Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEMODIALISA

DI RUANG HEMODIALISA RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu


Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Nanang Arif Kuspriono
16/406784/KU/19435

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017
HEMODIALISA

A. PENGERTIAN

Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan


cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut atau suatu proses pembuatan zat terlarut dan
cairan dari darah melewati membrane semi permeable. Hemodialisa dan dialisa
peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip
dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke
larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan
tertentu.
Hemodialisa merupakan dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Darah
dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter arter, masuk ke dalam sebuah
mesin besar. Di dalam mesin tersebut terdapat dua ruang yang dipisahkan oleh
sebuah membrane semipermeabel. Darah dimasukkan ke salah satu ruang,
sedangkan ruangan yang lain diisi oleh cairan pen-dialisis, dan diantara
keduanya akan terjadi difusi. Darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah
pirau vena.
Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari
ginjal yaitu menyaring dan membuang sisa – sisa metabolisme dan kelebihan
cairan, membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta
membantu menjaga tekanan darah. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas
metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal
serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus
menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu selama
paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru
melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi dialysis
yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan mengendalikan gejala uremia.

B. TUJUAN

Tujuan dilakukannya hemodialisa yaitu untuk:


1. Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal
pulih kembali. Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun
harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanet atau
menyebabkan kematian.
2. Mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebih. Pada hemodilisa, aliran darah yang penuh
dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiter
tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke
tubuh pasien.

C. INDIKASI

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan.
6. Perikarditis dan konfusi yang berat.
7. Hiperkalsemia dan hipertensi.
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
1. Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
2. Serum kreatinin > 2 mg%/hari
3. Hiperkalemia
4. Overload cairan yang parah
5. Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis
Pada CRF:

1. BUN > 200 mg%


2. Creatinin > 8 mg%
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolik yang parah
5. Uremic encepalopati
6. Overload cairan
7. Hb: < 8 gr% – 9 gr% siap-siap tranfusi

D. PRINSIP

Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu:
1. Proses Difusi
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena
adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat.
Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang
berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan molekul / zat ini melalui
suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Toksin dan zat limbah di dalam dikeluarkan melalui
proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang
penting dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat. Pori-pori dalam
membran semipemiabel tidak memungkinkan sel-sel darah, protein dan
bacteria untuk dapat lolos.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
a. Perbedaan konsentrasi
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
c. QB (Blood Pump)
d. Luas permukaan membrane
e. Temperatur cairan
f. Proses konvektik
g. Tahanan / resistensi membrane
h. Besar dan banyaknya pori pada membrane
i. Ketebalan / permeabilitas dari membrane
Faktor-faktor di atas menentukan klirens dialiser. Klirens suatu dializer
adalah kemampuan dializer untuk mengeluarkan zat-zat yaitu jumlah atau
banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh
suatu dializer yang dinyatakan dalam ml/mnt.
2. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat
perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen
dialisat. Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar
dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat. Air yang dikeluarkan
dari dalam tubuh dengan melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat
dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari daerah
tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan
dialisat)
Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah
(positive pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen dialisat
(negative pressure) yang disebut TMP (trans membrane pressure) dalam
mmHg.
Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:
a. TMP
b. Luas permukaan membrane
c. Koefisien Ultra Filtrasi (KUF)
d. Qd & Qb
e. Perbedaan tekanan osmotic
3. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis
ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis. Gradien tekanan
dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisa. Tekanan negatif diterapkan pada alat
ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran air karena pasien tidak dapat mengeksresikan air. Kekuatan ini
diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga terjadi keseimbangan cairan.

E. PERANGKAT HEMODIALISA

1. Dialiser atau Ginjal Buatan


Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan
kompartemen darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur
fisik dan tipe membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen
darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang
mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan
produk-produk sisa (klirens).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit
utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan
air keran dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang steril,
karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial
terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk
sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada
membran permeable yang besar, air untuk dialisat harus aman secara
bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik
komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun
dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.
3. Sistem Pemberian Dialisat
1 Nausea 4 d. Dukung makan dalam jumlah kecil namun dengan frekuensi
2 Kehilangan nafsu makan 4 yang sering
Keterangan : e. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
1 : berat f. Yakinkan penggunaan anti emetik untuk mencegah mual ji
2 : substansial ka memungkinkan
g. Monitor efek manajemen mual
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada I ntravenous (I V) I nsertion
4 Resiko infeksi Risk Control : I nfectious Process Aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 jam
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol resiko a. Jelaskan prosedur kepada klien
infeksi yang ditandai dengan indikator : b. Pertahankan teknik aseptic
No Indikator Target c. Bersihkan area penusukan dengan larutan yang tepat
1 Mempertahankan lingkungan yang 3 d. Gunakan dressing yang sesuai pada area penusukan
bersih e. Pertahankan universal precaution
2 Menggunakan universal precaution 3 I nfection Control
3 Mempraktekan cuci tangan 3 Aktivitas :
4 Monitor faktor lingkungan yang 3 a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
berhubungan dengan resiko infeksi b. Monitor nilai WBC, granulosit dan hasil lainnya
c. Batasi jumlah pengunjung
5 Mengembangkan strategi yang 3
efektif untuk mengontrol infeksi d. Pertahankan teknik aseptic
Keterangan : e. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap adanya
1 : tidak ditunjukkan kemerahan, panas ekstrim dan drainase
2 : jarang f. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi antibiotik yang diresepkan
ditunjukkan g. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
3 : kadang-kadang ditunjukkan h. Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara untuk
4: sering ditunjukkan menghindari infeksi
5 : terus menerus dtunjukkan i. Ganti insersi IV perifer sesuai dengan pedoman CDC
j. Pastikan perawatan aseptic untuk semua jalur IV

5 Resiko cedera Risk Control Hemodyalisi s Therapy


Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 jam Aktivitas :
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol atau a. Gambarkan review hasil pengambilan sampel darah
mengurangi ancaman terhadap kesehatan yang ditandai
sebelum pengobatan (BUN, kreatinin, Na, K, dan PO4)
dengan indikator :
b. Catat tanda-tanda vital dasar : suhu tubuh, nadi, pernapasan,
No Indikator Target tekanan darah serta penimbangan berat badan
1 Mengembangkan strategi efektif 3 c. Jelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya
untuk mengontrol resiko d. Periksa peralatan dan larutan sesuai dengan protokol
2 Menyesuaikan strategi control 3 e. Gunakan teknik steril ketika memulai hemodialisa untuk jarum serta
resiko penghubungan kateter
f. Periksa sistem monitor
Keterangan : g. Monitor nadi, pernapasan, tekanan darah terhadapa hemodialisa
1 : tidak ditunjukkan h. Administrasi heparin
2 : jarang i. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan sejumlah
ditunjukkan cairan yang tidak diiperlukan
3 : kadang-kadang j. Lakukan tindakan sesuai protocol saat klien mengalami hipotensi
ditunjukkan 4: sering k. Hentikan hemodialisa sesuai protocol
ditunjukkan l. Hindari pengambilan darah dan pemeriksaan tekanan darah pada si
5 : terus menerus dtunjukkan si dengan fistula
m. Sediakan perawatan kaketer dan fistula
n. Ajarkan klien untuk memantau secara mandiri tanda dan gejala
yang mengindikasikan kebutuhan pengobatan
Hypervolemia Management
Aktivitas :
6 Kelebihan volume cairan Fluid B alance
a. Monitor status hemodinamik terhadap hemodialisa
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x4
b. Monitor serum albumin dan kadar protein
jam klien menunjukkan keseimbangan cairan yang
c. Monitor pola napasapabila ada kesulitan pernapasan
ditandai dengan indikator :
(dyspnea, tachypnea, napas pendek)
No. Indikator Target
d. Mmonitor fungsi ginjal
1 Tekanan darah 5
e. Monitor hasil laboratotium yang menunjukkan adanya retensi cairan
2 Frekuensi tekanan nadi 5
3 Nadi perifer 5 f. Monitor tanda-tanda vital
4 Serum elektrolit 3
5 Keseimbangan asupan dan keluaran 4
24 jam
6 Mean arterial pressure 5
Keterangan
1 : gangguan berat
2 : gangguan substansial
3 : gangguan sedang
4: gangguan ringan
5 : tidak ada gangguan

Anda mungkin juga menyukai