PENDAHULUAN
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus
urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme
dari dalam tubuh. Fungsi ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai ultrafiltrasi
yaitu proses ginjal dalam menghasilkan urine, keseimbangan elektrolit,
pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis yaitu fungsi ginjal dalam
produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan
fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik dan toksin (Baradewo, 2009).
Chronic kidney disease adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal ireversibel, yang pada suatu derajat memerlukan terapi
pengganti ginjal, berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
Chronic kidney disease merupakan masalah medik yang berdampak sosial dan
ekonomi besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara yang
sedang berkembang yang memiliki sumber terbatas dalam hal pembiayaan (Kher,
2002). Kelainan yang ditemukan dapat terjadi secara struktural akibat kelainan
patologis organ, adanya benda asing, atau adanya kelainan fungsional ginjal
(Lukman, 2009). Perjalanan penyakit ginjal kronik yang progresif akan melewati
fase-fase tertentu yang menggambarkan menurunnya kondisi fungsi ginjal, dari
kondisi paling ringan, sedang atau berat, dan berakhir dengan timbulnya gagal
ginjal terminal atau End-Stage Renal Disease (ESRD) (Maddal, 2011).
Insidensi tahunan chronic kidney disease bervariasi mulai dari 4 per 1 juta
di Bolivia sampai 254 per 1 juta penduduk di Puerto Rico (Kher, 2002). National
Health and Nutrition Examination Survey melaporkan tahun 1988-1994, sebanyak
7,6 juta orang penderita chronic kidney disease berada pada stadium 3 dan
400.000 orang pada stadium 4. Prevalensi stadium 3 dan 4 lebih dari 65 tahun di
Amerika Serikat sebesar 20,6% (Lederer et al., 2007). Di Indonesia, angka
kejadian chronic kidney disease diperkirakan 100 per 1 juta penduduk atau sekitar
20.000 kasus baru dalam setahun. Jumlah kasus baru berdasarkan data di beberapa
pusat nefrologi diperkirakan berkisar 100-150/ 1 juta penduduk, sedangkan
prevalensinya mencapai 200-250/ 1 juta penduduk. Peningkatan ini mungkin
diakibatkan oleh meningkatnya populasi usia tua dan penigkatan prevalensi
obesitas, diabetes, dan hipertensi. (Santoso et al., 2003).
BAB II
LAPORAN KASUS
A.
ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama
Usia
Jenis kelamin
Status
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal periksa
No. CM
: Ny.H
: 65 tahun
: Perempuan
: Menikah
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: Banjarsari Wetan, Sumbang
: 18 April 2014
: 24 April 2014
: 335761
2. Keluhan Utama
3. Keluhan Tambahan
Mual, muntah, bengkak di kaki, sering buang air kecil, pusing, badan
gatal-gatal, nafsu makan berkurang, kepala pusing, leher kaku, diare.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS tanggal 18 april dengan keluhan
badan terasa lemas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Badan
lemas dirasakan semakin lama semakin lemas hingga pasien tidak dapat
melakukan aktivitas dan hanya berbaring dalam 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan lemas sedikit membaik setelah beristirahat, tetapi
setelah melakukan aktifitas sedikit, pasien merasakan lemas kembali.
Selain badan lemas, pasien juga mengeluhkan sering buang air kecil.
