Sejarah cuci darah dimulai dari seorang ahli kimia asal Skotlandia
bernama Prof Thomas Graham yang pada tahun 1854 menemukan prinsip
pemisahan bahan /zat melalui membran semipermeable. Pada tahun 1912
dilakukan hemodialisis pertama kepada hewan dengan menggunakan
ginjal buatan (Artificial Kidney) oleh Jhon L Abel, LG Rowntre dan BB Turner
dari John Hopkins Medical School. Hemodialisis pertama pada manusia
dilakukan oleh George Haas pada tahun 1914 di Jerman. Sedangkan di
Indonesia hemodialisis pertama kali dilakukan pada tahun 1972 di RS
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Penyakit ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara
mendadak dimana sebelumnya ginjal dalam keadaan normal dan pada
beberapa kasus perlu dilakukan cuci darah. Pasien dengan penyakit ginjal
akut bila penyebab penyakit ginjalnya dapat diobati maka fungsi ginjal
akan kembali membaik dan tidak memerlukan cuci darah lagi.
Kapan dilakukan cuci darah? Idealnya Cuci darah dilakukan bila fungsi
ginjal (Laju Filtrasi Glomerolus/LFG) kurang dari 15 ml/menit. Namun
dalam pelaksanaannya ada beberapa pedoman yaitu, LFG kurang dari 10
ml/menit dengan disertai gejala uremia dan malnutrisi. Atau LFG kurang
dari 5 ml/menit untuk pasien dengan kerusakan ginjal akibat diabetes
(Nefropati Diabetik) walaupun tanpa gejala dapat dilakukan lebih awal
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
- Asidosis berat, yaitu kondisi pH darah pasien yang sangat rendah dan
tidak dapat
Kondisi ini bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan pada
jantung.
Ginjal memiliki fungsi penting yaitu menyaring racun dari aliran darah.
Ginjal pada dasarnya terdiri dari jutaan struktur kecil bernama nefron
yang bertindak sebagai filter.
Racun dan limbah lantas terakumulasi dalam larutan ini yang kemudian
dikeluarkan dari rongga perut menggunakan pompa.
Kedua teknik dialisis dapat meningkatkan harapan hidup pasien ginjal dan
meningkatkan kualitas hidup mereka sampai batas tertentu.
Selain itu, pada pasien tertentu yang menderita gagal jantung atau
kanker, transplantasi ginjal bukanlah solusi yang layak.
8. Uremic encephalopathy
9. Uremic pericarditis
11. Hyperthermia
Selain itu, dialisis (cuci darah) tidak sepenuhnya aman karena terdapat
beberapa efek samping seperti risiko terjadinya infeksi.
Juga, proses dialisis yang memakan waktu sekitar 3 sampai 7 jam,
beberapa kali selama seminggu, dapat amat melelahkan bagi sebagian
pasien.[]
Hemodialisis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hemodialisis sedang berlangsung
Mesin Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo artinya darah, dan dialisis
artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses
pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di
luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin
dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah cuci darah.[1]
Cara kerja
Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan
dalam sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan
keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara
pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui
pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan
dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah
selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu Heparin.[2]
Penyakit gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang dialami selama
kurun waktu 3 (tiga) bulan atau lebih dengan keadaan sebagai abnormalitas
struktural atau abnormal fungsional ginjal. Bila penderita ginjal kronik dapat
sampai ke tingkat cuci darah maka ini berarti kerusakan ginjal sudah
berlangsung lama dan biasanya memerlukan cuci darah seumur hidup.
Penyakit gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara
tiba - tiba dan pada beberapa kondisi diperlukan cuci darah. Pasien dengan
penyakit ginjal akut bila dapat diobati penyebabnya maka dapat membaik dan
selanjutnya tidak memerlukan tindakan cuci darah lagi.
Baik penyakit ginjal kronik maupun ginjal akut tetaplah disarankan untuk cuci
darah, untuk itu kapankah sebenarnya kita disarankan cuci darah? Cuci darah
dapat dilakukan bila fungsi ginjal kurang dari 15 ml/menit. Namun bisa juga
kurang dari 10 ml/menit dengan disertai gejala uremia dan malnutrisi. Bagi
penderita diabetes bila 5 ml/menit pun dapat dilakukan lebih awal untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Cuci Darah Secara Medis Harus Dilakukan
Berikut marilah kita lihat kondisi-kondisi tertentu yang perlu segera
dilakukan cuci darah (hemodialisis) secara medis, yaitu:
Kondisi pH darah pasien yang sangat rendah dan tidak dapat dinaikkan
lagi dengan obat-obatan.
Kondisi dengan tingkat sisa metabolisme ureum dalam tubuh sangat tinggi
dengan gejala klinis sbb: mual muntah, kecegukan yang tidak berhenti,
penurunan kesadaran, bahkan bisa kejang - kejang.
Cuci darah hanyalah salah satu tindakan medis untuk penyakit ginjal diatas,
prosedur lain yang bisa ditempuh oleh penderita ginjal kronik adalah dengan
transplantasi ginjal.
Cara medis diatas yaitu dengan cuci darah maupun transplantasi ginjal
sangatlah mahal biayanya. Selain biaya yang mahal juga mengandung resiko
tinggi untuk kegagalanya. Untuk itu cara yang terbaik adalah sayangilah sedini
mungkin ginjal anda dari kerusakan. Carilah alternatif obat sakit ginjal alami
yang lebih aman tetapi sudah terbukti dan dapat menyembuhkan kembali. Mari
kita jaga ginjal agar tetap sehat, Semoga bermanfaat.
