Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

HEMODALISA

Disusun Oleh:
Indah Wulan Sari
24.21.1663

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2023
A. Pengertian
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan
dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan
prosestersebut atau suatu pembuatan zat terlarut dan cairan dari dalam dari melewati
membrane semi permeable. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik
utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua tehnik tersebut sama yaitu
difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan
konsentrasi atau tekanan tertentu.
Hemodialisa merupakan dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Darah
dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter arter, masuk kedalam sebuah mesin
besar. Didalam mesin tersebut terdapat dua ruang yang dipisahkan oleh sebuah
membrane semipermeable. Darah dimasukan ke salah satu ruang, sedangkan ruangan
yang lain diisi oleh cairan pen-dialisis, dan di antara keduanya akan terjadi difusi.
Darah dikembalikan ketubah melalui sebuah pirau vena.

Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja


dari ginjal yaitu menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan
kelebihan cairan, membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh
serta membantu menjaga tekanan darah. Hemodialisa tidak menyembuhkan
atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktivitas metabolic atau edokrin yang dilaksanankan ginjal dan dampak dari
gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini
harus menjalani terapi dialysis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu
selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau sampai mendapat ginjal
baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi
dialysis yang kronis kalua terapi ini diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengandalikan gejala uremia.
B. Tujuan Hemodialisa
Tujuan terapi HD untuk:
1. Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi
ginjal pulih kembali. Hemodialisa dapat dilakukan pada saat toksin
atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan
permanet atau menyebabkan kematian.
2. Mengambil zat-zat yang bersifat toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Smeltzer & Bare,2008)
C. Etiologi Hemodialisa
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara samapi fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
1. Hiperkalemia (K>6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan
6. Perikarditis dan konfusi yang berat
7. Hiperkalsemia dan hipertensi
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
1. Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
2. Serum kreatinin > mg%/hari
3. Hiperkalmia
4. Overload cairan yang parah
5. Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi media
Pada CRF
1. BUN >200 mg%
2. Creatinin > 8mg%
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolic yang parah
5. Uremic encepalopati
6. Overload cairan
7. Hb: < 8 gr% - 9gr% siap-siap tranfusi
D. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama
untuk menyaring/membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bias terjadi karena
sebab primer ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam
menyaring/membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu
modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal
ginjal memerlukan dialysis. Dialysis sering tidak diperlukan pada pasien dengan
gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bias juga dilakukan hanya untuk
indikasi tunggal seperti hiperkalemia.
E. Prinsip-prinsip Hemodialisa
Seperti pada ginjal ada 3 prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu: difusi
osmosis dan ultrafiltrasi.
1. Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar
didalam darah, makin banyak yang berpindah kedialisat.
2. Proses osmosis adalah proses berpindahnya zat dan air karena tenaga kimiawi
yaitu perbedaan osmolalitas dan dialisat.
3. Proses filtrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaanhidrostatik
didalam darah dan dialisat.
F. Perangkat Hemodialisa
1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Komponen ini terdiri dari membrane dialiser yang memisahkan kompartemen
darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur fisik dan tipe
membrane yang digunakan untuk membentuk kompartemen darah. Semua
factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang mengacu pada
kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produk-produk sissa
(klirens).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari
serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan
bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri
terlalu besar untuk melewati membrane dan potensial terjadinya infeksi pada
pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan
reaksi pirogenik, khususnya pada membrane permeable yang besar, air untuk
dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya
disediakan oelh pabrik komersil. Bath standar umumnya digunakan pada unit
kronis,namun dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien
tertentu.
3. Sistem pemberian Dialisat
Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien:system
pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada
kedua system,suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur serta
pemantau menjamin dengan tepat control rasio konsentrat-air.
4. Asesori Peralatan
Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi pompa
darah,pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk pendeteksi
suhu tubuh bila terjadi ketdakamanan, konsetrasi dialisat, perubahan
tekanan,udara, dan kebocoran darah.
5. Blood lines : Selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan
kembali ketubuh . memepunyai 2 fungsi :
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.
Alat-alat kesehatan :
1. Tempat tidru fungsional
2. Timbangan BB
3. Pengukuran TB
4. Stetoskop
5. Termometer
6. Peralatan EKG
7. Set O2 lengkap
8. Suction set
9. Meja tindakan
Obat-obatan dan cairan :
1. Obat-obatan hemodialisa :heparin,frotamin,lidocaine untuk anestesi
2. Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5%, dan Dex 10%
3. Dialisat
4. Desifektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
5. Obat-obatan emergency
G. Komplikasi Hemodialisa
1. Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separu waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume
yang tinggi.
2. Hipotensi, terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik,
dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia, hipoksia, hipotensi, pengehentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa, sidrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya
secara primer dapat berakibat dari osmol-osmol lain otak dan bersihan urea yang
kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien
osmotic diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotic ini
menyebabkan perpindahan air kedalam otak yang menyebabkan oedema serebri.
Sidromini tidak lazimdan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani
hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
5. Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor
pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Pendarahan, uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu pendarahan . penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan factor resiko terjadinya pendarahan.
7. Gangguan percernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler
9. Pembekuan darah bias disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah lambat.
H. Penatalaksanaan Medis Pasien Yang Menjalani Hemodialisa Jangka Panjang
1. Diet dan masalah cairan
Diet merupakan factor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengigat
adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengeksresikan
produk akhir metabolisme, substasi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam
serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik dan akan
mempengaruhi setiap system tubuh. Lebih banyak toksik yang menumpuk, lebih
verat gejala yag timbul. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan
limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan
juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema
paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian dengan resep
diet untuk pasien ini.
Dengan penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat
diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau
pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan. Berkaitan dengan
pembatasan, maka protein dari makanan harus memiliki nilai biologis yang tinggi
dan tersusun dari asam-amino esensial untuk mencegah penggunaan protein yang
buruk serta mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif. Contoh protein
dengan niali biologis yang tinggi adalah telur, daging,susu dan ikan.
Dampak diet rendah protein. Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya
hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan serta tidak disukai bagai banyak
penderita gagal ginjal kronis. Karena makanan dan minuman merupakan aspek
penting dalam sosialisasi, pasien sering merasa disingkirkan ketika berada
Bersama orang-orang lain karena hanyak ada beberapa pilihan makanan saja yang
tersedia baginya. Jika pembatasan ini dbiasakan, komplikasi yang dapat
membawa kematian seperti hiperkalemia dan edema paru dapat terjadi.
2. Pertimbangan medikasi
Banyak obat yang eksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien
yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotic, antiaritmia,
antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-
obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan
akumulasi toksik. Beberapa obat akan dikeluarkan dari darah pada saat dialysis.
Pengeluaran metabolit obat yang lain bergantung pada berat dan ukuran
molekulnya. Apabila seorang pasien menjalani dialysis, semua jenis obat dan
dosisnya harus dievaluasi dengan cermat. Pasien mengatahui kapan minum obat
dan kapan menundanya. Sebagai contoh, jika obat antuhipertensi diminum pada
hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisa, efek hipotensi dapat terjadi
selama hemodialisa dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
I. Pengkajian
1. Pengakajian pasien
a. Data demografi :berisi tentang nama,umur,alamat, jenis kelamin, Pendidikan
b. Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya mengeluh:
lemas,mual,muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah
BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah
berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin.
c. Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal ginjal akut maupun
kronis,ketidak seimbangan elektrolit dalam tubuh, oedema, keracunan.
d. Riwayat kesehatan dahulu : menanyakan adanya infeksi saluran kemih atau
infeksi organ lain, riwayatkencing batu/obstruksi, riwayat mengkonsumsi
obat-obatan atau jamu, riwayat penyakit kardivaskuler, riwayat penyakit
endokrin, riwayat dehidrasi.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat kesehatan keluarga; apakah keluarga
mempunyai riwayat penyakit diabetes, hipertensi, penyakit ginjal. Dan
mencantumkan genogram 3 generasi.
f. Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa
kuatir akan kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya
menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,
dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang
kronis dan ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan merupakan hal
yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
g. Pengkajian persistem
1) Respirasi; sesak nafas, ronchi
2) Kardiovaskuler: lelah, lemah/malaise, letih, nyeri dada, anemia,
hiperlipidemia, trombositopenia, pericarditis, aterosklerosis,
CHF, palpitasi, angina, hipertensi, distensi vena jugularis, disritmia,
pallor, nadilemah/halus.
3) Digestif; edema/ peningkatan berat badan, dehidrasi/penurunan
berat badan, mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati, perhatikan turgor
kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan menurun, distensi abdomen, rasa
haus,ascites, diare, konstipasi
4) Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn, ROM berkurang,
sakitkepala penglihatan kabur, sakit kepala
5) Integumen; iritasi kulit, kram, baal-baal
6) Reproduksi; penurunan libido, gangguan fungsi ereksi, infertile
7) Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri pada awal gangguan
ginjal,oliguri, dan anuri pada fase lanjut, kaji warna urin, riwayat batu
salurankencing, uremia, asidosis metabolik, kejang-kejang
8) Reaksi transfusi, demam, infeksi berulang, penurunann daya tahan tubuh,
h. Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki,
4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

