Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DESAIN STUDI KOHORT


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Epidemiologi Intermediatte
Dosen Pengampu Prof. Dr. dr. SudartoRonoatmodjo, S.K.M., MSc

Disusun Oleh:
Fransiska Yuniati Demang
NPM: 1506786195

PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
DESAIN STUDI KOHORT

DEFINISI STUDI KOHORT


Studi kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara factor risiko dan efek
(penyakit/masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan factor
risiko. Kemudian mengikuti sepanjang suatu periode waktu tertentu untuk melihat berapa banyak
subyek dalam masing-masing kelompok mengalami efek (penyakit/masalah kesehatan). Pada
awal penelitian, subyek harus terbebas dari penyakit yang diteliti. Pada studi kohort, factor risiko
diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian subyek diikuti sampai periode tertentu untuk melihat
terjadinya efek atau penyakit yang diteliti pada kelompok subyek dengan factor risiko dan tanpa
factor risiko. Hasil pengamatan/penelitian dianalisis dengan teknik tertentu sehingga dapat
disimpulkan apakah ada hubungan antara factor risiko dengan kejadian penyakit atau efek yang
terjadi (Nugrahaeni,D.K , 2012)
Penelitian kohort merupakan penelitian epidemiologis analitis non eksperimental yang
didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam satu jangka waktu tertentu.
Kelompok kohort adalah sekelompok penduduk yang memiliki persamaan dalam hal tertentu dan
merupakan kelompok yang diamati sampai batas waktu tertentu. Dalam epidemiologi, subjek
dalam studi kohort dipilih berdasarkan beberapa karakteristik tertentu yang dianggap sebagai
faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu. Pada dasarnya studi kohort
didasarkan pada pertanyaan "apa yang akan terjadi?" sehingga dengan demikian pengamatan ini
bersifat prospektif (Iswandi, 2009).
Kelompok penduduk yang diamati/diteliti (kelompok kohort) merupakan kelompok
penduduk dengan dua kategori tertentu yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar terhadap
factor yang dicurigai sebagai factor risiko atau penyebab. Pada awal penelitian, semua anggota
kelompok kohort harus bebas / tidak menderita penyakit atau mengalami gangguan kesehatan
yang sedang diteliti, artinya semua yang menderita atau yang dicurigai menderita
penyakit/out put yang akan diteliti harus dikeluarkan dari kelompok kohort (Iswandi, 2009).
Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat deskriptif maupun analitis. Kohort deskriptif
adalah pengamatan kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan insidensi atau akibat yang
terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan pengamatan kohort analitis bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor
risiko (efek keterpaparan) dengan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi
selama/setelah waktu pengamatan. Sesuai dengan sifat pengamatannya, studi kohort disebut
juga sebagai follow up study, atau longitudinal prospective study. Dalam merancang studi kohort
analitis, peneliti harus menetapkan hipotesis penelitian serta menentukan faktor-faktor risiko
yang akan diamati, hasil kejadian atau hasil luaran (penyakit atau gangguan kesehatan) yang
diharapkan terjadi, serta lamanya waktu pengamatan.

BENTUK - BENTUK STUDI KOHORT


Studi kohort pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni kohort
prospektif dan kohort retrospektif. Berikut akan dijelaskan perbedaan antara keduanya:
1. Kohort Prospektif
Studi kohort akan disebut prospektif apabila factor risiko atau factor penelitian dikur
pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk melihat kejadian penyakit dimasa
yang akan datang.
Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohort yang murni sesuai dengan
sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohor belum mengalami akibat yang diteliti
dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang tidak terpapar. Bentuk ini
terdiri atas 2 jenis, yaitu:
a. Kohort prospektif dengan pembanding internal, dimana kelompok yang terpapar dan
yang tidak terpapar (sebagai kelompok pembanding atau control) berasal dari satu
populasi yang sama.
Pada bentuk ini populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang terpapar
dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok tersebut
diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan muncul dari
kelompok terpapar dua sub kelompok yakni sub kelompok yang mengalami
akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan dari kelompok
yang tidak terpapar akan muncul juga dua sub kelompok yakni yang mengalami
akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).
Dari hasil pengamatan kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden
kejadian dari kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang
tidak terpapar dan kemudian dapat dihitung; angka resiko /elative hasil pengamatan.
Kerangka Konsep Studi Prospektif dengan Pembanding Internal

a c Kelompok
yang
menderita

b
Kelompok
Populasi yang tidak
kohort d menderita

Keterangan:
: terpapar (ada factor risiko)