14 Efek Samping Cuci Darah Ginjal Bagi Kesehatan
ads
Cuci darah atau dialysis merupakan suatu metode yang ditempuh oleh penderita gagal ginjal
untuk melakukan proses penyaringan darah. Darah akan secara rutin tercuci dari zat-zat
berbahaya yang terkandung di dalamnya ginjal. Pasien gagal ginjal ini, memiliki ginjal yang
tidak berfungsi dengan baik untuk melakukan proses penyaringan dan pembersihan darah
secara alami. Cuci darah ini menjadi wajib dilakukan secara medis untuk menggantikan
fungsi kerja dari ginjal yang rusak.
1. Muntah-Muntah
3. Lemas
4. Koma
Proses cuci darah atau dialysis sendiri dibagi menjadi 2 metode, yaitu :
PERITONEAL DIALYSIS
1. Peritonitis Peritonitis merupakan suatu infeksi yang terjadi pada bagian peritoneum,
yang pada metode peritoneal dialysis ini digunakan sebagai tempat untuk menyaring darah.
Kondisi peralatan yang tidak steril dapat menyebabkan kondisi peritonitis ini. Peritonitis
sendiri memeiliki beberapa gejalanya yaitu :
Demam Tinggi
Nausea
Muntah
2. Hernia Hernia merupakan salah satu gejala yang timbul sebagai efek samping dari cuci
darah menggunakan metode peritoneal dialysis. Hal ini disebabkan karena adanya cairan
yang bertahan sangat lama pada bagian rongga peritoneal dapat memicu terjadinya
ketegangan pada bagian otot perut, yang mengakibatkan terjadinya hernia.
3. Kenaikan Berat Badan Cairan dialysis yang dimasukkan ke dalam tubuh ketika proses
cuci darah dengan metode ini, berlangsung dengan memiliki kandungan gula yang sangat
tinggi. Hal ini akan berefek langsung terhadap berat badan yang akan naik secara drastis
karena tingginya kandungan gula yang masuk ke dalam tubuh pasiennya.
HEMODIALYSIS
Darah yang sudah ditransfer ke dalam alat cuci darah kemudian disaring dan dibersihkan dari
sisa metabolisme, lalu kemudian mengembalikannya ke dalam tubuh. Biasanya pasien yang
menggunakan metode ini membutuhkan 3 kali proses cuci darah dalam seminggu, dan
berlangsung selama 4 jam.
1. Tekanan Darah Rendah Tekanan darah rendah atau hipotensi, merupakan salah satu
efek samping yang umum terjadi pada pasien yang menggunakan metode hemodialysis. Hal
ini terjadi karena kurangnya cairan yang terdapat di dalam tubuh. Hipotensi atau tekanan
darah rendah ini dapat menyebabkan :
Nausea
Pusing
Sakit kepala
Sponsors Link
3. Sepsis Sepsis merupakan keadaan dimana infeksi bakteri staphylococcal yang sudah
menjalar melalui darah ke organ-organ lain, atau bisa disebut blood poisoning (keracunan
darah). Gejala sepsis ini antara lain :
Pusing pusing
4. Kram pada otot Kram dapat terjadi karena hilangnya atau berkurangnya cairan tubuh,
dan biasanya akan merasakan kram pada bagian kaki.
5. Gatal pada kulit Kandungan potasium yang tinggi dianggap menjadi penyebab dari
gatal-gatal ini. Pasien yang melakukan metode cuci darah hemodialysis biasanya akan
mengalami rasa gatal pada bagian tubuh mereka.
6. Insomnia Insomnia atau kesulitan tidur merupakan efek samping lain yang dapat terjadi
sebagai akibat dari metode cuci dara hemodialysis ini.
7. Sakit pada tulang dan persendian Sakit pada tulang dan persendian merupakan salah
satu efek samping yang ditimbulkan karena kekurangan cairan pada tubuh. Hal ini juga akan
menambah tingkat kelelahan dari tubuh pasien.
Sponsors Link
1. Kelelahan
Kelelahan ini merupakan efek samping paling umum dari cuci darah atau dialysis, baik
peritoneal dialysis maupun hemodialysis. Kelelahan ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
Kondisi fisik yang lemah merupakan salah satu efek samping yang ditimbulkan oleh proses
cuci darah, baik peritoneal ataupun hemodialysis. Hal ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang
sedikit karena banyaknya pantangan makanan yang tidak boleh dikonsumsi, sehingga tubuh
akan terasa lemas dan aangat mengganggu aktivitas.
Tidak hanya kondisi fisik yang menurun sebagai akibat dari proses cuci darah, namun juga
kondisi mental dari pasien akan ikut turun. Hal ini disebabkan oleh, selain asupan nutrisi
yang cukup, pasien juga memiliki kecemasan dan khawatir dengan kondisi tubuhnya sendiri,
sehingga akan menimbulkan stress, yang tentunya akan sangat mengganggu kondisi mental
dari pasien.
4. Menghabiskan Uang
Ini bukan merupakan efek samping terhadap tubuh, namun efek samping yang ditimbulkan
dari segi ekonomi. Biaya cuci darah atau dialysis yang tidak sedikit, serta obat-obatan yang
harus ditebus akan sangat mengganggu kondisi neraca keuangan yang dimiliki oleh pasien.
Itulah beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan karena proses cuci darah yang
dilakukan oleh pasien. Solusi terbaik untuk mengobati penyakit gagal ginjal yang sudah
kronis adalah melakukan pencangkokan ginjal. Namun demikian, tentunya lebih baik
mencegah daripada mengobati, bukan?? anda harus merubah pola hidup anda menjadi
gaya hidup sehat, agar terhindar dari berbagai macam masalah penyakit seperti gagal ginjal.