Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASKEP HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. BETTY
SRIWULANDARI
(131912050 )
2. NANA TRISNA P ( 131912062 )
3. ROSMILLAH ( 131912068 )
4. VISIE FEBRIDESNOVI VALENTINI ( 131912074 )

PROGRAM NON REGULER SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penyusun bisa
menyelesaikan makalah dengan judul ‘ Askep Harga Diri Rendah‘. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata kuliah
Keperawatan Jiwa di jurusan keperawatan stikes Hangtuah. Dalam kesempatan ini
penyusun juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Drs.Heri Priatna, Sst.FT, SKM, S. Sos, MM, Sp. FOM selaku
Ketua Stikes Hangtuah Tanjungpinang.
2. Bapak dr. Bukit Gultom Selaku Direktur RSUD Dabo.
3. Ibu Ns.Zakiyah Rahman,S.Kep, M.Kep Selaku ka. Prodi sarjana keperawatan
stikes hang tuah tanjungpinang
4. Ibu Ns. Safra Ria Kurniati,S.Kep,M.Kep selaku dosen mata pelajaran
Keperawatan Jiwa.

Penyusun berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan


sumbangsih untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam
rangka perbaikan selanjutnya, penyusun akan terbuka terhadap saran dan masukan
dari semua pihak karena penyusun menyadari makalah yang telah disusun ini
memiliki banyak sekali kekurangan.

Dabo Singkep, 27 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harga Diri Rendah………………………………………………...3
B. Tanda dan Gejala………………………………………………………………3
C. Psikodinamika…………………………………………………………………6
D. Rentang Respon……………………………………………………………….8
E. Askep………………………………………………………………………….9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….31
B. Saran…………………………………………………………………………31

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan
karena tuntutan atau kebutuhan hidup yang semakin meningkat seperti pemenuhan
kebutuhan ekonomi sandang, pangan, papan, pemenuhan rasa sayang, rasa aman
dan aktualisasi diri dapat mengakibatkan tingginya tingkat stress dikalangan
masyarakat juga individu kurang atau tidak mampu dalam menggunakan
mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi maka individu mengalami
berbagai penyakit baik fisik maupun mental. Akibat-akibat stress terhadap
seseorang dapt bermacam-macam dan hal ini tergantung pola kekuatan konsep
dirinya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi seseorang terhadap
stres, tetapi meskipun demikian fleksibelitas dan adaptasibilitas juga diperlukan
agar seseorang dapat menghadapi stresnya dengan baik. (Rasmun,2004)
Kecenderungan (trend) gangguan mental psikiatri akan semakin meningkat
seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik ke arah tidak
menentu,prevalensi bukan saja pada kalangan menegah ke atas sebagai dampak
langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri
terhadap perubahan sosial.
Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa tidak berdaya, frustasi,
depresi, dan menjadi korban. Orang tersebut akan sangat rentan terhadap tekanan
akibat stress, sementara mereka yang memiliki harga diri tinggi akan
memperlihatkan keyakinan diri dan antusias serta dapat mengatasi rasa frustasi
dengan baik karena perasaan harga diri ini sangat penting untuk mengurangi stres
secara efektif. (Nation Safety Council, 2003)
Masalah gangguan konsep diri; harga diri rendah akan memberikan dampak
negatif pada klien diantaranya klien akan merasa malu, minder akan keadaan
dirinya dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Kemudian dengan
adanya frustasi, depresi dan rasa tidak mampu,atau tidak berdaya akan

1
mempengaruhi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, misalnya
klien menjadi tidak mampu dalam hal perawatan diri, dan kebutuhan
spiritualnyapun akan terganggu bahkan timbul waham agama.
Dengan adanya krisis multi dimensi, gaya hidup dan persaingan hidup yang
berat banyak individu yang tidak mampu bertahan sehingga menyebabkan
individu tersebut mengalami gangguan fisik maupun mental yang berat. Maka
dari itu dengan banyaknya prevalensi orang yang terkena ganguan jiwa khususnya
harga diri rendah maka penulis tertarik untuk mengangkat studi khusus tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan konsep diri; harga diri rendah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari harga di rendah ?
2. Apa tanda dan gejala dari harga diri rendah ?
3. Bagaimana psikodinamika dari harga diri rendah ?
4. Bagaimana rentang respon dari harga diri rendah ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan harga diri rendah ?
6. Apa terapi aktifitas kelompok pada harga diri rendah ?

