. Kementerian
Riset Dan Teknologi - Badan Riset Dan Inovasi Nasional Republik
Indonesia.

NIOSH. (2008). Exposure to Stress Occupational Hazar. NIOSH .


https://www.cdc.gov/niosh/docs/2008-136/default.html

NIOSH. (2014). Niosh Generic Job Stress Questionnaire.

86
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan (1st ed.). Jakarta : Rineka
Cipta.

Nurfadillah, Arafat, R., & Yusuf, S. (2021). Gambaran Faktor yang


Mempengaruhi Kesehatan Mental Perawat Pada Masa Pandemi Covid-19:
Literatur Review. Jurnal Keperawatan, 13(1), 213–226.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Keperawatan : Pendekatan Prakti (4th ed.).


Jakarta : Salemba Medika.

Nuzulawati, M. T. (2016). Hubungan Antara Kepribadian Tipe A Dengan Stres


Kerja Pada Guru SMK Muhammadiyah Tegal. Jurnal Proyeksi, 11(1), 15–
23.

Park, Y. M., & Kim, S. Y. (2013). Impacts Of Job Stress and Cognitive Failure
On Patient Safety Incidents Among Hospital Nurses. Safety and Health at
Work, 4(4), 210–215. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2013.10.003

Patimah, S. (2016). Manajemen Stres Perspektif Pendidikan Islam (1st ed.).


Bandar Lampung : Alvabeta, CV.

Potter, P. ., & perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, dan Praktik. (4th ed.). Jakarta : EGC.

Pratama, Y. D., Fitri, A. D., & Harahap, J. (2020). Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Stres Kerja Pada Perawat ICU Di RSUD Dr. R.M.
DJOELHAM BINJAI Tahun 2020. Journal of Healthcare Technology and
Medicine, 6(2), 1236–1249.

Purnomo, R. A. (2016). Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS. In


Jakarta : Cv. Wade Group.

Purwanti, D., & Nurhayati, M. (2017). Pengaruh Iklim Organisasi dan Tipe
Kepribadian Terhadap stres Kerja dan Perilaku Kewargaan (Studi pada
Karyawan Klinik Laboratorium Prodia Cabang Menteng, Jakarta). Jurnal
Manajemen, 20(2), 293. https://doi.org/10.24912/jm.v20i2.49

Puspa, A. T. (2016). [Skripsi] Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
Palembang Angkatan 2012 dalam Menghdapi Seminar Proposal Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Putri Mahastuti, P. D., Muliarta, I. M., & Adiputra, L. M. I. S. H. (2019).


Perbedaan Stress Kerja pada Perawat di Ruang Unit Gawat Darurat dengan
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit “S” di Kota Denpasar Tahun
2017. Intisari Sains Medis, 10(2), 284–289.

Pipin, S. 2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja pada
Tenaga Kesehatan dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

87
Rasasi, AL, dkk. 2015. Work Related Stress Among Nurses Working in Dubai a
Burden For Health Care Institutions. American Journal of Psychology and
Cognitive Science 1(2) : 61-65.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2011). Perilaku Organisasi (12th ed.). Jakarta :
Salemba empat.

RSUD, A. (2020). Rekam medik.

RSUD, A. (2021). Profil Rumah Sakit Umum Daerah Abepua.

Runtu, V. V, & Hamel, R. (2018). Hubungan Beban Kerja Fisik dengan Stres
Kerja Kasih Manado. 6(1), 1–7.

Situmorang; L, H, B & Mar'aeni. 2020. Cotrlation Of Work Enviorenment of Wok


and work Motivation Toward work stres of Nures: Matenal & Neonatal
Health Journal, Vol : 01 Issue : 01.

Sarason, I.G., Sarason, B.R., Shearin, E.N., & Pierce, G.R. (1987). A brief
measure of social support: Practical and theoretical implications. Journal of
Social and Personal Relationships, 4(4), 497-510.

Sunyoto, D. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Bulu Seru

Saleh, L. M., Russeng, S. R., & Tadjuddin, I. (2020). Manajemen Stres Kerja
(Sebuah Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Aspek Psikologis
Pada ATC) (1st ed.). Penerbit Deepublish.