: Tidak terpapar (tanpa factor risiko)

b. Kohort prospektif dengan pembanding eksternal, dimana kelompok terpapar dan kelompok
pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.
Bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi
yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan
populasi lainnya tanpa faktor risiko.

Kerangka Konsep Studi Prospektif dengan Pembanding Eksternal

a
terpa (menderita
par
b (tidak
menderita)
C (menderita)
Tidak
terpap
ar d (tidak
Populasi kohort waktu menderita)
penelitian dimulai Hasil Pengamatan waktu
penelitian selesai
2. Kohort Retrospektif
Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini,
pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini
adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati adalah
faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan
demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang factor
risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan
efek yang ditemukan pada awal pengamatan.
Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang
penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya
dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak
bekerja pada perusahan yang dimaksud.
Kerangka Konsep Studi Kohort Retrospektif

Ada Tidak menderita


factor
Pegawai risiko Menderita
perusaha
Tidak ada
factor Tidak Menderita
risiko

Waktu
Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohort
Penelitian
retrospektif,namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya
terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga
sangat ditentukanoleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu.

MEMILIH KELOMPOK TERPAPAR DAN TIDAK TERPAPAR


Pada studi kohort harus diperhatikan kelompok yang akan kita jadikan penelitian, baik pada
kelompok terpapar ataupun kelompok tidak terpapar.
1. Kelompok terpapar
Pemilihan kelompok terpapar yang berasal dari populasi umum memungkinkan peneliti
mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat dari subyek penelitian. Populasi umum
merupakan pilihan yang tepat pada beberapa keadaan seperti:
a. Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi
b. Batas geografik jelas
c. Secara demografik stabil
d. Ketersediaan catatan demografi lengkap dan up to date
Selain populasi umum, kita dapat menggunakan populasi khusus. Populasi khusus
merupakan pilihan alternative pada keadaan apabila prevalensi paparan dan kejadian
penyakit pada populasi umum rendah dan adanya kemudahan untuk memperoleh informasi
yang akurat.
2. Kelompok tidak terpapar
Kelompok tidak terpapar dapat dipilih dari populasi yang sama dengan populasi tidak
terpapar. Kelompok tidak terpapar juga dapat dipilih dari populasi yang bukan populasi asal
kelompok terpapar, tetapi harus dipastikan kedua populasi harus sama dalam hal factor-faktor
yang merancukan penilaian hubungan antara paparan dengan penyakit yang sedang diteliti.
Kelemahan menggunakan populasi umum adalah derajat kesehatan yang berbeda, data
kependudukan, kesehatan dan catatan medic pada populasi umum tidak seakurat populasi
khusus.

TEKNIK PELAKSANAAN

Untuksistematis
suatu
yang melaksanakan
studi
dianjurkan
persiapan
memudahkan kohor,
disertai
melakukan
pelaksanaannya. dengan
untuk
Untuk melaksanakan suatu studi kohort, diperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Menetapkan kelompok yang akan diteliti
Langkah pertama teknik pelaksanaan studi kohort adalah menetapkan kelompok yang akan
diteliti. Pada penelitian dengan studi kohort, kelompok yang akan diteliti adalah kelompok
yang mengalami factor risiko dan kelompok yang tidak mengalami factor risiko penelitian
2. Menetapkan besarnya sampel
Besar sampel yang digunakan dalam studi kohort dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sampel dibawah ini:
Keterangan:
N = Besar sampel minimal
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 – α
Z = 1,64 untuk derajat kepercayaan 90%
1,96 untuk derajat kepercayaan 95%
2,58 untuk derajat kepercayaan 99%
Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β
Z = 1,28 untuk kekuatan uji 90 %
1,64 untuk kekuatan uji 95%
2,33 untuk kekuatan uji 99%
P1 = proporsi yang terkena penyakit pada kelompok terpapar
P2 = proporsi yang terkena penyakit pada kelompok tidak terpapar