C. Tujuan  
1. Untuk mengetahui pengertian dari HDR
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HDR
3. Untuk mengetahui psikodinamika dari HDR
4. Untuk mengetahui rentang respon dari HDR
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan HDR
6. Untuk mengetahui terapi aktifitas kelompok pada HDR

D. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan tentang ruang lingkup dan asuhan
keperawatan harga diri rendah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain (Stuart, Gail, W, 1998)
Konsep diri rendah adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu dalam hubungan dengan orang lain (Suliswati,
2005).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, dapat seara langsung atau tidak langsung
diekspresikan ( Town, send, Maryc, 1998).
Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan diri (Carpenito,
2000).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negative yang mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama (Lynda wall,
edisi 8, 2001).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentng nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri ( Keliat, Budi, Anna, 2005)

B. Tanda dan gejala


1. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap
tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi
rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke
RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
3. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.

3
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu
orang lain, lebih suka menyendiri.
5. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram
mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda –
tanda sebagai berikut :
1. Produktivitas menurun.
2. Mengukur diri sendiri dan orang lain.
3. Destructif pada orang lain.
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
8. Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.
9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10. Pandangan hidup yang pesimis.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang bertentangan.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menolak diri secara sosial.
16. Penyalahgunaan obat.
17. Menarik diri dan realitas.
18. Khawatir.
Menurut Budi Anna Keliat, 1999. Tanda dan Gejala HDR antara lain :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

4
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3. Perasaan tidak mampu
4. Rasa bersalah
5. Sikap negatif pada diri sendiri
6. Sikap pesimis pada kehidupan
7. Keluhan sakit fisik
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi
9. Menolak kemampuan diri sendiri
10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
11. cemas dan takut
12. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
13. Mengungkapkan kegagalan pribadi
14. Ketidak mampuan menentukan tujuan
15. Produktivitas menurun
16. Perilaku destruktif pada diri sendiri
17. Perilaku destruktif pada orang lain
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari hubungan sosial
20. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
21. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
22. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

5
C. Psikodinamika
1. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi
secara:
a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, diceraikan suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuau terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
1) Pada klien yang dirawat dapat terjadi HDR, karena privacy yang
kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemeriksaan alat yang tidak sopan (pencukuran
kumis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan sturktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat atau sakit atau penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat, klien ini mempunyai cara berfikir
yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negative terhadap dirinya.
2. Proses perjalanan penyakit
Konsep diri dipelajari melalui kontak social dan pengalaman pribadi
individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar
dirinya, konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia.
Konsep diri belum ada saat saat bayi dilahirakan, tetapi mulai berkembang
secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain dan mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang
lain. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbicara
individu, pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep
diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu.
Perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai

6
kesempatan untuk mengidentifikasi perilaku orang lain dan mempunyai
penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal
diri atau cita-cita / harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari menganalisa seberapa
jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami
keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila
sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai meningkatkanya usia dan terancam pada masa
pubertas. Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen menyatakan ada 4 hal
yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:
a. Memberi kesempatan untuk berhasil;
b. Menanamkan idealisme;
c. Mendukung aspirasi atau ide;
d. Membantu membentuk koping.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
3. Komplikasi
a. Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
b. Isolasi sosial.
c. Waham.

7
D. Rentang Respon

Respon Adaptif                                                          Respon Maladaptif


 

Aktualisasi  Konsep diri Harga Kerancauan Depersonalisasi


Diri positif Diri Rendah Identitas 

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima
dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan
menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam.

8
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi
peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan
fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan
perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.

E. Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah
klien dapat diidentifikasikan, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.