Sugeng, Sri Utami, Hadi harry Tribowo, & Nata Prawira, Rizki Kurnia (2015).
Gambaran Tingkat Stre dan Daya Tahan Terhadap Stres Perawat Instansi
Perawatan Insentif di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Bandung : FK
Universita Maranatha.

Sari, A. M. K., Ahsan, & Supriati, L. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial
Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit TK. II Dr. Soepraoen
Malang. Bimiki, 5(2), 1–11.

Sari, M. L., Ruliati, L. P., & Upa, E. E. P. (2019). Analisis Faktor Yang
Berhubungan dengan Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang Tahun 2019. Timorese Journal of Public Health, 1(3), 109–114.

Sari, R., Yusran, S., & Ardiansyah, R. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2(6), 1–11.

Setiawan, A. I., & Darminto, E. (2013). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap


Stres Kerja Pada Karyawan. Mahasiswa Psikologi, 01(01).

Suprihatin, T. (2015). Managemen Stres Kerja Pada Perawat. Jurnal

88
Keperawatan, VIII(1), 103–110.

Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan,


Kesehatan Kerja dan Produktivitas (1st ed.). Surakarta : UNIBA PRESS.
http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-
Ergonomi.pdf

Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : HARAPAN PRES.

Undang-Undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan. Republik Indonesia.

Undang - Undang Kesehatan No. 38. (2014). Keperawatan. Republik Indonesia.

Umansky, J., & Rantanen, E. (2016). Workload in nursing. Proceedings of the


Human Factors and Ergonomics Society 2016 Anuall Meeting, 551–555.

Uchino, B. N., Carlisle, M., Birmingham, W., & Vaughn, A. A. (2011). Social
support and the reactivity hypothesis: Conceptual issues in examining the
efficacy of received support during acute psychological stress. Biological
Psychology, 86(2), 137-142.

Vanchapo, A. R. (2020). Beban Kerja Dan Stres Kerja (1st ed.). Jakarta : CV.
Penerbit Qiara Media.

WHO. (2021). Coronavirus Disease (COVID-19) Pandemic. WHO.

Wijono, S. (2010). Psikologi Industri Dan Organisasi (1st ed.). Jakarta : Kencana.

Winurini, S. (2020). Permasalahan Kesehatan Mental Akibat Pandemi COVID-


19. Info Singkat: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis, 12(15),
13–18.

Wulandari, S. (2017). Analisis Beban Kerja Mental, Fisik Serta Stres Kerja Pada
Perawat Secara Ergonomi Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. JOM
Fekon, 4(1), 954–966.

Wardah, Katarina, P. 2018. Faktor-Faktor yang Berhunungan dengan Kejadian


Burnout Incident Among Nurses In Santa Maria Hospital Pekan Baru. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika, Vol 11, No 1, Hal : 74-84

Gibson, Jame. 1997. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Jill 1. Jakarta :


Binarupa Aksara.

Zulkifli, Z., Rahayu, S. T., & Akbar, S. A. (2019). Hubungan Usia, Masa Kerja
dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Service Well
Company PT. ELNUSA TBK Wilayah Muara Badak. KESMAS UWIGAMA:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 46–61.

89
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
“FAKOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEGAN KEJADIAN
STRES KERJA PADA PERAWAT RSUD ABEPURA SELAMA
PANDEMI COVID-19
TAHUN 2021”

