Selama pemeriksaan fisik, bayi nampak kebiruan. Sianosis terlihat bila terdapat lebih dari 3g
hemoglobin desaturasi per desiliter. Karena itu, derajat sianosis tergantung pada saturasi
oksigen dan konsentrasi hemoglobin. Sianosis akan lebih mudah terlihat pada hipoxemia
pada polisitemia daripada pada anemia anak. Sianosis dapat menjadi tanda dari gangguan
berat pada jantung, pernafasan dan neurologis (Gomella, 2004).
Pertanyaan yang sering muncul (Gomella, 2004)
a. Apakah bayi mengalami distres respirasi?
Jika bayi menunjukkan usaha nafas yang meningkat, dengan peningkatan laju
respirasi, retraksi dan nafas cuping hidung, distres respirasi harus menjadi diagnosis
banding utama. Penyakit jantung sianotik biasanya tidak menunjukkan gejala
gangguan respirasi, yang tersering adalah takipneu tanpa retraksi. Gangguan
hematologi biasanya tanpa gejala respirasi dan kardial.
b. Apakah terdengar murmur pada bayi?
Murmur biasanya menunjukkan adanya gangguan jantung. Namun, transposisi vena
besar dapat tidak terjadi murmur (sekitar 60%).
c. Apakah sianosis bersifat kontinyu, intermitent, memiliki onset yang mendadak, atau
hanya terjadi selama menangis dan minum ASI? Sianosis intermiten lebih sering
terjadi akibat gangguan neurologis. Karena pada bayi dengan gangguan neurologis
memiliki periode apneic spells pada periode pernafasannya. Sianosis yang kontinyu
biasanya diakibatkan oleh gangguan sistem respirasi dan kardiologi. Sianosis selama
minum ASI biasanya terjadi pada bayi dengan atresi esofagus dan refluks esofagus
berat. Sianosis yang terjadi secara tiba-tiba dapat disebabkan sedikitnya volume udara
inspirasi pada pneumothorax. Sianosis yang menghilang saat menangis, dicurigai
terjadio atresia koana. Bayi dengan tetralogy of fallot nampak sianosis saat menangis.
d. Apakah ada pembedaan sianosis?
Sianosis yang terjadi pada tubuh bagian atas adan bawah mengindikasikan terjadinya
gangguan jantung berat. Yang paling sering terjadi adalah sianosis pada anggota tubuh
bawah pada paten duktus arteriosus dimana terjadi aliran kiri-ke-kanan. Sianosis yang
terbatas pada anggota tubuh bagian atas terjadi pada hipertensi pulmonal persisten,
duktus arteriosus persisten, koartio aorta, dan transposisi arteri besar.
e. Apakah faktor prenatal dan natal yang mempengaruhi?
Bayi dari ibu diabetisi meningkatkan resiko hipoglikemi, polisitemia, sinroma distres
respirasi dan penyakit jantung. Infeksi, seperti halnya yang terjadi pada ketuban pecah
dini, dapat mengakibatkan syok dan hipotensi yang disertai sianosis. Abnormalitas
cairan amnion, seperti olighohidramnion (berhubungan dengan paru hipoplastik) atau
5) Sepsis/ meningitis
6) Pseudosianosis disebabkan oleh pencahayaan floresensi
7) Distres respirasi akibat sekunder dari obat yang digunakan ibu (misal magnesium
sulfat dan narkotika)
8) Syok
9) Obstruksi jalan nafas atas. Atresia koana adalah obstruksi yang paling sering
berkaitan dengan abnormalitas tulang. Penyebab lain adalah laringeal web,
stenosis trakea, goiter dan sindrom pierre-robin.
Penegakkan diagnosis
Pemeriksaan fisik (Gomella, 2004)
1. Nilai apakah sianosis yang terjadi pada bayi adalah sianosis central atau sianosis
perifer.
Pada sianosis sentral, kulit, bibir dan lidah akan nampak biru. Pada sianosis sentral
PaO2 < 50 mmHg. Pada sianosis perifer, warna kulit kebiruan, namun mukosa oral
akan berwarna pink.
