Anda di halaman 1dari 102

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CKD (CRONIC KIDNEY DISEASE) + ANEMIS + DYPSNEA
DI RUANG B1 RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Oleh :
DALAN MARULI TAMPUBOLON
NIM. 1420018

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CKD (CRONIC KIDNEY DISEASE) + ANEMIS + DYPSNEA
DI RUANG B1 RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu sayarat


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
DALAN MARULI TAMPUBOLON
NIM. 1420018

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan

yang berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes

Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 2 Juni 2017

Dalan Maruli Tampubolon

NIM. 1420018

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : DALAN MARULI TAMPUBOLON

Nim : 142.0018

Program studi : D-III KEPERAWATAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.D Dengan Diagnosa


Medis CKD (Cronic Kidney Disease) + Anemis +
Dypsnea di Ruang B1 Rumkital Dr.Ramelan
Surabaya.

Serta perbaikan perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian

pernyataan untuk memperoleh gelar :

AHLI MADYA KEPERAWATAN (AMd.Kep)

Surabaya, 14 Juni 2017

Pembimbing

Dwi Supriyanti,S.Pd.,S.Kep.,Ns.,MM
NIP. 04.007

Ditetapkan : Stikes Hang Tuah Surabaya

Tanggal : 14 Juni 2017

iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah dari :
Nama : DALAN MARULI TAMPUBOLON

Nim : 142.0018
Program studi : D-III KEPERAWATAN
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Ny.D Dengan Diagnosa
Medis CKD (Cronic Kidney Disease) + Anemis +
Dypsnea di Ruang B1 Rumkital Dr.Ramelan
Surabaya.

Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah Stikes


Hang Tuah Surabaya,
Pada
Hari,tanggal : Rabu , 14 Juni 2017
Bertempat di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Dan dinyatakan Lulus dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN pada prodi D-III
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.

Penguji I : Dwi Supriyanti, S.Pd.,S.Kep.,Ns.,MM


Nip.04.007

Penguji II : Muharini, S.Kep.,Ns


Nip.196410171987032005

Mengetahui
Stikes hang tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan

Dya Sustrami,S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIP. 03007

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Srabaya

Tanggal : 14 Juni 2017

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. My family is everything for me.

2. Study is not something you endure, but something you understand

3. Better to feel how hard education is at this time rather than fell the

bitterness of stupidity, later.

(LDMTB17)

PERSEMBAHAN

Puji Tuhan atas segala pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam

segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak

mungkin bisa ku balas dengan apapun.

2. Seluruh Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya mulai dari Ketua dan seluruh

jajaran staf yang sensntiasa mendukung seluruh kegiatan pembelajaran

3. Seluruh mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya angkatan XX tahun 2014

yang senantiasa berjuang bersama-sama.

4. Seluruh tim medis Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang senantiasa

membantu dalam memberikan arahan dan masukan dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini.

v
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah Nya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini

dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

program Ahli Madya Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis bukan

hanya karena kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan berbagai

pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan,

oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Laksamana Pertama TNI dr. I.D.G Nalendra D.I.,Sp.B.,Sp.BTKV (K), Selaku

Kepala Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, yang telah memberikan ijin dan

bahan praktek untuk penyusunan karya tulis dan selama kami berada di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

2. Kolonel Laut (K/W) Purn. Wiwiek Liestyaningrum, M. Kep selaku Ketua

Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami

untuk praktik di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dan menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

3. Dya Surstrami, S.Kep.Ns, M.Kes, selaku Kepala Program Studi D-III

Keperawatan yang telah memberikan dorongan penuh dengan wawasan

dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

vi
4. Dwi Supriyanti, S.Pd,S.Kep.,Ns.,MM, selaku Pembimbing, yang dengan

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian dalam

memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan masukan dalam penyelesaian

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Muharini, S,Kep.,Ns, selaku Penguji, yang dengan tulus ikhlas telah

memberikan arahan dan masukan atas penyusunan dalam penyelesaian karya

tulis ilmiah ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan

bekal bagi penulis untuk materi-materi kuliah yang penuh nilai dan makna

dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada seluruh

tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama

menjalani studi dan penulisannya.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan dalam naungan Stikes Hang Tuah Surabaya

yang telah memberikan dorongan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini

dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga hubungan

persahabatan tetap terjalin.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuannya penulis hanya bisa berdoa semoga Tuhan membalas amal baik

semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesainya karya tulis

ilmiah ini.

vii
Selanjutnya, Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik

konstruktif senantiasa Penulis harapkan. Akhirnya Penulis berharap, semoga

karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca

terutama bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya,02 Juni 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................4

1.3. Tujuan ..................................................................................................4

1.3.1. Tujuan Umum .........................................................................4

1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................4

1.4. Manfaat ................................................................................................5

1.5. Metode Penelitian ................................................................................6

1.6. Sistematika Penulisan ..........................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................9

2.1. Konsep Penyakit ..................................................................................9

2.1.1. Pengertian CKD ......................................................................9

2.1.2. Etiologi CKD ..........................................................................10

ix
2.1.3. Manifestasi Klinis ...................................................................12

2.1.4. Patofisiologi ............................................................................15

2.1.5. Pemeriksaan ............................................................................16

2.1.6. Penatalaksanaan ......................................................................17

2.1.7. Komplikasi ..............................................................................20

2.1.8. Asuhan Keperawatan ..............................................................21

2.1.9. Konsep Diagnosis Keperawatan .............................................26

2.1.10. Intervensi ................................................................................29

BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................40

3.1. Pengkajian .............................................................................................40

3.1.1. Identitas .......................................................................................40

3.1.2. Riwayat Kesehatan......................................................................40

3.1.3. Pemeriksaan Fisik .......................................................................42

3.1.4. Pola Fungsi Kesehatan ................................................................47

3.2. Prioritas Masalah ....................................................................................56

3.3. Rencana Keperawatan ............................................................................57

3.4. Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan ..............................60

BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................68

4.1. Pengkajian ..............................................................................................68

4.2. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................70

4.3 Perencanaan .............................................................................................72

4.4. Pelaksanaan .............................................................................................75

4.5. Evaluasi ...................................................................................................76

x
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................78

5.1. Kesimpulan ..............................................................................................78

5.2. Saran ........................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 .................................................................................................54


Tabel 3.2 .................................................................................................57
Tabel 3.3 .................................................................................................58
Tabel 3.4 .................................................................................................61

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Masalah ....................................................................39


Gambar 3.1 Genogram ..................................................................................41

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Standar Prosedur Operasional ....................................................... 83

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ginjal manusia mempunyai fungsi untuk mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh seperti pengatur volume cairan, keseimbangan

asam basa, osmotic, ekskresi sisa metabolism, dan mengatur system

hormonal dan metabolism (Syaifudin, 2009). Ginjal merupakan organ

paling penting di tubuh manusia karena berfungsi sebagai penyaring suatu

cairan atau darah kotor. Apabila salah satu ginjal mengalami kerusakan atau

tidak berfungsi dengan baik maka seseorang tersebut akan mengalami gagal

ginjal. Gagal ginjal (renal atau kidney failure) yaitu ginjal kehilangan

kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh

dalam keadaan asupan makanan normal. (NIC-NOC, 2015)

Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan

akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang

progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa

tahun dan reversible). Masalah keperawatan yang timbul pada penderita

dengan gagal ginjal kronik adalah kelebihan volume cairan, ketidakefektifan

pola nafas, ketidakseimbangan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko

infeksi dan defisiensi pengetahuan. (NIC NOC, 2015).

Di Amerika Serikat presentasi usia 20 tahun yang menderita gagal

ginjal kronik akibat dari diabetes yaitu sekitra 35% dan untuk penderita

gagal ginjal kronik akibat hipertensi sekitar 20%. Hal ini menunjukkan

1
2

penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Di

Indonesia untuk jumlah penderita gagal ginjal kronik mencapai 150 ribu

pasien dengan total pasien 21% berusia 15-34 tahun, 49% berusia 35-55

tahun, dan 30% berusia 56 tahun. Seseorang yang terkena gagal ginjal

kronik biasanya akan mengalami komplikasi berupa anemia, penyakit

jantung, gatal, penyakit cardiovaskuler, dan disfungsi seksual (Bardley,

Wayne, dan Rubenstein, 2007). Kenyataanya penderita CKD di RSAL Dr.

Ramelan Surabaya di ruang B1 selama bulan Maret 2017 sampai dengan

bulan Mei 2017 berkisar 13% dari terhitung jumlah diagnosa yang lain.Hasil

observasi peneliti dalam kurun waktu bulan Maret 2017 sampai dengan Mei

2017 di ruang B1 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya didapatkan hasil pada

bulan maret sebanyak 8 penderita CKD, pada bulan april mengalami

penurunan 10% sebanyak 7 penderita CKD dan pada bulan mei mengalami

kenaikan 75% sebanyak 19 penderita CKD atau 20% dari total penderita

dari beberapa penyakit yang terdapat di ruang B1.

Gagal ginjal kronis seringkali menjadi penyakit komplikasi dari

penyakit lainnya. Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan

hipertensi. Masalah yang terjadi pada manusia yang disebabkan oleh

glomerulonephritis. Seperti kita ketahui, glomerulonephritis selalu di mulai

dari suatu penyakit akut hingga akhirnya merusak alat-alat yang terdapat di

dalam ginjal inilah yang disebut CKD (Sholeh, 2012). Penyebab awalnya

bisa dari dehidrasi (kurang minum) yang membuat tubuh rawan kena infeksi

saluran kemih, kemudian dapat berkembang menjadi saluran infeksi ginjal.

Walaupun infeksi saluran kemih ini diterapi dengan antibiotika, namun ada
3

yang berkembang menjadi infeksi gagal ginjal dengan konsekuensi yang

serius (Alam, 2007). Radang kronis pada penyaring ginjal

(glomerulonephritis), batu ginjal, dan batu saluran kemih yang kurang

mendapat perhatian dan obat-obatan (modern maupun tradisional). Hal ini

dipicu oleh perubahan gaya hidup yang kurang bergerak, pola makan yang

tinggi lemak dan karbohidrat, dan lingkungan sekitar yang tidak baik.

Gejala awal gagal ginjal sering tidak terasa namun semakin lama

fungsi ginjal sudah menurun sampai tingkat parah yang tidak dapat

dipulihkan lagi, perlu digalakkan pentingnya memelihara kesehatan ginjal.

Pencegahan dan pengobatan untuk penderita gagal ginjal juga sangat

penting, beberapa pengobatan yang bisa dilakukan misalnya menjaga pola

makan pasien, pemasukan natrium dan kalium melalui makan harus di beri

batasan sampai batas minimal. Jumlah cairan yang di minum juga harus

disesuaikan dengan jumlah yang dikeluarkan. Pengobatan gagal ginjal

stadium akhir adalah dengan dialysis dan transplantasi ginjal. Dialisis dapat

digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang

optimal sampai tersedia donor ginjal. Pengobatan atau penanganan pada

masalah keperawatan dan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien

dengan gagal ginjal kronik dapat diberikan berbagai macam tindakan

keperwatan baik mandiri maupun kolaborasi dengan tim medis seperti

pemberian oksigenasi, pembatasan cairan, pemberian diit makanan,

pembatasan aktivitas dan terapi obat-obatan yang dapat diberikan yaitu obat

antihipertensi, diuretic, suplemen besi, dll. Timbul berbagai manifestasi

klinis pada CKD menyebabkan timbulnya masalh biopsiko-sosial-kultural


4

spiritual. Oleh sebab itu, pasien CKD perlu dilakukan asuhan keperawatan

dengan tepat dan untuk pasien CKD sangat penting terapi gagal ginjal bagi

tubuh sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian KTI tentang

gagal ginjal kronik atau CKD.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

keperawatn CKD dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis

CKD di ruang B1 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan

pasien dengan diagnose CKD di ruang B1 Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengkaji pasien dengan CKD di ruang B1 Rumkital Dr.