Yth. Bapak/Ibu,
Perawat RSUD Abepura
Dengan Hormat,
Saya Rahayu Putri Dewanty, mahasiswa semester 8 peminatan kesehatan
lingkungan dan kesehatan kerja Universitas Cenderawasih. Saya akan melakukan
penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura Selama
Pandemi Covid-19 Tahun 2021”. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari
peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM). Untuk itu,
saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara jujur
dan lengkap. Penelitian ini tidak akan menimbulkan hal merugikan bagi
Bapak/Ibu sebagai responden. Penelitian ini bersifat sukarela, artinya tidak ada
paksaan bagi Bapak/Ibu untuk menyetujui berpartisipasi dalam peneltian ini.
Segala bentuk data yang Bapak/Ibu berikan terkait penelitian ini menjadi
kerahasiaan penelitian. pengisian angket ini membutuhkan waktu ±15 menit.
Jika Bapak/Ibu kesulitan dalam memahami maksud dari pertanyaan pada
kuesioner silahkan mengajukan pertanyaan kepada peneliti, bapak/ibu dapat
menghubungi saya (No. Hp 082129045777). Mohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

Hormat, saya

Rahayu Putri Dewanty


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi


responden penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Putri Dewanty mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih dengan judul:
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stres Kerja Pada
Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura Selama Pandemi Covid-
19 Tahun 2021”.
Saya memahami dan menyadari bahwa penelitian ini bersifat rahasia dan
tidak akan mempengaruhi atau mengakibatkan hal yang merugikan saya. Oleh
karena itu saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Jayapura, - - 2021
Peneliti, Yang membuat pernyataan

(………………….……) (…..…..….…………….)
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN NO :

Petunjuk pengisian :

Beri jawaban dan tanda check list (√) pada jawaban yang anda pilih

1) Nama (disamarkan) : ……………….

2) Umur :
1. 17-25 tahun
2. 26-35 tahun
3. 36-45 tahun
4. 46-59 tahun

3) Jenis kelamin :

1. Laki-laki

2. Perempuan

4) Status perkawinan :

1. Menikah

2. Belum menikah
KUESIONER STRES KERJA
(Nursalam, 2017)

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda pilih yang ada pada masing-
masing pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami :
Kode :
1 : Tidak Pernah (TP)
2 : Kadang-kadang (KK)
3 : Sering (S)
4 : Selalu (SL)
No PERNYATAAN TP KK S SL
1. Saya merasa jantung saya berdebar saat bekerja
2. Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
3. Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku
leher)
4. Merasa frekuensi pernapasan meningkat
5. Merasa denyut nadi meningkat
6. Makan secara berlebihan
7. Kehilangan nafsu makan
8. Perut terasa mulas, tegang, dan kembung
9. Tangan terasa capek
10. Betis terasa pegal
11. Persendian terasa ngilu
12. Nyeri punggung
13. Nyeri pinggang
14. Merasa tertekan karena pekerjaan
15. Menyalahkan diri sendiri
16. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
17. Merasa kehilangan konsentrasi atau
konsentrasi menurun
18. Mudah lupa
19. Merasa tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan
20. Menghindar dari masalah
21. Berganti-ganti rencana
22. Berfikir hal-hal kecil terlalu detail

23. Merasa tidak tertarik terhadap minat yang


disukai
24. Merasa lambat terhadap situasi
yang membahayakan
25. Kecewa terhadap hasil pekerjaan
26. Merasa jenuh dalam bekerja
27. Bingung dalam menghadapi pekerjaan
28. Penurunan produktivitas kerja
29. Merasa tidak puas terhadap pekerjaan
30. Meninggalkan kerja
31. Ketegangan dalam berinteraksi dengan
teman sejawat
32. Ketegangan dalam berinteraksi dengan tim
kesehatan lain
33. Mudah tersinggung
34. Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35. Merasa tidak suka dengan pekerjaan
KUESIONER BEBAN KERJA
(Nursalam, 2017)

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami.
Kode :
1 : Tidak menjadi beban
2 : Beban kerja ringan
3 : Beban kerja sedang
4 : Beban kerja berat
No PERNYATAAN 1 2 3 4
1. Melakukan observasi pasien secara ketat selama
jam kerja
2. Banyak jenis pekerjaan yang harus dilakukan
demi keselamatan pasien
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien
4. Kontak langsung perawat dengan pasien di
ruangan secara terus menerus selama jam kerja
5. Kurangnya tenaga perawat di ruangan
dibandingkan dengan pasien yang di rawat
6. Pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki
tidak mampu mengimbangi tuntutan pekerjaan
di ruang rawat inap
7. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap
pelayanan yang berkualitas
8. Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
9. Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang
Tepat
10. Tanggung jawab dalam melaksanakan
perawatan pasien di ruang rawat inap
11. Setiap saat menghadapi klien dengan karateristik
yang tidak berdaya, koma dan terminal
12. Tugas pemberian obat-obatan yang diberikan
secara Intensif
13. Tindakan penyelamatan pasien
KUESIONER LINGKUNGAN FISIK SECARA SUBJEKTIF
(NIOSH Generic Job Stress Questionnaire, 2014)

