Anda di halaman 1dari 24

HEMODIALISA

apt. Novi Milasari, M.Farm


PENDAHULUAN
 Tahapan gagal ginjal kronik dapat dibagi menurut beberapa cara, antara lain dengan
memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa.
 Bila faal ginjal yang masih tersisa sudah minimal sehingga usaha-usaha pengobatan konservatif
yang berupa diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi pertolongan yang
diharapkan lagi, keadaan tersebut diberi nama penyakit ginjal kronik (PGK).
 Pada stadium ini terdapat akumulasi toksin uremia dalam darah yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup pasien.
LANJUTAN …
 Pada umumnya faal ginjal yang masih tersisa, yang diukur dengan klirens kreatinin, tidak
lebih dari 5 ml/menit/1,73m2.
 Pasien PGK, apa pun etiologi penyakit ginjalnya, memerlukan pengobatan khusus yang
disebut pengobatan atau terapi pengganti.
 Setelah menetapkan bahwa TP dibutuhkan, perlu pemantauan yang ketat sehingga dapat
ditentukan dengan tepat kapan TP tersebut dapat dimulai.
TERAPI PENGGANTI
 Faal ginjal dapat dibagi menjadi faal ekskresi dan faal endokrin.
 Terapi pengganti yang ideal adalah yang dapat menggantikan fungsi kedua faal ginjal.
 Transplantasi ginjal yang berhasil akan mengganti keseluruhan faal ginjal yang sakit,
sedangkan dialisis mengganti sebagian faal ekskresi.
BERBAGAI JENIS TERAPI
PENGGANTI GINJAL
HEMODIALISIS
 Pada PGK, hemodialysis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal
buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah.
 Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput
semipermeabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat.
 Kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan
komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen.
LANJUTAN…
 Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat
terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah sampai
konsentrasi zat terlarut sama di kedua kompartemen (difusi).
 Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen cairan
dialisat dengan cairan menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan
dialisat. Perpindahan air ini disebut ultrafiltrasi.
LANJUTAN …
 Terdapat 4 jenis membran dialiser yaitu : selulosa, selulosa yang diperkaya, selulo sintetik,
dan membran sintetik.
 Pada membran selulosa terjadi aktivasi komplemen oleh gugus hidroksil bebas, karena itu
penggunaan membran ini cenderung berkurang digantikan oleh membran lain.
 Aktivasi sistem komplemen oleh membran lain tidak sehebat aktivasi oleh membran selulosa.
LANJUTAN …
 Luas permukaan membran juga penting untuk proses pembersihan.
 Luas permukaan membran yang tersedia adalah dari 0,8 m2 – 2,1 m2.
 Semakin tinggi luas permukaan membran semakin efisien proses dialisis yang terjadi.
 Selama proses dialisis pasien akan terpajan dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter
setiap dialisis.
 Zat dengan berat molekul ringan terdapat dalam cairan dialisat akan dapat dengan mudah
berdifusi ke dalam darah pasien selama dialisis.
 Cairan dialisat perlu dimurnikan agar tidak terlalu banyak mengandung zat yang dapat
membahayakan tubuh.
LANJUTAN …
 Dengan teknik reverse osmosis air akan melewati membran semi permeabel yang memiliki
pori-pori kecil sehingga dapat menahan molekul dengan berat molekul kecil seperti urea,
natrium, dan klorida.
 Cairan dialisat tidak perlu steril karena membran dialisis dapat berperan sebagai penyaring
kuman dan endotoksin.
 Tetapi kuman harus dijaga agar kurang dari 200 koloni/ml dengan melakukan desinfektan
cairan dialisat.
LANJUTAN …
 Kadar natrium dalam cairan dialisat 135-145 meq/l.
 Bila kadar natrium lebih rendah maka risiko untuk terjadinya gangguan hemodinamik selama
hemodialysis bertambah.
 Sedangkan bila kadar natrium lebih tinggi gangguan hemodinamik akan berkurang tetapi akan
meningkatkan kadar natrium darah pascadialisis.
 Keadaan ini akan menimbulkan rasa haus dan pasien akan cenderung untuk minum lebih
banyak.
 Pada pasien dengan komplikasi hipotensi selama hemodialysis sulit ditanggulangi untuk
mengatasinya kadar natrium dalam cairan dialisat dibuat lebih tinggi.
DIALISER
 Dialiser dapar didaur ulang (reuse) untuk tujuan mengurangi biaya hemodialysis.
 Dialporkan 80% pasien hemodialisa di Amerika Serikat dilakukan daur ulang sedangkan di
Eropa sekitar 10%.
 Segera setelah selesai prosedur hemodialysis dicuci dengan cairan dialisat yang banyak untuk
menghilangkan bekuan darah yang terdapat dalam kapiler dialiser.
 Umumnya dipakai kembali bila volume dialiser 80%.
 Setelah itu dialiser disimpan dengan cairan antiseptik (formaldehida 4%).
 Sebelum digunakan kembali dialiser ini dicuci kembali untuk membuang semua formaldehida.
 Formaldehid yang tersisa dalam dialiser dapat memasuki tubuh selama proses dialisis dan hal
ini dapat menimbulkan gangguan pada pasien.
LANJUTAN …
 Terdapat dua jenis cairan dialisat yang sering digunakan yaitu cairan asetat dan bikarnonat.
 Kerugian cairan asetat : bersifat asam sehingga dapat menimbulkan suasana asam di dalam
darah yang akan bermanifestasi sebagai vasodilatasi.
 Vasodilatasi akibat cairan asetat ini akan mengurangi kemampuan vasokontriksi pembuluh
darah yang diperlukan tubuh untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang terjadi selama
hemodialysis.
 Keuntungan cairan bikarbonat : memberikan bikarbonat ke dalam darah yang akan
menetralkan asidosis yang biasa terdapat pada pasien dengan penyakit ginjal kronik dan juga
tidak menimbulkan vasodilatasi.
DIALISIS
 Pada proses dialisis terjadi aliran darah di luar tubuh.
 Pada keadaan ini akan terjadi aktivasi sistem koagulasi darah dengan akibat timbulnya
bekuan darah.
 Karena itu pada dialisis diperlukan pemberian heparin selama dialisis berlangsung.
LANJUTAN …
 Ada 3 teknik pemberian heparin :

