Jantung adalah organ yang terletak di bagian tengah dada dibelakang sternum.
Jantung memiliki 4 ruang : dua ruang terletak diatas yang disebut dengan atrium kanan
dan kiri, dan dua ruangan bawah yang disebut dengan ventrikel kanan dan kiri. Bagian
kanan atrium dan ventrikel disebut dengan bagian kanan jantung dan atrium dan
ventrikel kiri secara bersamaan membentuk jantung sebelah kiri.1
Jantung memiliki 4 ruangan yang terorganisir menjadi 2 pompa (kanan dan
kiri) untuk menyediakan aliran darah ke sirkulasi sistemik dan pulmonaL. Atrium kanan
menerima darah yang terdeoksigenasi dari seluruh tubuh kecuali untuk paru-paru
melalui vena cava superior dan inferior.1 Darah yang terdeoksigenasi dari otot jantung
sendiri mengalir ke dalam atrium kanan melalui sinus coroner. Dari sini, darah mengalir
melalui katup trikuspid untuk memenuhi ventrikel kanan, dimana merupakan ruang
pompa utama jantung sebelah kanan. Ventrikel kanan memompa darah melalui jalur
outflow dari ventrikel kanan, melewati katup pulmonal dan masuk ke arteri pulmonal
dan mendistribusikannya ke paru-paru untuk oksigenasi. Di paru-paru, darah
teroksigenasi saat melewati kapiler, di mana ia cukup dekat dengan oksigen di alveoli
paru-paru. Darah beroksigen ini dikumpulkan oleh empat vena pulmonalis, dua dari
masing-masing paru. Keempat vena ini membuka ke atrium kiri yang bertindak sebagai
ruang pengumpulan darah beroksigen. Seperti halnya atrium kanan, atrium kiri
mengalirkan darah ke ventrikelnya baik dengan aliran pasif maupun pemompaan aktif.
Darah beroksigen dengan demikian mengisi ventrikel kiri, melewati katup mitral.
Ventrikel kiri adalah ruang pompa utama jantung kiri, kemudian memompa,
mengirimkan darah yang baru beroksigen ke sirkulasi sistemik melalui katup aorta.
Siklus ini kemudian diulangi lagi di detak jantung berikutnya. Keempat katup jantung
yang disebutkan di atas memiliki tujuan tunggal: memungkinkan aliran darah ke depan
tetapi mencegah aliran ke belakang.1
1
Gambar 1. Anatomi Jantung
Hukum Frank Starling dinamai menurut dua ahli fisiologi yaitu Otto Frank dan
Ernest Hendry Starling. Namun, baik Frank maupun Starling bukanlah orang pertama
yang menjelaskan hubungan antara volume akhir diastolik dan regulasi curah jantung.
Rumusan hukum yang pertama berteori oleh ahli fisiologi Italia yatiu Dario Maestrini
pada tahun 1914. Pada Akhir abad 19, Otto Frank dengan mengunakan katak yang
diisolasi menemukan bahwa kekuatan dari kontraksi ventrikel meningkat ketika
ventrikel meregang sebelum kontraksi. Obeservasi ini lalu dilanjutkan secara baik oleh
Ernest Starling pada awal abad 20, yang kemudian menemukan bahwa peningkatan alir
balik vena atau venous return ke jantung, yang dimana akan meningkatkan pengisian
tekanan ventrikel yang terjadi dikarenakan peningkatan stroke volume. Sebaliknya jika
aliran balik vena menurun maka akan menurunkan stroke volume. Respon jantung
terhadap perubahan aliran balik vena dan pengisian tekanan ventricular bersifat intrinsik
kejantung dan tidak bergantung pada mekanisme neurohumoral ekstrinsik meskipun
2
mekanisme tersebut dapat mengubah respon jantung instrinsik. Untuk menghormati
kedua penemu ini, kemampuan jantung untuk mengubahkan kekuatan kontraksi dan
reaksi stroke volume terhadap perubahan alliran balik vena disebut dengan Mekanisme
Frank Starling (Starling’s Law of the heart).2
Dua cara dasar pengaturan volume darah yang dipompakan oleh jantung adalah
(1) pengaturan intrinsik pemompaan jantung sebagai respons terhadap perubahan
volume darah yang mengalir ke dalam jantung, dan (2) pengendalian frekuensi denyut
jantung dan kekuatan pemompaan jantung oleh sistem saraf otonom.3
1. Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang
dipompakan ke aorta.