Sebelum menghitung jumlah sampel minimal dengan menggunakan rumus ditas, P1 dicari
dengan menggunakan rumus: P1 = RR.P2 . Sementara RR dan P2 dapat dihitung dari hasil
proporsi subyek yang terkena penyakit /efek pada kelompok terpapar berdasarkan penelitian
yang telah ada sebelumnya. P2 dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut (berdasarkan
table 2x2 berikut):
c
¿
P2 c+ d

Tabel Kontingensi 2x2


Faktor Risiko Penyakit Total
Ya Tidak
Faktor Risiko (+) a b a+b
Faktor Risiko (-) c d c+d
Total a+c b+d a + b + c+ d = N
P adalah rata-rata subyek terpapar pada kelompok kasus dan control dengan perhitungan

P 1+P 2
sebagai berikut: P = 2
3. Pengambilan data dan Pencatatan
Kedua kelompok yang telah ditetapkan yaitu kelompok terpapar dan tidak terpapar,
kemudian diikuti selama jangka waktu tertentu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
dalam penelitian. Selanjutnya, lakukan pencatatan semua keterangan yang telah diperoleh
sesuai tujuan penelitian.
4. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian
Setelah semua data hasil penelitian diperoleh, yaitu data kejadian penyakit yang dialami
kelompok terpapar dan tidak terpapar, dilakukan pengolahan data agar data dapat ditangani
dengan mudah meliputi kegiatan editing, scoring, coding, processing, dan cleaning. Setelah
semua data diperoleh, data dapat disajikan dalam bentuk tabel (tabel kontingensi 2x2).
Setelah data diolah , dilakukan analisis data baik secara univariat, bivariat, maupun
multivariate. Untuk menilai apakah paparan (factor penelitian) yang dialami subyek sebagai
penyebab timbulnya penyakit, dilkukan uji kemaknaan dengan menggunakan uji statistic
yang sesuai. Keputusan uji statitik dapat dicari dengan menggunakan pendekatan klasik atau
secara probabilistic.
Pada desain kohort, kita dapat menghitung besarnya risiko yang dihadapi kelompok
terpapar untuk terkena penyakit. Untuk menilai besarnya risiko terjadinya penyakit pada
kelompok terpapar dapat digunakan perhitungan yang meliputi RR (relative risk) dan risiko
atribut (attribute risk).
Risiko relative (relative risk, RR) adalah perbandingan antara insidensi penyakit yang
muncul dalam kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang muncul dalam kelompok tidak
terpapar. Berdasarkan tabel 2x2, kita dapat menghitung rumus RR:
a
a+b
RR=
c
c+ d

RR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki,
misalnya interval kepercayaan 95%. Interpretasi hasil RR adalah:
a. Jika nilai RR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai factor risiko tidak ada pengaruh
dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bukan sebagai factor risiko terjadinya efek
(penyakit / masalah kesehatan).
b. Jika nilai RR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, bebrarti
variabel tersebut sebagai factor risiko terjadinya efek (penyakit / masalah kesehatan).
c. Jika nilai RR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti
faktor yang kita teliti merupakan factor protektif untuk terjadinya efek.
d. Jika nilai interval kepercayaan RR mencakup nilai 1, maka berarti mungkin nilai RR = 1,
sehingga belum dapat disimpulkan bahwa factor yang kita teliti sebagai factor risiko atau
factor protekif.

Risiko atribut (attributable risk, AT) adalah selisih antara insidensi penyakit yang
diderita kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang diderita kelompok tidak terpapar.
Berdasarkan tabel 2x2, kita juga dapat menghitung attributable risk.