Ramelan Surabaya.

2. Merumuskan diagnose keperwatan pada pasien dengan

diagnose CKD di ruang B1 Runkital Dr. Ramelan Surabaya.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnose CKD di ruang B1 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


5

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnose medis CKD di ruang B1 Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.

5. Mengevaluasi pasien dengan diagnose CKD di ruang B1

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4. Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini di harapkan dapat

memberi manfaat :

1. Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien CKD.

2. Secara praktis

Tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

a. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan

keperawatan CKD.

b. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan

keperawatan pada pasien CKD.


6

c. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pasien

CKD dengan baik.

1.5. Metode Penelitian

1. Metode

Metode yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif, yaitu

metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang

terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan

prose keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu dengan

menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara

Data diambil/ diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

keluarga maupun tim kesehatan lain.

b. Observasi

Data diambil/ diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

keluarga maupun tim kesehatan lain

c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat

menunjang menegakkan diagnose dan penanganan selanjutnya.


7

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis yaitu menggunakan data

sebagai berikut :

a. Data Primer

Sumber data yang diperoleh langsung dari pasien, apa yang

dikatakn oleh pasien dan keluhan yang dirasakan pasien secara

langsung.

b. Data Sekunder

Sumber data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat

pasien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim

kesehatan lain.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang diperoleh melalui beberapa sumber buku.

Majalah antara lain: Syifudin 2009, Price & Wilson 2006, Nic Noc

2015, Nanda 2012, Bardley, Wayne dan Rubenstein 2007, Prabowo

2014, Muttaqin 2011, Nanda, NIC, NOC 2016.

1.6. Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan

memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu :

1. Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan, komisi pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

2. Bagaian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari

sub bab berikut ini :


8

BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

studi kasus.

BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari

sudut medis dan asuhan keperawatan pasien dengan

diagnose CKD, serta kerangka masalah.

BAB 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil

pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

BAB 4 : pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB 5 : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran

3. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1. Pengertian CKD

Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebagai Chronic Kidney

Disease (CKD). Perbedaan kata kronis disini disbanding dengan akut adalah

kronologis waktu dan tingkat fisiologis filtrasi.Dijelaskan bahwa gagal ginjal

kronis merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang persisten (keberlangsungan ≥

3 bulan) dengan:

1. Kerusakan ginjal; dan

2. Kerusakan Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka ≤ 60

ml/menit/1,73 m2

Berdasarkan analisa definisi diatas, jelas bahwa gagal ginjal yang kronis

merupakan gagal ginjal akut yang sudah berlangsung lama, sehingga

mengakibatkan gangguan yang persisten dan dampak yang bersifat kontinyu.

Sedangkan National Kidney Foundation (NKF) mendefinisikan dampak dari

kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminurial over proteinuria,

abnormalitas sedimentasi, dan abnormalitas gambaran ginjal. Oleh karena itu,

perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk mengetahui

tingkat prognosanya.

1. Stadium pertama (ke-1) fungsi ginjal terlihat normal tetapi di temukan

dalam urine bahwa abnormalitas struktur atau ciri genetic menunjukkan

adanya penyakit ginjal dan GFR ≥ 90 ml/menit/1,73m2

9
10

2. Stadium ke-2 terjadi penurunan fungsi ginjal dan terdapat temuan lain

seperti pada stadium awal yang menunjukka adanya penyakit ginjal,

penurunan fungsi nefron progresif (peningkatan urea dan kreatinin serum),

Sedangkan GFR menunjukkan pada angka 60-89 ml/menit/1,73m2

3. Stadium ke-3 terjadi penurunan sedang pada fungsi ginjal dan GFR pada

angka 30-59 ml/menit/1,73m2, terdapat keluhan nokturia, lemah, mual,

nafsu makan turun, BB turun 5.

4. Stadium ke-4 penurunan fungsi ginjal secara berat dan nilai GFR pada

angka 15-29 ml/menit/1,73m2 gejala dan tanda uremia nyata : anemia,

peningkatan TD, gangguan metabolisme Fosfor&kalsium, pruritus, mual,

muntah, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan air

(hipo/hipervolemia), gangguan keseimbangan elektrolit (natrium& kalium)

5. Stadium ke-5 fungsi ginjal mengalami gagal ginjal dan nilai GFR pada

angaka <15 ml/menit/1,73m2 LFG < 15% gejala komplikasi serius, perlu

terapi pengganti ginjal ( dialisis atau transplantasi ginjal).

(The Renal Association, 2013)

2.1.2. Etiologi

Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari

penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary

illness). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi.

Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis,

yaitu (Robinson,2013) :

1. Penyakit Glomerular kronis (glomerulonetritis)

2. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)


11

3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)

4. Penyakir vaskuler (renal nephrosclerosis)

5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis)

6. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythernatosus)

7. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)

Menurut (Haryono, 2012) :

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis) primer dan

sekunder.Glomerulonefritis adalah peradanganginjal bilateral,

biasanya timbul pascainfeksi streptococcus.Untuk glomerulus akut,

gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air,

natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul edema dan

azotemia,peningkatan aldosteron menyebabkan retensi air dan

natrium.Untuk glomerulonefritis kronik, ditandai dengan

kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan tampak ginjal

mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan bergranula.Ini

disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena

tubulus mengalami atropi, fibrosis intestisial dan penebalan

dinding arteri.

3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri

renalis).

Merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada

ginjal.Sebaliknya, GGK dapat menyebabkan hipertensi melalui

mekanisme.Retensi Na dan H2O, pengaruh vasopresor dari system


12

rennin, angiotensi dan defisiensi prostaglandin;keadaan ini

merupakan salah satu penyebab utama GGK, terutama pada

populasi bukan orang kulit putih.

4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa,

sklerosis sistemik).

5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulas ginjal).Penyakit ginjal polikistik yang ditandai

dengan kista multiple,bilateral yang mengadakan ekspansi dan

lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal

normal akibat penekanan.Asidosis tubulus ginjal merupakan

gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal/kehilangan HCO3 dalam

kemih walaupun GFR yang memadai tetap dipertahankan,

akibatnya timbul asidosis metabolic.

6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).

7. Nefropati toksik.

8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

2.1.3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan

gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi

dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs

multifunction), sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan

mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.

Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal

kronis (Robinson, 2013):


13

1. Ginjal dan Gastrointestinal

Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut

kering, penurunan turgor kulit, kelemahan, fatique, dan mual.

Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri

kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah

peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami

kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkmpensasi akan

mengakibatkan asidosis metabolic. Tanda paling khas adalah

terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.

2. Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardornyopati, utteric

percaditis, effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade

jantung), gagal jantung, edema periobital dan edema perifer.

3. Respiratory System

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan

efusi pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pluritis dan

uremic lung, dan sesak napas.

4. Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa

gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan

kemungkinan juga disertai parotitis, esophagitis, gastritis, ulseratif

duodenal, lesi pada usus halus/ usus besar, colitis, dan pankreatitis.

Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea

dan vorniting.
14

5. Integument

Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering da nada scalp.

Selain itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis,

petechiae, dan timbunan urea pada kulit.

6. Neurologis

Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy parifer, nyeri,

gatal pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot

dan reflex kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk

meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG

menunjukkan adanya perubahan metabolic encephalophaty.

7. Endokrin

Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea, dan

gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan

sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan

metabolism karbohidrat.

8. Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,

trombositopenia (dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet.

Biasanya masalah yang serius pada system hermatologi

ditunjukkan denganadanya pedarahan (purpura, ekimosis, dan

petechiae)

9. Musculoskeletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur

pathologis, dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard)


15

2.1.4. Patofisiologi

Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastic yang

berasal dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai

50% dalam hal GFR (Glomerular Filtration Rate). Pada penurunan

fungsi rata-rata 50%, bisanya muncul tanda dan gejala azotemia

sedang, poliuri, nokturia, hipertensi, dan sesekali terjadi anemia.

Selalin itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka kesimbangan

cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala

gagal ginjal kronis hamper sama dengan gagal ginjal akut, namun

awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal

kronis membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh sitem tubuh

dan sering mengakibatkan komplikasi (Madara, 2008).


16

2.1.5. Pemeriksaan

Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk

menegakkan diagnosa gagal ginjal kronis

1. Biokimiawi

Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dari

kreatinin plasma. Untuk hasilnya yang lebih akurat untuk

mngetahui fungsi ginjal adalah dengan analisa creatine clearance

(klirens kreatinin). Selain pemeriksaan fungsi ginjal (Renal

Function Test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dilakkukan

untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh

sebagai bentuk kinerja ginjal.

2. Urinalisis

Urinalisis dilakukan untuk menapis ada atau tidaknya infeksi pada

ginjal atau perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan

parenkim ginjal.

3. Ultrasonografi ginjal

Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan

informasi yang mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal

ginjal. Pada klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya

obstruksi atau jringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari

ginjal pun akan terlihat.


17

2.1.6. Penatalaksanaan

Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan

pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal

kronis adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan

mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk

memperpanjang harapan hidup klien. Sebagai penyakit yang kompleks,

gagal ginjal kronis membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan serius,

sehingga akan meminimalisi komplikasi dan meningkatkan harapan

hidup klien. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam melakukan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik (Robinson,

2013):

1. Perawatan kulit yang baik

Perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik melalui personal

hygiene (mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang

mengandung lemak dan lotion tanpa alcohol untuk mengurangi

rasa gatal. Jangan menggunakan gliserin/ sabun yang mengandung

gliserin karena akan mengakibatkan kulit semakin kering.

2. Jaga kebersihan oral

Lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu

sikat yang lembut/spon. Kurango konsumsi gula (bahan makanan

yang manis) untuk mengurang rasa tidak nyaman di mulut.


18

3. Beri dukungan nutrisi

Kolaborasi dengan nutritionist untuk menyediakan menu makanan

favorit sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan intake tinggi

kalori, rendah natrium dan kalium

4. Pantau adanya hyperkalemia

Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang/kram

pada lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu pemantauan

hyperkalemia dengan hasil ECG. Hyperkalemia bisa diatasi dengan

dialysis.

5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia

Kondisi hiperfosfatemia dan hipokalsemia bisa diatasi dengan

pemberian antasida (kandungan alumunium/kalsium karbonat)

6. Kaji status hidrasi dengan hati-hati

Dilakukan dengan memeriksa ada atau tidaknya distensi vena

jugularis, ada atau tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain

itu, status hidrasi bisa dilihat dari keringat berlebih pada aksila,

lidah yang kering, hipertensi, dan edema perifer. Cairan hidrasi

yang diperbolehkan adalah 500-600 ml atau lebih dari haluaran

urine 24 jam.

7. Kontrol tekanan darah

Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi di cegah

dengan mengontrol volume intravaskuler dan obat-obatan

antihipertensi.
19

8. Pantau ada atau tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi

9. Latih klien napas dalam dan batuk egektif untuk mencegah

terjadinya kegagalan napas akibat obstruksi.

10. Jaga kondisi septik dan aseptic setiap prosedur perawatan (pada

perawatan luka operasi)

11. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan

Pantau kadar hemoglobin danmatokrit klien. Pemberian heparin

selama klien menjalani dialisi harus disesuaikan dengan kebutuhan

12. Observasi adanya gejala neurologis

Laporkan segera jika dijumpai kedutan, sakit kepala, kesadaran

delirium, dan kejang otot. Berikan diazepam/fenitoin jika dijumpai

kejang.

13. Atasi komplikasi dari penyakit

Sebagai penyakit yang sangat mudah menimbulkan komplikasi,

maka harus dipantau secara ketat. Gagal jantung kongestig dan

edema pulmonal dapat diatasi dengan membatasi cairan, diet

rendah natrium, diuretik, prepanat inotropic (digitalis/dobutamin)

dan lakukan dialysis jika perlu. Kondisi asidosis metabolic bisa

diatasi dengan pemberian natrium bikarbonat atau dialysis.

