Pembimbing :
Penyusun:
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Presentasi Kasus dan
Referat dengan topik “Congestive Heart Failure”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di stase Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah Kota Bekasi. Dalam kesempatan kali
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada :
1. Dr. Bambang, Sp.JP selaku pembimbing dalam presentasi kasus dan referat
ini
2. Semua dokter dan staf Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr
Chasbullah Kota Bekasi
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
dr. Chasbullah Kota Bekasi
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat memuka wawasan serta ilmu pengetahuan
kita.
i
PENGESAHAN REFERAT
Judul :
030.13.252
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... i
PENGESAHAN...............................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Anatomi Jantung 2
2.2 Fisiologi Jantung 8
2.3 Definisi Congestif Heart Failure 13
2.4 Epidemiologi 13
2.5 Klasifikasi 14
2.6 Faktor Risiko 15
2.7 Etiologi 16
2.8 Patofisiologi 17
2.9 Gejala klinik 23
2.10 Kriteria Diagnosis 26
2.11 Tatalaksana 28
2.12 Komplikasi 32
2.13 Prognosis 33
DAFTAR PUSTAKA 49
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah sindrom klinis yang kompleks yang
dapat terjadi akibat kelainan jantung secara structural dan fungsional yang merusak
kemampuan ventrikel untuk mengisi dengan atau mengeluarkan darah. Karena
tidak ada tes diagnostik definitif untuk gagal jantung, jadi penegakan diagnosis
sebagian besar berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik pasien dan
didukung oleh pemeriksaan tambahan seperti foto thoraks, Elektrokardiogram, dan
ekokardiografi. Gagal jantung adalah penyakit yang paling sering terjadi, yang
mempengaruhi sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat, dan terjadi paling sering
pada orang tua, dengan hampir 80% kasus terjadi pada pasien berusia di atas 65
tahun.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Anatomi jantung2
2
Gambar 1. Bentuk dan ukuran jantung
3
Gambar 2. Ruang jantung
4
2.1.3 Katup-katup jantung
1) Katup trikuspid
2) Katup pulmonal
5
menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan
darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspid
4) Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke seluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
6
3 Komponen sistem induksi jantung
1. Sinoatrial
2. Atrioventrikular
3. RA, LA, RV, LV
4. Pace maker (pusat picu jantung)
7
2.2 Fisiologi jantung4
1. Nodus sinoatrial (nodus SA) adalah suatu masa jaringan otot jantung
khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di
bawah pembukaan vena cava superior. Nodus SA mengatur
frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.
2. Nodus atrioventrikular (nodus AV) berfungsi untuk menunda impuls
seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi
kontraksi ventricular. Berkas AV berfungsi membawa impuls di
sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel.
3. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan
hantaran serabut otot jantung.
8
2.2.2 Siklus jantung
3. Sistole ventrikular
9
Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan
mendorong katup A-V untuk segera menutup.
4. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi.
Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah
sekitar 50 ml. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume
diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).
5. Diastole ventrikular
Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan
dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta
dan trunkus pulmonarius, sehingga katup semilunar menutup (bunyi
jantung kedua). Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat
penutupan katup semilunar aorta. Ventrikel kembali menjadi rongga
tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk
dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun
tajam dari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di bawah tekanan
atrium, katup A-V membuka, dan siklus jantung dimulai kembali.
10
menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang
memungkinkan aliran balik darah.
11
Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi
frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf
mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi
pengeluaran impuls dari nodus SA dan memperpanjang
waktu hantaran melalui nodus V-A.
2. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung
berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam
sistem kardiovaskular.
Prereseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitif terhadap
perubahan tekanan darah.
(a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang memperlambat frekuensi jantung.
(b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar
melalui pusat medular.
Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan
tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi
suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk
mempertahankan tekanan darah.
3. Pengaruh lain pada frekuensi jantung
Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir
semua saraf pada kulit, seperti reseptor untuk nyeri, panas,
dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem
saraf pusat.
Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan
elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang
mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat
atau berkurang.
2.2.6 Curah Jantung
12
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung
per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki
berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan. Perhitungan
curah jantung yaitu curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup.
2.3 Definisi Congestif Heart Failure
American College of Cardiology Foundation (ACCF) / Amerika
Pedoman Heart Association (AHA) mendefinisikan HF sebagai klinik
kompleks sindrom yang berawal dari kerusakan struktural atau fungsional
pengisian ventrikular atau ejeksi darah, yang pada gilirannya mengarah ke
Gejala klinis kardinal dari dyspnea dan kelelahan dan tanda-tanda HF yaitu
seperti edema.2
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Dan adanya tanda-tanda retensi
cairan seperti kongesti paru atau bengkak pada ekstremitas serta
ditemukannya bukti objektif kelainan struktur dan fungsi jantung. Penamaan
gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung
sisi kiri dan sisi kanan.12
2.4. Epidemiologi
HF adalah masalah yang berkembang di seluruh dunia, dengan lebih
dari 20 juta orang terkena dampak. Prevalensi keseluruhan HF di Populasi
orang dewasa di negara maju adalah 2%. Prevalensi HF mengikuti pola
eksponensial, meningkat seiring bertambahnya usia, dan mengenai 6-10%
dari orang berusia di atas 65 tahun. Meskipun kejadian HF relatif rendah
wanita daripada pria, namun wanita merupakan setidaknya setengah kasus
HF karena harapan hidup mereka yang lebih lama. Di Amerika Utara dan
Eropa, risiko seumur hidup penyakit HF kira-kira satu dari lima pasien pada
usia 40 tahun. Prevalensi keseluruhan HF diperkirakan meningkat, sebagian
karena terapi saat ini untuk gangguan jantung, seperti infark miokard (MI),
13
penyakit jantung katup, dan aritmia, memungkinkan pasien bertahan lebih
lama.2
Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa
Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala
tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%),
sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.5
2.5 Klasifikasi
1. Gagal jantung sistolik dan diastolik
14
peningkatan tekanan di atrium kiri serta vena-vena di belakangnya (vena
pulmonalis), menyebabkan pasien sesak napas dan orthopnea. Gagal
jantung kanan terjadi bila terdapat kelainan yang melemahkan ventikel
kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/ sekunder, tromboemboli
paru kronik sehingga terjadi kongesti pada vena-vena sistemik yang
menyebabkan oedem perifer, hepatomegali dan distensi vena jugularis.2
15
2.7 Etiologi
Kondisi apapun yang menyebabkan perubahan Struktur atau fungsi LV
dapat mempengaruhi pasien untuk berkembang menjadi HF. Meskipun
etiologi HF pada pasien dengan EF berbeda dari pasien dengan depresi EF,
ada banyak tumpang tindih antara etiologi kedua kondisi ini. Di negara-
negara industri, Penyakit arteri koroner (CAD) telah menjadi predominan
menyebabkan pria dan wanita dan bertanggung jawab atas 60-75% kasus
HF. Hipertensi berkontribusi terhadap perkembangan HF pada 75% pasien,
termasuk kebanyakan pasien dengan CAD. Baik CAD dan hipertensi
berinteraksi untuk menambah risiko HF, seperti halnya diabetes mellitus.
Pada 20-30% kasus HF dengan EF yang depresi, etiologi yang tepat dasar
tidak diketahui. Pasien-pasien ini disebut memiliki penyakit kardiomiopati
idiopatik jika penyebabnya tidak diketahui. Sebagian besar faktor
keturunan/keluarga dan genetic juga turut ikut berperan. Kardiomiopati
dilatasi juga terkait dengan duchenne's, Becker's.2
16
Heart failure with preserved ejection fraction (HFpEF)
2.8 Patofisiologi
Patofisiologi2,7,8
Mekanisme dasar
↓kontraktilitas ventrikel ↓ stroke volume ↑ volume residue
ventrikel ↑ volume akhir diastolik ventrikel ↑ tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri ↑ tekanan atrium kiri à ↑ pembuluh darah paru
tekanan hidrostatik kapiler paru > tekanan onkotik pembuluh darah
transudasi cairan ke dalam interstisial edema interstisial edema
paru
↑ kronik tekanan vena paru ↑ tekanan arteri pulmo hipertensi
pulmonalis akan meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan
edema dan kongesti sistemik
17
b. Peningkatan Afterload
c. Gangguan dalam pengisian ventrikel = Diastolic Dysfuntion
18
Gambar Gangguan sistolik dan diastolic
19
2. Perubahan Neurohormonal
Perubahan neurohormaonal terjadi akibat respon dari
penurunan Cardiac Output. 3 sistem yang berperan penting adalah
(1) Sistem saraf adrenergic, (2) Sistem Renin-Angiotensis-
Aldosteron dan (3) Sekresi Anti-Diuretic Hormone. Ketiga system
tersebut teraktivasi sebagai kompensasi untuk mempertahankan
perfusi darah dan pksigen ke organ vital tubuh.
Sistem saraf adrenergik teraktivasi akibat adanya perubahan
tekanan pada baroreseptor du Sinus Karotis dan Arkus Aorta.
Reseptor tersebut mendeteksi adanya penurunan tekanan darah,
kemudian sinyal akan di transmisikan melalui Nervus Kranialis IX
dan X ke pusat kardiovaskular di Medulla Oblongata . hasilnya,
system simpatis akan bekerja dengan jalan : (1) meningkatkan
denyut nadi, (2) meningkat kontraktilitas dan (3) vasokonstriksi
sistemik. Peningkatan denyut nadi dan kontraktilitas jantung
bertujuan untuk meningkatkan Cardiac Output, sedangkan
vasokonstriksi bertujuan untuk meningkatkan tekanan darah untuk
mempertahankan perfusi jaringan. Peningkatan tahanan perifer
menyebabkan peningkatan afterload ventrikel kiri sehingga Stroke
Volume juga menurun.
Sistem Renin-Angiotensis-Aldosteron teraktivasi karena
terjadi penurunan perfusi di sel juxtaglomerular ginjal. Rennin
adalah enzim yang dikeluarkan ginjal untuk mengubah
Angiotensinogen yang ada di sirkulasi darah menjadi
Angitensinogen I dan akan dirubah lagi menjadi Angiotensin II oleh
Angiotensin Converting Enzyme (ACE). ANgiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tahanan perifer
untuk mempertahakan tekanan darah sistemik. Sedangkan hormone
Aldosteron menyebabkan retensi Sodium yang berperan untuk
retensi cairan intravascular. Peningkatan volume intravskular
menyebabkan terjadinya peningkatan Preload ventrikel kiri.
20
Hormon Anti Diuretik dikeluarkan oleh kelenjar pituitary
posterior akibat stimulasi dari sekresi Angiotensin II. Hormone
ADH bekera meningkatkan volume intravascular denagn cara
mereabsorbsi cairan di tubulus distal nefron.
21
Gambar Peran Neurohormonal
22
intertisial paru. Keadaan tersebut memhambat
pertukaran gas dan meningkatkan resistensi udara.
Ortopnoe Ketika posisi supine terjadi redistribusi cairan
Paroksismal nocturnal
ekstravasasi ke perifer akibat dari ventrikel tidak
dipsnoe
mampu beradaptasi dengan peningkatan volume
darah dengan cepat. Keadaan ini memperparah
tekanan dari kapiler pulmonal dan memperberat
edema di interstisial paru.
Batuk dengan sputum Akibat kongesti pulmonal, Ruptur pada vena
frothy-blood bronkial menyebabkan hemomptisis
Gangguan memori Manifestasi akibat penurunan perfusi di otak
Pengurangan jumlah urin Pengurangan perfusi di ginjal, yang dapat
mengakibatkan acute kidney injury (AKI) atau
chronic kidney diasease (CKD)
Nokturia Pada posisi supine, terjadi peningkatan aliran darah
menuju ginjal, menyebabkan diuresis
Tanda
Cardiac Asma Ronki dan wheezing yang disebabkan oleh
obstruksi karena edema pulmonal
Regurgitasi mitral Muncul ketika ventrikel dilatasi dan menarik katup
mitral sehingga fungsi mitral tidak sempurna
Pulsus alternans Muncul pada disfungsi ventrikel
23
yang hilang karena dipsnoe
Tanda
Peningkatan JVP Peningkatan aliran darah vena dan aliran balik tidak
adekuat
Tanda Kussmaul Peningkatan tekanan pada atrium
Regurgitas trikuspid Muncul ketika ventrikel dilatasi dan menarik katup
trikuspid sehingga fungsi katup trikuspid tidak
sempurna
Gagal Jantung Kiri atau Kanan
Nyeri dada Primer iskemi miokard atau coronary artery
disease (CAD) atau sekunder akibat peningkatan
tekanan saat pengisian ventrikel, kegagalan cardiac
output atau hipoksemia
Palpitasi Sinus takiardi: kompensasi akibat dari gagal jantung
Atrial/ventricular takikaritmia: dilatasi dari ruangan
jantung
Lemah/ mudah lelah Hipoksemia yang kronis akibat gangguan perfusi
jaringan yang mengakibatkan penurnan kekuatan
otot dan gangguan metabolisme
Tanda
S3 gallop Pengisian abnormal akibat dilatasi ventrikel
S4 gallop Kekuatan kontraksi atrium yang berlebihan sebagai
kompensasi melawan tekanan ventrikel
Kardiomegali Secara kronik jantung memompa lebih kuat dan
terjadi dilatasi dari otot jantung
24
5. Kardiomegali
6. Edema paru akut
7. Gallop S3
8. Refluks hepatojugular positif
Kriteria minor
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Sesak pada aktivitas
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
7. Takikardia (>120 denyut/menit)
Mayor atau minor
• Penurunan BB 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
25
transmural sebelumnya. Adanya hipertropi, budle branch block, disinkroni
elektrikal, interval QT yang memanjang, disitmia, atau perimiokarditis
harus diperhatikan.
2 Radiologi
1. Foto Rontgen Toraks PA
Dapat menunjukkan adanya kardiomegali dengan tanda
Cardio-Thoracic ratio > 50%. Rontgen toraks juga dapat
menunjukan adanya edema paru sebagai tanda dari kongesti paru
2. Ekokardiografi
Digunakan untuk mencari kelainan structural pada jantung
seperti kelainan katup : Stenosis dan regurgitasi Aorta, Stenosis dan
regurgitasi Mitral dan juga dapat melihat hipertrofi ventrikel, untuk
evaluasi dan monitor fungsi sistolik ventrikel kiri dan kanan secara
regional dan global, fungsi diastolik, struktur dan fungsi valvular,
kelainan perikard, komplikasi mekanis dari infark akut, adanya
disinkroni, juga dapat menilai semi kuantitatif non invasive, tekanan
pengisian dari ventrikel kanan dan kiri, stroke volum dan tekanan
arteri pulmonalis yang dengan demikian dapat menentukan strategi
pengobatan.(13)
26
basa (PH) dan harus dinilai setiap pasien dengan respiratory distress
berat. Asidosis pertanda perfusi jaringan yang buruk atau retensi
CO2 dikaitkan dengan prognosa yang buruk. Pengukuran dengan
pulse oxymetry dapat menggantikan analisa gas darah arterial.
Tetapi tidak dapat memberikan informasi pCO2 atau keseimbangan
asam basa, dan tidak dapat dipercaya pada sindroma low-output
yang berat atau vasokonstriksi dan status syok.(13)
2.11 Penatalaksanaan8
Tatalaksana Farmakologis
Padap pasien gagal jantung dengan hipertensi, sangat penting untuk
menurunkan dan memantau terus tekanan darahnya. Penggunaan oabt
diuretic terukti mengurangi gejala gagal jantung pada psien dengan
hipertensi. Kombinasi dengan obat ACE Inhibitor, ARBs, CCB dan Beta
Blocker menambah efektivitas.
27
Rekomendasi Diuretik
Diuretik dgiunakan untuk mengurangi volume intravascular dan
mengurangi transudasi cairan ke jaringan interstisial. Diuretic sudah
menjadi obat pilihan untuk pasien gagal jantung. Diuretik yang sudah biasa
dipakai adalah Loop diuretic (Furosemide). Golongan Thiazide menjadi
obat pilihan untuk pasien gagal jantung dengan hipertensi. Target
pemberian diuretic adalah untuk menghilangkan gejala retensi cairan.
Obat Lain
Golongan tatin di rekomendasikan untuk diberikan pada pasien
gagal jantung akut mengingat efeknya untuk mencegah penyakit
kardiovaskular. Statin juga digunakan untuk menurunkan kolesterol pada
pasien gagal jantung dengan hiperlipidemi. Efek lain yang diberikan satin
yaitu efek anti inflamasi, mencegah stress oksidativ dan meningkatkan
stabilitas vascular.
28
Tabel 3.7 Rekomendasi Obat Diuretik
Tatalaksana Non-Farmakologis
1. Gaya hidup sehat
2. Restriksi Garam
3. Penggunaan CPAP untuk mengurangi gejala malam hari saat tidur
4. Latihan fisik dan Cardiac Rehabilitation dengan cara melatih
sedikit demi sedikit tbuh untuk melakukan aktivitas ringan sampai
sedang agar membantu menurunkan derajat gagal jantung. Hal ini
sudah diteliti dapat meningkatkan prognosis gagal jantung lebih
baik.
Pasien dengan gagal jantung harus dapat memperhatikan perjalanan
pernyakitnya. Pasien harus diedukasi untuk menjaga gaya hidupnya, belajar
untuk dapat beraktivitas sendiri dan tidak mengandalkan orang lain untuk
beraktivitas. Yang terpenting adalah kesadaran pasien untuk mengkonsumsi
obat secara teratur dan juga kontrol rutin berkala.
29
Tabel Target pengobatan pada Pasien dengan Gagal Jantung
Target Pengobatan pada Pasien dengan Gagal Jantung Akut
Segera/saat perawatan di ruang intensif
Memperbaiki keluhan-keluhan
Memperbaiki oksigenasi
Memperbaiki perfusi organ dan hemodinamik
Mencegah kerusakan jantung dan ginjal
Perawatan di ruang intensif sesingkat mungkin
Saat Perawatan di ruang perawatan (intermediate)
Stabilkan pasien dan optimalkan strategi terapi
Mulai pengobatan terapi farmakologi yang tepat untuk penyelamatan
Pertimbangan pemasangan alat bantu untuk pasien yang tepat
Perawatan RS sesingkat mungkin
Jangka panjang dan penanganan saat berobat jalan
Rencanakan startegi terapi lanjut
Diingatkan kemabli untuk penyesuaian pola hidup yang tepat
penjelasan mengenai pencegahan sekunder
Pencegahan perawatan ulang
Memperbaiki kualitas hidup dan harapan hidup
2.12 Komplikasi
Komplikasi gagal jantung meliputi: (10)
1. Cachexia jantung
Jika pasien gagal jantung dengan kelebihan berat badan, kondisi
mereka cenderung lebih parah. Indikator penting dari kondisi memburuk
adalah terjadinya cachexia jantung, yang ditandai dengan berat badan yang
cepat menurun (kehilangan sedikitnya 7,5% dari berat normal dalam waktu
6 bulan).
30
Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa
darah, hal ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk ginjal.
Penurunan fungsi ginjal umumnya terjadi pada pasien dengan gagal jantung,
baik sebagai komplikasi gagal jantung dan sebagai komplikasi berbagai
penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung (seperti diabetes).
Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan
fungsi ginjal meningkatkan risiko komplikasi jantung termasuk rawat inap
dan kematian.
3. Aritmia
1. Fibrilasi atrium adalah mengalahkan cepat bergetar di ruang atas
jantung. Ini adalah penyebab utama stroke dan sangat berbahaya pada
penderita gagal jantung.
2. Takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel adalah aritmia serius yang
dapat terjadi pada pasien ketika fungsi jantung secara signifikan
terganggu.
4. Depresi
Studi menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki efek biologis
yang merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah,
tekanan darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi
mungkin gagal untuk mengikuti petunjuk medis dan tidak dapat menjaga
diri mereka sendiri.
5. Angina dan serangan jantung
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung, pasien dengan gagal jantung memiliki risiko lanjutan untuk angina
dan serangan jantung.
6. Kongesti paru
7. Cardiac arrest
8. Sudden death.
9. Tromboemboli
Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis
vena dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan
31
emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan
pemberian warfarin
32
Pencegahan (1,2)
33
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS MEDIK
BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUD KOTA BEKASI
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Emah Wulandari
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Kp. Rawa panjang 02/04 Sepanjang Jaya, Rawa
Lumbu
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Karyawati Swasta
Tanggal masuk RS : 16 November 2017
No. RM : 09850427
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan pada tanggal senin, 20 November 2017 pukul 07.30
WIB secara autoanamnesa di bangsal Wijaya Kusuma RSUD dr. Chasbullah
Kota Bekasi oleh dokter muda Putri Hidayah Afriani.
A. Keluhan Utama
Sesak napas sejak ± 1 minggu SMRS
B. Keluhan Tambahan
lemas, batuk berdahak, mual, sakit kepala dan bengkak pada kedua kaki
34
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita 27 tahun datang ke Rumah Sakit RSUD dr .
Chasbullah Kota Bekasi dengan keluhan sesak napas sejak ± 1 minggu
SMRS. Sesak nafas dirasakan sejak kira-kira 1 tahun yang lalu, dan
semakin lama semakin memberat. Sesak nafas dirasakan timbul mendadak
terutama jika pasien berjalan dan beraktivitas, berkurang jika pasien
beristirahat. Saat sesak, tidak terdengar suara “ngik” tanpa adanya faktor
pencetus seperti debu, bulu kucing, ataupun asap rokok. Sesak juga
dirasakan pasien pada malam hari ketika pasien tidur sehingga pasien
sering terbangun karena sesak nafas. Pasien lebih nyaman tidur dengan 2
bantal agar tidak merasa sesak.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah lemas, nyeri kepala,
mual, batuk yang terkadang berdahak dirasakan 2 hari SMRS, dan pasien
juga mengeluh bengkak pada kedua tungkai, bengkak sudah dialami
pasien sejak 1 minggu SMRS. Tidak ada bagian tubuh lain yang bengkak.
Pasien mengaku tidak merasa demam sebelumnya, muntah, diare ataupun
nyeri perut. Buang air besar dan buang air kecil normal.
Pasien mengaku sering mengalami keluhan yang sama pada
beberapa tahun belakangan, dan pasien mengaku rutin kontrol kepoli
jantung RSUD dr Chasbullah kota Bekasi.
35
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memilik riwayat hipertensi, kencing manis,
hiperlipidemi, penyakit jantung, penyakit paru, gangguan fungsi ginjal
dan hepar disangkal.
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan yang berlemak
seperti makanan yang mengandung santan, jeroan dan goreng-gorengan.
Jarang berolahraga. Pasien menyangkal merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol ataupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 36 x/menit
Suhu : 36,5 0C
3. Status Generalis
a. Kesadaran
GCS : E4M6V5 = 15 ( Compos Mentis )
b. Kulit : Warna kuning langsat, tidak ikterik maupun
36
sianosis
c. Kepala : Bentuk normal, normocephali, rambut
hitam distribusi merata.
d. Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-) , sclera ikterik
(-)/(-), pupil bulat isokhor dengan diameter
3mm / 3mm, reflex cahaya (+)/(+), reflex
cahaya tak langsung (+)/(+), oedema
palpebra (-)/(-)
e. Telinga : Normotia, secret (-)/(-), darah (-)/(-)
f. Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum,
darah (-)/(-), pernapasan cuping hidung (-)
g. Mulut :
Bibir : bentuk normal, simetris, mukosa warna
merah muda, basah, tidak pucat,
tidak sianosis
Gigi dan gusi : gigi geligi lengkap, oral hygine baik.
Lidah : bentuk normal, simetris, tidak ada deviasi,
permukaan tidak kotor, tepi tidak hiperemis
Uvula : letak di tengah, tidak tremor, tidak
hiperemis, tidak membesar
37
Palpasi : Vocal fremitus simteris di kedua lapang
paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua lapang
Paru (+)/(+), wheezing (-)/(-), ronchi (+)/(+)
j. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 6 garis
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas kanan di ICS IV-V garis sternalis
kanan Batas kiri di ICS VI dua jari lateral dari garis
midklavikularis kiri Pinggang jantung di ICS III garis
parasternalis kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular,
murmur (-)/(-), gallop (-)/(-)
k. Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, tidak ada kelainan kulit
yang bermakna
Auskultasi : Bising usus (+) 2x/menit
Perkusi : Timpani di seluruh region abdomen,
Shifting dullness (-)
Palpasi : Supel (+), Tidak teraba pembesaran organ,
nyeri tekan (-), ballottement (-)/(-)
l. Ekstremitas
Atas : Simetris, kuku sianosis (-), akral hangat
CRT < 2 detik, pitteing oedem (-)/(-)
Bawah : Simetris, kuku sianosis (-), akral hangat,
CRT < 2 detik, Pitting oedem (+)/(+).
38
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium 16 November 2017
Jenis
Hasil Nilai normal Interpretasi
Pemeriksaan
Hematologi
Fungsi hati
SGPT 36 <41
Diabetes
Elektrolit
39
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 November 2017
Jenis
Hasil Nilai normal Interpretasi
Pemeriksaan
Fungsi Ginjal
Profil lipid
40
B. Elektrokardiografi (EKG), 17 November 2017
Interpretasi EKG
Interpretasi
Komponen
17 November 2017
Irama Sinus
Heart Rate 100 x/menit
Regularitas Regular
ST elevasi (-)
ST depresi (-)
T depresi (-)
41
Kesan :
C. Foto Thoraks
COR
42
- CTR > 50%
- Pinggang jantung menghilang
- Apeks tertanam
Pulmo
- Corakan bronkhovaskular normal
- Kranialisasi (-)
- Sinus kostofrenikus tajam kanan kiri
- Diafragma baik berpotongan pada iga 6
V. RESUME
43
Pada pemeriksaan fisik diapatkan : Keadaan umum tampak sakit
sedang; Kesadaran Compos mentis; Tekanan Darah 100/80 ; Nadi 90
x/menit ; Pernapasan 36 x/menit ; Suhu 36,5 0C. Status generalis
didapatkan pada pemeriksaan leher JVP 5 ± 4 cmH20, distensi vena
jugularis dextra (+), pada pemeriksaan toraks batas jantung kiri di ICS 6
dua jari lateral garis Mid klavikularis kiri. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatan Pitting Oedem pada kedua tungkai pasien.
Pemeriksaan penunjang EKG didapatkan kesan Hipertrofi Ventrikel
Kanan. Pada pemeriksaan Rontgen Toraks didapatkan gambaran
karidomegali tanpa bendungan paru kiri. Pada pemeriksaan Laboratorium
darah didapatkan elektrolit imbalance, ureum kreatinin meningkat, dan
penurunan HDL.
XI. PENATALAKSANAAN
A. Non Medika Mentosa
44
Tirah baring & restriksi cairan
O2 Nasal Kanul 4L/menit
B. Medika Mentosa
IVFD fetrolit / 8 jam
Drip Dobutamin 10 mg / kgbb habis, stop
Inj. Furosemide 2 x 1 amp
Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Ramipril 2 x 2,5
Digoxin 1 x 0,5 tab
Ranitidine 2 x 1
Ondancentron 2 x 8 mg
Omeprazole 1 x 1 tab
X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad functionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam
Follow Up
21 November 2017
45
nafsu makan vesikuler +/+, ronkhi 2,5
(-), batuk -/-, wheezing -/- Digoxin 1 x
membuat Jantung : BJ 1-2 0,5 tab
nyeri dada reguler, murmur(-), Syr sucralfat
gallop (-) 4 x C1
Abdomen : Supel, BU
2x/m, nyeri tekan(-),
hepatomegali (-)
Ekstremitas bawah:
pitting oedem (+)/(+)
22 November 2017
wheezing -/-
Jantung : BJ 1-2
reguler, murmur(-),
gallop (-)
Abdomen : Supel,
BU 2x/m, nyeri
46
tekan(-),
hepatomegali (-)
Ekstremitas : pitting
oedem (-)/(-)
Foto thorax:
Cardiomegaly tanpa
bendungan paru
47
DAFTAR PUSTAKA
48
11. ESC. Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic
Heart Failure. 2008. 2392-3
12. Baughman, C. Diane. Keperawatan medical bedah buku saku untuk brunner
dan suddart, 1st ed. Alih bahasa : yasmin asih. Jakarta : EGC. 2002
49