Pasien mengakui adanya bengkak pada kaki kira-kira 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah,
sehingga menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Pasien juga
mengeluhkan kepala terasa pusing, leher kaku, diare dan badan terasa
gatal. Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat karena keluhan tersebut.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa
: disangkal
b. Riwayat mondok
: diakui
: disangkal
d. Riwayat hipertensi
: diakui
: diakui
f. Riwayat asma
: disangkal
g. Riwayat alergi
: disangkal
h. Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di Paviliun Supardjo Roestam, 24 April 2014
1. Keadaan umum: Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis / GCS E4M6V5
3. Tanda vital :
Tekanan darah
: 150/90 mmHg
Nadi
: 92 x/ menit
Respirasi
Suhu
BB
TB
4. Status Generalis
: 20 x/ menit
: 36.2 C
: 60 kg
: 160 cm
a) Kepala
Bentuk dan ukuran
: normocephal
b) Mata
c) Telinga
d) Hidung
e) Mulut
f) Tenggorokan
g) Leher
(-)
: bibir kering (-), sianosis (-), darah (-)
: faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
: kelenjar tiroid, submandibula, supra-infra clavicula
dan cervical tidak teraba
5. Status Lokalis
a. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi: iktus kordis tampak di sela iga V LMCS
Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V linea midclavikula
sinsitra, tidak kuat angkat
Perkusi
costovertebrae (-)
Hepar : tidak teraba
Lien
: tidak teraba
6. Ekstremitas:
Ekstremitas
superior
Ekstremitas
inferior
Dextra
Sinistr
a
Dextra
Sinistra
Edema
Sianosis
Reflek fisiologis
Reflek patologis
7. Status Vegetative
BAB (+), BAK (+), Flatus (+)
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Tanggal 18 April 2014
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
L 8,2
g/dl
14,0 18,0
Leukosit
5500
/L
4800- 10800
Hematokrit
L 26
42-52
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Eritrosit
L 2,8
106 /L
4,7 6,1
Trombosit
314000
/L
150.000 450.000
MCV
93,1
fL
79,0 99,0
MCH
29,8
Pg
27,0 31,0
MCHC
L 32,0
33 37
RDW
14,0
11,5 14,5
MPV
10,0
fL
7,2 11,1
Hitung Jenis
Basofil
0,2
01
Eosinofil
H 6,2
24
Batang
L 0,4
25
Segmen
52,1
40 70
Limfosit
32,9
25 40
Monosit
H 8,2
28
Kimia Klinik
Ureum Darah
H 111,9
mg/dL
14,98 - 38,52
Kreatinin Darah
H 7,10
mg/dL
0,80 - 1,30
Glukosa sewaktu
90
mg/dL
< = 200
Kalium
H 5,2
mmol/L
3,5 5,1
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
L 10,1
g/dl
14,0 18,0
Leukosit
6840
/L
4800- 10800
Hematokrit
L 31
42-52
Eritrosit
L 3,6
106 /L
4,7 6,1
Trombosit
257000
/L
150.000 450.000
MCV
85,7
fL
79,0 99,0
MCH
28,4
Pg
27,0 31,0
MCHC
33,1
33 37
RDW
H 15,8
11,5 14,5
MPV
9,5
fL
7,2 11,1
Hitung Jenis
Basofil
0,3
01
Eosinofil
H 6,4
24
Batang
L 0,3
25
Segmen
51,8
40 70
Limfosit
35,2
25 40
Monosit
6,0
28
Kimia Klinik
Ureum Darah
H 128,8
mg/dL
14,98 - 38,52
Kreatinin Darah
H 9,36
mg/dL
0,80 - 1,30
Glukosa sewaktu
100
mg/dL
< = 200
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
L 10,5
g/dl
14,0 18,0
Leukosit
5560
/L
4800- 10800
Hematokrit
L 30
42-52
Eritrosit
L 3,6
106 /L
4,7 6,1
Trombosit
269000
/L
150.000 450.000
MCV
82,3
fL
79,0 99,0
MCH
29,1
Pg
27,0 31,0
MCHC
35,4
33 37
RDW
H 15,5
11,5 14,5
MPV
9,9
fL
7,2 11,1
Hitung Jenis
Basofil
0,2
01
Eosinofil
H 5,6
24
Batang
L 0,2
25
Segmen
53,5
40 70
Limfosit
35,6
25 40
Monosit
4,9
28
Kimia Klinik
Ureum Darah
H 65,9
mg/dL
14,98 - 38,52
Kreatinin Darah
H 5,49
mg/dL
0,80 - 1,30
Sero Imunologi
HBSAG
Non reaktif
Non reaktif
Anti HCV
Non reaktif
Non reaktif
2. USG Abdomen
19 Oktober 2013 di RSMS
Kesan :
1) Hepatomegali ringan
2) Ekogenitas kedua ginjal meningkat sama dengan hepar, ukuran masih
normal: Gambaran proses kronis ginjal (Breinbridge 1)
D.
RESUME
1. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSMS tanggal 18 april dengan keluhan
badan terasa lemas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Badan
lemas dirasakan semakin lama semakin lemas hingga pasien tidak dapat
melakukan aktivitas dan hanya berbaring dalam 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan lemas sedikit membaik setelah beristirahat, tetapi
setelah melakukan aktifitas sedikit, pasien merasakan lemas kembali.