2. Pemeriksaan jantung
Periksa apakah ada murmur, jumlah denyut jantung dan tekanan darah
3. Pemeriksaan paru
Apakah ada reftraksi, nafas cuping hidung, atau merintih. Retraksi biasanya minimal
pada penyakit jantung
4. Pemeriksaan abdomen
Apakah ada hepatomegali. Hepatomegali dapat terjadi pada penyakit jantung
kongestif, dan lebih mudah teraba pada paru yang hiperexpansi. Bentuk perut yang
scapoid merupakan petunjuk adanya hernia diafragmatika.
5. Pemeriksaan denyut
Pada koarsio aorta denyut arteri femolaris akan menurun. Pada patent ductus
arteriosus, denyut akan teraba meloncat.
6. Pemeriksaan neurologis
adanya apneu berhubungan dengan imaturitas sistem saraf pusat. Apakah terjadi
kejang pada anak, apakah selama kejang ada henti nafasa pada anak
Pemeriksaan penunjang (Gomella, 2004)
1. laboratorik
a) Analisa gas darah
Jika pasien tidak mengalami hipoxia, mungkin terjadi methemoglobinemia,
polisitemia atau penyakit saraf pusat.jika pasien mengalami hipoxia.
b) Tes hiperoxia
Periksa oksigen arteri pada udara ruang. Setelah itu berikan oksigen 100% bayi
selama 10-20 menit. Jika bayi memiliki penyakit jantung sianotik, PaO 2 tidak akan
meningkat secara signifikan. Bila PaO2 meningkat diatas 150 mmHg,
kemungkinan penyakit jantung sianotik dapat disingkirkan. Kenaikan PaO2
juga
dapat
menunjukkan
hipertrofi
ventrikel
kanan.
EKG
dapat
mengidentifikasi atresia trikuspid yang ditandai dengan deviasi axis ke kiri dan
hipertrofi ventrikular.
d) Echocardiography
Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi jika dicurigai adanya penyakit jantung
e) USG kepala
Untuk menyingkirkan [erdarahan peri dan intraventrikular.
Tatalaksana (Gomella, 2004)
Tatalaksana umum
1. Pemeriksaan fisik yang cepat dan tepat
Transiluminasi dada dengan cara memeriksa diruangan gelap, dan mendekatkan
cahaya dengan pencahayaan kuat pada dinding dada anterior diatas puting susu dan di
bagian axilla. Bagian yang bermasalah memiliki gambaran lebih terang dibandingkan
bagian yang sehat. Transiluminasi tidak efektif untuk pneumothorax yang minimal.
Mengkonfirmasi dengan pemeriksaan foto thorax lebih dianjurkan, sebelum
melakukan tindakan pemasangan chest-tube. Jika terdapat tension pneumothorax,
dekompresi harus segera dilakukan. Dekompresi dilakukan pada SIC 2-3 di linea
midclavikula, dengan menggunakan angiocath atau jarum yang di sertai pemasangan
chest tube.
2. Melakukan pemeriksaan laboratorium (analisa gas darah, darah lengkap dan rontgen
thorax)
3. Melakukan test hiperoxia
Tatalaksana spesifik
1. Penyakit paru
2. Pneumothorax
Penumothorax adalah terperangkapnya udara dicavum pleura. Pada neonatus dapat
terjadi akibat dari penggunaan ventilator dan tanpa penggunaan ventilator. Pada bayi
dengan ventilator maka akan terjadi overdistensi alveolus, atau kegagalan saat
mengurangi tekanan ventilator saat daya kembang paru membaik. Pneumothorax
terjadi akibat ruptur alveolus. Udara akan memenuhi pleura menyebabkan
pneumothorax. Pneumothorax dapat juga terjadi secara spontan saat proses
persalinan, saat terjadi tekanan untuk membuka alveolus yang kolaps, terjadi pada
sekitar 1% angka kelahiran.