AT = ( a+ba )−( c+c d )


LAJU INSIDENSI
Dalam studi kohort, dapat dihitung laju insidensi (incidence dencity), yaitu kecepatan
kejadian baru penyakit pada populasi. Rumus menghitung laju insidensi adalah:
Jumlah kasus baru penyakit
Laju Insidensi=
Jumlah orang berisiko x lama waktu berisiko

Contoh:
Suatu studi berminat meneliti kecepatan insiden HIV-AIDS pada anggota suatu klub di Jakarta.
Pada pengamatan yang dilakukan antara Januari 2001 sampai akhir tahun 2002, didapatkan data
sebagai berikut:
1. Kelompok A.
Pada kelompok A, sebanyak 20 orang mulai menjadi anggota pada tgl. 1 Januari 2001 dan
berhenti (mendapatkan penyuluhan tentang HIV-AIDS yang efektif) pada tgl. 31 Desember
2002 tanpa pernah menderita HIV-AIDS
2. Kelompok B
Pada kelompok B, sebanyak 10 orang mulai menjadi anggota pada tgl. 1 Januari 2001 dan
menjadi positif HIV-AIDS pada tgl. 31 Januari 2002
3. Kelompok C
Pada kelompok C, sebanyak 5 orang mulai menjadi anggota pada tgl. 31 Juli 2001 dan
berhenti pada 1 Juli 2002 karena positif HIV
4. Kelompok D
Pada kelompok D, sebanyak 5 orang mulai menjadi anggota tgl. 1 Januari 2001 dan berhenti
tgl. 1 Juli 2002 karena meninggal.
Bagaimana menghitung kecepatan kejadian HIV positif pada kelompok diatas, sehingga pada
tahap selanjutnya kita dapat membandingkan kejadian HIV positif lebih cepat daripada populasi
yang berperilaku seksual baik?
Untuk menghitung laju insidensi, perlu menghitung denominator yaitu orang x waktu berisiko
pada masing-masing individu atau kelompok. Apabila interval waktu yang dipilih adalah bulan
maka orang x bulan dalam risiko dapat dilihat pada uraian berikut:
1 jan 2001 31 Jul 2001 31 jan 2002 1 Jul 2002 31 Des 2002 Orang x bulan berisiko
Keterangan: >, awal follow up; + meninggal; --, waktu yang dijalani ; *, menjadi sehat; x,
menjadi sakit.
Dengan demikian, laju insidensi positif HIV dapat dihitung sbb:
15 kasus
ID=
755 orang bulan

= 0,021 per orang per bulan


= 2 positif HIV per 100 orang/bulan
Jadi, kecepatan insidensi adalah 2 orang positif HIV dari 100 orang terpapar selama sebulan
CONTOH PENELITIAN KOHORT
Suatu penelitian kohort ingin mengetahui hubungan antara merokok dan kemungkinan menderita
kanker paru.
Merokok Penyakit Total
Ya Tidak
Ya 300 10 310
Tidak 20 600 620
Total 320 610 939

RR = 300 / 320
20 / 620
RR = 30
Hal ini berarti, orang yang merokok akan mengalami kemungkinan menderita kanker paru 30
kali lebih besar daripada orang yang tidak merokok, pada contoh diatas, resiko atributnya adalah:
AT= (300/310) – (20/620) = 0,965 (965 0/00)
Hal ini berarti, dari 1000 orang yang merokok, akan ditemukan 965 orang diantaranya menderita
kanker paru karena rokok