1. Analisa Data
No Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Pre HD
1 DS : CKD Hipervolemia

Penurunan fungsi
ginjal
DO :
 Edema anarsarka GFR menurun
atau edema perifer
 BB meningkat
dalam waktu singkat Perubahan laju
 Distensi vena ekresi nefron
jugularis
 Terdengar suara Fleksibilitas nefron
napas tambahan hilang
 Kadar Hb/Ht turun
Produksi urin
menurun

Anuria

Hipervolemia
2 DS: CKD Gangguan integritas kulit
 Mengeluh gatal
Penurunan fungsi
DO: ginjal
 Kemerahan
 Kerusakan lapisan GFR menurun
kulit
 Hematoma Ekskresi urin
meurun

BUN meningkat

Uremia
Pada kulit

Pruritus

Gangguan integritas
kulit
Intra HD
1 DS : Kerusakan nefron Resiko
 Mengeluh pusing ginjal ketidakseimbangan
elektrolit
Filtrasi glomelurus
DO : menurun
 Muntah
 Lemes GFR menurun
 Kram otot
 Pusing Perubahan sistem
tubuh

Gangguan asidosis
metabolic

Gangguan elektrolit

Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
2 DS: Agregasi trombosit Resiko pendarahan

DO: Agregasi trombosit


 Aneurisma meningkat
 Nilai trombosit
meningkat Trombositopenia

Faktor koagulasi
menurun

Manifestasi
pendarahan ringan-
berat

Resiko terhadap
cidera pendarahan
lebih lanjut

Vasokositas
menurun

Resiko pendarahan

Post HD
1 DS: Kerusakan fungsi Resiko Infeksi
ginjal

DO: Kerusakan
 Leukosit meningkat glomelurus
 Terhadap
kemerahan
 Terhadap luka Protein/albumin
dapat melewati
membrane
glomelurus

Proteinuria

Sel kekurangan
protein

Sistem imun
menurun
Resiko infeksi
J. Diagnosa Keperawatan
1.Pre HD
a. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema anasarka atau edema
perifer, BB meningkat dalam waktu singkat, distensi vena jugularisterdengar suara
napas tambahan, kadar Hb/ Ht turun, penyakit gagal ginjal kronik
b. Gangguan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi d.d kerisakan jaringan/kulit
2.Intra HD
a.Risiko Ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan
b. Risiko perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses hemodialisa
3.Post HD
a.Risiko infeksi b.d imunosupresi dan efek prosedur berulang