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami.

Menurut anda apakah lingkungan tempat anda 1. 2.


No
bekerja memiliki..... Salah Benar
1. Tingkat kebisingan di area kerja saya tinggi
2. Tingkat pencahayaan di area kerja saya rendah atau gelap
Suhu di area kerja saya selama musim kemarau
3.
cenderung Nyaman
Suhu di area kerja saya selama musim hujan cenderung
4.
Nyaman
Kelembaban area kerja saya terlalu tinggi atau terlalu
5.
Rendah
6. Sirkulasi udara di area kerja saya baik
7. Udara di area kerja saya bersih dan bebas polusi
8. Saya terlindung dengan baik dari paparan bahan
berbahaya yang ada di lingkungan kerja
9. Secara keseluruhan, kualitas lingkungan fisik di tempat
kerja saya adalah buruk
10. Area kerja saya sangat berantakan
KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL DARI ATASAN DAN REKAN
KERJA
(HSE management standar indicator tools, 2004)

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami.
Kode :
1 : Tidak pernah (TP)
2 : Jarang (J)
3 : Kadang-kadang (KK)
4 : Sering (S)
5 : Sangat sering (SS)
No Pertanyaan TP J KK S SS
1. Saya diberi umpan balik yang
mendukung atas pekerjaan yang saya
lakukan
2. Saya dapat mengandalkan manajer
saya untuk membantu mengatasi
masalah pekerjaan
3. Saya dapat berbicara dengan
manajer saya jika ada sesuatu yang
membuat saya tidak nyaman
4. Saya mendapatkan dukungan
manajer dari pekerjaan yang
menuntut emosi
5. Manajer saya mendukung saya
dalam bekerja
6. Jika pekerjaan menjadi sulit, maka
rekan kerja saya akan membantu
7. Saya mendapatkan bantuan dan
dukungan yang saya butuhkan dari
rekan kerja saya
8. Saya menerima rasa hormat yang
pantas saya dapatkan di tempat kerja
dari rekan kerja saya
9. Rekan - rekan saya bersedia
mendengarkan masalah pekerjaan
saya
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
(KEPK) JAYAPURA

SURAT KETERANGAN
PERSETUJUAN ETIK
Nomor: 25/KEPK-JYP/VII/2021

Berdasarkan hasil keputusan telaah Komite Etik Penelitian Kesehatan Jayapura, maka
Protokol penelitian kesehatan dan dokumen terkait berikut ini dinyatakan telah
mendapatkan persetujuan etik.
No. : 32/KEPK-JYP/VI/2021
Protokol
Peneliti : RAHAYU PUTRI Sumber : MANDIRI
Utama DEWANTY Pendanaan
Judul Penelitian : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGANKEJADIAN STRES KERJA PADA PERAWAT RUANG
RAWAT INAP RSUD ABEPURA SELAMA PANDEMI COVID-19
Usulan : 1 Tanggal Usulan : 1 Juli 2021
Protokol ke-
Usulan PSP : 1 Tanggal Usulan : 1 Juli 2021
ke-
Tempat : RSUD ABEPURA
Penelitian
Dokumen : -
Lain
Keputusan : Exempted Masa berlaku : 12 Juli 2021
Review Expedited Sampai dengan
Full Board 12 Juli 2022
Wakil : dr. Gerson A. Warnares, Tanda Tangan: Tanggal:
Ketua M.Med., M.Phil 13 Juli 2021
KEP
K
Jayapura