Tatalaksana:
hipoglikemi lahirGagal
dari ibu
diabetes,
atau diabetes
kehamilan.
nafas
( sindrom
distresdalam
respirasi,
pneumonia, aspirasi mekonium, pn
Tatalaksana: Obstruksi saluran nafas atas (sindrome pierre-robin, cincin vaskular, tumor
Infus minibolusHipoventilasi
2ml/kg 10% (glukosa
kecepatan
1.0ml/menit.
Selanjutnya
apneu,dengan
asfiksia
perinatal,
sepsis, gangguan
metabolisme, a
Ambilan
paru
yang tidak
diberikan IVFD glukosa 6-8
mg/kg/oksigen
menit dan
dievaluasi
setiapefektif
30-60 menit.
Daftar pustaka
Gomella, Tricia Lacy., M. Douglas Cuningham, et al. 2004. Neonatology:
Cyanosis.Mc Graw Hill. P 216-229
(Gomella, 2004)
Peningkatan resistensi vaskular paru ( hipertensi pulmonal persisten ideopatik, total anomalous pulmonary
Anomali jantung kongenital ( tertralogy of fallot, atresia pulmonar, stenosis pulmonal dengan septum ventr
Sianosis adalah kebiruan pada kulit dan membran mukosa disebabkan peningkatan
konsentrasi hemoglobin tereduksi (>1.9-3.1 mmol/L) dalam darah. Diklasifikasikan
sebagai sianosis perifer dan sianosis sentral (Izraelit, 2011).
1. Sianosis perifer atau disebut akrosianosis pada neonatus adalah adanya kebiruan
Patofisiologi dan penyebab tersering dari sianosis sentral pada neonatus adalah
Methemoglobinemia
Penyebab lain dengan pO2 normal
polisitemia
Izraelit, A., V. Ten, G. Khrishamurthy, dan V. Ratner. 2011. Case Report: Neonatal Cyanosis:
Doagnosis and Management Challenges. International Scholarly Research Network. Vol
2011.
Sianosis central adalah kebiruan pada kulit, membran mukosa dan lidah, yang terlihat bila
hemoglobin deoksigenasi > 3 g/dL diukur dari darah arteri, atau >5 g/dL (>3.1 mmol?l)
diukur dari darah kapiler. Berhubungan dengan tekanan oksigen parsial arteri yang rendah
(PaO2) dan rendahnya saturasi hemoglobin oksigen (SaO 2) yang diukur dengan oksimetri.
Sianosis dipengaruhi oleh konsentrasi absolut deoxy Hb, bukan rasio oxy Hb: deoxy Hb
(Sasidgaran, 2004).
Sianosis perifer adalah kebiruan pada kulit, tanpa melibatkan mukosa membran dan lidah,
dan kadar PaO2 normal. Sianosis perifer terjadi karena peningkatan ekstraksi oksigen karena
gerakan lamban melalui kapiler menyebabkan peningkatan darah terdeoksigenasi di vena.
Ketidakstabilan vasomotor dan vasokontriksi akibat penurunan cardiac output, kedinginan
dan polisitemia dapat menyebabkan gerakan lamban ini di kapiler. Sianosis perifer dapat
normal pada neonatus, terutama jika hanya terjadi di ekstrimitas (akrosianosis) akibat
vasokonstriksi akibat hipotermi singkat, tapi dapat juga akibat sepsis (Sasidgaran, 2004).
Penegakkan diagnosis (Sasidgaran, 2004).
1. Anamnesis
Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat keluarga dengan penyakit
jantung bawaan, penanyakan hasil ultrasound yang pernah dilakukan selama
kehamilan apakah menunjukkan adanya deformitas atau kecurigaan penyakit jantung.
Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan
Diabetes dalam kehamilan
Oligohidramnion
Hipertensi dalam kehamilan
Konsumsi lithium (trimester I)
Ibu usia tua
Riwayat persalinan
Riwayat persalinan
Kemungkinan penyebab sianosis neonatus
Ketuban pecah dini, demam, infeksi Sepsis
selama kehamilan
Sedatif/ anestesi
Distres respirasi, apneu
Seksiop cesaria
Transient Tachypneu of the Newborn, dan
hipertensi pulmonal persisten (PPHN)
Lahir prematur
RDS
Mekonium +
Sindrom aspirasi mekonium (pneumonia)
2. Pemeriksaan fisik
a. Menentukan tipe sianosis, sianosis sentral atau perifer
b. Mengevaluasi tanda vital, adakah tanda distres respirasi seperti takipneu, retraksi,
nafas cuping hidung dan merintih biasanya mengindikasikan adanya masalah dari
pernafasannya, sedangkan penyakit jantung bawaan biasanya tanpa takipneu atau
takipneu tanpa retraksi. Sepsis biasanya ditandai dengan sianosis perifer,
peningkatan denyut jantung, peningkatan laju respirasi, penurunana tekanan
darah, suhu tubuh yang bisa meningkat atau lebih rendah dari normal (normal
36.5-37.5C)
c. Menyingirkan kemungkinan atresia koana, dengan memasukkan kateter melalui
nares.
d. Mengevaluasi adakah murmur. Murmur sistolik biasa terdengar pada PJB sianotik
(kecuali TGA-dengan septum ventrikel intak dan tanpa stenosis pulmonal)
e. Mengevaluasi abdomen, bentuk abdomen yang scapoid menandakan hernia
diafragmatika
f. Menyingkirkan
kemungkinan
penyebab
neurologis,
mengobservasi
pola
pernafasan adakah apneu, dan periodic breathing yang biasa berhubungan dengan
imaturitas sistem saraf. Kejang dapat menyebabkan sianosis pada bayi akibat
kegagalan bernafas selama episeode kejang.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap dan hitung jenis
Leukositopenia atau leukositosis mengindikasikan sepsis
Hematokrit >65% menegakkan diagnosis polisitemia
b. Glukosa serum
Untuk mendeteksi hipoglikemi
c. Analisis gas darah
PO2 arteri untuk mengkonfirmasi sianosis sentral, sedangkan SaO2 buakn
indikator yang baik karena afinitas Hb fatal terhadap O2 tinggi.
Peningkatan PaO2 mengindikasikan gangguan pulmoner, jantung atau susunan
saraf pusat.
Penurunan pH mengindikasikan sepsis, syok sirkulasi, dan hipoksemi berat
d. Methemoglobinemia
Penurunan SaO2 , normal PaO2, darah berwarna coklat pekat
e. Tes hiperoxia
Dengan memberikan oksigen 100% selama 10 menit
PaO2 > 100 mmHg mengarah pada gangguan pulmonal
PaO2 < 70 mmHg, peningkatan < 30 mmHg atau SaO 2 tidak mengalami
peningkatan mengarahkan pada gangguan jantung ( aliran kanan-ke-kiri)
f. Mengukur PaO2 preductal-posduktal atau SaO2
g. Radiologi
Untuk mengidentifikasi penyebab pulmonal, misalnya pneumothorax, hipoplasi
pulmonal, hernia diafragmatika, edem pulmonal, efusi pleura.
4. Jika dicurigai sepsis dapat diberikan antibiotik spektrum luas (contoh: ampicilin dan
gentamisin)
5. Jika dari pemeriksaan mengarah pada penyakit jantung bawaan dapat diberikan terapi
insial PGE1
Sasidharan, P. 2004. An approach to Diagnosis and Management of Cyanosis in Term
Infants. Pediatr Clin N Am. 51: 999-1021
Sianosis berasal dari bahasa yunani, kata kuaneos artinya biru tua. Oksigen dibawa darah
dalam dua bentuk. Oksigen diikat oleh hemoglobin, setiap gram hemoglobin dapat mengikat
1,34mL oksigen, sedangkan jumlah oksigen terlarut di plasma (0,003 mL per 100 mL plasma)
secara klinis tidak signifikan. Oleh sebab itu, tujuannya adalah agar mendapatkan saturasi
hemoglobin dan adekuat perfusi ke jaringan.
