Anda di halaman 1dari 2

Nama : Emerentiana Delti

NIM : KP2101474

Dosen Pengampu : Nasiatul Aisyah Salim

Soal :

Apakah etis bila pihak RS melepas mesin pasien A yang teminal untuk pasien lain yang
membutuhkan mesin seperti pasien A? Jelaskan dilengkapi dengan peraturan-peraturan yang
berlaku :

Jawaban :

Penjelasannya :

Menurut saya sangat etis karena Pasien A yang didefinisikan pasien yang terminal, dalam Pemberian
perawatan medis di ICU akan dinilai sia-sia (futile) karena pasien A menjadi dilema bagi pihak RS :
dokter yang merawat pasien A menghadapi situasi yang membutuhkan mesin yang sangat mahal dan
lama, sementara di tempat lain banyak pasien sakit yang membutuhkan mesin seperti yang digunakan
pasien A. Sedangkan dilema Pihak BPJS : Pasien A (pasien terminal) menggunakan teknologi tinggi yang
lama penggunaan dan besar biaya. Di sisi lain, biaya untuk pasien A dapat dipergunakan untuk tindakan
lain yang lebih efektif, atau mengurangi beban penyandang dana pasien BPJS yang lebih efektif
penyembuhannya.
Dalam konteks pasien membayar sendiri, penentu dapat berupa keluarga. Namun dalam konteks
asuransi kesehatan, yang membayar adalah negara atau dari premi asuransi. Dilihat dari pasien A yang
terminal, masih ada juga pasien yang sangat membutuhkan perawatan diluar kata pasien yang terminal,
hal ini bertentangan dengan tiga prinsip etika di RS, yakni :

 Beneficence: karena perawatan yang diberikan sudah tidak membawa manfaat bagi pasien
 Non-maleficence: karena perawatan yang diberikan bisa menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
pasien
 Distributive justice: karena perawatan yang sia-sia di ICU untuk seorang pasien mungkin bisa
dimanfaatkan oleh pasien lain yang lebih membutuhkan.
Keputusan untuk Membatasi atau Menghentikan Perawatan di ICU Ketika menghadapi kasus di
mana pasien dinilai sudah tidak menerima manfaat dari perawatan medis yang diberikan,
dokter dapat mempertimbangkan untuk tidak lagi memberikan perawatan atau tindakan lebih
(no therapeutic escalation) ketika keadaan pasien memburuk.

Komunikasi dengan keluarga atau wali pasien menjadi kunci pengambilan keputusan
penghentian perawatan pasien. Ketika suatu terapi dinilai menjadi sia-sia, Dokter perlu
menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa manfaat yang diterima pasien sudah tidak setara
dengan rasa sakit atau tidak nyaman yang dialami oleh pasien.

Peraturan - Peraturan :

UUD NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 1 ayat 2 tentang Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien

Pasal 10

Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang
hendak dilakukan.

Pasal 11

Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent) sebelum melakukan
tindakan medik.

Anda mungkin juga menyukai