*Kewajiban Peneliti Utama antara lain:


1. Menyerahkan perbaikan protokol kepada KEPK Jayapura untuk mendapatkan
persetujuan sebelum implementasi
2. Menyerahkan laporan Serious Adverse Event (SAE) kepada KEPK Jayapura dalam kurun
waktu24 Jam
3. Khusus bagi penelitian uji klinis, wajib menyerahkan laporan kemajuan (progress
report) setiap 6 bulan untuk penelitian resiko tinggi dan 1 tahun untuk penelitian
resiko rendah
4. Menyerahkan laporan akhir setelah penelitian berakhir
5. Menyerahkan penyimpangan dari protokol yang telah disetujui (protocol deviation/violation)
6. Mematuhi semua peraturan yang ditentukan
Master Tabel

DATA DEMOGRAFI S TRES KERJA PERAWAT


K. Res UK U SP B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25B26 B27 B28 B29 B30 B31 B32 B33 B34 B35 JM L Kategori
1 6 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 1 2 4 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 2 1 4 2 3 2 1 1 3 75 2
2 2 2 2 2 1 1 2 2 4 1 2 2 3 4 4 4 3 1 4 2 2 3 3 1 2 4 2 2 2 2 1 4 1 2 1 2 1 4 81 2
3 7 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 4 2 1 3 1 1 2 4 1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 4 72 2
4 5 3 1 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 75 2
5 6 3 1 4 3 1 3 3 1 1 1 4 3 1 3 4 3 1 4 1 2 3 1 1 1 4 1 1 1 3 3 2 1 1 3 1 1 4 75 2
6 10 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 3 4 2 2 2 1 1 4 2 2 4 1 1 1 4 1 1 2 1 1 4 1 1 1 1 1 4 64 1
7 8 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 4 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 4 57 1
8 6 3 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 3 1 1 3 3 2 1 2 2 2 4 2 1 2 2 2 4 71 2
9 7 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 4 1 1 3 2 1 2 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2 4 58 1
10 6 2 1 4 1 1 2 2 3 1 2 4 4 4 4 4 1 3 4 3 3 4 1 1 3 4 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 4 86 2
11 4 4 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3 1 2 2 2 1 4 1 2 3 1 2 2 4 1 2 2 1 2 4 1 2 1 2 2 4 71 2
12 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 76 2
13 2 3 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 1 2 3 1 2 4 1 1 1 1 1 4 71 2
14 4 2 1 2 2 2 3 3 1 2 1 3 4 3 2 3 2 1 4 2 3 3 2 3 2 4 1 2 2 3 2 3 1 3 3 1 1 3 82 2
15 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 1 4 2 2 3 1 2 4 4 1 3 2 2 2 4 1 1 1 3 1 4 76 2
16 4 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 3 63 1
17 6 3 1 2 2 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 1 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 1 2 2 2 1 3 90 2
18 8 3 1 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 83 2
19 4 4 2 1 2 2 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 4 1 4 4 1 1 4 4 1 1 2 1 1 4 2 1 2 1 1 4 66 1
20 4 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 4 1 1 4 1 1 2 4 1 2 1 1 2 3 1 2 2 2 1 4 61 1
21 4 4 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 69 1
22 9 4 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 4 1 2 2 4 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 4 65 1
23 8 3 1 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 1 2 2 3 2 1 3 2 2 4 1 2 2 2 2 3 82 2
24 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 4 1 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 62 1
25 8 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 3 1 2 2 4 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1 1 4 74 2
26 5 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 84 2
27 3 3 1 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 3 90 2
28 10 3 1 3 1 3 3 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 83 2
29 10 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 4 2 2 3 1 2 1 4 2 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 4 65 1
30 10 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 1 4 2 3 3 1 1 2 3 2 1 3 2 2 4 1 2 2 2 1 4 77 2
31 10 2 1 2 3 2 1 1 3 1 1 4 4 2 2 2 4 1 3 2 1 4 4 1 2 4 2 2 4 4 2 4 1 2 2 1 1 3 82 2
32 9 4 1 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 1 4 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 85 2
33 9 4 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 89 2
34 1 2 1 3 2 3 4 4 1 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 93 2
35 8 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 70 2
36 8 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 76 2
37 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 76 2
38 5 2 1 1 2 2 3 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 4 2 2 2 1 2 2 3 2 2 73 2
39 5 3 1 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 1 1 2 3 2 1 1 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 1 72 2
40 5 3 1 1 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 3 1 1 2 3 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 71 2
41 7 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 71 2
42 7 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 74 2
43 7 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 70 2
44 7 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 75 2
45 9 2 1 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 74 2
46 9 2 1 1 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 75 2
47 9 3 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 71 2
48 9 2 1 2 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 89 2
49 10 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 1 2 3 2 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 71 2
50 10 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 72 2
51 10 2 1 1 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 72 2
52 10 2 1 1 2 4 3 2 2 3 2 2 4 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 77 2
53 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 68 1
54 3 3 1 1 2 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 73 2
55 3 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 76 2
56 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 71 2
57 1 3 1 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 2 2 1 1 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 73 2
58 1 2 1 1 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 3 1 2 2 4 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 74 2
59 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 71 2
60 2 1 2 2 4 4 4 4 2 3 2 2 3 2 4 3 2 1 1 3 3 3 2 2 4 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 84 2
61 2 3 1 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3 4 2 3 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 73 2
62 2 3 1 1 2 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 83 2
63 3 2 1 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 3 2 1 2 4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 91 2