Hemoglobin teroksigenasi berwarna merah cerah, sedangkan hemoglobin tereduksi berwarna
berwarna biru tua atau keunguan.
Bayi dengan polisitemia akan memperlihatkan sianosis meskipun saturasi oksigen relatif
tinggi, sedangkan pada anemia sianosis sulit terlihat, hanya jika saturasi oksigen sangat
rendah.
Rasio hemoglobin fetal dan hemoglobin dewasa beragam dari satu bayi ke bayi yang lain,
dan proporsi efek
terhadap kadar PaO2. Jadi, jika bayi memiliki kadar hemoglobin dewasa lebih banyak, maka
sianosis sentral (saturasi arterial 75%-85%) akan terlihat saat kadar PaO 2 turun dibawah 50
mmHg. Sebaliknya, jika bayi memiliki kadar hemoglobin fetal yang lebih besar, maka
sianosis sentral baru akan terlihat saat PaO 2 kurang dari 40 mmHg. Jadi, bayi dengan proporsi
hemoglobin fetal yang tinggi mungkin mengalami reduksi oksigen yang serius sebelum
sianosis terlihat.
Adaptasi kardiopulmonal normal pada neonatus
Algoritma evaluasi sianosis pada neonatus didasarkan pada prinsip ABCs airway, breathing
circulation
A: airway (jalan nafas)
1. Atresia koanan terjadi pada 1: 5000 bayi dimana atresia koana unilateral lebih sering
terjadi. Atresia koana perlu dicurigai ketika gejala distres pada bayi lebih menonjol
saat bayi tenang dan membaik ketika bayi menangis. Adanya atresia koana dapat
dipastikan dengan melakukan kateter suction, jika terjadi atresi koana maka kateter
suction tidak dapat melalui nares hingga orofaring, cara tersebut sama efektofnya
dengan pemeriksaan radiologis maupun ct-scan. Menstabilkan pernafasan, melalui
mulut akan membantu mengatasi distres ringan. Jika bayi mengalami neonatus maka
harus dicurigai adanya anomali yang lain, meliputi CHARGE (coloboma, heart
disease, atresia koana, retardasi pertumbuhan dan perkembangan, anomali
genitourinari, anomali telinga dan pendengaran).
2. Sindrom Pierre-Robin, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan micrognathia,
retrognathia. Obstruksi pernafasan akibat lidah bagian posteriot akan lebih nyata saat
dalam posisi telentang. Jika ada, celah palatuim tidak menimbulkan distres pernafasan
hanya menyebabbkan gangguan makan yang berat. Untuk penanganan membutuhkan
prosedur trakeostomi selama bebebrapa tahun hingga pertumbuhan mandibula cukup
untuk mempertahankan lidah dalam posisi anterior
3. Laringomalasia adalah kelainan anomali abnormal kongenital pada laring, yang
merupakan penyebab stridor inspirasi paling sering pada bayi. Laringomalasia tidak
dapat dikenali pada saat awal kehidupan, biasanya baru bisa ditegakkan beberapa
minggu awal kehiduopan bayi. Gejala pernafasan yang sering adalah memberat saat
menangis, makan dan infeksi saluran nafas. Refluk gastroesofagus sering
berhubungan. Stenosis subglotis biasanya menyertai sebagai malformasi kongenital
ataupun didapatkan kemudian akibat manipulasi jalan nafas. Bayi dengan
laringomalasia menampakkan gejala stridor, distres respirasi, ataupun apneu
obstruktif.
4. Paralisis pita suara biasanya berhubungan dengan trauma persalinan atupun trauma
prosedur bedah, dan merupakan penyebab stridor yang umum pada neonatus.