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DESAIN KOHORT


1. Kelebihan desain kohort
a. Suatu studi populasi menarik yang berada di lingkungan industri atau tempat kerja
memberikan akses yang mudah menuju subyek dan catatan mereka
b. Jumlah sampel yang dibutuhkan banyak sehingga menghasilkan temuan yang solid dan
dapat dipercaya
c. Pengambilan sampel lebih mudah dilakukan pada populasi yang besar sehingga lebih
banyak sampel yang mewakili dapat diperoleh
d. Status penyakit atau factor risiko tertentu dapat dijadikan target dan dikaji lebih dalam
e. Studi kohort membuktikan hubungan sebab akibat karena unsure rentang waktunya
f. Besarnya risiko dapat dilihat dalam hubungan sebab akibat antara factor risiko dan
kelompok studi
g. Angka minimum dapat ditetapkan untuk mengembangkan dan menerapkan program
pengendalian, pencegahan, dan promosi kesehatan
h. Angka minimum dapat ditetapkan untuk pelaksanaan studi di masa depan
i. Informasi dan batasan dasar tentang prevalensi penyakit, kondisi, atau factor risiko dapat
diperlihatkan
j. Data tentang kasus baru yang memerlukan intervensi, perlakuan, atau control dapat
ditemukan
k. Jumlah atau proporsi kasus yang dapat dicegah atau dikontrol saat pemajanan terhadap
agen atau factor risiko dapat teridentifikasi
l. Tanggapan dan informasi yang tidak akurat berkurang karena tidak mengandalkan
memori atau ingatan
m. Berbagai variabel pengganggu dapat diestimasi, dikaji dan dikendalikan
n. Factor seleksi sampel dapat diminimumkan karena setiap orang diamati selama beberapa
waktu, baik yang terkena maupun tidak terkena penyakit ; rentan dan terpajan.
2. Kelemahan desain kohort
a. Biasanya membutuhkan populasi studi yang besar, yang tidak mudah ditemukan atau
dijangkau
b. Karena kelompok-kelompok yang besar dibutuhkan sebagai populasi studi, biaya yang
dikeluarkan untuk penelitian cukup tinggi
c. Individu yang mundur dari studi selalu menjadi masalah
d. Masuknya variabel yang samara tau tak terduga pada populasi studi dapat mengubah
atau mempengaruhi hasil seiring perjalanan waktu.
e. Populasi studi sering kali bukan merupakan populasi umum, dan hasil yang diperoleh
tidak mudah diterapkan secara luas pada populasi umum.
f. Hasil studi terbatas karena studi terfokus pada penyakit, kondisi, factor risiko atau
pajanan tertentu
g. Control tidak mudah diterapkan dalam studi kohort
h. Perolehan dan penahanan partisipan studi merupakan hal yang paling sulit berkaitan
dengan komitmen jangka panjang terhadap studi dan tindak lanjut.
i. Diperlukan banyak waktu, usaha, dan koordinasi dalam studi kohort
j. Analisis data harus diatur, dan system serta teknik pengumpulan data harus disusun
dalam cara yang dapat diandalkan dan konsisten.
KESIMPULAN

Rancangan penelitian kohort adalah sebuah rancangan penelitian dimana peneliti


mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dan tidak terpapar, kemudian
diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidak efek atau penyakit yang timbul. Kohort
bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan dengan penyakit dengan membandingkan
kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Jenis penelitian kohort yaitu kohort prospektif dan kohort retrospektif. Kelebihan
penelitian sesuai dengan logika studi eksperimental, Dapat menghitung besarnya risiko, meneliti
paparan yang langka, mempelajari beberapa efek, terhindar dari bias seleksi dan bias recall, tidak
ada subjek sengaja dirugikan, menghitung laju insiden , Hubungan sebab akibat lebih jelas dan
meyakinkan. Kelemahan dari penelitian kohort dana banyak dan waktu lama,Tidak efisien untuk
penyakit yang jarang dapat kehilangan subjek, tidak dapat meneliti paparan lain, retrospektif
butuh catatan yang lengkap dan akurat. Pelaksanaan terdiri dari menentukan kelompok yang
diteliti, Penetapan sampel, Pengambilan data dan pencatatan :, Pengolahan dan analisis data hasil
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Iswandi. (2009). Penelitian Kohort. https://ml.scribd.com/doc/23021321/Penelitian-Kohort. Diakses


Tgl. 15 November 2015
Nugrahaeni,D.K (2012). Konsep Dasar Epidemiologi. EGC: Jakarta
Timmreck, T. (2004). Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. EGC: Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan rahmat
serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Ujian
Tengah Semester mata kuliah Epidemiologi Intermediet tanpa halangan apapun. Harapan dalam
penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ini, juga agar bermanfaat
bagi siapapun yang membaca makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu
saya sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang konstruktif dan inspiratif dari semua
pihak sehingga dapat menambah wawasan dan sebagai evaluasi diri dalam penyusunan makalah
saya selanjutnya.

Depok, November 2015

Penulis

Anda mungkin juga menyukai