Disusun Oleh:
Fransiska Yuniati Demang
NPM: 1506786195
a c Kelompok
yang
menderita
b
Kelompok
Populasi yang tidak
kohort d menderita
Keterangan:
: terpapar (ada factor risiko)
b. Kohort prospektif dengan pembanding eksternal, dimana kelompok terpapar dan kelompok
pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.
Bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi
yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan
populasi lainnya tanpa faktor risiko.
a
terpa (menderita
par
b (tidak
menderita)
C (menderita)
Tidak
terpap
ar d (tidak
Populasi kohort waktu menderita)
penelitian dimulai Hasil Pengamatan waktu
penelitian selesai
2. Kohort Retrospektif
Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini,
pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini
adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati adalah
faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan
demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang factor
risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan
efek yang ditemukan pada awal pengamatan.
Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang
penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya
dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak
bekerja pada perusahan yang dimaksud.
Kerangka Konsep Studi Kohort Retrospektif
Waktu
Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohort
Penelitian
retrospektif,namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya
terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga
sangat ditentukanoleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu.
TEKNIK PELAKSANAAN
Untuksistematis
suatu
yang melaksanakan
studi
dianjurkan
persiapan
memudahkan kohor,
disertai
melakukan
pelaksanaannya. dengan
untuk
Untuk melaksanakan suatu studi kohort, diperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Menetapkan kelompok yang akan diteliti
Langkah pertama teknik pelaksanaan studi kohort adalah menetapkan kelompok yang akan
diteliti. Pada penelitian dengan studi kohort, kelompok yang akan diteliti adalah kelompok
yang mengalami factor risiko dan kelompok yang tidak mengalami factor risiko penelitian
2. Menetapkan besarnya sampel
Besar sampel yang digunakan dalam studi kohort dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sampel dibawah ini:
Keterangan:
N = Besar sampel minimal
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 – α
Z = 1,64 untuk derajat kepercayaan 90%
1,96 untuk derajat kepercayaan 95%
2,58 untuk derajat kepercayaan 99%
Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β
Z = 1,28 untuk kekuatan uji 90 %
1,64 untuk kekuatan uji 95%
2,33 untuk kekuatan uji 99%
P1 = proporsi yang terkena penyakit pada kelompok terpapar
P2 = proporsi yang terkena penyakit pada kelompok tidak terpapar
Sebelum menghitung jumlah sampel minimal dengan menggunakan rumus ditas, P1 dicari
dengan menggunakan rumus: P1 = RR.P2 . Sementara RR dan P2 dapat dihitung dari hasil
proporsi subyek yang terkena penyakit /efek pada kelompok terpapar berdasarkan penelitian
yang telah ada sebelumnya. P2 dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut (berdasarkan
table 2x2 berikut):
c
¿
P2 c+ d
P 1+P 2
sebagai berikut: P = 2
3. Pengambilan data dan Pencatatan
Kedua kelompok yang telah ditetapkan yaitu kelompok terpapar dan tidak terpapar,
kemudian diikuti selama jangka waktu tertentu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
dalam penelitian. Selanjutnya, lakukan pencatatan semua keterangan yang telah diperoleh
sesuai tujuan penelitian.
4. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian
Setelah semua data hasil penelitian diperoleh, yaitu data kejadian penyakit yang dialami
kelompok terpapar dan tidak terpapar, dilakukan pengolahan data agar data dapat ditangani
dengan mudah meliputi kegiatan editing, scoring, coding, processing, dan cleaning. Setelah
semua data diperoleh, data dapat disajikan dalam bentuk tabel (tabel kontingensi 2x2).
Setelah data diolah , dilakukan analisis data baik secara univariat, bivariat, maupun
multivariate. Untuk menilai apakah paparan (factor penelitian) yang dialami subyek sebagai
penyebab timbulnya penyakit, dilkukan uji kemaknaan dengan menggunakan uji statistic
yang sesuai. Keputusan uji statitik dapat dicari dengan menggunakan pendekatan klasik atau
secara probabilistic.
Pada desain kohort, kita dapat menghitung besarnya risiko yang dihadapi kelompok
terpapar untuk terkena penyakit. Untuk menilai besarnya risiko terjadinya penyakit pada
kelompok terpapar dapat digunakan perhitungan yang meliputi RR (relative risk) dan risiko
atribut (attribute risk).
Risiko relative (relative risk, RR) adalah perbandingan antara insidensi penyakit yang
muncul dalam kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang muncul dalam kelompok tidak
terpapar. Berdasarkan tabel 2x2, kita dapat menghitung rumus RR:
a
a+b
RR=
c
c+ d
RR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki,
misalnya interval kepercayaan 95%. Interpretasi hasil RR adalah:
a. Jika nilai RR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai factor risiko tidak ada pengaruh
dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bukan sebagai factor risiko terjadinya efek
(penyakit / masalah kesehatan).
b. Jika nilai RR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, bebrarti
variabel tersebut sebagai factor risiko terjadinya efek (penyakit / masalah kesehatan).
c. Jika nilai RR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti
faktor yang kita teliti merupakan factor protektif untuk terjadinya efek.
d. Jika nilai interval kepercayaan RR mencakup nilai 1, maka berarti mungkin nilai RR = 1,
sehingga belum dapat disimpulkan bahwa factor yang kita teliti sebagai factor risiko atau
factor protekif.
Risiko atribut (attributable risk, AT) adalah selisih antara insidensi penyakit yang
diderita kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang diderita kelompok tidak terpapar.
Berdasarkan tabel 2x2, kita juga dapat menghitung attributable risk.
Contoh:
Suatu studi berminat meneliti kecepatan insiden HIV-AIDS pada anggota suatu klub di Jakarta.
Pada pengamatan yang dilakukan antara Januari 2001 sampai akhir tahun 2002, didapatkan data
sebagai berikut:
1. Kelompok A.
Pada kelompok A, sebanyak 20 orang mulai menjadi anggota pada tgl. 1 Januari 2001 dan
berhenti (mendapatkan penyuluhan tentang HIV-AIDS yang efektif) pada tgl. 31 Desember
2002 tanpa pernah menderita HIV-AIDS
2. Kelompok B
Pada kelompok B, sebanyak 10 orang mulai menjadi anggota pada tgl. 1 Januari 2001 dan
menjadi positif HIV-AIDS pada tgl. 31 Januari 2002
3. Kelompok C
Pada kelompok C, sebanyak 5 orang mulai menjadi anggota pada tgl. 31 Juli 2001 dan
berhenti pada 1 Juli 2002 karena positif HIV
4. Kelompok D
Pada kelompok D, sebanyak 5 orang mulai menjadi anggota tgl. 1 Januari 2001 dan berhenti
tgl. 1 Juli 2002 karena meninggal.
Bagaimana menghitung kecepatan kejadian HIV positif pada kelompok diatas, sehingga pada
tahap selanjutnya kita dapat membandingkan kejadian HIV positif lebih cepat daripada populasi
yang berperilaku seksual baik?
Untuk menghitung laju insidensi, perlu menghitung denominator yaitu orang x waktu berisiko
pada masing-masing individu atau kelompok. Apabila interval waktu yang dipilih adalah bulan
maka orang x bulan dalam risiko dapat dilihat pada uraian berikut:
1 jan 2001 31 Jul 2001 31 jan 2002 1 Jul 2002 31 Des 2002 Orang x bulan berisiko
Keterangan: >, awal follow up; + meninggal; --, waktu yang dijalani ; *, menjadi sehat; x,
menjadi sakit.
Dengan demikian, laju insidensi positif HIV dapat dihitung sbb:
15 kasus
ID=
755 orang bulan
RR = 300 / 320
20 / 620
RR = 30
Hal ini berarti, orang yang merokok akan mengalami kemungkinan menderita kanker paru 30
kali lebih besar daripada orang yang tidak merokok, pada contoh diatas, resiko atributnya adalah:
AT= (300/310) – (20/620) = 0,965 (965 0/00)
Hal ini berarti, dari 1000 orang yang merokok, akan ditemukan 965 orang diantaranya menderita
kanker paru karena rokok
DAFTAR PUSTAKA
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan rahmat
serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Ujian
Tengah Semester mata kuliah Epidemiologi Intermediet tanpa halangan apapun. Harapan dalam
penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ini, juga agar bermanfaat
bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu
saya sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang konstruktif dan inspiratif dari semua
pihak sehingga dapat menambah wawasan dan sebagai evaluasi diri dalam penyusunan makalah
saya selanjutnya.
Penulis