Biasanya terjadi unilateral, menyebabkan suara serak, sedangkan gejala pernafasan
minimal. Sedangkan bila terjadi bilateral, dapat menyebabkan distres pernafasan berat
dan membutuhkan trakeostomi segera. Pada kasus ini, anomali sistem saraf pusat
misalnya arnold-chiari harus dicurigai.
5. Penyebab intrinsik dan ekstrinsik kompresi trakea. Stenosis trakea ditandai dengan
adanya stridor expirasi, distres respirasi, mengi, dan batuk persisten. Gejala biasanya
memberat setelah terjadi infeksi pernafasan bagian atas. Diagnosis ini dapat
dikonfirmasi dengan melakukan bronkoskopi direk. Stenosis trakea biasanya
berhubungan dengan penyempitan cincin trakea komplit, yang membutuhkan
prosedur bedah. Beberapa keadaan ekstrinsik juga dapat menyebabkan kompresi
jalan nafas. Cincin vaskular dapat menyebabkan perkembangan abnormal dari kapiler
mediastinum, dapat menyebabkan pendesakan hingga terjadi obstruksi jalan nafas.
Anomali arteri inominata dari arcus aorta adalah penyebab tersering, namun anomali
lain termasuk arkus aorta ganda atau arteri subclavia yang menyimpang. Pemeriksaan
ct-scan ataupun MRI dapat secara akurat menentukan letak anomalinya. Masa di leher
atau mediastinum seperti teratoma, dan kistik higroma dapat juga menyebabkan
kompresi trakea, yang dicurigai bila terdapat masa dileher. Hemangioma subglotis
harus dicurigai pada neonatus yang meiliki hemangioma pada kulit. Namun
hemangioma biasanya meningkat ukurannya pada 6-12 bulan kehidupan, sedangkan
pada awal biasanya menunjukkan gejala yang ringan.
B: breathing (pernafasan)
1. Pneumonia neonatus umumnya didapat saat proses persalinan, lebih sering terjadi
pneumonia difusa daripada pneumonia lobaris. Pemeriksaan radiologi untuk
menyingkirkan gambaran groun glass apprearance dari sindrom distres pernafasan,
sedangkan pneumonia lebih sering menunjukka gambaran efusi pleura. Penumonia
bakterial adalah yang paling sering, dan patogen yang paling sering adalah
streptococcus B hemoliticus dan bacilus gram negatif lain seperti klebsiella, E. Coli,
enterobacter. Riwayat infeksi pada ibu menjadi faktor utama terjadinya pneumonia,
seperti ketuban pecah dini (.18 jam), riwayat demam pada ibu, korioamnionitis
ataupun penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat. Herpez simplex dan
citomegalovirus juga dapat menyebabkan pneumonia viral, namun biasanya disertai
infeksi diseminata. Infeksi klamidia kongenital dapat menyebabkan pneumonia, yang
biasanya muncul pada usia 2-8 minggu dengan gejala infeksi respirasi atas, seperti
batuk dan apneu.
2. Abnormalitas kongenital paru, jarang terjadi namun dapat menjadi penyebab tersering
dari distres respirasi pada neonatus. Pada awalnya biasanya akan asimtomatis, namun
gejala distres respirasa akan terus berkembang semakin nyata.
a. Hernia diafragmatika adalah defek yang cukup sering terjadi pada neonatus, tapi
karena biasanya disertai dengan hipoplasi pulmonal dan hipertensi pulmonal yang
signifikan, biasanya gejala distres pernafasan akan segera muncul setelah
kelahiran.
b. Congenital cyistic adenomatoid malformation (CCAM) adalah jaringan paru kistik
yang berhubungan dengan bronkus-bronkiolus. Dengan pemeriksaan radiologis
dapat dibedakan dengan hernia diafragmatika.
c. Pulmonary squestration memiliki karakter adanya jaringan paru primitif
nonfungsional
yang
tidak
berhubungan
dengan
trakeo-bronkial
namun
akan memburuk ketika tiba saatnya duktus terturtup, dan akan membaik segera
setelah duktus terbuka kembali setelah penggunaan prostaglandin E1 (PGE1).