2. dalam batas-batas fisiologis, jantung memompakan ke seluruh tubuh darah yang
kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.
3. jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah
yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena.
Semakain besar volume ventrikel diastolic, semakin banyak serat miokardial yang
meregang selama diastolic. Selama fisiologi normal, semakin banyak serat-serat
miolardial yang meregang, semakin besar tekanan pada serat-serat otot dan semakin
besar kontraksi ventrikel yang distimulasi.4
3
Kurva Frank-Starling berhubungan dengan preload, pengukuran volume
ventricular end-diastolic atau tekanan, terhadap kemempuan jantung, diukur sebagai
ventricular stroke volume atau cardiac output. Pada kurva normal fungsi jantung,
kemampuan jantung meningkat secara terus menerus karena peningkatan preload.
Selama peningkatan kontraktilitas ventrikel kiri, misalnya karena pemberian
norepinephrine, maka kemampuan jantung akan lebih besar untuk preload yang
diberikan. Representasi secara grafik terlihat pergeseran keatas dari kurva normal.
Sebaliknya, penurunan kontraktilitas ventrikel kiri berhubungan dengan gagal jantung
sistolik, terjadi penurunan kemampuan pada preload yang diberikan dibandingkan
dengan kurva normal. Kondisi ini direpresentasikan dengan pergeseran ke baawah dari
kurva normal. Penurunan kontraktilitas juga dapat terjadi karena kehilangan otot-otot
jantung sebagai akibat dari infark miokardiak, penggunaan beta-bloker (akut), non-
dihydropyridine Ca++ channel blockers, dan dilatasi kardiomiopati.4
SIGNIFIKANSI KLNIS
4
fungsi kontraktilitas yang tidak sesuai dari ventrikel kiri sehingga menyebabkan
pergeseran menurun kurva pada kemampuan ventrikel kiri. Berapapun preload yang
diberikan, stroke volume akan menurun dibandingkan dengan normal. Penurunan stroke
volume ini menyebabkan pengosongan ventrikel kiri yang tidak komplit.
Konsekuensinya, volume darah yang berakumulasi di ventrikel kiri selama diastole
lebih besar daripada normal. Volume sisa ini akan meningkatkan peregangan serat-serat
miokardiak dan menginduksi stroke volume yang lebih besar pada kontraksi berikutnya
dengan melalui mekanisme Frank-Starling. Hal ini bertujuan untuk pengosongan yang
lebih baik dari pembesaran ventrikel kiri dan mejaga curah jantung.4
5
Obat inotropic termasuk cardiac glyclosides, seperti digitalis, amine simpatomimetik
seperti dopamine dan epinefrin; dan phospadiesterase-3 inhibitors, seperti milrinone.
Obat-obat ini bekerja dengan mekanisme yang berbeda dalam meningkatkan
kotnraktilitias kardiak dengan meningkatkan konsentrasi kalsium intraselular,
meningkatkan actin dan interaksi myosin. Hal ini akan memberikan efek hemodinamik
pada pergeseran kurva (Frank-Starling) kemampuan ventrikel yang menurun pada arah
atas menuju normal. Pada preload ( EDP ventrikel kiri), stroke volume dan cardiac
output meningkat.4
6
Diagram 1. Hubungan fisiologi antara Hukum Frank-Starling pada jantung dan
tekanan dan volume venous return.
7
simpatik. Oleh karena itu, bila aktivitas sistem saraf simpatis ditekan sampai di bawah
normal, keadaan ini akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi
otot ventrikel sehingga akan menurunkan tingkat pemompaan jantung sampai sebesar
30 persen di bawah normal.3
8
DAFTAR PUSTAKA