1. Teknik heparin rutin : teknik yang paling sering digunakan sehari-hari, diberikan secara
bolus diikuti dengan continuous infusion.
2. Teknik heparin minimal : risiko perdarahan sedang atau berat
3. Teknik bebas heparin : risiko perdarahan sedang atau berat

Contoh beberapa keadaan risiko perdarahan berat misalnya pada pasien dengan perdarahan
intraserebral, trombositopenia, koagulapati, dan pascaoperasi dengan perdarahan.
LANJUTAN …
 Jumlah dan tekanan darah yang mengalir ke dialiser, harus memadai sehingga perlu suatu
akses khusus.
 Akses khusus ini pada umumnya adalah vena lengan yang sudah dibuatkan fistula dengan
arteria radialis atau ulnaris.
 Terdapat shunt aliran darah arteri ke vena sehingga vena akan membesar dan mengalami
epitalisasi.
 Fistula cimino dapat bertahan bertahun-tahun dan komplikasinya hampir tidak ada.
FISTULA CIMINO
KOMPLIKASI
 Komplikasi yang sering terjadi di antaranya adalah hipotensi, kram otot, mual dan muntah,
sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil.
 Komplikasi yang jarang terjadi misalnya sindrom disekuibilirium , reaksi dialiser, artimia,
tamponade jantung, perdarahan intracranial, kejang, hemolysis, emboli udara, neutropenia,
serta aktivasi komplemen akibat dialisis dan hipoksia.
KONDISI PASIEN
HEMODIALISIS
 Pasien hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang
baik.
 Gizi kurang merupakan predictor yang penting untuk terjadinya kematian pada pasien
hemodialysis.
 Asupan protein : 1-1,2 g/KgBB/hari dengan 50% terdiri atas protein dengan nilai biologis
tinggi.
 Asupan kalium : 40-70 meq/hari.
 Pembatasan kalium sangat diperlukan sehingga makanan tinggi kalium seperti buah-buahan dan
umbi-umbian tidak dianjurkan dikonsumsi.
LANJUTAN …
 Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah air kencing yang ada ditambah insensible
water loss.
 Asupan Natrium dibatasi 40-120 meq/hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema.
 Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien untuk minum
 Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara dialisis akan terjadi kenaikan berat
badan yang besar.
LANJUTAN …
 Pada umumnya indikasi dialisis pada GGK adalah bila laju filtrasi glomerulus (LFG sudah
kurang dari 5 ml/menit).
 Dialisis dianggap perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini :

1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata


2. K serum < 6 meq/dL
3. Ureum darah > 200 mg/dL
4. pH darah < 7,1
5. Anuria berkepanjangan (> 5 hari)
6. Fluid overloaded
HEMODIALISIS DI INDONESIA
 Di Indonesia dialisis dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialysis dilakukan selama
5 jam.
 Di centre dialisis lain ada juga dialisis yang dilakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisis 4
jam.
 Hemodialisis di Indonesia umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya
adalah kapiler-kapiler selaput semipermeabel (hollow fibre kidney).
 Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang
14 tahun.
 Kendala yang ada adalah biaya yang mahal.
PROSES
HEMODIALI
SA

Anda mungkin juga menyukai