Keterangan:
Umur Status Perkawinan Stres Kerja
1: 17-25 1: Menikah 1 : Ringan
2: 26-35 2: Belum menikah 2 : Sedang
3: 36-45 3 : Berat
4: 45-59
DATA DEMOGRAFI BEBAN KERJA PERAWAT
K. Res UK U SP C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 JMLH Kategori
1 6 3 1 3 3 3 2 1 1 4 4 3 3 2 4 4 37 2
2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 3 3 4 4 4 3 3 38 2
3 7 2 1 3 3 3 4 1 2 2 2 1 1 3 2 1 28 2
4 5 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 37 2
5 6 3 1 1 1 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 32 2
6 10 1 2 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 1 22 3
7 8 1 2 2 1 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 18 1
8 6 3 1 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 47 3
9 7 2 1 1 1 1 1 4 3 1 4 3 2 2 1 1 25 2
10 6 2 1 4 4 4 2 1 1 4 4 4 4 4 3 4 43 3
11 4 4 1 3 3 4 4 1 2 4 4 4 4 4 3 4 44 3
12 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 28 2
13 2 3 1 3 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 45 3
14 4 2 1 3 4 4 3 1 2 4 3 1 1 3 1 4 34 2
15 1 3 1 4 1 1 3 1 3 4 4 1 4 4 3 3 36 2
16 4 2 2 3 2 2 1 2 4 2 2 1 1 2 1 1 24 1
17 6 3 1 3 4 4 2 1 2 4 3 4 3 4 3 1 38 3
18 8 3 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 1 44 3
19 4 4 2 1 1 1 1 3 4 3 1 2 2 2 2 1 24 1
20 4 1 2 2 1 1 2 1 3 2 1 2 1 4 2 1 23 1
21 4 4 1 3 2 1 1 1 2 2 4 2 1 1 2 1 23 1
22 9 4 1 1 3 1 1 4 4 1 2 1 1 3 1 1 24 1
23 8 3 1 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 1 39 3
24 3 3 1 1 1 2 4 3 1 2 1 1 2 2 2 1 23 1
25 8 3 1 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 1 36 2
26 5 2 2 3 3 2 2 1 3 4 3 2 2 2 2 1 30 2
27 3 3 1 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 1 38 3
28 10 3 1 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 1 35 2
29 10 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 25 2
30 10 2 1 4 1 1 4 1 2 1 3 1 3 3 3 1 28 2
31 10 2 1 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 1 43 3
32 9 4 1 3 3 3 3 1 2 4 3 3 3 3 2 1 34 2
33 9 4 1 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 36 2
34 1 2 1 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 1 38 3
35 8 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 1 36 3
36 8 3 2 2 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 1 36 3
37 5 2 2 1 2 2 1 3 2 2 4 1 4 3 3 4 32 1
38 5 2 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 4 4 4 4 32 1
39 5 3 1 2 3 3 3 1 3 2 3 4 2 2 2 1 31 2
40 5 3 1 1 2 2 2 2 4 2 2 2 3 3 3 1 29 2
41 7 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 2 1 28 2
42 7 3 1 1 2 2 4 2 2 1 4 2 1 4 4 1 30 2
43 7 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 2 1 28 2
44 7 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 2 1 28 2
45 9 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 4 39 3
46 9 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
47 9 3 1 2 4 4 4 1 1 4 2 2 1 4 4 1 34 2
48 9 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 9 44 3
49 10 2 1 2 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 23 1
50 10 3 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 40 3
51 10 2 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 40 3
52 10 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
53 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 2 1 3 26 2
54 3 3 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 40 3
55 3 3 1 1 2 2 4 2 2 3 4 3 4 4 4 4 39 3
56 3 2 1 2 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 3 25 1
57 1 3 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
58 1 2 1 2 4 4 4 1 1 4 2 1 4 4 4 4 39 3
59 1 2 1 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 4 3 1 29 2
60 2 1 2 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 42 3
61 2 3 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 42 3
62 2 3 1 2 4 4 4 1 1 4 4 1 4 4 4 4 41 3
63 3 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 4 4 4 42 3