9
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi citra tubuh:Kehilangan/ kerusakan
bagian tubuh (anatomi dan fisiologi);
a) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat
penyakit;
b) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi
tubuh;
c) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
2) Faktor yang mempengaruhi harga diri:
a) Penolakan;
b) Kurang penghargaan;
c) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut;
d) Persaingan antar saudara;
e) Kesalahan dan kegagalan berulang;
f) Tidak mampu mencapai standar.
3) Faktor yang mempengaruhi peran:
a) Sterotifik peran seks;
b) Tuntutan peran kerja;
c) Harapan peran cultural.
4) Faktor yang mempengaruhi identitas:
a) Ketidak percayaan orang tua;
b) Tekanan dari “peer group”;
c) Perubahan struktur social.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau

10
merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran, dan
terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi
dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan
peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
c. Manifestasi klinis
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi
botak setelah mendapatkan terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan terjadi
jika saya segera kerumah sakit), menyalahkan, mengejek, dan
mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan
meliputi usaha pemecahan masalah langsung.
1) Pertahanan jangka pendek

11
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari kritis,
misalnya: kerja keras, nonton, dll.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
misalnya: ikut kegiatan social, politik, agama, dll.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
misalnya: kompetisi pencapaian akademik.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan,
misalnya: penyalahgunaan obat.
2) Pertahanan jangka panjang
a) Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
potensi diri individu.
b) Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego
a) Fantasi;
b) Dissosiasi;
c) Isolasi;
d) Proyeksi;
e) Displacement;
f) Marah atau amuk pada diri sendiri.

e. Sumber koping
Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang.
1) Individu;
2) Keluarga;
3) Teman bermain;

12
4) Masyarakat.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) MMPI (Minnesota Multiphasie Personality Inventory)
Yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui gambaran atau profil
kepribadian kondisi patologi seseorang dan untuk mengetahui potensi
atau bakat yang ada pada seseorang dengan menggunakan sebuah
buku yang berisi pertanyaan, lembar jawaban, dan isi serta satu
lembar hasil tes.
2) EEG (Electro Enchefatograf)
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan
mental organic, kejang, dan gangguan tidur.
3) CT (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Yaitu gambaran yang dapat menunjukan struktur otak serta
menggambarkan penggunaan volume otak.
g. Pohon masalah
Resiko isolasi sosial: menarik diri Masalah akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core problem

Berduka disfungsional Masalah penyebab


2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Isolasi social
c. Gangguan citra tubuh
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
a. Tujuan umum
Klien memiliki konsep diri yang positif.
b. Tujuan khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

13
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Rencana Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukan sikap empati dan menerikam klien apa adanya.
g) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien menyebutkan:
1) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien.
2) Aspek positif keluarga.
3) Aspek positif lingkungan klien.
Rencana Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang:
a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
b) Kemampuan yang dimiliki klien.
2) Bersama klien buat daftar tentang:
a) Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
b) Kemampuan yang dimiliki klien.
3) Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.

14
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
Rencana Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien membuat rencana kegiatan harian.
Rencana Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan klien.
a) Kegiatan mandiri.
b) Kegiatan dengan bantuan.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang
dibuat.
Rencana Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
3) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
4) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria Evaluasi:

15
Setelah … kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada
di keluarga.
Rencana Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Anna Issacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara medis
yaitu terapi somatic antara lain:
1) Psikofarmakologi
a) Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya di
dalam otak, mengubah emosi dan mempengaruhi perilaku.
b) Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang
membawa penghambat atau penstimulasi dari satu neuron ke
neuron lain melintasi ruang (sinaps) diantara mereka.
c) Terapi elektrokonvulsif (ECT)
2) Antipsikotik (neuroleptik)
Secara teori pelaksanaan medis khusus klien Tn. K dengan harga diri
rendah tidak ada, namun secara medis klien Tn. K yang didiagnosa
medis skizofrenia paranoid diberi terapi sebagai berikut:
1) Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan,
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan
sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

16
Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,
kelainan jantung, dan ketergantungan obat.
Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.
Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, mata kabur,
kesulitan dalam buang air kecil, hidung tersumbat, gangguan
irama jantung), metabolic (jaundice).
2) Haloperidol (HR/ Resperidone)
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,
kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.
Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak khususnya
system ekstra pyramidal.
Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan
otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut kering, kesulitan
buang air kecil dan buang air besar, hidung tersumbat, mata
kabur)
3) T rihexyphenidyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca
ansefalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat,
misalnya reserpina dan fenotiazine.
Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl,
psikosis berat, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran cerna.
Mekanisme kerja : Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan
trisiklik dan anti kolinergik lainnya.
Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, retensi urine.

17
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Ann Isaacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara keperawatan
yaitu terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga. Terapi aktivitas kelompok
meliputi:
1) Dinamika kelompok adalah kekuatan yang bekerja untuk menghasilkan pola
perilaku dalam kelompok.
2) Proses kelompok adalah makna interaksi verbal dan non verbal didalam
kelompok meliputi isi komunikasi, hubungan anatar anggota, pengaturan
tempat duduk, pola atau nada bicara, bahasa dan sikap tubuh serta tema
kelompok untuk stimulasi persepsi: harga diri rendah yaitu identifikasi hal
positif pada diri dan melatih positif pada diri.
Sedangkan untuk terapi keluarga meliputi:
1) Terapi keluarga adalah membantu individu dalam keluarga agar tidak
didominasi oleh reaktivitas emosi dan untuk mencapai tingkat diferensiasi diri
yang lebih tinggi.
2) Terapi structural adalah mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi
keluarga untuk memodifikasi posisi setiap anggota keluarga di dalam
kelompok.
3) Terapi interaksional adalah mengidentifikasi hukum yang tidak terlihat dan
tidak terucap yang mengatur hubungan keluarga dan menggunakan teori
komunikasi untuk meningkatkan parbaikan hubungan.
4) Peran perawat pada terapi keluarga adalah mengajarkan pada keluarga tentang
penyakit, sumber daya dan program pengobatan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
meningkatkan fungsi keluarga.

5. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Budi Anna, Keliat, (2005) implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi sering
kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

18
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat perlu
mamvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang
diperlukan untuk kelaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah
tindakan aman bagi klien. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan,
perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta ynag diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan beserta respon klien.
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memnuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:
a. Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
oleh perawat tanpa petunjuk dan perinah dari dokter atau tenaga ksehatan
lainnya. Tipe dari aktifitas yang dilaksanakan perawat secar independen
didefinisikan berdasarkan diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut
merupakan suatu respon dimana perawat mempunyai kewenangan untuk
melakukan tindakan keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Tipe tindakan independen dikategorikan menjadi 4 yaitu
tindakan diagnostic, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan
merujuk.
b. Interdependen
Tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yangn memerlukan suatu
kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli fisioterapi, ahli
laboratorium, dan dokter.
c. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilaksanakan.

19
Adapun strategi pelaksanaan tindakn keperawatn untuk klien dengan harga
diri rendah yaitu:
a. SP I pasein:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien.
5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b. SP II pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
c. SP I keluarga:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien berserta proses terjadinya.
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
d. SP II keluarga:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga
diri rendah.
e. SP III keluarga:
1) Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum
obat(dischargc planning)
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

20
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan ( Nursalam 2001 hal 71 ).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
keperawatan yaitu :
a. Evaluasi proses formatif
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan. Evaluasi proses harus di laksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan di laksanakan untuk membantu ke efektifan terhadap tindakan.
Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di
tentukan tercapai.
b. Evaliasi hasil sumatif
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini di laksanakan
pada akhir tindakan secara paripurna. Adapun metode pelaksanaan evaluasi
sumatif terdiri dari interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan,
dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Evaluasi sumatif bisa menjadi
suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakaan yang telah
diberikan.
Evaluasi askep adalah penilaian respon klien semem tara/setelah tindakan
keperawatan di laksanakan metode evaluasi adalah mengidentifikasi data subjek
dan objek. Sebagai hasil respon klien setelah tindakan keperawatan di lakukan.