Selain badan lemas, pasien juga mengeluhkan sering buang air kecil.
Pasien mengakui adanya bengkak pada kaki kira-kira 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah,
sehingga menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Pasien juga
mengeluhkan kepala terasa pusing, leher kaku, diare dan badan terasa
gatal. Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat karena keluhan tersebut.
2. Pemeriksaan Penunjang
Kimia Klinik 18 April 2014
Ureum Darah
: H 111,9
Kreatini Darah
: H 7,10
: H 128,8
Kreatini Darah
: H 9,36
: H 5,49
DIAGNOSIS KLINIS
-
F.
PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
-
PO Amlodinin 1x10 mg
PO Candisartan 1x8 mg
b. Non Farmakologi
10
G.
Hemodialisa
Bedrest
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patofisiologis
dengan penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal
ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang menetap, yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Penyakit
ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal progresif dan irreversible yang
menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia
yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001).
B. Epidemiologi dan Insidensi
Insidensi tahunan chronic kidney disease bervariasi mulai dari 4 per
1 juta di Bolivia sampai 254 per 1 juta penduduk di Puerto Rico (Kher,
2002). National Health and Nutrition Examination Survey melaporkan
tahun 1988-1994, sebanyak 7,6 juta orang penderita chronic kidney disease
berada pada stadium 3 dan 400.000 orang pada stadium 4. Prevalensi
stadium 3 dan 4 lebih dari 65 tahun di Amerika Serikat sebesar 20,6%
(Lederer et al., 2007). Di Indonesia, angka kejadian chronic kidney disease
diperkirakan 100 per 1 juta penduduk atau sekitar 20.000 kasus baru dalam
setahun. Jumlah kasus baru berdasarkan data di beberapa pusat nefrologi
diperkirakan berkisar 100-150/ 1 juta penduduk, sedangkan prevalensinya
mencapai 200-250/ 1 juta penduduk. Peningkatan ini mungkin diakibatkan
oleh meningkatnya populasi usia tua dan penigkatan prevalensi obesitas,
diabetes, dan hipertensi (Santoso et al., 2003).
Indonesia sendiri belum memiliki sistem registri yang lengkap di
bidang penyakit ginjal, namun di Indonesia diperkirakan 100 per sejuta
penduduk atau sekitar 20.000 kasus baru dalam setahun. chronic kidney
12
13
pada
ekspansi
mesangial,
merupakan
tanda
awal
terjadi
jaringan
parut
yang
tidak
dapat
dirubah
dan
14
dengan
produksi
matriks
ekstraselular
(ECM),
yang
penyakit
yang
mendasarinya.
Pengurangan
masa
ginjal
15
16
17
E. Klasifikasi
Menurut American Journal of Kidney Diseases tahun 2007, derajat penyakit
ginjal kronik diklasifikasikan seperti tertara pada tabel 1:
Tabel 3.2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar Glomerular
Filtration Rate (GFR) atau derajat penyakit (American Journal of Disease,
2007)
Derajat
GFR (ml/min/1,73m2)
90
60 89
30 59
15 29
< 15
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan GFR
normal atau meningkat
Kerusakan ginjal dengan GFR
menurun ringan
Kerusakan ginjal dengan GFR
menurun sedang
Kerusakan ginjal dengan GFR
menurun berat
Gagal ginjal
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari chronic kidney disease meliputi: (1) Sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
infeksi traktus urinarius. (2) Sindrom uremia, seperti lemah, anorekisa,
letargi, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, kejang sampai
koma. (3) Gejala komplikasi seperti hipertensi, anemia, payah jantung,
asidosis metabolik (Suwitra, 2009).
Berdasarkan National Kidney Center tahun 2009, pada chronic kidney
disease didapatkan gejala seperti perubahan buang air kecil, contohnya buang
air kecil lebih sering pada malam hari atau dalam jumlah yang lebih banyak,
urin berbusa, berbuih atau terdapat darah dan kesulitan buang air kecil. Selain
itu juga terdapat pembengkakan, ruam kulit atau gatal, rasa logam di mulut
atau nafas bau ammonia, mual dan muntah, pusing, sesak napas, kelelahan
dan dingin yang diakibatkan oleh keadaan anemia.