4. Transposition of the Great Arteries (TGA) adalah lesi jantung kongenital yang
memiliki gejala sianosis berat. Sirkulasi sistemik dan pulmonal terpisah secra
sempurna pada kasus ini, namun dalam keadaan transposisi komplit, sehingga
sirkulasi emnjadi paralel. Karena itu, darah terdeoksigenasi vena sistemik kembali ke
atrium kanan, masuk ke ventrikel kanan, dan keluar melalui aorta. Bayi dengan TGA
tergantung pada komunikasi antara dua sirkuit untuk bercampur. Jika septum
ventrikular intak, sianosis yang mengancam kehidupan akan bertambah berat saat
foramen ovale dan duktus srteriosus menutup dalam hitungan jam-hari setelah
kelahiran. Sementara patent ductus arteriosus akan memperberat percampuran atrium
dalam berbagai tingkatan, komunikasi interartrial yang makin kuat akan
meningkatkan percampuran dan oksigenasi. Bayi dengan Ventricular Septum Defect
yang besar ..........................................................................
5. Penyakit jantung yang berhubungan dengan percampuran darah, berhubungan dengan
kejadian sianosis. Contohnya, truncus arteriosus dan total anomalous pulmonry
venous return, lesi dengan karakteristik pulmonary-over circulation. Karena aliran
darah pulmonal normalnya meningkat, sianosis biasanya tidak signifikan dan tidak
mengalami perbaiakn dengan PGE1. Faktanya, peningkatan aliran darah pulmonal
(PGE1, oksigen suplementasi) harus dihindaru karena daoat memperburuk
oversirkulasi pulmonal sehingga mengurango aliran darah sistemik. Pada kasus yang
sangat jarang, total anomalous pulmonary venous return berhubungan dengan
obstruksi yang akhirnya menyebabkan penurunan aliran darah pulmonal dan sianosis
berat.
6. Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus adlah kegagalan transisi sirkulasi normal
setelah kelahiran. Gejala klinis yang muncul adalah hipereynsi pulmonal nyata yang
mengakibatkan hipoxemia, dan aliran kanan-ke-kiri ekstrapulmonal melalui aliran
darah fetus (foramen ovale dan duktus arteriosus). Kombinasi dari perfusi pulmonal
inadekuat dan shunt ekstrapulmonal menyebabkan hipoxemia refrakter. PPPHN
biasanya diikuti komplikasi penyakit parenkim paru pada neonatus, karena kapiler
pulmonal mengalami konstriksi sebagai respon terhadap hipoksia alveolar.namun,
PPHN dapat juga ideopatik, gejala yang muncul sebagai hasil dari remodeling
abnormal vaskularisasi yang berkembang selma masa gestasi sebagai respon terhadap
stres, hipoxia, dan atau hipertensi pulmonal. PPHN biasanya berhubungan dengan
hipoplasia paru, yang nampak pada hernia difragmatika kongenital
Penegakkan diagnosis
Evaluasi dimualai dengan menilai jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Dari anamnesis yang
harus digali adalah riwayat kehamilan, persaliann dan faktor resiko neonatus. Riwayat
diabetes pada ibu meningkatkan resiko penyakit jantung bawaan, polisitemia dan
hipoglikemia, yang berhubungan dengan letargu dan hipoventilasi. Adanya oligohidramnion
mengarahkan pada hipoplasi pulmonal, sedangkan polihidramniaon mengarah pada
abnormalitas jalan nafas, esofagus dan abormalitasan saraf. Pemeriksaan skrining terhadap
koloni streptococcus B hemolyticus do serviks uteri, dapat dilakukan untuk memperkirakan
kemungkianan infeksi, jika hasil kultur antenatalnya negatif. Riwayat ketuban pecah dini
mengarahkan oada infeksi bakterial, riwayat persalinan dengan penyulit dapat menyebabkan
perdarahan intrakranial dan paralisis nervus frenikus.
