Anda di halaman 1dari 8

H.

Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisa ”
artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisa berarti proses pembersihan
darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh.
Hemodialisa menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisa
dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’. Haemodialisa dilakukan
pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Aguswina, 2017).
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi
ginjalnya. Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan
darah dengan cara mengalirkan melalui “ginjal buatan”. Hal yang melatar
berlakangi isi makalah ini di harapkan agar pengobatan hemodialisa dapat di
cegah bagi para penderita penurunan fungsi  ginjal dengan lebih
meningkatkan asupan cairan bagi fungsi ginjal yang belum kronis (Desita,
2016).

I. Indikasi
Indikasi hemodialisa menurut IRR (Indonesian Renal Registry, 2015) adalah
sebagai berikut:
1.  Indikasi Segera
Indikasi segera yaitu koma, perikarditis, efusi pericardium, neuropati
perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru,
dan oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Gejala uremia antara lain yaitu mual, muntah, perubahan mental,
penyakit tulang, gangguan pertumbuhan, perkembangan seks, dan
perubahan kulitas hidup.
b. Laboratorium abnormal
Laboratorium abnormal antara lain yaitu asidosis, azotemia (kreatinin
8-12 mg%) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %,
TKK : 5 ml/menit.
c. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3
kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4) Tekanan darah normal.
5) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
6) Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk
gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum
penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut,
dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa
minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
J. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, tujuan dari Hemodialis menurut Sukma (2017)
yaitu:
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain.
5. Mempertahankan atau mengembalikan sysstem buffer tubuh.
6. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

K. Peralatan Hemodialisa
Peralatan hemodialisa menurut Rahman,dkk (2016) antara lain sebagai
berikut:
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL), AVBL terdiri dari :
a. Arterial Blood Line (ABL)
Arterial Blood Line (ABL) adalah tubing-tubing/ line plastic yang
menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien
menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b. Venouse Blood Line
Venouse Blood Line adalah tubing/ line plastic yang menghubungkan
darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien
disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL
antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang
diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser. Bagian-
bagian dari AVBL dan kopartemen  adalah konektor, ujung runcing,
segmen pump, tubing arterial/ venouse pressure, tubing udara, bubble
trap, tubing infuse/ transfuse set, port biru obat, port darah/ merah
herah heparin, tubing heparin, dan ujung tumpul.
2. Dializer/ginjal buatan (artificial kidney)
Dializer/ ginjal buatan (artificial kidney) adalah suatu alat dimana proses
dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen, yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
c. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
d. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk
darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.
3. Mesin Hemodialisa
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan mereknya.
Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan
dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit, dillisat
circuit, dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan
komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control
ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi
tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan
dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa
macam yaitu: jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain.
Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu
dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada
yang bentuk cair (siap pakai).
5. Air Water Treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka
(diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan
air sumur yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment”
sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of
Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 liter.
L. Proses Hemodialisa
Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
diedarkan dalam sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan
jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara
pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui
pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan
dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah selama
proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar
mesin yang bernama dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian,
mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2
kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai
pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.
Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada
kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki
komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen
dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir
secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam
darah dapat berpindah melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu
karena, selama penyaringan darah, terjadi peristiwa difusi dan ultrafiltrasi.
Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat sampah dan
racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang
telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita.
Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu
dialirkan keluar ke penampungan dialisat.
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari
bagian pekat ke bagian yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada
perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan dalam dialisat. Dialisat berisi
komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika
tubuh kekurangan zat tersebut saat proses hemodialisa, maka difusi zat-zat
tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena
perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang
lebih tinggi dari dialisat memaksa air melewati selaput semipermeabel. Air
mempunyai molekul sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput
diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses
penyaringan dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih.
Darah itu kemudian akan dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata-rata tiap
orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk menyaring
seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali
pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini
tergantung juga pada tingkat kerusakan ginjalnya (Aguswina, 2017).

M. Alasan Dilakukan Hemodialisa


Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:
1. Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
2. Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
3. Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan lainnya.
4. Gagal jantung
5. Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ), IRR
(Indonesian Renal Registry, 2015)

N. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa menurut Desita, 2016 yang
sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :

Komplikasi Penyebab

Demam Bakteri atau zat penyebab demam


(pirogen) di dalam darah

Dialisat terlalu panas

Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal Alergi terhadap zat di dalam mesin


(anafilaksis)
Tekanan darah rendah

Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yg dibuang

Gangguan irama jantung Kadar kalium & zat lainnya yg


abnormal dalam darah

Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin

Perdarahan usus, otak, mata atau perut Penggunaan heparin di dalam mesin
untuk mencegah pembekuan

Menurut Farida (2017) selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan


komplikasi yang terjadi, antara lain:

1. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

3. Pembekuan Darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

4. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
5. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses
vaskuler.
6. Kram Otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi.
7. Sindrom Ketidakseimbangan Dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini
menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
8. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.

Anda mungkin juga menyukai