21
Terapi aktivitas kelompok (TAK)
TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Topik : Harga diri rendah


Terapis : Mahasiswa praktikan
Sasaran : 
Bangsal :

Kriteria pasien
 Klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
 Sehat secara fisik
 Kooperatif
1. Leader  :
Bertugas :
 Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
 Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
 Menetapkan jalannya tata tertib
 Menjelaskan tujuan diskusi
 Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut .
 Kontrak waktu
 Menimpulkan hasil kegiatan
 Menutup acara
2. Co leader
Bertugas :
 Mendampingi leader jika terjadi bloking
 Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

22
3. Observer
Bertugas :
 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
 Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
 Mengobservasi perilaku pasien
4. Vasilitator
Bertugas :
 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
 Mendampingi peserta  TAK
 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas :
 Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
6. Operator
Bertugas : mengoperasikan alat 

Uaraian seleksi kelompok


a. Hari/ tanggal  :
b. Tempat pertemuan :
c. Waktu :
d. Lamanya :  45 menit
e. Kegiatan : Terapi aktivitas kelompok harga diri rendah
f. Jumlah anggota :
g. Jenis TAK : Harga diri rendah

23
TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH
Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri

Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan .
2. Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya .
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1. Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK .
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK .
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah .
b. Membuat kontrak dengan klien .
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan .
2. Orientasi
a. Salam terapiutik 
1) Salam dan terapis pada klien .
2) perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ) .
3) menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama) .
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini .
c. Kontrak

24
1) Terapis menjalankan tujuan kegiatan ,yaitu bercakap – cakap tentang
hal positif diri sendiri .
2) Terapis menjalaskan aturan main berikut .
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin
kepada terapis .
Lama kegiatan 45 menit .
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai .
3) Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan serta memakai papan nama .
b) Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien .
c) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
d) Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e) Terapis membagikan kertas yang kedua
f) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri
sendiri : kemampuan yang dimiliki ,kegiatan yang biasa
dilakukan dirumah dan dirumah sakit
g) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah
ditulis secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan
bergiliran .
h) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertulis
c) Kontrak yang akan datang

25
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif
diri yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah
sakit dan dirumah .Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja
. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK .
Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenagkan dan aspek
positif ( kemampuan yang dimiliki ) . Formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi 1
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
 dan hal positif diri sendiri

N Nama Menulis pengalaman yang Menulis hal positif


No klien tidak menyenangkan diri sendiri
1
2
3

Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda √ jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu .
Dokumentasi

26
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien . Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi
harga diri rendah . Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan hal positif diri . Anjurkan klien menulis
kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement ( pujian ) .

Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri

Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan .
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih .
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih .
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih .
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih .
3. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik

27
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evalauasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini .
2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien .
c. Kontrak
1) terapis menjeleskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif pada
klien .
2) terapis menjelaskan aturan main berikut .
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis
lama kegiatan 45 menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
b) terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard .
c) terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard
. Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih .
d)   terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang
dipilih dengan cara berikut .
terapis memperagakan
klien memperagakan ulang
berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien .
e) Kegaiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk kemampuan/
kegiatan yang berbeda .
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK .
terapis memberikan pujian kepada kelompok .

28
b) Tindak lanjut
terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari - hari
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain .
Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai
dilatih .
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja . Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
. untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 2 ,kemampuan klien yang
diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang akan dilatih dan
memperagakannya . Formulir evaluasi sebagai berikut .

Sesi 2
Stimulasi persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif

N Nama Membaca Memilih satu hal Memperagakan


No klien daftar hal positif yang akan kegiatan positif
positif dilatih

Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama .

29
2. untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal
positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan
kegiatan positif tersebut . Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika
klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien . Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi
persepsi : harga diri rendah . Klien telah melatih merapikan tempat tidur .
Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian .

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan
menarik diri secara sosial. Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yag tidak realistis.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan pembaca dapat
menerapkan isi dari makalah ini tentang “harga Diri Rendah”. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah
saya yang selanjutnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:


Jakarta.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:


Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:


Jakarta.

Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed.


St Louis.  Mosby Year Book. 2001.

Towsend, M.C. (1998) Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


PsikiatriUntuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC

Yosep, Iyus.2010.Keperawatan Jiwa(edisi revisi).PT. Rafika Aditama.

http://www.kapukonline.com/2011/09/askepasuhankeperawatanjiwahargadiriren
d.html

http://sichesse.blogspot.com/2012/04/rencana-keperawatan-harga-diri-
rendah.html

32

Anda mungkin juga menyukai