K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional
keperawatan

Hipervolemia b.d Setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk


gangguan tindakan hypervolemia (ortopnea, pengkajian
mekanisme keperawatan selama dispnea, edema, suara data dan
regulasi d.d edema 4-5 jam diharapkan napas tambahan) menentukan
anasarka atau hypervolemia 2. Tinggikan kepala tempat intervensi
edema perifer, BB teratasi dengan tidur 30-40 derajat 2. Agar tidak
meningkat dalam kriteria hasil: 3. Ajarkan cara membatasi merasa
waktu singkat,  Tidak ada edema asupan cairan sesak
distensi vena  Antara input dan 4. Kolaborasi pemberian 3. Agar
jugularisterdengar output seimbang diuretik terhindar
suara napas dari
tambahan, kadar kelebihan
Hb/ Ht turun, volume
penyakit gagal cairan
ginjal kronik 4. Diuretic
berfungsi
untuk
membuang
kelebihan
garam dan
air dalam
tubuh
Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab 1.mengetahui
integritas kulit b.d tindakan gangguan integritas efek yang
perubahan hemodialisa selama kulit terjadi pada
pigmentasi d.d 4-5 jam diharapkan 2. Hindari menggaruj atau kulit
kerisakan gangguan integritas menggosok area 2. mencegah
jaringan/kulit kulit teratasi denga 3. Anjurkan mandi dan terjadinya
kriteria hasil: mengunakan sabun perlukan pada
 Integritas kulit 4. Tinjau ulang efek kulit
yang baik bias samping dermatologis 3. mengurangi
dipertahankan yang dicurigai pada iritasi pada
(sensasi, hemodialisa kulit
elastisitas, 4. mengetahui
temperature, perubahana
hidrasi) pada kulit pada
 Tidak ada saat
luka/lesi pada pengobatan.
kulit
 Perfusi jaringan
baik
 Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahanka
n kelembaban
kulit dan
perawatan alami
Risiko Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
Ketidakseimbangan tindakan kemungkinan penyebab menetukan
elektrolit b.d hemodialisa selama ketidakseimbangan intervensi
ketidakseimbangan 4-5 jam diharapkan elektrolit 2. Dengan
cairan tidak terjadi resiko 2. Monitor tanda dan melakukan
keseimbangan gejala pemantauan
elektrolit teratasi hipokalemia(kelamahan utnuk
denga kriteria hasil: otot, penurunan reflex, mengetahui
 Tercapainya anoreksia, motilitas terjadinya
keseimbangan usus menurun, pusing dehidrasi
elektrolit dan depresi, pernapasan dan
asam-basa 3. Atur interval waktu mencegah
 Tanda-tanda pemantauan agar tidak
vital seperti nadi terjadi
dan pernapasan komplikasi
dalam batas yang serius
normal 3. Untuk
 Ph urine dalam melakukan
batas normal pemantauan
 Tidak ada asites 4. Agar pasien
 Tidak ada edema atau
perifer keluarga
 Berat badan mengetahui
dalam keadaan prosedur
stabil tindakan
yang
 Tidak ada tanda-
dilakukan
tanda dehidrasi
Risiko perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk
b.d penggunaan tindakan gejala pendarahan mengetahui
heparin dalam hemodialisa selama 2. Monitor nilai dan agar
proses hemodialisa 4-5 jam diharapkan haemoglobin dan pendarahan
tidak terjadi hematokrit dapat
pendarahan dengan 3. Pertahankan bed rest tercegah
kriteria hasil : selama pendarahan 2. Untuk
 Tekanan darah 4. Anjurkan segara lapor engetahui
dalam batas jika terjadi pendarahan adanya
normal penurunan
 Haemoglobin pada kadar
dan hematokrit Hb dan Ht
dalam batasa 3. Agar pasien
normal beristirahat
4. Agar
perawat
dapat
melakukan
pencegahan
terhadap
terjadinya
pendarahan
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dna 1.untuk
imunosupresi dan tindakan gejala infeksi local dan mengetahui
efek prosedur hemodialisa selam sistematik terjadinya
berulang 4-5 jam diharapkan 2. Berikan perawatan pada tanda dan
tidak terjadi area edema gejala infeksi
pendarahan dengan 3. Jelaskan tanda dan 2. agar
kriteria hasil : gejala infeksi mencegah
 Klien bebas dari 4. Pertahankan tehnik terjadinya
tanda dan gejala steril saat pelepasan dan infeksi
infeksi penusukan akses 3. agar pasien
 Jumlah leukosit vaskuler mengetahui
dalam batas tanda dan
normal gejala infeksi
dan agar
pasien segera
melapor jika
infeksi
4. agar tidak
terjadi infeksi
silang atau
nasokomial
DAFTAR PUSTAKA

Beiber, S.D. Himmelfarb, J. (2013). Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the kidney. 9th
edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2473-505.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. (2007). Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia.
Lipincott William & Wilkins.
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai