Anda di halaman 1dari 4

Hepatitis A pada Anak

Hepatitis A

Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. virus ini menyebar
terutama melalui ingets makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang yang
terinfeksi dan sangat erat hubungannya dengan kurangnya penggunaan air bersih, sanitasi
yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk. Hepatitis A tidak menyebabkan
penyakit hati kronis dan jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang
melemahkan tubuh dan dapat menjadi hepatitis fulminant, yang berhubungan dengan
kematian yang tinggi.2,3,4

Diagnosis Banding

Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (virus DNA) yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang kemudian dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan,
sedangkan yang kronis jika penyakit menetap, tidak mengalami penyembuhan secara klinis
atau hasil laboratorium bertahan menetap selama 6 bulan. 3

Penyakit ini dapat menular secara parental dan menembus membrane mukosa, terutama
melalui hubungan seksual. penanda HBsAg diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh
dari penderita yaitu saliva, air mata, cairan seminal, CSF, asites, dan air susu ibu (vertikal
transmisi) adalah infeksius.

Infeksi virus Hepatitis B akut tidak membutuhkan terapi antiviral. Terapi yang diberikan
hanya terapi suportif dan simptomatis karena sebagian besar infeksi virus Hepatitis B pada
dewasa dapat sembuh spontan. Terapi antiviral dini hanya diperlukan pada kurang 1% kasus,
pada kasus hepatitis fulminant atau imunokompromais. Pencegahan terhadap virus ini
dilakukan melalui vaksinasi.5

Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi dari spesies leptospira.
Fase akut (fase septik) dimulai setelah masa inkubasi antara 2-20 hari. Timbulnya lesi
jaringan akibat invasi langsung leptospira dan toksin, menandakan fase akut. Gejala klinis
akan berkurang bersamaan dengan berhentinya proliferasi organisme di dalam darah. Fase
kedua (fase imun) ditandai dengan meningkatnya titer antibody dan inflamasi organ yang
terinfeksi. Gajala klinis yang khas yaitu nyeri otot (myalgia), demam, gangguan ginjal, ruam
kulit, konjungtivitis dll.2

Pengobatan dengan terapi empiris dapat diberikan penisilin, doksisiklin, ceftriaxone.


Sedangkan untuk pencegahan dapat dilakukan vaksinasi untuk mengurangi insiden atau
dengan pemberian doksisiklin 1x200mg.3,4

Etiologi

Hepatitis A adalah suatu virus RNA yang tidak berkapsul berukuran 27 nm, tahan panas,
asam dan eter, termasuk falimi picona virus. Virionnya mengandung empat polipeptidakapsid
yang ditandai VP1 sampai VP4, yang dihasilkan dari pembelahan produk poliprotein suatu
genom nukleotida 7500 secara pascatranslasi. Hepatitia A memiliki masa inkubasi kurang
lebih 4 minggu. Replikasinya terbatas pada hati, dan selama akhir masa inkubasi dan fase
praikterus akut, virus tersebut terdapat dalam hati, empedu, feses, dan darah.

Meskipun virus tetap berada di hati, tersebar dalam feses, viremia dan infektivitasnya hilang
segera setelah ikterusnya tampak jelas. Tidak seperti virus hepatitis lainnya, virus hepatitis A
dapat bereplikasi dalam biakan jaringan namun replikasinya kurang baik dibandingkan
piconavirus yang lain.

Gejala Klinis

Infeksi virus hepatitis A akut menyebabkan proses nekroinflamasi akut pada hati, yang
normalnya akan sembuh spontan. Gejala yang muncul berhubungan dengan usia pasien. Pada
anak-anak dengan usia kurang dari 6 tahun mempunyai gejala klinis yang ringan dan
asimptomatik, sebagian tidak dijumpai icterus. Anak diatas usia 6 tahun dan dewasa, biasa
mengalami icterus dan gejala berlangsung selama 2-8 minggu. Pada hepatitis akut muncul
lemas, cepat lelah, anoreksia, muntah, rasa tidak nyaman pada abdomen, diare. Pada stadium
lanjut dijumpai demam, sakit kepala, arthralgia dan myalgia. 2,3 4 fase gejala :4

Fase Inkubasi.

Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-
beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum
yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi
ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-
30 hari.

Fase Prodromal (pra ikterik)

Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya
dapat singkat atau Insidious ditandai dengan malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah
lelah, gejala saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan
dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah umunya terjadi pada
hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.

Fase Ikterus

Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan munculnya
gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Akhir dari prodromal dan awal dari fase
klinis di tandai dengan urin yang berwarna coklat, urobilinogenuria persisten, proteinuria
ringan dan microhaematuria dapat berkembang. Feses biasanya acholic, dengan terjadinya
ikteric (60-70% pada anak-anak, 80-90% pada dewasa). Sebagian gejala mereda, namun
demam bisa tetap terjadi. Hepatomegali, nyeri tekan hepar splenomegali, dapat ditemukan.
Akhir masa inkubasi LDL dapat meningkat sebagai espresi duplikasi virocyte, peningkatan
SGOP, SGPT.

Fase konvalesen (penyembuhan).

Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu
makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan
klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan
klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.

Patogenesis

Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian masuk kealiran darah
menuju hati(vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hativirus
mengalami replikasi yang menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus
akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang
akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi
inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang akan
menekan ductus biliaris sehingga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi
penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara
uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses
konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran
kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit
terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat
partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan
melalui urin.

Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan dalam produksi
asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak
bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada
lambung sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan
teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya
gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu makan. 2,3,4

Tatalaksana

Hepatitis A adalah self limiting, tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A dan tidak
perlu perawatan khusus kecuali adanya komplikasi lain dari hepatitis A. terapi simptomatik
dan hidrasi yang adekuat sangat penting pada penatalaksanaan infeksi virus hepatitis A akut,
hindari obat-obatan yang bersifat hepatotoksik (paracetamol). Pemberian suplemen seperti B
kompleks (tiamin,folat, vit B12).2

Anda mungkin juga menyukai