14. Laporkan segera jika ditemui tanda-tanda pericarditis (friction rub

dan nyeri dada)


20

15. Tata laksana dialysis/ Transplantasi ginjal

Untuk membantu mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan

dialysis. Jika memungkinkan koordinasikan untuk dilakukan

transplantasi ginjal.

2.1.7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbukan dari penyakit gagal ginjal

kronis adalah :

1. Penyakit tulang

Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan

mengakibatkan deklasifikasi matriks tulang. Sehingga tulang

akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama

kan menyebabkan fraktur pathologis

2. Penyakit kardiovaskuler

Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak

secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi

glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi

ventrikel kiri)

3. Anemia

Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam

rangakaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang

mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan

hemoglobin. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb

dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal yaitu
21

bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb < 12 g/dL

dan Ht < 37% pada wanita.

4. Disfungsi seksual

Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal maka libido sering

mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria,

sedangkan pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.

2.1.8. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir

sama dengan klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian

lebih menekankan pada support system untuk mempertahankan

kondisi keseimbangan dalam tubuh (hemodynamically

process). Dengan tidak optimalnya/gagalnya fungsi ginjal,

maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam

batas ambang kewajaran. Tetapi jika kondisi ini berlanut

(kronis), maka akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis

yang menandakan gangguan system tersebut. Berikut ini adalah

pengkajian keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis :

1. Biodata

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal,

namun laki-laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait

dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gaggal ginjal

kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal

akut, sehingga tidak berdiri sendiri.


22

2. Keluhan Utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit

sekunder yang mnyertai. Keluhan bisa berupa urine output

yang menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan

kesadaran karena komplikasi pada system sirkulasi-ventilsi,

anoreksia, mual dan muntah, diaphoresis, fatigue, napas

berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena

penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme atau toksin

dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi

penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan

pola napas karena komplikasi dari gangguan system

ventilsi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada

napas. Selain itu karena berdampak pada proses metabolism

(sekunder karena intoksikasi), maka akan terjadi anoreksia,

nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya

gangguan nutrisi.

4. Riwayat penyakit dahulu

Gagal ginjal kronis dimulai dengan periode gagal ginjal

akut dengan berbagai penyebab (multiklausa). Oleh karena

itu, informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk

penegakan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK, payah

jantung, penggunaan obat berlebihan (overdosis) khususnya


23

obat yang bersifat nefrotoksik, BPH dan lain sebagainya

yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada

beberapa penyakit yang langsung mempengaruhi atau

menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes mellitus,

hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis)

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun,

sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada

penyakit ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM dan

Hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit

gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat

herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan jika

ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu

saat sakit.

6. Riwayat Psikososial

Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki

koping adaptif yang baik. Pada kliaen gagal ginjal kronis,

biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu klian

mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani

proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak

berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu

oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,

sehingga klien mengalami kecemasan.

7. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital


24

Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue),

tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada

pemeriksaan TTV sering didapatkan RR meningkat

(tachypnea), hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi

fluktuatif

8. Sistem Pernapasan

Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi

asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan

akan mengalami patologis gangguan. Pola napas akan

semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh

mempertahankan ventilasi (kussmaull)

9. System Hematologi

Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat.

Selain itu, biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin,

CRT > 3 detik, palpitasi jantung, chest pain, dyspnea,

gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.

Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolism

semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam

ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering

ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.

10. Sistem Neuromuskuler

Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami

hiperkarbicdan sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena


25

itu, penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi akan

dialami klien gagal ginjal kronis.

11. System Kardiovaskuler

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian

gagal ginjal kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan

darah yang tinggi diatas ambang kewajaran akan

mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan

memicu retensi natrium dan air sehingga

akanmeningkatkan beban jantung.

12. System Endokrin

Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal

ginjal kronis akan mengalami disfungsi seksualitas karena

penurunan hormone reproduksi. Selain itu, jika konsisi

gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes

mellitus, maka aka nada gangguan pada sekresi insulin

yang akan berdampak pada proses metabolisme.

13. Sistem Perkemihan

Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks

(filtrasi sekresi, reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi

yang paling menonjol adalah penurunan urine output < 400

ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine

output)
26

14. System Pencernaan

Gangguan system pencernaan lebih dikarenakan efek dan

penyakit (stress effect). Sering ditemukan anoreksia,

nausea, vomit, dan diare.

15. System Muskuloskeletal

Dengan penurunan/ kegagalan fungsi sekresi pada gagal

ginjal maka berdampak pada proses demineralisasi tulang,

sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.

2.1.9. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan gagal

ginjal kronis (GGK) adalah (Nanda, 2012-2014):

1. Kelebihan volume cairan (00026)

Definisi: Peningkatan retensi cairan isotonic

Batasan Karakteristik

- Bunyi napas adventisius

- Gangguan elektrolit

- Anasarka

- Ansietas

- Azoternia

- Perubahan tekanan darah, status mental, pola pernapasan

- Penurunan hematocrit, hemoglobin

- Dyspnea

- Edema

- Peningkatan tekanan vena sentral dan distensi vena jugularis


27

- Asupan melebihi haluaran

- Oliguria, ortopenea, dan efusi pleura

- Perubahan tekanan arteri pulmonal dan kongesti pulmonasi

- Perubahan BJ urine

- Bunyi jantung S3

- Penambahan berat badan dalam waktu singkat

Faktor yang Berhubungan :

- Gangguan mekanisme regulasi

- Kelebihan asupan cairan

- Kelebihan asupan natrium

2. Ketidakseimbangan nutrisi. Kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolic.

Batasan Karakteristik :

- Kram abdomen dan nyeri abdomen

- Menghindari makanan

- Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal atau

penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.

- Kerapuhan kapiler

- Diare

- Kehilangan rambut berlebihan

- Bising usus hiperaktif

- Kurang makanan dan kurang informasi

- Kurang minat terhadap makanan


28

- Membrane muosa pucat

- Ketidakmampuan memakan makanan

- Tonus otot menurun

- Mengeluh gangguan sensasi rasa

- Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA

(Recommended Daily Allowance)

- Sariawan rongga mulut

- Steatore

- Kelemahan otot pengunyahan dan otot untuk menelan

Faktor yang Berhubungan :

- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient

- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

- Ketidakmampuan menelan makanan

- Faktor psikologis

3. Kerusakan integritas kulit (00046)

Definisi : Perubahan / gangguan epidermis dan atau dermis.

Batasan Karakteristik :

- Kerusakan lapisan kulit

- Gangguan permukaan kulit

- Invasi struktur tubuh

Faktor yang Berhubungan :

- Perubahan status cairan

- Perubahan turgor

- Kondisi ketidakseimbangan nutrisi


29

- Penurunan sirkulasi

4. Defisiensi pengetahuan (00126)

Definisi: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang

berkaitan dengan topic tertentu.

Batasan Kaerakteristik :

- Perilaku hiperbola

- Ketidak akuratan mengikuti perintah

- Ketidak akuratan melakukan tes

- Perilaku tidak tepat (misalnya : hysteria, bermusuhan, agitasi,

apatis)

- Pengungkapan masalah

Factor yang Berhubungan :

- Keterbatasan kognitif

- Salah interpretasi informasi

- Kurang pajanan

- Kurang dapat mengingat

- Tidak familier, dengan sumber informasi

2.1.10. Intervensi

Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi

masalah keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis (Nanda-I,

NIC NOC) :

1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient,


30

ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan

menelan makanan, factor psikologis.

Nursing Outcome Classification (NOC) :

Setelah dilakukan tindakan keperwatan sederhana ……x 24 jam klien

akan :

1008. Nutrional Status : Food and Fluid Intake

0303. Self-Care : Eating

1006. Weight : Body Mass yang dibuktikan dengan indicator (1.

Sangat Berat, 2. Berat, 3. Sedang, 4. Ringan, 5. Tidak Ada Gangguan )

Kriteria Hasil :

- Intake makanan per oral (spontan/naso feeding) adekuat

- Intake cairan (per oral/parenteral) adekuat

- Nutrisi parental adekuat

- Menyatakan nafsu makan baik

- Menyiapkan makanan dengan baik

- Menyantap makanan dengan maksimal dan mengunyahnya dengan

baik

- Menghabiskan porsi makanan tanpa adanya gangguan

- Tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah)

- Berat badan ideal

- Masa otot triceps, biceps dan subskapularis memadai

- Lemak pada panggul (wanita) memadai

- Lemak dileher (pria) memadai

- Lingkar kepala memadai dalam standar normal (anak)


31

- Proporsi antara tinggi badan dan berat badan normal (anak)

Nursing Interventrions Classification (NIC)

1100. Nutrition Management

Aktifitas Keperawatan :

- Kaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan nutrisi

klien

- Identifikasi klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan

kesukaan klien

- Intruksikan kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi

yang optimal (misalnya dengan pelaksanaan diet sesuai anjuran)

- Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari dansediakananeka ragam

makanan sesuai keinginan klien

- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendukung nafsu makan

klien

- Anjurkan klien/keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan

rongga mulut (sikat gigi) sebelum makan untuk meningkatkan

kenyamanan

- Rencanakan pemberian obat untuk mengatasi gejala yang

mengganggu nafsu makan (nyeri, mual muntah)

- Sajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat

- Atur diet makanan klien sesuai kondisi penyakit (indikasi dan

kontraindikasi)

- Berikan nutrisi tinggi serat untuk memperlancar proses pencernaan


32

- Monitoring asupan nutrisi dan kalori tiap hari

- Monitoring trend peningkatan/ penurunan berat badan tiap hari

1120. Nutrition Therapy

Aktifitas Keperawatan :

- Kaji status nutrisi klien

- Monitoring asupan cairan dan makanan serta hitung intake kalori

perhari

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentukan jumlah kebutuhan kalori klien

perhari

- Tentukan jenis asupan makanan yang akan diberikan dengan

mempertimbangkan aspek budaya dan agama klien

- Berikan nutrisi tambahan (suplemen)

- Anjurkan klien untuk makan makanan lunak untuk meminimalisir

kerja saliva dan rongga mulut

- Dorong asupan makanan tinggi kalsium dan kalium (sesuai

anjuran/diet)

- Anjurkan klien mengkonsumsi serat tinggi untuk memperlancar

proses pencernaan

- Sediakan makanan dengan tinggi protein, kalori, dan mudah untuk

dikonsumsi klien

- Siapkan pemberian makanan via sonde feeding jika diperlukan

- Jaga kebersihan selang feeding setela memberikan asupan

makanan/cairan
33

- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan nafsu makan

klien

- Bantu klien dalam mereposisi tubuh yang nyaman saat akan makan

1803. Self Care Assistance : Feeding

Aktifitas Keperawatan :

- Kaji kemampuan klien untuk menelan untuk menentukan tipe diet

- Siapkan makanan di meja saji yang mudah dijangkau klien

- Yakinkan alat bantu makan klien dalam kondisi baik untuk membantu

mengunyah dan menelan

- Bantu klien untuk mengambil makanan, jika perlu suapi klien

- Bersihkan rongga mulut klien (oral hygiene) sebelum klien makan

untuk meningkatkan kenyamanan

- Atur posisi klien senyaman mungkin untuk makan

- Sediakan makanan dan minuman klien dengan kondisi suhu hangat

- Monitoring kontinyu berat badan dan status hidrasi klien

- Batasi interaksi social ketika klien dalam kondisi makan

2. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan status

cairan, perubahan turgor, kondisi ketidakseimbangan nutrisi,

penurunan sirkulasi

Nursing Outcome Classification (NOC)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, klien

akan :
34

1105. Hemodialysis Access

1101. Tissue Integrity Skin and Mucous Membranes yang dibuktikan

dengan indicator (1. Sangan Berat, 2. Berat, 3. Sedang, 4. Ringan, 5.

Tidak Ada Gangguan)

Kriteria Hasil

- Suhu permukaan normal

- Sensasi perifer, elastisitas, status hidrasi, kelembaban tekstur, perfusi

jaringan, pertumbuhan rambut kulit dan integritas kulit dalam kondisi

baik

- Tidak ada pigmentsi abnormal, lesi, lesi pada membrane mukosam

jaringan parut, kanker, eritema, nekrosis, abrasion dan penebalan kulit

- Aliran darah pada akses hemodialisi (shunt) lancar

- Warna kulit sekitar akses tidak ada kemerahan (rubor)

- Suhu disekitar akses tidak ada peningkatan (kalor)

- Tidak ada bunyi bruit dan thrill pada akses

- Pulsasi perifer distal adekuat

- Tidak ada pembekuan darah (emboli) disekitar akses

- Tidak ada perdarahan dan hematoma

- Tidak ada edema dan nyeri

Nursing Interventions Classification (NIC)

4240. Dialysis Access Maintenance


35

Aktifitas Keperawatan :

- Monitoring posisi kateter dialysis

- Monitoring kondisi akses dialysis (kemerahan, edema, demam,

perdarahan, hematoma, dan penurunan sensasi rasa)

- Gunakan teknik sterilitas tinggi saat memasang kateter dialysis dan

merawat kulit sekitar

- Monitoring patensi AV-Shunt secara periodic (palpasi thrills dan

auskultasi adanya bunyi bruit)

- Berikan heparin pada saat memasukkan kateter dialysis dan ulangi

pemberian setiap 72 jam

- Hindari kompresi / penekanan pada akses dialysis

- Ajari klien tentang cara perawtan akse dialysis

3590. Skin Surveillance

Aktivitas Keperawatan :

- Inspeksi kulit dan membran mukosa (kemerahan, peningkatan suhu,

edema dan adanya ekskresi eksudat)

- Observasi kondisi ekstremitas (warna kulit, kehangatan, adakah

pembengkakan, pulsasi, tekstur kulit, dan adanya ulserasi)

- Identifikasi klien mengenai tingkat resiko kerusakan kulit

- Monitoring kondisi kulit dan membran mukosa (warna kulit,

temperatur, perubahan warna, abrasion, kelembaban, integritas, tanda-

tanda infeksi)

- Dokumentasikan perubahan kondisi kulit dan membran mukosa


36

3. Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan keterbatasan

kognitif, salah interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang dapat

mengingat, tidak familier dengan sumber informasi

Nursing Outcome Classification (NOC)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, klien

akan :

1847. Knowledge: Chronic Disease Management

1857. Knowledge: Kidney Disease Management yang di buktikan

dengan indicator (1. TIdak Tahu, 2. Pengetahuan Terbatas, 3.

Pengetahuan Cukup Baik, 4. Pengetahuan Baik, 5. Pengetahuan

Sangat Baik)

Kriteria Hasil:

- Mampu menjelaskan factor penyebab penyakit dan proses penyakit

- Mampu mnyebutkan tanda dan gejala dari penyakitnya

- Mampu menjelaskan strategi untuk mencegah komplikasi

- Mampu menjelaskan strategi untuk menyeimbangkan antara aktifitas

dan istirahat

- Mampu menjelaskan strategi dalam mengatasi nyeri

- Mampu melaksanakan terapi medis dengan benar (minum obat)

- Mampu menjelaskan efek farmakologis pengobatan dan efek samping

terapeutik

- Mengikuti perintah diet sesuai dengan anjuran

- Mampu melakukan tindakan kegawatan dini jika terjadi serangan

penyakitnya
37

- Mampu mejelaskan strategi dalam mencegah mual muntah

Nursing Interventions Classification (NIC)

5602. Teaching : Disease Process

Aktifitas Keperawatan :

- Nilai tingkat pengetahuan klien mengenai proses penyakitnya

- Terangkan kepada klien tentang proses terjadinya penyakit pada

dirinya dengan bahasa yang mudah dimengeri

- Evaluasi tingkat pengetahuan pasien dengan menanyakan kembali

seputar penyakitnya

- Sediakan informasi yang adekuat untuk akse pengetahuan klien

- Diskusikan dengan pasien terkait dengan terapi yang akan diberikan

- Dorong pasien untuk memberikan pendapat atau keputusan pada

setiap tindakan

- Instruksikan klien untuk mengukur efek samping dan penyakitnya

- Perkuat informasi dengan memberikan informasi tambahan yang

kompleks oleh tim kesehatan

5618. Teaching: Procedure / Treatment

Aktifitas Keperawatan

- Informasikan kepada klien tentang prosedur tindakan yang akan

dilakukan

- Informasi kepada klien tentang lama (waktu) serta cara tindakan akan

dilakukan

- Libatkan seluruh tim dalam penjelasan prosedur kepada klien


38

- Kaji pengetahuan klien sebelumnya dan kaji riwayat dahulu tentang

tindakan yang akan dilakukan

- Rencanakan prosedur tindakan

- Lakukan informed consent dengan benar kepada klien

- Anjurkan klien untuk kooperatif selama prosedur berlangsung

- Perkenalkan diri saat akan melakukan tindakan

- Anjurkan klien untuk menggunakan teknik distraksi selama tindakan

berlangsung

- Libatkan keluarga (jika dibutuhkan) selama prosedur berlangsung

- Evaluasi efektivitas tindakan dan komunikasikan kepada klien


39

2.2 KERANGKA MASALAH

Glomerulonefritis

Infeksi Kronis

Kelainan Kongenital

Penyakit Vaskuler Gagal Ginjal Kronis

Nephrolithiasis

SLE Gangguan Produksi


Hipernatermia
Reabsorbsi Urine Turun
Obat Nefrotoksik

Hiponatremia Retensi Cairan Gangguan


Proses Hemodialisa Eliminasi Urine
Kontinyu
Vol. Vaskuler Vol. Vaskuler
Turun Meningkat
Tindakan Invasif
Berulang Hipotensi Permeabilitas
Kapiler Meningkat

Injury jaringan Perfusi Turun


Oedema

Resiko Infeksi Ketidakefektifan Perfusi


Stagnansi
Jaringan Perifer
Vena

Definisi Energi
Informasi Inadekuat
Sel Infiltrasi

Ansietas
Intoleran Kerusakan
Aktifitas Jaringan Kulit
Stress Ulcer

HCL Meningkat Oedema Pulmonal

Mual Muntah Ekspansi Paru Turun Retensi CO2

KetidakefektifanNutrisi: Dyspneu Asidosis


Kurang dari Kebutuhan
Respiratorik
Tubuh
KetidakEfektifan
Pola Napas Gangguan
Pertukaran Gas
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan CKD+anemis+dypsnea maka penulis

menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 29 Mei 2017 sampai

dengan 31 Mei 2017 dengan data pengkajian pada tanggal 29 Mei 2017 pukul

09.00 WIB. Anamnesa di peroleh dari pasien, keluarga pasien dan file

No.Register 22-9x-xx sebagai berikut:

3.1. PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang wanita bernama Ny “D” usia 52 tahun, bahasa yang

sering digunakan adalah bahasa Jawa dan Indonesia, pasien adalah seorang

ibu rumah tangga, pasien sudah menikah. Pasien tinggal di daerah Sidoarjo,

pasien beragama Islam. Penanggung jawab biaya rumah sakit pasien

dengan menggunakan BPJS. Pasien MRS tanggal 27 Mei 2017 pukul 10.00

WIB dan dilakukan pengkajian tanggal 29 Mei 2017 pada pukul 09.00

WIB.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Pasien mengatakan sesak napas

40
41

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada hari Sabtu tanggal 27 mei 2017 pukul 06.00 WIB pasien merasa sesak

napas lalu pergi ke Puskesmas Sukodono bersama suaminya dengan

kendaraan pribadi lalu pada pukul 07.00 WIB pasien sampai di puskesmas

sukodono dan diperiksa karena keterbatasan alat pasien lalu dirujuk ke

RSAL untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lengkap lagi selanjutnya pada

pukul 13.15 WIB Ny. D bersama suaminya tiba di IGD RSAL Dr. Ramelan

Surabaya.setelah itu Ny.D diperiksa dengan hasil pengkajian masih

mengeluh sesak nafas lalu diberi oksigen nasal kanul 4 lpm dan hasil dari

observasi TTV : TD : 162/94 mmHg, RR: 24x/menit, Nadi : 86x/menit,

suhu : 36,60C, GCS : 4-5-6 (15). Pasien selanjutnya dipasang infus di

tangan kanan lalu pada pukul 16.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang

perawatan Paviliun B1 untuk mendapatkan penanganan secara intensif.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan mempunyai riwayat CKD sejak bulan februari 2017

dan pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama di RSUD Sidoarjo

dan dilakukan hemodialisa 1 (satu) kali di bulan februari.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan ayahnya mempunyai riwayat hipertensi dan jantung


42

Gambar 3.1

Genogram

5
2

Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal serumah

5. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Pasien cukup baik, kesadaran pasien composmentis. Tanda-tanda vital

observasi pasien tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 96x/mnt, suhu: 36°C,

RR: 24 x/mnt, tinggi badan pasien: 150 cm, BB sebelum masuk rumah

sakit: 55 kg, BB setelah masuk rumah sakit: 52 kg.

2. B1 Sistem pernafasan (breathing)

Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan bentuk dada normo chest,

pergerakan dada simetris, tidak terdapat otot bantu nafas tambahan ,irama

nafas pasien reguler, pasien mengeluh sesak nafas, pasien tidak batuk,
43

tidak ada sputum. Pada pemeriksaan auskultasi terdapat suara nafas

tambahan wheezing, suara nafas bronkovesikuler, irama cepat dan

dangkal/Dipsnea RR : 24x/menit. Pada pemeriksaan perkusi terdapat suara

sonor. Pada pemeriksaan palpasi tidak ada nyeri tekan pada dada.

Masalah keperawatan: Ketidakefektifan pola nafas.

3. B2 Sistem kardiovaskuler (blood)

Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat lesi ataupun benjolan, tidak

terdapat sianosis. Pada pemeriksaan palpasi, Ictus cordis teraba pada ICS

ke 4-5 mid clavicula sinistra, tidak terdapat nyeri dada, irama jantung

reguler, CRT <2 dtk , akral teraba hangat, kering, dan merah. Pada

pemeriksaan. Pemeriksaan auskultasi terdapat bunyi jantung S1 S2

tunggal, mur-mur (-), gallop (-). Irama jantung regular.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. B3 Sistem pengindraan dan persyarafan (brain)

Kesadaran pasien composmentis, GCS 4-5-6 (membuka mata dengan

spontan,orientasi pasien penuh, respon motorik pasien baik), tidak ada

kejang. Refleks fisiologi : bisep +/+, trisep +/+, patella +/+, Refleks

patologis : babinski -/-, kaku kuduk -/-, chaddock -/-, kernik -/, laseque -/-,

bruzunki -/-,, pada pemeriksaan Nervus cranial I pasien mampu

membedakan antara bau makanan dan obat, Nervus cranial II pasien dapat

melihat lapang pandang secara normal, Nervus cranial III pasien mampu

membuka kelopak mata, Nervus cranial IV pasien mampu menggerakkan

bola mata, Nervus cranial V pasien mampu mengunyah dengan baik,

Nervus cranial VI pasien mampu menggerakkan bola mata ke arah lateral,


44

Nervus cranial VII otot wajah pasien simetris tidak ada masalah, Nervus

cranial VIII pasien dapat mendengar dengan baik, Nervus cranial IX

pasien tidak ada kesulitan menelan, Nervus cranial X pasien dapat

menelan dengan baik, Nervus cranial XI bahu pasien simetris tidak ada

masalah, Nervus cranial XII pasien dapat membedakan rasa pahit dan

manis.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. B4 Sistem perkemihan (bladder)

Kebersihan bersih, tidak terdapat ekskresi. Pada pemeriksaan palpasi tidak

terdapat distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, eliminasi

urin SMRS frekuensi 3x/hari, eliminasi urin setelah MRS frekuensi 3x/

hari, jumlah kurang lebih 660 cc/24 jam, warna kuning keruh, Pada

pemeriksaan perkusi terdapat suara tympani pada pemeriksaan perkusi

abdomen, pada pergelangan kedua kaki tidak mengalami edema. Input

minum 600 cc/24 jam, infuse 1500cc/24 jam, output urine : 660 cc/24

jam, IWL 15x52/24 jam= 780 cc/24 jam balance cairan (600 + 1500 )-

(660+780) =2100-1440 cc= 660 cc.

Masalah keperawatan : Kelebihan volume cairan

6. B5 Sistem Pencernaan (bowel)

Dari hasil pemeriksaan inspeksi di dapatkan kondisi mulut bersih,


membran mukosa lembab, pasien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
peradangan pada faring, pasien mual muntah jenis cairan, pasien makan
3x/hari, habis ½ porsi, minum 600cc/hari jenis air putih, bentuk perut
datar, pasien BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kecoklatan, dari
hasil palpasi ditemukan tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada
pembesaran hepar dan lien. Dan pada pemeriksaan perkusi didapatkan
45

suara timpani dan terdapat bising usus 15x/menit pada pemeriksaan


auskultasi
Masalah keperawatan: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

7. B6 sistem muskuloskeletal (bone)

Pada pemeriksaan inspeksi, pemeriksaan rambut berwarna hitam dan, kulit

kepala bersih, kulit berwarna sawo matang, pada pemeriksaan palpasi

turgor kulit menurun, tidak ada suara krepitasi, tidak ada deformitas

tulang, kekuatan ROM penuh, kekuatan otot pasien

5555 5555 Keterangan : 1. Kontraksi otot dapat dilihat/ dipalpasi

5555 5555 2. Gerakan otot dengan bantuan topangan

3. Melawan gravitasi

4. Dapat melawan gravitasi

5. Normal

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

8. Sistem Integumen

Pada inspeksi warna kulit tidak ikterik, kulit kepala tidak ada benjolan,

tidak terdapat lesi pada punggung pasien, tidak berbau, akral hangat,

turgor kulit pada tangan kurang elastis. Pada ekstremitas pasien saat di

palpasi terdapat pembengkakan pada kedua tangan dengan derajat

kedalaman dengan kembali seperti semula selama 2 detik.

Masalah Keperawatan: Kelebihan volume cairan


46

9. Sistem Penginderaan

Kepala : Pada pemeriksaan inspeksi kepala, kepala simetris,tidak ada

benjolan atau lesi warna rambut hitam, bersih dan rapi, pada pemeriksaan

palpasi tidak ada nyeri tekan pada kepala.

Mata : bentuk mata normal, konjungtiva anemis, sklera tidak tampak

ikterus (+/+), gerak mata normal, pupil isokor, refleks cahaya (+/+).

Hidung : Bentuk hidung simetris, septum berada di tengah, tidak terdapat

polip dan tidak ada gangguan , tidak ada sekret atau lendir.

Telinga : Telinga simetris, telinga bersih, tidak ada penumpukan serumen,

terdapat gangguan pendengaran.

Lidah : Lidah bersih uvula terdapat di tengah, tidak ada kesulitan telan,

berbicara normal dan baik.

Lidah: mukosa mulut pasien lembab, lidah tidak kotor berwarna merah

muda, uvula berada ditengah, tidak ada nyeri telan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Sistem Reproduksi dan Genetalia

Pasien berjenis kelamin perempuan, tidak ada gangguan dan pasien sudah

menopause sejak tahun 2016

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

11. Pemeriksaan thyroid

Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, pasien tidak menderita

hiperglikemia, pasien juga tidak menderita hipoglikemia.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.


47

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan

1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan terhadap kesehatan dan

sakitnya).

Pasien selalu memperhatikan penyakit yang dideritanya dan apabila sakit

pasien selalu memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan terdekat

dan rutin minum obat agar cepat sembuh dari penyakitnya.

2. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Kemampuan Perawatan Diri

Pasien mampu melaksanakan perawatan diri secara mandiri di rumah

maupun selama di rawat di rumah sakit.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Kebersihan Diri

Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x/hari, keramas sebanyak

2x/minggu, ganti pakaian sebanyak 2x/hari, menyikat gigi sebanyak

2x/hari, memotong kuku sebanyak 1x/minggu. Selama pasien masuk rumah

sakit pasien mandi dengan 2x/hari, pasien belum keramas selama masuk

rumah sakit, pasien ganti pakaian sebanyak 2x/hari, pasien menyikat gigi

sebanyak 2x/hari, pasien memotong kuku selama masuk rumah sakit

seminggu 1x, saat ke kamar mandi pasien melakukan aktivitasnya secara

mandiri.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.


48

c. Aktivitas

Pasien sudah tidak bekerja. Waktu luangnya digunakan untuk berkumpul

dengan keluarganya terutama pada anak-anak pasien seperti bertukar

pendapat dan menonton televisi. Selama sakit keadaan pasien lemas.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

d. Rekreasi

Pasien hanya menonton tv di rumah bersama keluarga.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Berolahraga

Kegiatan olahraga pasien mengatakan jarang berolahraga pasien hanya

berjalan-jalan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum masuk rumah sakit pasien istirahat tidur dari jam 21.00-04.00, jam

tidur siang dari jam 12.00-13.00, jumlah jam tidur pasien sebelum masuk

rumah sakit 8 jam, selama masuk rumah sakit pasien tidur malam dari jam

21.00-04.00, jam tidur siang dari jam 13.00-14.00, jumlah jam tidur pasien

selama masuk rumah sakit 8 jam, kualitas tidur pasien baik, tidak ada

masalah dalam istirahat tidur pasien, tidak ada penyebab masalah tidur

pasien.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.


49

4. Pola Nutrisi/ Metabolik

a. Pola Makan

Sebelum sakit pasien makan 4x/ hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayuran

dan pasien menghabiskan satu porsi yang disediakan. Di rumah sakit

pasien makan 3x/ hari terdiri dari nasi tim, lauk, sayuran dengan jenis dan

pasien hanya menghabiskan 1/2 porsi makan yang di sajikan, diit dari RS

adalah TKTP (Tinggi Karbohidrat Tinggi Protein), nafsu makan menurun

karena pasien mual dan muntah jenis cairan.

Masalah Keperawatan : Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

b. Pola Minum

Sebelum sakit pasien minum 600 cc/24 jam hari jenis air putih. Di rumah

sakit pasien minum 600cc/24 jam hari jenis air putih.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pola Eliminasi

a. Buang Air Besar

Sebelum sakit pasien BAB dengan frekuensi 1x/ hari konsistensi lembek

berwarna kecoklatan. Di rumah sakit klien BAB 1x/hari,konsistensi

lembek, warna kecoklatan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


50

b. Buang Air Kecil

Sebelum sakit pasien BAK dengan frekuensi 2 x/ hari dalam jumlah ±

440cc/24 jam berwarna kuning. Di rumah sakit pasien BAK dalam jumlah

± 440/24 jam berwarna kuning keruh.

Masalah Keperawatan : Kelebihan volume cairan

6. Pola Kognitif Perseptual

Kemampuan berbicara baik, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah


jawa dan Indonesia, pasien mampu beradaptasi terhadap masalah, pasien
memiliki sistem pendukung yaitu keluarga dan pasien mampu
berhubungan baik dengan orang lain, pasien tidak merasa ansietas dan
pasien melakukan kegiatan ibadah yaitu shalat 5 waktu
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Pola Konsep diri :

a. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa dirinya ingin sembuh dan segera
pulang dan berkumpul dengan keluarganya
b. Gambaran diri : pasien tampak memperhatikan penampilannya dan
menerima keadaannya
c. Peran diri : pasien sebagai Ibu rumah tangga
d. Harga diri : pasien merasa bersyukur karena mendapat dukungan dari
keluarga
e. Identitas diri : pasien menyebutkan identitas dirinya dengan baik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Pola Seksual-Reproduktif

Pasien berjenis kelamin Perempuan. Pasien tidak mempunyai masalah

dalam melakukan hubungan seksual, pasien sudah menopause.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


51

9. Pola Peran-Hubungan

Pasien sudah tidak bekerja. Sebelum sakit hubungan pasien dengan

lingkungan sekitar baik dan juga selama dirumah sakit, hubungan pasien

dengan pasien lain dan perawat baik. Pasien cepat berinteraksi dengan

lingkungannya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Pola Nilai-Kepercayaan

Pasien beragama islam. Sebelum sakit pasien rajin beribadah. Di rumah

sakit pasien melakukan ibadah ditempat tidur dan tetap melaksanakan

sholat meskipun dalam keadaan berbaring.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium

Tanggal 29 Mei 2017


Analisis data Hasil Unit Nilai normal
WBC 8,9 10^3 /UL 4,0-10,0
RBC 2,37 10^6 /UL 3,8-5,2

HGB 6,2 g/dL 11,7-15,5

HCT 25,8 % 37,0-54,0

PLT 262 10^3 /UL 150-450

BUN 81,2 mg/dl 10-24

CREAT 10,7 mg/dl 0,5-1,5

Na 134,1 Mmol/L 135-145

K 4,53 Mmol/L 3,5-5

Cl 110,6 Mmol/L 95-108


52

Terapi
Tabel 3.3 Terapi obat Ny. W dengan diagnosa medis CKD

Tanggal 29 Mei 2017

Nama obat Dosis Cara Fungsi Jam

masuk

Lasix 2x200mg Injeksi Diuretik 06.00 & 18.00

Adalat oros 0-0-30mg Oral Mengatasi hipertensi, dan 18.00


penyakit jantung
ISDN 3x5mg Sublingual Untuk penyakit jantung 06.00-12.00-18.00
Divask 0-0-10mg Oral Untuk penyakit jantung 18.00
dan hipertensi
Asam folat 1-0-0 Oral Anemia 06.00

3. Pemeriksaan rontgen tanggal 29 Mei 2017


Kesimpulan bacaan hasil rontgen : Edema pulmonal (early)

Surabaya, 29 Mei 2017

Dalan Maruli Tampubolon


1420018
53

1.2 ANALISA DATA (DIAGNOSA KEPERAWATAN)

Tabel 3.1 Analisa Data Ny. D dengan diagnosa medis CKD

NO DATA (SYMPTOM) PENYEBAB MASALAH


(ETIOLOGI) (PROBLEM)
.

1. DS : Pasien mengatakan Cairan tubuh Kelebihan volume


menyebar ke cairan
tangan sebelah kanan
ekstra sel
dan kiri bengkak jaringan
DO :
Terdapat pitting edema
Pembengkakan
Terlihat tangan yang
sebelah kanan sedikit
edema
BUN : 81,2 mg/dl (10-
24 mg/dl)
Creat : 10,7 mg/dl (0,5-
1,5 mg/dl)
Input minum 600 cc/24
jam, infuse 1500cc/24
jam
Output urine : 660 cc/24
jam, IWL 15x52/24
jam= 780 cc/24 jam
Balance cairan (600 +
1500 )-(660+780)
=2100-1440 cc= 660 cc.
54

NO DATA (SYMPTOM) PENYEBAB MASALAH


(ETIOLOGI) (PROBLEM)
.

2 DS : Pasien mengatakan Adanya cairan Ketidakefektifan


di paru-paru pola nafas
sesak nafas
DO :
Pasien tampak sesak
Penurunan
Tidak ada penggunaan ekspansi paru
otot bantu nafas
Tidak ada pernafasan
cuping hidung
Terdapat suara nafas
tambahan wheezing
RR = 24x/menit
Pasien terpasang O2
Nasal kanul 4lpm
3 DS : Pasien Mual, Muntah Risiko
dan penurunan ketidakseimbanga
mengatakan tidak nafsu
nafsu makan n nutrisi kurang
makan dari kebutuhan
tubuh
DO :
A (Antropometri) Anoreksia
BB = 52kg
TB = 150cm
IMT = BB (kg)
TB(m)xTB(m)
= 52 : (1,5x1,5)
=52 : 2,25 = 23,1
(Ideal)
B (Biokimia)
HB : 6,2 g/dl (11,7-
15,5 g/dl)
Leukosit : 8,9 103µL
(4.0-11.0 103µL)
55

Eritrosit : 2,37 10^6µL


(3,8-5,2 10^6µL)
Trombosit : 262 103µL
(150-450 103µL)
Hematokrit : 20,2 %
(35,0- 47,0 %)
C (Clinis)
Pasien tampak lemas
Pasien makan habis ½
porsi
Mukosa bibir lembab
Pasien tampak mual
dan muntah jenis cairan
D (Diit)
Tinggi Karbohidrat dan
Tinggi Protein .
56

3.2. PRIORITAS MASALAH

Tabel 3.2 Prioritas masalah Ny. D dengan diagnosa medis CKD

MASALAH TANGGAL Paraf (nama

NO KEPERAWATAN Di temukan Teratasi perawat)

1. Ketidakefektifan pola 29 Mei 2017 31 Mei 2017 Dalan


nafas berhubungan
dengan Penurunan
ekspansi paru

2. Risiko kelebihan volume 29 Mei 2017 30 Mei 2017 Dalan


cairan berhubungan
dengan Kelebihan asupan
cairan

3. Risiko ketidakseimbangan 29 Mei 2017 31 Mei 2017 Dalan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia
57

Rencana Keperawatan
Tabel 3.3 Rencana keperawatan

N Masal Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


o ah (Observasi , Mandiri, Edukasi,kolaborasi)
1. Kelebihan volume Setelah dilakukan 1. Menunjukan Kolaborasi)
1. Membina hubungan saling percaya
1. Untuk berinteraksi dengan pasien
cairan berhubungan asuhan keperawatan keluaran urine 2. Catat pemasukan dan pengeluaran 2.
dengan kelebihan selama 1x24 jam di Menentukan fungsi ginjal dan
asupan cairan harapkan tidak terjadi normal akurat.
kebutuhan penggantian cairan.
peningkatan volume (1/2KG/BB/24 3. Awasi nadi, Tekanan darah, suara paru.
cairan 3. Mengetahui tachicardi,hipertensi dan
jam) 4. Kaji area kulit kedua kaki yang edema.
edema paru dan bunyi nafas
2. Edema berkurang 5. Auskultasi paru dan bunyi jantung.
tambahan.
3. Warna urin menjadi 6. Berikan hasil kolaborasi berupa obat
jernih. injeksi lasix 2x 200 mg 4. Mudah terjadinya edema dan
7. Batasi cairan sesuai dengan Indikasi, mengetahui akumulasi cairan
cairan yang di batasi 600 cc/hari. 5. Deteksi dini terjadinya oedema paru

6. Mengeluarkan cairan yang berlebih


yang terkandung dalam tubuh

7. Manajemen cairan diukur untuk


menggantikan pengeluaran dari semua
sumber.
58
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Tidak ada suara 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu 1. Mendeteksi tanda – tanda
dan pernafasan. awal gangguan.
nafas b/d Penurunan tindakan keperawatan nafas tambahan
ekspansi paru selama 1x24 jam 2. Tidak ada otot 2. Auskultasi suara nafas.
2. Untuk mendeteksi suara
diharapkan pola nafas bantu nafas nafas tambahan.
efektif 3. Tidak ada nafas 3. Pertahankan posisi pasien yang
memungkinkan ekspansi dada
cuping hidung maksimal. 3. Untuk memudahkan
bernafas.
4. Menunjukkan status
pernapasan dalam
rentang normal
RR = 16-20x/menit
59

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. BB normal dengan 1. Tentukan motivasi pasien untuk 1. Untuk membantu pasien dalam
nutrisi b/d anoreksia tindakan keperawatan IMT BB (Kg) memenuhi kebutuhan nutrisi pemenuhan nutrisi
selama 1x24 jam TB² (m) 2. Berikan informari yang tepat tentang 2. Untuk edukasi bagi pasien
diharapkan 2. pasien tidak mual kebutuhan nutrisi dan bagaimana pemenuhan nutrisinya
memperlihatkan status atau muntah. memenuhinya 3. Untuk memberikan gizi sesuai
nutrisi yang lebih baik 3. Nafsu makan 3. Tentukan dengan melakukan dengan kebutuhan pasien
meningkat. kolaborasi bersama ahli gizi yang 4. Untuk membantu pasien dalam
4. Hasil Laboratorium dibutuhkan untuk memenuhi pemenuhan nutrisi
normal HGB 10,0 kebutuhan nutrisi
g/dl (11,0-16,0) 4. Berikan pasien minuman dan kudapan
5. Pasien tidak lemah, bergizi, tinggi protein, tinggi kalori
turgor kulit normal, yang siap dikonsumsi
conjungtiva tidak
pucat.
60

IMPLEMENTASI & EVALUASI


Tabel 3.4 Implementasi & evaluasi
Hari/Tgl MasalahKeperawatan Waktu Implementasi Paraf Evaluasiformatis SOAPI/
CatatanPerkembangan

Senin 1, 2, 3 07.30 Melakukan timbang terima dengan LDMT Dx.1


29 Mei perawat dinas malam.
2017 S : Pasien mengatakan tangannya
1, 2, 3 09.00 Melakukan hubungan saling percaya LDMT bengkak
dengan pasien dan keluarga pasien
untuk memperkenalkan identitas O :
diri. Terdapat pitting edema
LDMT Terlihat tangan yang sebelah kanan
1, 2, 3 09.10 Melakukan pengkajian : sedikit edema
Pasien mengatakan sesak napas, BUN : 81,2 mg/dl (10-24 mg/dl)
tangannya bengkak, mual dan Creat : 10,7 mg/dl (0,5-1,5 mg/dl)
muntah. Input minum 600 cc/24 jam, infuse
Hasil observasi : 1500cc/24 jam
TD : 130/90 mmHg Output urine : 660 cc/24 jam, IWL
Nadi : 96 X/menit 15x52/24 jam= 780 cc/24 jam
Suhu : 360C Balance cairan (600 + 1500 )-(660+780)
RR : 24X/menit =2100-1440 cc= 660 cc.
K/U : Cukup baik
GCS : 456 A : Masalah teratasi sebagian
Kesadaran : Composmentis
Antropometri ; P : Lanjutkan intervensi
TB : 150 cm
BB SMRS : 55 kg
BB MRS : 52 kg Dx.2
IMT = 23,1 (nilai normal 18,5-24,9) LDMT
S : Pasien mengatakan sesak napas
61

2 09.20 Memberikan posisi semi fowler LDMT O :


terhadap pasien. Pasien tampak sesak
LDMT Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
3 09.30 Memberikan transfusi PRC 1 bag Tidak ada pernafasan cuping hidung
golongan darah AB. LDMT Terdapat suara nafas tambahan wheezing
RR = 24x/menit
3 10.00 Edukasi pasien untuk makan sedikit LDMT Pasien terpasang O2 Nasal kanul 4lpm
tapi sering.
A : Masalah teratasi sebagian
1, 3 11.30 Mengobservasi intake nutrisi pasien LDMT
: pasien menghabiskan porsi P : Lanjutkan intervensi
makannya ½ porsi.
Dx.3
2 12.00 Memberikan obat ISDN per LDMT
sublingual ½ tab S : Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
1, 2, 3 13.00 Mengobservasi TTV : LDMT
TD :150/90 mmHg O : A (Antropometri)
Nadi : 84 X/menit
BB = 52kg
Suhu : 36,20C
RR : 24 X/menit TB = 150cm
SPO2 : 98%
IMT = BB (kg)
GCS : 456
TB(m)xTB(m)
1, 2, 3 14.00 Melakukan timbang terima dengan LDMT
= 52 : (1,5x1,5)
dinas siang.
=52 : 2,25 = 23,1 (Ideal)
1, 2, 3 15.30 Mengobservasi hasil Lab. LDMT
Hasil :
BUN : 81,2 mg/dl (10,0-24,0)
Creat : 10,7 mg/dl (0,5-1,5)
62

Na : 134,1 mmol/L (135-145)


B (Biokimia)
K : 4,53 mmol/L (3,5-5,0)
Cl : 110,6 mmol/L (95-108) HB : 6,2 g/dl (11,7-15,5 g/dl)
Leukosit : 8,9 103µL (4.0-11.0 103µL)
1, 2, 3 16.00 Mengobservasi TTV : LDMT
TD :150/100 mmHg Eritrosit : 2,37 10^6µL (3,8-5,2 10^6µL)
Nadi : 84 X/menit
Trombosit : 262 103µL (150-450 103µL)
Suhu : 360C
RR : 22 X/menit Hematokrit : 20,2 % (35,0- 47,0 %)
SPO2 : 100%
C (Clinis)
GCS : 456
Pasien tampak lemas
1, 3 17.30 Mengobservasi intake nutrisi pasien LDMT
Pasien makan habis ½ porsi
: pasien menghabiskan porsi
makannya ½ porsi. Mukosa bibir lembab
Pasien tampak mual dan muntah
2 18.00 Memberikan obat ISDN per LDMT
sublingual ½ tab , Divask per oral jenis cairan
10mg.
D (Diit)
1, 3 19.00 Mengobservasi intake dan output LDMT Tinggi Karbohidrat dan Tinggi Protein
cairan pasien
 Input minum 600 cc/24 jam,
infuse 1500cc/24 jam
 Output urine : 660 cc/24
jam, IWL 15x52/24 jam=
780 cc/24 jam
 Balance cairan (600 + 1500
)-(660+780) =2100-1440 cc= LDMT
660 cc.
63

1, 2, 3 20.00 Mengobservasi TTV : LDMT


TD :130/80 mmHg
Nadi : 80 X/menit
Suhu : 36,10C
RR : 22 X/menit
SPO2 : 98%
GCS : 456

1, 2, 3 21.00 Timbang terima dengan dinas LDMT


malam

1, 2, 3 05.00 Mengobservasi TTV : LDMT


TD :130/70 mmHg
Nadi : 84 X/menit
Suhu : 360C
RR : 22 X/menit
SPO2 : 98%
GCS : 456

2, 3 06.00 Memberikan obat ISDN per oral ½ LDMT


tab,As.folat per oral.

1, 2, 3 07.00 Melakukan timbang terima dengan LDMT


dinas pagi.