Keterangan:
Beban Kerja
1 : Beban Kerja Ringan
2 : Beban Kerja Sedang
3 : Beban Kerja Berat
DATA DEMOGRAFI LINGKUNGAN FISIK KERJA PERAWAT
K. Res UK U SP D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 JMLH Kategori
1 6 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 17 2
3 7 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
4 5 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 2
5 6 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 2
6 10 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18 2
7 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
8 6 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
9 7 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
10 6 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
11 4 4 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 15 1
12 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 18 2
13 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 18 2
14 4 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 16 2
15 1 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 15 1
16 4 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 15 1
17 6 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 2
18 8 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 18 2
19 4 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 18 2
20 4 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18 2
21 4 4 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 17 2
22 9 4 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 17 2
23 8 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 13 1
24 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
25 8 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 2
26 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
27 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 1
28 10 3 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 16 2
29 10 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 16 2
30 10 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 17 2
31 10 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 17 2
32 9 4 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 13 1
33 9 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 1
34 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
35 8 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 2
36 8 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
37 5 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 2
38 5 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
39 5 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 14 1
40 5 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
41 7 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
42 7 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 17 2
43 7 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
44 7 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
45 9 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 2
46 9 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 18 2
47 9 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
48 9 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 18 2
49 10 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
50 10 3 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 16 2
51 10 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 15 1
52 10 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 2
53 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
54 3 3 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 15 1
55 3 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 17 2
56 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
57 1 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 2
58 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 15 1
59 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 2
60 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
61 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
62 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2
63 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2

Keterangan:
Lingkungan kerja
1 : Buruk
2 : Baik
DATA DEMOGRAFI DUKUNGAN SOSIAL PERAWAT
K. Res UK U SP E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 JMLH Kategori
1 6 3 1 2 3 5 3 2 5 5 5 5 35 2
2 2 2 2 2 2 1 1 3 4 3 3 1 20 1
3 7 2 1 2 3 3 3 3 4 4 2 4 28 2
4 5 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35 2
5 6 3 1 3 1 1 1 1 5 5 1 4 22 1
6 10 1 2 3 3 4 3 5 5 5 5 5 38 2
7 8 1 2 5 3 3 1 5 5 5 5 5 37 2
8 6 3 1 3 2 3 3 3 4 4 4 4 30 2
9 7 2 1 3 2 3 2 4 4 4 4 5 31 2
10 6 2 1 5 4 5 1 5 5 5 5 4 39 2
11 4 4 1 2 2 4 3 4 4 4 4 4 31 2
12 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 20 1
13 2 3 1 2 1 1 1 1 5 5 3 4 23 1
14 4 2 1 3 3 4 4 2 4 2 3 5 30 2
15 1 3 1 1 2 3 1 1 4 4 3 3 22 1
16 4 2 2 2 4 1 2 4 5 4 4 4 30 2
17 6 3 1 3 3 3 3 4 5 5 4 4 34 2
18 8 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
19 4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
20 4 1 2 3 3 2 2 3 5 4 3 2 27 1
21 4 4 1 3 4 4 1 3 5 5 5 4 34 2
22 9 4 1 3 2 3 2 3 5 4 1 5 28 2
23 8 3 1 2 1 3 1 2 2 2 2 1 16 1
24 3 3 1 3 1 1 1 1 4 4 3 3 21 1
25 8 3 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 30 2
26 5 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 35 2
27 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 16 1
28 10 3 1 2 3 4 3 3 4 4 4 4 31 2
29 10 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3 3 27 1
30 10 2 1 1 2 2 1 2 4 4 3 2 21 1
31 10 2 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 14 1
32 9 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 16 1
33 9 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 16 1
34 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 19 1
35 8 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
36 8 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
37 5 2 2 4 5 3 3 3 5 5 4 3 35 2
38 5 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 1
39 5 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 22 1
40 5 3 1 1 1 3 1 4 4 4 4 4 26 1
41 7 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
42 7 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44 2
43 7 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
44 7 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
45 9 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
46 9 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
47 9 3 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
48 9 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
49 10 2 1 3 3 3 3 3 4 4 4 3 30 2
50 10 3 1 2 2 2 2 2 3 3 4 2 22 1
51 10 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 20 1
52 10 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 20 1
53 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
54 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 4 2 22 1
55 3 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44 2
56 3 2 1 3 3 3 3 4 4 4 4 3 31 2
57 1 3 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
58 1 2 1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 2
59 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2
60 2 1 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
61 2 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
62 2 3 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2
63 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 2

Keterangan:
Dukungan Sosial
1 : Dukungan Sosial Rendah
2 : Dukungan sosial Tinggi
Hasil Univariat (Distribusi Frekuensi)
Hasil Tabulasi Silang

Umur

Status Perkawinan
Beban Kerja

Lingkungan Fisik

Dukungan Sosial
Hasil Uji Bivariat ( Kendall’s Tau)

Correlations

Status_P
Stres_K erkawina Beban_ Lingkung Dukungan
erja Umur n Kerja an_Fisik _Sosial

Kendall's Stres_Kerja Correlation


1.000 .041 .416** .445** -.131 -.074
tau_b Coefficient

Sig. (2-tailed) . .731 .001 .000 .302 .561

N 63 63 63 63 63 63

Umur Correlation
.041 1.000 -.299* .013 -.184 -.068
Coefficient

Sig. (2-tailed) .731 . .013 .911 .126 .573

N 63 63 63 63 63 63

Status_Perk Correlation
-.416** -.299* 1.000 -.247* .048 .101
awinan Coefficient

Sig. (2-tailed) .001 .013 . .041 .708 .427

N 63 63 63 63 63 63

Beban_Kerja Correlation
.445** .013 -.247* 1.000 -.133 -.008
Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .911 .041 . .270 .950

N 63 63 63 63 63 63

Lingkungan_ Correlation
-.131 -.184 .048 -.133 1.000 .367**
Fisik Coefficient

Sig. (2-tailed) .302 .126 .708 .270 . .004

N 63 63 63 63 63 63

Dukungan_S Correlation
-.074 -.068 .101 -.008 .367** 1.000
osial Coefficient

Sig. (2-tailed) .561 .573 .427 .950 .004 .

N 63 63 63 63 63 63

*. Correlation is significant at the 0.05


level (2-tailed).
Hasil Uji Normalitas
GOOGLE FORM

LINK GOOGLE FORM : https://forms.gle/1CTLrb1Qirv4uwET8

Anda mungkin juga menyukai