Pemeriksaan fisikdapat dilakukan saat neonatus dalam keadaan hangat dan tenang.
Karakteristik mpertumbuhan harus dicatat, neonatus dengan KMK atau BMK lebih rentan
terhadap polisitemia. Fokus utama adalah menentukan derajat distres respirasi, tidak adanya
distres respirasi mengarahkan pada penjakit jantung bawaan atau methemoglobinemia.
Insufisensi pernafasan akibat penyakit paru ditandai dengan laju pernafasan yang tingi
(takipneu) disertai retraksi dan nafas cuping hidung. Keadaan yang berhubungan dengan
neurologis berpotensi menyebabkan sianosis akibat dari adanya hipoventilasi, dan
berhubungan dengan pernafasan yang lambat dan ireguler. Selain itu, penting juga untuk
menilai tonus dan aktivitas bayi, dan menilai adakah pernafasan periodik dan atau apneic
spells. Pemeriksaan dapat menemukan trauma, misalnya erbs palsy atau merintih.
Pemeriksaan jantung meliputi mengevaluasi denyut jantung, pulsasi perifer, dan perfusi
perifer. Auskultasi jantung harus difokuskan untuk mendengar suara jantung kedua, yang
akan terdengar keras dan tunggal, (atau split sempit) pada hipertensi pulmonal, seperti pada
transposisi dan atresia pulmonal. Auskultasi dari murmur terkadang tidak banyak membantu,
lesi besar seperti transposisi tidak berhubungan dengan murmur dan murmur keras seringkali
akibat dari lesi jinak, seperti defek septum ventrikel kecil. Murmur harsh ejection
merupakan ciri dari stenosis pulmonal.
Saturasi oksigen adalah persentasi dari hemoglobin yang berikatan dengan oksigen, yang
menggambatkan besarnya kandungan oksigen di darah. Pemeriksaan oksimetri merupakan
cara evaluasi saturasi oksigen non-invasif. Biasanya digunakan untuk mengukur saturasi
oksigen di tangan kanan, dan kaki untuk menentukan pola aliran melalui duktus arteriosus.
Arteri subklavia sinistra mungkin merupakan aliran preduktal ataupun posduktal aorta, maka
akan lebih baik jika tidak diukur di tangan kiri. Meskipun pengukuran tekanan gas oksigen
darah arteri adalah pemeriksaan standar, nyeri akibat pengamnbilan darh arteri dapat
mengakibatkan agitasi dan perubahan pada ventilasi dan oksigenasi. Gas darah vena dapat
juga digunakan untuk menilai pH dan PaCO2 tapi tidak untuk menilai oksigen,. Karena itu,
jika ada metabolik asidosis maka dapat mngindikaiskan adanya gagal jantung, sepsis,
asfiksia, atau gangguan metabolik. Bebrapa mikrosampling, dapat menilai laktat sehingga
dapat menambah informasi menganai perfusi secara global dan oxygenasi.
Pemeriksaan radiologi thorax dapat dilakukan sebagai pemeriksaan menyeluruh terhadap
sianosis neonatus. Lokasi gaster, hepar, dan jantung harus dapat ditentukan untuk
menyingkirkan kemungkinan dextrokardia atau situs inversus. Pemeriksaan lapang paru
untuk menilai adanya penyakit parenkim paru. (pneumonia pada neonatus lenbih sering
terjadi difus dibanding lobaris), atau abnormalitas paru misalnya malformasi kistik
adenomatoid. Peninggian hemidiafragma, pada lebih dari 2 SIC dibandingkan sisi satunya
menunjukkan adanya paralisis diafragma, akibat cedera saraf frenikus. Hiperinflasi paru
biasanya terlihat pada emfisema lobaris atau lesi kistik paru. Gambaran corakan vaskular
paru adalah karakteristik dari stenosis pulmonal ataupun atresi pulmonal dengan shunting
duktus inadekuat, dan biasa nampak pada anak dengan hipertensi pulmonal persisten pada
neonatus. Ukuran dan bentuk jantung dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis.