Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

Diajurkan oleh :

Nama : DEWI ASTUTI


Prodi : D3 keperawatan

ROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
2022
 Konsep Hemodialisa
A. Definisi
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal
untukmengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat
lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada
ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma &
Nurarif, 2012).

        Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif
ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring
semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat
beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau
menyebabkan kematian (Mutaqin & Sari, 2011).

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang
terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan
AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut
prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency,
HD persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).

Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail
metabolic esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane
semi permiabel.
Dialisis adalah proses yang menggantikan secara fungsional pada gangguan fungsi
ginjal dengan membuang kelebihan cairan dan akumulasi toksin endogen atau
eksogen. Dialisis paling sering digunakan untuk pasien dengan penyakit ginjal akut
atau kronis (tahap akhir).(Doenges, 2000)

Tujuan dari hemodialisa adalah :


Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

B. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia
berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa
diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.

C. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab
primer ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring /
membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut
maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan
pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis.
Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang tidak
terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal seperti
hiperkalemia.
D. Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisis
Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra
filtrasi.Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan
dialisis dengan konsenterasi yang lebih rendah. 

Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,
dengan kata lain bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih  tinggi (tubuh pasien)
ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialist).

Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat  fasilitasi
pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan
untuk mengeluarkan  cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).

E. Komponen Hemodialisa
1)   Dialyzer / Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi
kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit,
mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal.
Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan.
Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami
yang normal.Macam-macam ginjal buatan :
-       Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan churophane yang dijepit oleh dua
penyokong yang kaku untuk membentuk suatu amplop yang disusun secara paralel.
Dimana darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan dialisis dapat
mengalir dalam arah yang sama, atau dengan alat yang berlawanan.
-       Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga), terdiri dari ribuan serabut
mempunyai dinding setebal 30 µm, dan diameter sebesar 200 µm, dan panjangnya 20
cm.. darah mengalir dari bagian tengah tabung tabung kecil, dan cairan dialisis
membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialisis berlawanan dengan aliran darah.

2)   Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai
tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada dialisit:
-       Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
-       Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :
Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :


-       Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan  1 : 34 hingga
120 L dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan
kecepatan 500 – 600 cc/menit.
-       Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
-       Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh porpropotioning
dari mesin cuci darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah
dicampur tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan langsung dibuang,
sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
3)   Akses Vaskular Hemodialisis
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangk apanjang, maka perlu ada jalan masuk
kedalam sistem vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh penderita dengan
kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Teknik akses vascular diklasifikasikan sebagai
berikut:
-       Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
a.    Pirau arteriovenosa (AV) atau system kanula diciptakan denga nmenempatkan ujung
kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah vena yang berdekatan. Ujung  kanula
dihubungkan dengan selang karet silicon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi
pirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka selang pirau eksternal dipisahkan dan dibuat
hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian mengalir dari ujung arteri, melalui alat
dialisis dan kembali ke vena. Kesulitan utama pirau eksternal adalah masa pemakaian yang
panjang (9 bulan). Pirau eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik diperlukan dalam
jangka waktu pendek seperti pada dialisis karena keracunan, keebihan dosis obat, gagal
ginjal akut, dan fase permulaan pada pengobatan gagal ginjal kronik.

b.    Kateter vena  femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila diperlukan akses
vascular sementara, atau bila teknik akses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat dua
tipe kateter dialysis femoralis. Kateter shaldon adalah kateter berlumen tunggal yang
memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis yang lebih baru memiliki lumen ganda,
satu lumen untuk mengeluarkan darah menuju alat dialysis dan satu lagi untuk
mengembalikan darah ketubuh penderita. Komplikasi pada kateter vena femoralis adalah
laserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis, emboli, hematoma, dan infeksi.

c.    Kateter vena subklavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses vascular karena
pemasangan yang  mudah dan komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena
femoralis. Kateter vena subklavia mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk dan keluar.
Kateter vena  subklavia dapat digunakan sampai empat minggu sedangkan kateter vena
femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan. Komplikasi yang
disebabkan oleh katerisasi vena subklavia serupa dengan katerisasi vena femoralis yang
termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan, thrombosis, embolus,
hematoma, dan infeksi.
-       AksesVaskular Internal (permanen)
a.    Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan  yang (biasanya dilakukan pada
lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambungkan  (anastomosis)
pembuluh aretri dengan vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side
(dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan
untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan kembali (reinfus)
darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV adalah empat tahun dan komplikasinya lebih
sedikit dengan pirau AV. Masalah yang paling  utama adalah nyeri pada pungsi vena
terbentuknya aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis pascadialisis, dan iskemia
padatangan.

b.    Tandur, dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah
tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi,
material  Gore-Tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya
tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan
fistula.Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya
memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis. Karena tandur tersebut
merupakan pembuluh darah artifisial risiko infeksi akan meningkat. Komplikasi tandur AV
sama dengan fistula AV.trombosis, infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang disebabkan
oleh pirau darah melalui prosthesis dan jauh dari sirkulasi distal.

F. Indikasi
- Gagal ginjal akut
- Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
- Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
- Ureum lebih dari 200 mg/dl
- pH darah kurang dari 7,1
- Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
- Intoksikasi obat dan zat kimia
- Sindrom Hepatorenal
- Fluid overload
G. Kontra Indikasi
- Gangguan pembekuan darah
- Anemia berat
- Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat
- Suhu tubuh yang tinggi

H. Penatalaksanaan pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Jangka Panjang


-       Diet dan masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi
akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik dan akan 
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat
gejala yang timbul. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan
dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan
cairan juga merupakan bagian dengan resep diet untuk pasien ini.

-       Pertimbangan medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui
ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,
antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-
obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi
toksik.

I. Komplikasi
-       Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada
ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
-       Hipotensi, terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan
kelebihan tambahan berat cairan.
-       Aritmia, hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap
aritmia pada pasien hemodialisa.
-       Sindrom ketidakseimbangan dialisa, sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara
primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara
kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke
dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi
pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
-       Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada
pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
-       Perdarahan, uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
-       Ganguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan
karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
-       Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
-       Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

 Konsep Keperawatan
I. Pengkajian
a.    Data demografi : berisi tentang nama, umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan
b.    Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya mengeluhkan; lemas, pusing, gata,
baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu
makan, susah tidur berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala,
nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin
c.    Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal ginjal akut maupun kronik, ketidak
seimbangan elektrolit dalam tubuh, oedema, keracunan.
d.   Riwayat kesehatan dahulu; menanyakan adanya infeksi saluran kemih atau infeksi organ
lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat mengkonsumsi oba-obatan atau jamu, riwayat
trauma ginjal, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat penyakit endokrin, riwayat
dehidrasi.
e.    Riwayat kesehatan keluarga; apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit diabetes,
hipertensi, penyakit ginjal. Dan mencantumkan genogram 3 generasi.
f.     Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial,
kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta
impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Prosedur
kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan
hemodialisis.
g.    Pengkajian persistem
-       Respirasi; sesak nafas, ronchi
-       Kardiovaskuler; lelah, lemah/malaise, letih, nyeri dada, anemia, hiperlipidemia,
trombositopenia, pericarditis, aterosklerosis, CHF, palpitasi, angina, hipertensi, distensi
vena jugularis, disritmia, pallor, nadi lemah/halus
-       Digestif; edema/ peningkatan berat badan, dehidrasi/penurunan berat badan, mual,
muntah, anorexia, nyeri ulu hati, perhatikan turgor kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan
menurun, distensi abdomen, rasa haus, ascites, diare, konstipasi
-       Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn, ROM berkurang, sakit kepala penglihatan
kabur, sakit kepala
-       Integumen; iritasi kulit, kram, baal-baal
-       Reproduksi; penurunan libido, gangguan fungsi ereksi, infertil
-       Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri pada awal gangguan ginjal, oliguri, dan anuri
pada fase lanjut, kaji warna urin, riwayat batu saluran kencing, uremia, asidosis metabolik,
kejang-kejang
-       reaksi transfusi, demam, infeksi berulang, penurunann daya tahan tubuh,
h.    Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl
pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

II. Daftar Diagnosa


Pre HD
a. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
b. kerusakan integritas kulit
c. ansietas
Intra HD
a. Hambatan mobilitas fisik
b. Nyeri akut
c. Risiko Infeksi
d. Risiko perdarahan

Post HD
a. Harga diri rendah : situasional
b. Risiko infeksi
III. Intervensi Keperawatan
1.      Pre Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1 Resiko ketidakseimbangan elektrolit-        Keseimbangan elektrolit dan asam Manajemen elektrolit
(00195) basa -   Lakukan dialisis jika perlu
Domain : nutrisi -        Keseimbangan cairan -   Konsultasikan dengan ahli gizi untuk
Kelas     : hidrasi -        Hidrasi memberikan diet pembatasan natrium.
Definisi:Beresiko mengalami Setelah dilakukan tindakan keperawatan -   Pantau hasil laboratorium yang relevan
perubahan kadar elektrolit serum selama 1x24 jam pasien mampu untuk: terhadap retensicairan (misalnya,
yang dapat mengganggu kesehatan 1.    Tercapainya keseimbangan elektrolit peningkatan berat jenis urine, peningkatan
dan asam-basa, dengan indikator: BUN, penuranan hematocrit dan
Faktor resiko -    Jumlah elektrolit serum dalam batas peningkatan kadar osmolalitas urine)
-      Defisiensi volume cairan normal -   Observasi khususnya terhadap kehilangan
-      Kelebihan volume cairan -    Tanda-tanda vital seperti nadi dan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare,
-      Gangguan mekanisme regulasi pernapasan dalam batas normal. drainasse luka, pengisapan nasogastric,
(mis, diabetes insipidus, sindrom -    pH urine dalam batas normal diaphoresis, dan drainasse ileustomi)
ketidaktepatan sekresi hormon2.    Tercapainya keseimbangan cairan, -   Laporkan abnormalitas elektrolit
antidiuretik) dengan indikator: Pemantauan elektrolit
-      Muntah -   Tidak ada asites -   Observasi khususnya terhadap kehilangan
-      Disfungsi ginjal -   Tidak ada edema perifer cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare,
-   Berat badan dalam keadaan stabil drainase luka, pengisapan nasogastrik,
-   Mempertahankan output urine yang diaforesis, draninase ileostomi)
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine -   Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang
normal, HT normal edema terhadap gangguan sirkulasi dan
3.    Mempertahankan hidrasi yang integritas kulit
adekuat, dengan indikator: -   Pantau secara teratur lingkar abdomen dan
-    Tidak mengalami haus yang tidak ekstremitas
normal
-    Menunjukkan hidrasi yang baik Manajemen cairan
(membran mukosa lembab, mampu -   Pantau status hidrasi (misalnya,
berkeringat) kelembapan membran mukosa, keadekuatan
-    Tidak ada tanda-tanda dehidrasi nadi, dan tekanan darah ortostatik)
-    Tidak demam -   Timbang berat badan setiap hari dan pantau
kecenderungannya
-   Pertahankan keakuratan catatan asupan dan
haluaran
-   Pantau indikasi kelebihan atau retensi
cairan (misalnya crakcle, peningkatan CVP
atau tekanan baji kapiler paru, edema,
distensi vena leher, dan asites), sesuai
dengan keperluan
-   Berikan terapi IV, sesuai program
-   Konsultasi ke dokter jika tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau
memburuk
-   Pasang kateter urine, jika perlu
-   Berikan cairan, sesuai dengan keperluan
Manajemen cairan/elektrolit
-   Identifikasi faktor terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan,
demam, stres, dan program pengobatan)
-   Kaji adanya vertigo ataun hipotensi
postural
-   Tentukan lokasi dan derajat edema
-   Kaji komplikasi pulmonal atau
kardiovaskular yang diindikasikan dengan
peningkatan tanda gawat nafas, peningkatan
frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah,
bunyi jantung tidak normal, atau suara nafas
tidak normal.
-   Kaji efek pengobatan (misalnya steroid,
diuretik, litium) pada edema
-   Berikan terapi IV sesuai program
Health Education:
-    Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara
mengatasi edema;pembatasan diit;dan
peggunaan, dosis, dan efek samping obat
yang digunakan
-    Anjurkan pasien untuk menginformasikan
perawat bila haus
Terapi intravena (IV)
-   Observasi daerah pemasangan infus secara
kontinyu
-   Monitor tetesan infus
-   Hindarkan pasien dari trauma selama terapi
IV
-   Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
-   Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
Health education:
-   Anjurkan pasien untuk melaporkan
ketidaknyamanan selama pemasangan terapi
intravena.
-   Anjurkan pasien melaporkan jika adanya
nyeri dan bengkak pada daerah sekitar
pemasangan infus.
Pemantauan cairan
-   Kaji riwayat jumlah dan jenis intake cairan
dan eliminasi
-   Pantau warna, jumlah dan frekuensi
kehilangan cairan
2 Kerusakan Integritas Kulit (00046) -   Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC
Domain : keamanan/perlindungan Membranes Pressure Management
Kelas     : cedera fisik -   Wound Healing : primer dan sekunder -    Kaji lingkungan dan peralatan yang
Definisi : menyebabkan terjadinya tekanan.
Perubahan/gangguan epidermis Setelah dilakukan tindakan keperawatan -    Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.
dan/atau dermis selama 3 x 24 jam kerusakan integritas -    Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kulit teratasi dengan kriteria hasil : kering.
Batasan karakteristik -    Capilarry refill < 3 detik -    Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi
-      Kerusakan pada lapisan kulit -    Tidak ada pitting edema pasien) setiap dua jam sekali.
(dermis). -    Integritas kulit yang baik bisa -    Monitor integritas kulit akan adanya
-      Kerusakan pada permukaan kulit dipertahankan (sensasi, elastisitas, kemerahan.
(epidermis) temperatur, hidrasi, pigmentasi -    Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
derah yang tertekan .
Faktor-faktor yang berubungan -    Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
-  Perubahan status cairan -    Monitor status nutrisi pasien.
-  Perubahan tugor -    Mandikan pasien dengan sabun dan air
-  Faktor perkembangan hangat.
-  Ketidakseimbangan nurtisi
-  Gangguan sirkulasi Healt Education
-  Gangguan status metabolik -   Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar.
3 Ansietas (00146) -       Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Kelas     : koping/toleransi stres -       Coping kecemasan)
Domain : respons koping -   Gunakan pendekatan yang menenangkan
Definsi : Perasaan gelisah yang tak Setelah dilakukan tindakan keperawatan -   Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
jelas dari ketidaknyamanan atau selama 1x24 jam diharapkan kecemasan pelaku pasien
ketakutan yang disertai respon yang dirasakan klien berkurang dengan -   Jelaskan semua prosedur dan apa yang
autonom (sumner tidak spesifik atau Kriteria Hasil : dirasakan selama prosedur
tidak diketahui oleh individu); -  Klien mampu mengidentifikasi dan -   Temani pasien untuk memberikan
perasaan keprihatinan disebabkan mengungkapkan gejala cemas keamanan dan mengurangi takut
dari antisipasi terhadap bahaya. -  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan -   Berikan informasi faktual mengenai
Sinyal ini merupakan peringatan menunjukkan tehnik untuk mengontol diagnosis, tindakan prognosis
adanya ancaman yang akan datang cemas -   Dorong keluarga untuk menemani anak
dan memungkinkan individu untuk -  Vital sign dalam batas normal -   Lakukan back / neck rub
mengambil langkah untuk -  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa -   Dengarkan dengan penuh perhatian
menyetujui terhadap tindakan tubuh dan tingkat aktivitas -   Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan berkurangnya kecemasan -   Bantu pasien mengenal situasi yang
Batasan karakteristik menimbulkan kecemasan
-  Gelisah -   Dorong pasien untuk mengungkapkan
-  Insomnia perasaan, ketakutan, persepsi
-  Resah -   Instruksikan pasien menggunakan teknik
-  Ketakutan relaksasi
-  Sedih -   Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
-  Fokus pada diri
-  Kekhawatiran
-  Cemas
2.    Intra Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri Akut -       Pain Level, Pain Management
Kelas     : -       pain control, -   Lakukan pengkajian nyeri secara
Domain : -       comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
Definisi : setelah dilakukan tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Sensori yang tidak menyenangkan selama 1x 24 jam diharapkan nyeri presipitasi
dan pengalaman emosional yang berkurang dengan Kriteria Hasil: -   Observasi reaksi nonverbal dari
muncul secara aktual atau potensial -  Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau penyebab nyeri, mampu menggunakan -   Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menggambarkan adanya kerusakan tehnik nonfarmakologi untuk untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): mengurangi nyeri, mencari bantuan) -   Kaji kultur yang mempengaruhi respon
serangan mendadak atau pelan -  Melaporkan bahwa nyeri berkurang nyeri
intensitasnya dari ringan sampai dengan menggunakan manajemen nyeri -   Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
berat yang dapat diantisipasi dengan -  Mampu mengenali nyeri (skala, -   Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
akhir yang dapat diprediksi dan intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
dengan durasi kurang dari 6 bulan. -  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri masa lampau
berkurang -   Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Batasan karakteristik : -  Tanda vital dalam rentang normal dan menemukan dukungan
-    Laporan secara verbal atau non -   Kontrol lingkungan yang dapat
verbal mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
-    Fakta dari observasi pencahayaan dan kebisingan
-    Posisi antalgic untuk menghindari -   Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri -   Pilih dan lakukan penanganan nyeri
-    Gerakan melindungi (farmakologi, non farmakologi dan inter
-    Tingkah laku berhati-hati personal)
-    Muka topeng -   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
-    Gangguan tidur (mata sayu, menentukan intervensi
tampak capek, sulit atau gerakan -   Ajarkan tentang teknik non farmakologi
kacau, menyeringai -   Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-    Terfokus pada diri sendiri -   Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-    Fokus menyempit (penurunan -   Tingkatkan istirahat
persepsi waktu, kerusakan proses -   Kolaborasikan dengan dokter jika ada
berpikir, penurunan interaksi keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
dengan orang dan lingkungan) -   Monitor penerimaan pasien tentang
-    Tingkah laku distraksi, contoh : manajemen nyeri
jalan-jalan, menemui orang lain Analgesic Administration
dan/atau aktivitas, aktivitas -   Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
berulang-ulang derajat  nyeri sebelum pemberian obat
-    Respon autonom (seperti -   Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
diaphoresis, perubahan tekanan dosis, dan frekuensi
darah, perubahan nafas, nadi dan -   Cek riwayat alergi
dilatasi pupil) -   Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
-    Perubahan autonomic dalam tonus
lebih dari satu
otot (mungkin dalam rentang dari
-   Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
lemah ke kaku)
dan beratnya nyeri
-    Tingkah laku ekspresif (contoh :
-   Tentukan analgesik pilihan, rute
gelisah, merintih, menangis,
pemberian, dan dosis optimal
waspada, iritabel, nafas
-   Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
panjang/berkeluh kesah)
pengobatan nyeri secara teratur
-    Perubahan dalam nafsu makan dan
-   Monitor vital sign sebelum dan sesudah
minum
pemberian analgesik pertama kali
-   Berikan analgesik tepat waktu terutama
Faktor yang berhubungan :
saat nyeri hebat
-    Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
-   Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
psikologis)
gejala (efek samping)
2 Hambatan mobilitas fisik   Ambulasi Ambulasi
Definisi :   Pergerakan Terkoordinasi 1.      Kaji kebutuhan belajar klien
Keterbatasan dalam pergerakan fisik
  Mobilitas 2.      Kaji kebutuhan terhadap bantuan
mandiri dan terarah pada tubuh atau pelayanan kesehatan daari lembaga
satu ektremitas atau lebih. Tingkat 2 Tujuan dan Kriteria Hasil: kesehatan dirumah sakit dan alat kesehatan
: memerlukan bantuan dari orang Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang tahan lama
lain untuk pertolongan, pengawasan 2 x 24 jam mobilitas fisik teratasi
3.      Instrusikan klien untuk menyangga berat
atau pengajaran. dengan indicator : badannya
Kelas :       Melakukan aktifitas kehidupan
4.      Instrusikan dan dukung klien untuk
Domain : sehari-hari secara mandiri dengan alat menggunakan trapeze atau pemberat untuk
Batasan Karakteristik : bantu misalnya kursi roda meningkatkan serta mempertahankan
  Penurunan waktu reaksi       Meminta bantuan untuk aktifitas kekuatan ektremitas atas
  Kesulitan membolak-balik posisi mobilisasi, jika diperlukan 5.      Instrusikan klien untuk memperhatikan
tubuh       Menggunakan kursi roda secara kesejajaran tubuh yang benar
  Dispnea saat beraktifitas efektif 6.      Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi
  Perubahan cara berjalan (misalnya sebagai suatu sumber untuk