Selasa 1, 2, 3 07.00 Melakukan timbang terima dengan LDMT


30 Mei dinas malam.
2017 Dx.1
1, 2, 3 07.50 Salam terapiuetik kepada pasien. LDMT
S : Pasien mengatakan bengkaknya
berkurang
64

2 08.00 Mengkaji status pernapasan pasien. LDMT O :


Hasil : Terdapat pitting edema
Irama napas reguler,pola napas Terlihat tangan yang sebelah kanan
takipnea,RR : 22X/menit,suara masih sedikit edema
napas bronkovesikuler,adanya Input minum 600 cc/24 jam, infuse
wheezing. 2000cc/24 jam
Output urine : 990 cc/24 jam, IWL
2, 3 08.10 Mengobservasi respon klien saat LDMT 15x52/24 jam= 780 cc/24 jam
beraktivitas. Balance cairan (600 + 2000 )-(990+780)
Hasil : =2600-1780 cc= 830 cc.
Keadaan umum cukup baik
Aktivitas dilakukan mandiri. A : Masalah teratasi sebagian

1, 2, 3 09.00 Mengobservasi TTV : LDMT P : Lanjutkan intervensi


TD :150/90 mmHg
Nadi : 84 X/menit
Suhu : 36,20C Dx.2
RR : 24 X/menit
SPO2 : 98% S : Pasien mengatakan sesaknya sudah
GCS : 456 tidak ada

3 10.00 Edukasi pasien untuk makan sedikit LDMT O :


tapi sering. Pasien tampak baik
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
1, 3 11.30 Mengobservasi intake nutrisi pasien LDMT Tidak ada pernafasan cuping hidung
: pasien menghabiskan porsi • Tidak terdapat suara nafas
makannya ½ porsi. tambahan
• RR = 20x/menit
2 12.00 Memberikan obat ISDN per LDMT
sublingual ½ tab. A : Masalah teratasi
65

P : Hentikan intervensi
1, 2, 3 13.00 Mengobservasi TTV : LDMT
TD : 130/80 mmHg Dx.3
Nadi : 92 X/menit
Suhu :360C S : Pasien mengatakan masih tidak
RR : 20 X/menit nafsu makan
SPO2 : 97%
GCS : 456 O : Pasien tampak lemah
Pasien makan habis ½ porsi
2 13.30 Melepas kasal kanul LDMT
Mukosa bibir lembab
1, 2, 3 14.00 Melakukan timbang terima dengan LDMT
dinas siang.
A : Masalah teratasi sebagian
1, 2, 3 16.00 Mengobservasi TTV : LDMT
TD :120/80 mmHg P : Lanjutkan intervensi
Nadi : 84 X/menit
Suhu : 36,50C
RR : 21 X/menit
SPO2 : 98%
GCS : 456

1, 3 17.30 Mengobservasi intake nutrisi pasien LDMT


: pasien menghabiskan porsi
makannya ½ porsi.

2 18.00 Memberikan obat ISDN per LDMT


sublingual ½ tab , Divask per oral
10mg.
66

1, 3 19.00 Mengobservasi intake dan output LDMT


cairan pasien
 Input minum 600 cc/24 jam,
infuse 2000cc/24 jam
 Output urine : 990 cc/24
jam, IWL 15x52/24 jam=
780 cc/24 jam
Balance cairan (600 + 2000 )-
(990+780) =2600-1780 cc= 830 cc.

Mengobservasi TTV :
1, 2, 3 20.00 TD :130/80 mmHg LDMT
Nadi : 90 X/menit
Suhu : 36,20C
RR : 20 X/menit
SPO2 : 98%
GCS : 456

Timbang terima dengan dinas


1, 2, 3 21.00 malam LDMT

Mengobservasi TTV :
1, 2, 3 05.00 TD :130/70 mmHg LDMT
Nadi : 94 X/menit
Suhu : 360C
RR : 20 X/menit
SPO2 : 98%
GCS : 456
67

2, 3 06.00 Memberikan obat ISDN per oral ½ LDMT


tab,As.folat per oral.

1, 2, 3 07.00 Melakukan timbang terima dengan LDMT


dinas pagi.

Rabu 1, 2, 3 07.00 Melakukan timbang terima dengan LDMT Pasien KRS


31 Mei dinas malam.
2017
1, 2, 3 08.00 Salam terapiuetik kepada pasien. LDMT

1, 2, 3 08.10 Mengobservasi TTV : LDMT


TD :120/80 mmHg
Nadi : 90 X/menit
Suhu : 36,20C
RR : 20 X/menit
SPO2 : 99%
GCS : 456

09.00 Edukasi pasien dan keluarga pasien LDMT


mengenai perawatan dirumah

10.00 Pasien KRS LDMT


BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang intepretasi dari hasil studi kasus.

Intepretasi hasil kajian dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dan tinjauan

pustaka berdasarkan kasus dan kenyataan di lapangan. Dalam pembahasan ini penulis

akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) di ruang B1 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang meliputi pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Menurut Barbara C Long dalam Haryono (2013) penyakit CKD adalah

penyakit yang ditandai dengan : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,

berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi, anoreksia, mual disertai muntah,

nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, oedema yang

disertai lekukan, pruritis mungkin ada tapi mungkin juga sangat parah. Sedangkan

pada tinjauan kasus didapatkan tanda seperti pasien mengeluh sesak nafas, mual

disertai muntah, anoreksia.

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien dan keluarga terbuka

dan mengerti serta kooperatif. Berdasarkan Andra & Yessie, yaitu pada keluhan

68
69

utama pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2011) keluhan utama pasien yang di

dapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK,

gelisah, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,

nafas berbau (ureum), dan gatal pada kulit, dypsnea. Pada tinjauan kasus awal gejala

yang dirasakan yaitu pasien mengeluhkan sesak nafas, urine output pasien sedikit

sekitar 440cc/24 jam masuk pada keluhan tambahan pasien, pasien juga mengalami

mual muntah.menurut saya apa yang ada dalam teori sesuai dengan apa yang kami

dapatkan dalam pengkajian pasien.

Pada tekanan darah pasien dengan CKD menurut tinjauan pustaka biasanya

terdapat riwayat penyakit hipertensi dan pada tinjauan kasus pasien mengatakan tidak

mempunyai riwayat hipertensi namun pada hasil pemeriksaan TTV pada IGD

didapatkan tekanan darah pasien 162/94 mmHg.Menurut saya yang ada dalam teori

seharusnya sesuai dengan hasil pengkajian pada pasien karena pasien memiliki

riwayat hipertensi namun tidak terkontrol selama ini.

Pada pemeriksaan laboratorium menurut Muttaqin (2011) pada tinjauan teori

didapatkan hasil laboratorium yang meningkat pada penderita CKD yaitu pada hasil

laboratorium BUN dan Kreatinin. Pada tinjauan kasus untuk pasien ini terdapat hasil

laboratorium yaitu didapatkan BUN dan Kreatinin yang meningkat yaitu BUN : 81,2

mg/dl dengan hasil normal 10-24, Kreatinin : 10,7 mg/dl dengan hasil normal 0,5-1,5

karena pada penderita CKD terjadi penurunan fungsi ginjal dalam mengabsorbsi

memfiltrasi/menyaring zat-zat penting dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan

BUN dan Kreatinin. Peningkatan BUN dapat merupakan indikasi dehidrasi,

kegagalan prerenal atau gagal ginjal dan peningkatan Kreatinin merupakan indikasi
70

bahwa 50% nefron ginjal mengalami kerusakan.Menurut saya hasil yang kami

dapatkan pada pasien sesuai dengan teori mengenai peningkatan BUN dan Kreatin

pada pasien penderita CKD (Cronic Kidney Disease ).

4.2 Diagnosa Keperawatan

Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori saja sedangkan

pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan yang dialami pasien karena penulis

menghadapi pasien secara langsung, kesenjangan lainnya yaitu tentang diagnose

keperawatan. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori ada lima yaitu :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan otot

pernapasan, sindrom hipoventilasi, penurunan ekspansi paru

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient, ketidakmampuan untuk

mencerna makanan,ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan,

perubahan turgor, kondisi ketidakseimbangan nutrisi, penurunan sirkulasi

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang dapat mengingat, tidak

familier, dengan sumber informasi.

Diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yaitu :

1. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan asupan cairan


71

Hal ini disebabkan setelah dibalance cairan ditemukan hasil bahwa kebutuhan

cairan pasien berlebih karena pada pasien dengan gagal ginjal kronis terjadi

retensi Na dalam tubuh yang mengakibatkan total CES dalam tubuh

meningkat sehingga terjadi edema ditubuh pasien

Bila diagnosa ini tidak diambil maka volume cairan pasien akan terus berlebih

yang bisa mengarah ke komplikasi lebih lanjut yaitu edema paru yang

mengakibatkan terjadi gangguan dalam pernafasan pasien

2. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru

Hal ini disebabkan pasien mengeluh sesak nafas dan terpasang O2 nasal 4 lpm

karena pada pasien dengan gagal ginjal kronis beban jantungnya meningkat

sehingga terjadi payah jantung yang menyebabkan kapiler paru meningkat

maka terjadilah edema paru.

Bila diagnosa ini tidak diambil maka pasien akan kesulitan bernafas dan

kebutuhan O2 dalam tubuh pasien akan berkurang sehingga bisa mengarah ke

komplikasi lebih lanjut yaitu otak mengalami hipoksia.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

Hal ini disebabkan karena pasien mengeluh mual dan muntah berupa cairan

akibat meningkatnya HCL dalam lambung.

Bila diagnosa ini tidak diambil maka pasien akan mengalami kekurangan

nutrisi sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan berat badan dan

ketidak adekuatan untuk beraktivitas.


72

Sedangkan diagnosa pada tinjauan pustaka yang tidak muncul pada kasus nyata yaitu

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan,

perubahan turgor, kondisi ketidakseimbangan nutrisi, penurunan sirkulasi

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang dapat mengingat, tidak

familier, dengan sumber informasi.

Pada diagnosa kerusakan integritas kulit tidak muncul karena pasien tidak

mengalami kerusakan atau gangguan pada pemeriksaan integument, sedangkan untuk

diagnosa defisiensi pengetahuan juga tidak terjadi karena pasien mendapatkan

informasi tentang penyakitnya sangat jelas dari dokter dan perawat yang merawatnya

diruangan.

4.3 Perencanaan

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada

tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada

pencapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan kriteria

hasil, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan

pasien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui

peningkatan pengetahuan (kognitif), keterampilan mengenai masalah (psikomotor)

dan perubahan tingkah laku pasien (afektif).

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada

kasus nyata keadaan pasien secara langsung. Intervensi diagnose keperawatan yang
73

ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun

masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, dara dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan.

Diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium pada tinjauan pustaka,

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

perubahan kelebihan cairan tidak terjadi dengan Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital

normal nadi 60x-100x/menit, RR 16-24x/menit, suhu 36,5-37,50C, pasien dapat

menunjukkan keluaran urine normal 1/2kg/BB/24 jam, tidak ada edema, hasil

laboratorium normal BUN 10,0-24,0 mg/dl, kreatinin 0,5-1,5 mg/dl.

Intervensi yang dilakukan adalah catat pemasukan dan pengeluaran diet,

awasi tanda-tanda vital pasien, kaji kulit wajah area edema, derajat edema, auskultasi

paru dan bunyi jantung, batasi cairan sesuai dengan indikasi. Sedangkan pada

tinjauan kasus tujuan tercapai masalah keperawatan dengan batas waktu 1x24 jam

dengan kriteria hasil tanda-tanda vital pasien normal nadi 60x-100x/menit, RR 16-

24x/menit, suhu 36,5-37,50C, pasien dapat menunjukkan keluarah urine normal

1/2kg/BB/24 jam, tidak ada edema, hasil laboratorium normal BUN 10,0-24,0 mg/dl,

kreatinin 0,5-1,5 mg/dl. Dan intervensi catat pemasukan dan pengeluaran diet, awasi

tanda-tanda vital pasien, kaji kulit wajah area edema, derajat edema, auskultasi paru

dan bunti jantung, batasi cairan sesuai dengan indikasi dan berikan hasil kolaborasi

pemberian diuretic. Rencana keperawatan tersebut dilakukan karena pemberian

diuretic akan meningkatkan output/pengeluaran urine sehingga edema pada pasien

akan berkurang. Menurut saya hal ini perlu dilakukan untuk mempercepat proses
74

penurunan edema pasien serta pengembalian keefektifan pola nafas karena

penumpukan cairan berkurang.

Diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,

keletihan otot pernapasan, sindrom hipoventilasi, penurunan ekspansi paru pada

tinjauan pustaka. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil : tanda-tanda vital normal nadi

60x-100x/menit, RR 16-24x/menit, suhu 36,5-37,50C, pasien bebas dari tanda-tanda

distress nafas, pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi,

paien dapat mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi, pasien dapat

mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis, tidak ada

dyspnea. Intervensi yang dilakukan adalah auskultasi bunyi nafas, ajarkan pasien

melakukan batuk efektif, atur posisi pasien senyaman mungkin, batasi pasien dalam

melakukan aktivitas, kolaborasi pemberian obat anti sesak dan terapi oksigen.

Sedangkan pada tinjuaan kasus tujuan tercapai masalah keperawatan dengan batas

waktu 1x24 jam dengan kriteria hasil tanda-tanda vital normal nadi 60x-100x/menit,

RR 16-24x/menit, suhu 36,5-37,50C, tidak terdapat otot bantu nafas, suara nafas

vesikuler, irama nafas regulerm tidak ada suara nafas tambahan. Dan intervensi kaji

status nafas, beri posisi semifowler, pemberian hasil kolaborasi terapi O2 akan

meningkatkan saturasi okdigen dalam tubuh pasien. Menurut saya hal ini perlu

dilakukan untuk meningkatkan status pernafasan pasien dan mencukupi kebutuhan

oksigen dalam tubuh pasien.

Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient,


75

ketidakmampuan untuk mencerna makanan,ketidakmampuan menelan makanan,

faktor psikologis. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil menyatakan nafsu

makan baik, menyiapkan makanan dengan baik, menyantap makanan dengan

maksimal dan mengunyahnya dengan baik, menghabiskan porsi makanan tanpa

adanya gangguan, tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah).

Intervensi yang dilakukan kaji status nutrisi klien, monitoring asupan cairan dan

makanan serta hitung intake kalori perhari, rencanakan pemberian obat untuk

mengatasi gejala yang mengganggu nafsu makan (nyeri, mual muntah), sajikan

makanan dengan menarik dan suhu hangat. Sedangkan pada tinjauan kasus tujuan

tercapai masalah keperawatan dengan batas waktu 1x24 jam dengan kriteria hasil

menyatakan nafsu makan baik, menyiapkan makanan dengan baik, menyantap

makanan dengan maksimal dan mengunyahnya dengan baik, menghabiskan porsi

makanan tanpa adanya gangguan, tidak ada gangguan selama proses makan

(mual/muntah). Dan kaji status nutrisi klien, monitoring asupan cairan dan makanan

serta hitung intake kalori perhari, rencanakan pemberian obat untuk mengatasi gejala

yang mengganggu nafsu makan (nyeri, mual muntah). Rencana keperawatan tersebut

dilakukan karena dapat meningkatkan asupan nutrisi pasien dan mempercepat tahap

pemulihan kondisi pasien.

4.4 Pelaksanaan

Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan dimana tujuan /

hasil ditentukan dari intervesi yang di pilih, berfokus pada tindakan yang paling tepat
76

untuk mengatasi masalah / kebutuhan secara efektif. Sedangkan pada kasus nyata

pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada pendokumentasian

dan intervensi keperawatan.

Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk pelaksana diagnose pada kasus tidak semua sama pada tinjauan

pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang sebenarnya.

Adapun hambatan penulis yang dihadapi antara lain penulis tidak bisa

mengawasi pasien selama 24 jam karena penulis hanya 8 saja berada si rumah sakit

dan selain itu pula datang kembali ke rumah sakit pada sore dan malam hari untuk

melakukan observasi pada pasien sekitar kurang lebih 1-2 jam. Namun kesulitan itu

dapat diatasi dengan pemeriksaan penunjang serta data dari keluarga yang menjaga

pasien selama 24 jam serta data evaluasi yang ditulis oleh perawat di ruangan.

4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dair proses keperawatan, pada tahap ini

penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai. Evaluasi merupakan

tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang telah berjalan agar dapat

melihat sejauh mana diagnose keperawatan, rencana keperawatan, dan implementasi

keperawatan yang sudah berhasil dicapai. Dari semua rangkaian proses dari mulai

pengkajian sampai dengan implementasi keperawatan penulis tidak mengalami

kesulitan yang bermakna, karena penulis melakukan pengamatan dan kajian secara

langsung pada semua proses yang ada.


77

Pada waktu dilakukan evaluasi kelebihan volume cairan berhubungan dengan

asupan cairan berlebih, volume cairan pasien belum dapat seimbang antara input dan

output pada tanggal 31 Mei 2017. Pada diagnosa keperawatan ketidakefektidan pola

nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru dapat teratasi dalam 3x24 jam,

pola nafas efektif, irama nafas regular, suara nafas vesikuler, perkusi paru sonor,

tidak ada suara nafas tambahan pada tanggal 31 Mei 2017, diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hanya dapat teratasi sebagian

dalam waktu 3x24 jam dengan ditandai pasien sudah tidak muntah namun masih

mengalami mual pada tanggal 31 Mei 2017.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerjasama yang

baik antara pasien, keluarga dan tim kesehatan. Pasien KRS pada tanggal 31 Mei

2017.
BAB 5

PENUTUP

Sebuah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus Chronic Kidney Disease

(CKD) di Ruang B1 Rumkital dr. Ramelan Surabaya, maka penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan

mutu asuhan keperawatan pasien CKD.

5.1 Simpulan

1. Pengkajian pada pasien CKD di temukan data pasien dengan TD : 130/90

mmHg, nadi: 96x/mnt, suhu: 36ºc, RR: 24x/mnt. Pasien mengalami

terdapat sedikit odema di ekstrimitas atas. Hasil laboratorium tanggal (29

Mei 2017) BUN 81,2 Mg/dl (10,0-24,0 Mg/dl), kreatinin 10,7 Mg/dl (0,5-

1,5 Mg/dl)

2. Rumusan diagnose keperawatan pada pasien dengan diagnose medis CKD

adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan


cairan
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia

78
79

3. Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis

CKD adalah :

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mencatat pemasukan dan pengeluaran akurat

c. Mengawasi nadi, tekanan darah, suara paru

d. Mengkaji kulit, wajah area edema, mengevaluasi derajat edema

e. Melakukan suskultasi paru dan bunyi jantung

f. Memberikan hasi kolaborasi pemeriksaan Lab: Bun, Kreatinin, Na, K,

HB/HCT, Foto Thorax.

4. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien CKD adalah mencatat

pemasukan dan pengeluaran cairan yang akurat, selain itu membatasi

cairan yang keluar juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan

cairan.

5. Evaluasi pada pasien dengan diagnose CKD yang diharapkan adalah

pemenuhan kebutuhan cairan tubuh sesuai dengan kondisi klien dan

mencegah terjadinya odema, dan kelebihan cairan.

5.2 Saran

1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperwatan

CKD .

2. Bagi Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien CKD.


80

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Keluarga selalu membiasakan pola makan yang sehat dan terjaga terutama

untuk pasien atau keluarga yang menderita CKD

4. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien

CKD.

5. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah

sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pasien CKD dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Lynda Juall, Carpenito. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 13.
Jakarta:EGC
Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
NIC-NOC. 2012. Asuhan Keperawatan dan Panduan Penyusunan Asuhan. Edisi
10. Jakarta: EGC
Taylor, Cyntia M. 2010. Diagnosa Keperawatan : Dengan Rencana Asuhan.
Jakarta:EGC
NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan dan Panduan Penyusunan Asuhan. Jilid 2.
Jakarta: EGC
Nursalam & Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, A & Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Haryono, Rudi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Perkemihan.
Yogyakarta:Rapha Publishing
Andra, Saferi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

81
82

LAMPIRAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

Pengukuran Tanda Vital ( Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah dan Suhu )

A. Pengertian

1. Pernafasan

Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekskresi

selama 1 menit)

2. Nadi

Menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah yang

dapat teraba yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui

perabaan pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis)

3. Tekanan Darah

Melakukan pengukuran tekanan darah (hasil dari curah jantung

dan tekanan darah perifer) dengan menggunakan spygnomanometer

dan stetoskop.

4. Suhu

Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan thermometer yang

di pasangkan di mulut, aksila, dan rektal

B. Tujuan :

1. Pernafasan

a. Mengetahui keadaan umum pasien

b. Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit

c. Mengikuti perkembangan penyakit


83

d. Membantu menegakkan diagnosis

2. Nadi

a. Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit

b. Mengetahui keadaan umum pasien

c. Mengetahui integritas keadaan umum pasien

d. Mengikuti perjalanan penyakit

3. Suhu

a. Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan

keperawatan

Hipotermi <35oC

Termi (Normal) 36,5oC-37,5oC

Hipertermi >38oC

b. Membantu menegakkan diagnosis

4. Tekanan Darah

a. Mengikuti keadaan hemodinamik pasien

b. Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh

C. Indikasi

1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat

2. Secara rutin pada pasien yang dirawat

3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien

D. Persiapan Alat

1. Pernafasan

Stop watch atau jam tangan, pena, dan buku


84

2. Nadi

Stop watch atau jam tangan, pena, dan buku

3. Tekanan Darah

Stetoskop, spygnomanometer, pena, dan buku

4. Suhu

Termometer aksila, atau thermometer mulut atau rectum, tissue, air

sabun, air desinfektan, savlon didalam botol, pena dan buku

E. Prosedur Kerja

1. Tahap prainteraksi

a. Baca status pasien

b. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan

c. Mencuci tangan

d. Siapkan alat

2. Tahap orientasi

a. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang disenangi

b. Memperkenalkan nama pasien

c. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga

d. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya

e. Jaga privasi pasien

3. Tahap Kerja

a. Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya

sebelum tindakan dimulai

b. Menggunakan sarung tangan


85

c. Menanyakan keluhan utama melakukan penilaian sesuai dengan

prosedur

d. Melakukan kegiatan sesuai perencanaan

4. Penilaian pernafasan

a. Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai

pernafasan

b. Membuka baju pasien jika perlu untuk mengobservasu gerakan

dada

c. Letakkan tangan pada dada, mengobservsasi keadaan dan

kesimetrisan gerak pernafasan

d. Menentukan irama pernafasan

e. Menghitung pernafasan selama 1 menit atau 60 detik

f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi

abnormal

g. Mencuci tangan

5. Penilaian denyut nadi radialis

a. Mengatur posisi pasien dengan nyaman dan rileks

b. Menekan kulit pada area arteri radialis dengan menggunakan 3 jari

yang kemudian meraba denyut nadi

c. Menekan arteri radialis kuat dengan menggunakan jari-jari 1 menit

atau 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser kekanan

atau kekiri hingga denyut nadi dapar dirasakan

d. Denyut pertama akan terasa atau teraba kuat, jika denyut hilang

rabalah, tekanlah hingga denyut terasa kuat kembali


86

e. Mencuci tangan

6. Penilaian tekanan darah

a. Menyiapkan posisi pasien

b. Menyingsingkan lengan baju pasien

c. Memasang manset 1 inchi (2,5 cm) diatas nadi brachialis

(melakukan palpasi nadi brachialis)

d. Mengatur tensi meter agar siap dipakai (untuk tensi air raksa)

menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa manset, menutup

sekrup balon manset, membuka kunci reservoir

e. Meletakan diafragma stetoskop diatas tempat denyut nadi tanpa

menekan nadi brachialis

f. Memompa balon manset ± 180 mmHg

g. Membaca hasil pengukuran suhu yang ditunjukan air raksa dengan

segera

h. Merapikan baju dan posisi pasien senyaman mungkin

i. Mencelupkan thermometer dengan urutan air savlon, air sabun dan

bilas dengan air bersih

j. Mengeringkan thermometer dengan menggunakan tissue

k. Mengembalikan atau menurunkan posisi air raksa

l. Mencuci tangan

F. Tahap terminasi

1. Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan

tindakan
87

2. Menyimpulkan prosedur yang telah dilakukan

3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

4. Berikan penghargaan sesuai dengan kemampuan pasien

5. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam

G. Dokumentasi

Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu pelaksanaan

kegiatan dan tanda tangan perawat jaga

Anda mungkin juga menyukai