Tanda dan gejala (Soenarso,2004):
a. Gangguan pada sistem pencernaan
1) Tidak ada nafsu makan, mual hingga muntah-muntah. Ini terjadi
karena gangguan metabolisme tubuh. Akibat fungsi ginjal terganggu,
18
G. Penegakan Diagnosis
Diagnosis
19
20
H. Penatalaksanaan
Rencana penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya
menurut Suwitra dalam Sudoyo (2006) antara lain:
bertujuan
untuk
mengurangi
yang
tidak
terkendali
dapat
bahwa
memepercepat
22
jam
Kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal
timbulnya
meningkatnya
beban
glomerulosklerosis
kerja
glomerulus
sebagai
akibat
dan
fibrosis
23
I. Komplikasi
Pada keadaan penyakit ginjal kronik derajat 3, kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi yaitu hiperfosfatemia, hipokalsemia, anemia,
hiperparatiroid, hipertensi dan hiperhomosistinemia. Pada penurunan GFR
berat kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi seperti malnutrisi, asidosis
metabolik, cenderung hiperkalemia dan dislipidemia. Sedangkan pada
25
penyakit ginjal kronik derajat 3, dimana sudah terdapat keadaan gagal ginjal,
komplikasi yang dapat terjadi yaitu gagal jantung dan uremia (Suwitra, 2009).
Tabel 3.4 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik
26
J. Prognosis
Penyakit ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, sehingga prognosis jangka
panjangnya buruk, kecuali bila dilakukan transplantasi ginjal. Penatalaksanaan
yang dilakukan sekarang ini hanya untuk mencegah progresivitas dari
penyakit ginjal kronik itu sendiri. Pasien dialisis kronis memiliki insidensi
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pasien dengan penyakit ginjal stadium
akhir (ESRD) yang menjalani transplantasi ginjal bertahan lebih lama
dibanding yang menjalani dialisis kronis. Cardiovascular disease adalah
penyebab paling umum kematian pada pasien dengan CKD. Kematian
kardiovaskular dua kali lipat pada pasien dengan GFR di bawah 70 ml / menit
(Levey, 2011).
27
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal progresif dan
irreversible yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit. Di Indonesia, angka
kejadian chronic kidney disease diperkirakan 100 per 1 juta penduduk atau sekitar
20.000 kasus baru dalam setahun. Jumlah kasus baru berdasarkan data di beberapa
pusat nefrologi diperkirakan berkisar 100-150/ 1 juta penduduk, sedangkan
prevalensinya mencapai 200-250/ 1 juta penduduk.
Penatalaksanaan CKD bersifat konservatif, yaitu dengan memperlambat
laju penurunan fungsi ginjal, mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan
pengelolaan uremia, dan juga terapi pengganti, dapat berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, dan transplantasi ginjal. Penyakit ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan, sehingga prognosis jangka panjangnya buruk, kecuali bila
dilakukan transplantasi ginjal. Penatalaksanaan yang dilakukan sekarang ini hanya
untuk mencegah progresivitas dari penyakit ginjal kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Levey, A.S., Coresh J. 2012. Chronic kidney disease. Lancet. Epub. Pubmed.gov.
379:165-80.
Maddal, U. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Yang Dirawat Inap di RSU Dr
Pirngadi Medan Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2011.
National
Kidney
Center.
2009.
Chronic
Kidney
Disease
(http://www.nationalkidneycenter.org/chronic-kidney-disease/symptoms/).
Diakses 26 November 2012.
Obrador, G.T., B.J.G. Pereira. (2002). Systemic Complications of Chronic Kidney
Disease: Pinpointing Clinical Manifestations and Best Management. Post
graduate Medicine. 111 (2) : 115.
Santoso D, Mardiana N, Irwanadi C, Pranawa, Yogiantoro,Soewanto. 2003.
Referral Pattern in Chronic Dialysis Patients. Annual meeting nephrology
2001. 1-3.
Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2008. Diagnosis and management of
chronic kidney disease. Edinburgh 50 hal.
Sukandar, Enday.(2006). Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung:
PII. Fakultas Kedokteran UNPAD / RS. Dr.Hasan Sadikin.
Suwitra, Ketut. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo, Aru W; Bambang,
Setiyohadi; Idrus, Alwi; Marcellus, Simadibrata K; Siti, Setiati. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Pp. 1035-1039.
29