penurunan aktifitas dan kecepatan mengembangkan perencanaan dan
berjalan, kesulitan untuk memulai mempertahankan atau meningkatkan
berjalan, langkah kecil, berjalan mobilitas
dengan menyeret kaki, pada saat 7.      Gunakan sabuk penyongkong saat
berjalan badan mengayuh ke memberikan bantuan ambulasi atau
samping) perpindahan
  Tremor yang diinduksi oleh 8.      Awasi sluruh upaya mobilitas dan bantu
pergerakan klien jika diperlukan
  Ketidakstabilan postur tubuh (saat HE
melakukan rutinitas aktivitas 9.      Ajarkan dan dukung klien dalam latihan
kehidupan sehari-hari) ROM aktif atau pasif untuk
  Melambatnya pergerakan mempertahankan atau meningkatkan
Faktor yang berhubungan : kekuatan dan ketahanan otot
  Perubahan metabolisme sel
  Intoleran aktivitas dan penurunan 10.  Ajarkan dan bantu klien dalam proses
kekuatan dan ketahanan berpindah (misalnya dari tempat tidur ke
  Nyeri kursi roda)
  Gangguan neuromuscular 11.  Ajarkan tekhnik ambulasi dan berpindah
  Kaku sendi atau kontraktur yang aman
2 Resiko Infeksi (00004) -   Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Domain   : keamanan/perlindungan -   Knowledge : Infection control -      Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Kelas       : infeksi -    Risk control pasien lain
Definisi : -      Pertahankan teknik isolasi
Peningkatan resiko masuknya Setelah dilakukan tindakan keperawatan-      Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
organisme patogen dalam 1x24 jam diharapkan klien tangan
terhindar dari resiko infeksi dengan-      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : tindakan kperawtan
-       Prosedur Infasif -  Klien bebas dari tanda dan gejala-      Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
-        Trauma infeksi pelindung
-        Kerusakan jaringan dan -  Jumlah leukosit dalam batas normal -      Pertahankan lingkungan aseptik selama
peningkatan paparan lingkungan pemasangan alat
-        Agen farmasi (imunosupresan) -      Ganti letak IV perifer dan line central dan
-        Peningkatan paparan lingkungan dressing sesuai dengan petunjuk umum
patogen -      Gunakan kateter intermiten untuk
-        Ketidakadekuatan imum buatan menurunkan infeksi kandung kencing
-        Tidak adekuat pertahanan -      Tingktkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, -      Berikan terapi antibiotik bila perlu
Leukopenia, penekanan respon
inflamasi) Infection Protection (proteksi terhadap
-        Tidak adekuat pertahanan tubuh infeksi)
primer (kulit tidak utuh, trauma -       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
jaringan, penurunan kerja silia, dan lokal
cairan tubuh statis, perubahan -       Monitor hitung granulosit, WBC
sekresi pH, perubahan peristaltik) -       Monitor kerentanan terhadap infeksi
-       Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
-       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
-       Laporkan kecurigaan infeksi
2. Risiko Perdarahan (00206) -   Status sirkulasi Pencegahan Perdarahan
Domain : keamanan/perlindungan -   Status koagulasi -    Memonitor pasien secara ketat untuk
Kelas     : cedera fisik -   Prosedur pengobatan perdarahan
Definisi : -   Kontrol resiko -    Catatan tingkat hemoglobin / hematokrit
Beresiko mengalami penurunan sebelum dan sesudah kehilangan darah,
volume darah yang dapat Setalah dilakukan tindakan keperawatan seperti yang ditunjukkanMemantau tanda-
mengganggu kesehatan selama 1x24 jam diharapkan klien tidak tanda dan gejala perdarahan yang persisten
mengalami perdarahan dengan kriteria (misalnya memeriksa semua sekresi atau
Faktor resiko hasil: darah okultisme)
-  Aneurisme -    TTV dalam batas normal -    Melindungi pasien dari trauma, yang dapat
-  Defisiensi pengetahuan -    Adanya pembentukan bekuan darah menyebabkan perdarahan
-  Koagulopati inheren  (mis., -    Pengetahuan mengenai tindakan -    Menginstruksikan pasien untuk
trombositoenia) pengobatan yang dijalani meningkatkan asupan makanan yang kaya
-  Trauma -    Resiko perdarahan dapat dikenali vitamin K
-  Efeksamping terkait terapi -    Menginstruksikan pasien dan / atau
keluarga pada tanda-tanda perdarahan dan
tindakan yang tepat (misalnya,
memberitahukan perawat)
Perawatan Sirkulasi
-   Lakukan penilaian yang komprehensif dari
sirkulasi perifer (misalnya, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, dan suhu ekstremitas)
-   Evaluasi edema dan tekanan perifer
-   Turunkan ekstremitas untuk meningkatkan
sirkulasi arteri, yang sesuai
-   Ubah posisi pasien minimal setiap jam 2,
yang sesuaiMendorong berbagai latihan
gerak pasif atau aktif selama istirahat di
tempat tidur, yang sesuai
-   Mempertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mencegah viskositas darah meningkat
-   Memantau Status cairan, termasuk intake
dan output
3.    Post Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1. Harga Diri rendah : situasional -    Adaptasi Adaptasi
(00120) -    Support system -   Rencana memperkenalkan pertemuan
Domain : persepsi diri -    Manajemen perasaan aktivitas sehari-hari
Kelas   : harga diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan -   Support system yang baik dari kelompok
Definisi : selama 1x 24 jam diharapkan perasaan -   Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang
Perkembangan persepsi negatif harga diri rendah klien dapat berkurang akan meningkatkan harga diri klien
tentang harga diri rendah sebagai dengan kriteria hasil: -   Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
respon terhadap situasi saat ini -   Klien dapat menyesuaikan dengan -   Membuat pernyataan positif tentang
(terapi) kemampuan verbal klien/apa yang sudah klien lakukan
Support system
Batasan karakteristik -   Bantu klien mengenali keuntungan dan
-  Evaluasi diri bahwa individu tidak ketidakuntungan masing-masing alternative
mampu menghadapi peristiwa support system
-  Evaluasi diri bahwa individu tidak -   Fasilitasi teman yang bisa diajak kerjasama
mampu menghadapi situasi untuk membuat keputusan
-  Ekspresi ketidakberdayaan -   Menjalani hubungan antara klien daan
keluarga
Faktor yang berhubungan Manajemen Perasaan
-  Perubahan perkembangan -    Pantau status fisik klien
-  Gangguan citra tubuh -    Ajarkan klien dalam kemampuan membuat
-  Gangguan fungsional keputusan sebagai kebutuhannya
-  Perubahan peran sosial -    Gunakan dengan simple, konkret, belajar
untuk berinteraksi dengan kesadaran yang
disetujui klien.
2. Resiko Infeksi (00004) -   Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Domain   : keamanan/perlindungan -   Knowledge : Infection control -      Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Kelas       : infeksi -    Risk control pasien lain
Definisi : -      Pertahankan teknik isolasi
Peningkatan resiko masuknya Setelah dilakukan tindakan keperawatan-      Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
organisme patogen dalam 1x24 jam diharapkan klien tangan
terhindar dari resiko infeksi dengan-      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : tindakan kperawtan
-       Prosedur Infasif -  Klien bebas dari tanda dan gejala-      Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
-        Trauma infeksi pelindung
-        Kerusakan jaringan dan -  Jumlah leukosit dalam batas normal -      Pertahankan lingkungan aseptik selama
peningkatan paparan lingkungan pemasangan alat
-        Agen farmasi (imunosupresan) -      Ganti letak IV perifer dan line central dan
-        Peningkatan paparan lingkungan dressing sesuai dengan petunjuk umum
patogen -      Gunakan kateter intermiten untuk
-        Ketidakadekuatan imum buatan menurunkan infeksi kandung kencing
-        Tidak adekuat pertahanan -      Tingktkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, -      Berikan terapi antibiotik bila perlu
Leukopenia, penekanan respon
inflamasi) Infection Protection (proteksi terhadap
-        Tidak adekuat pertahanan tubuh infeksi)
primer (kulit tidak utuh, trauma -       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
jaringan, penurunan kerja silia, dan lokal
cairan tubuh statis, perubahan -       Monitor hitung granulosit, WBC
sekresi pH, perubahan peristaltik) -       Monitor kerentanan terhadap infeksi
-       Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
-       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
-       Laporkan kecurigaan infeksi
Daftar Pustaka

http://askepdanlp.blogspot.co.id/2017/03/laporan-pendahuluan-askep-hemodialisa.html

http://blog-nyaners.blogspot.co.id/2015/12/laporan-pendahuluan-hemodialisa.html

http://studioners.blogspot.co.id/2016/02/laporan-pendahuluan-hemodialisa.html

Anda mungkin juga menyukai