Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEMODIALISA


DI RUANG HEMODIALISA RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu


Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
ANISA NURI KURNIASARI
15/390621/KU/18342
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
A. DEFINISI
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis
digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang
membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006). Haemodialysis adalah
pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah
lewat alat dializer yang berisi membran selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut difusi
zat-zat yang tidak dikehendaki dapat terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan
beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001). Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana
darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut
dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka
dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.
Hemodialisa merupakan dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Darah dikeluarkan dari tubuh,
melalui sebuah kateter arter, masuk ke dalam sebuah mesin besar. Di dalam mesin tersebut terdapat
dua ruang yang dipisahkan oleh sebuah membrane semipermeabel. Darah dimasukkan ke salah satu

ruang, sedangkan ruangan yang lain diisi oleh cairan pen-dialisis, dan diantara keduanya akan terjadi
difusi. Darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau vena.

Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari ginjal yaitu
menyaring dan membuang sisa sisa metabolisme dan kelebihan cairan, membantu
menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta membantu menjaga tekanan darah.
Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani
terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam
per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil.
Pasien memerlukan terapi dialysis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia.

B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya hemodialisa yaitu untuk :
1. Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali.
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk
mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian.
2. Mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang
berlebih. Pada hemodilisa, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen
dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan lagi ke tubuh pasien.
3. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
4. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.
5. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
6. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain
C. INDIKASI

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai
fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat
indikasi :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan.
6. Perikarditis dan konfusi yang berat.
7. Hiperkalsemia dan hipertensi.
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
1. Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
2. Serum kreatinin > 2 mg%/hari
3. Hiperkalemia
4. Overload cairan yang parah
5. Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis
Pada CRF:
1. BUN > 200 mg%
2. Creatinin > 8 mg%
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolik yang parah
5. Uremic encepalopati
6. Overload cairan
7. Hb: < 8 gr% 9 gr% siap-siap tranfusi
D. PRINSIP
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu:
1. Proses Difusi
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena adanya perbedaan
konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat
yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan molekul
/ zat ini melalui suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Toksin dan zat limbah di dalam dikeluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat
tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat.
Pori-pori dalam membran semipemiabel tidak memungkinkan sel-sel darah, protein dan
bacteria untuk dapat lolos.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
a. Perbedaan konsentrasi
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
c. QB (Blood Pump)
d. Luas permukaan membrane
e. Temperatur cairan
f. Proses konvektik
g. Tahanan / resistensi membrane
h. Besar dan banyaknya pori pada membrane
i. Ketebalan / permeabilitas dari membrane
Faktor-faktor di atas menentukan klirens dialiser. Klirens suatu dializer adalah
kemampuan dializer untuk mengeluarkan zat-zat yaitu jumlah atau banyaknya darah yang

dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh suatu dializer yang dinyatakan dalam
ml/mnt.
2. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat perbedaan tekanan
hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik /
ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah ke kompartemen
dialisat. Air yang dikeluarkan dari dalam tubuh dengan melalui proses osmosis. Pengeluaran
air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari daerah tekanan
yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat)
Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah (positive
pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut
TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.
Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:
a. TMP
b. Luas permukaan membrane
c. Koefisien Ultra Filtrasi (KUF)
d. Qd & Qb
e. Perbedaan tekanan osmotic
3. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan
osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada
peritoneal dialysis.
Gradien tekanan dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan
negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisa. Tekanan negatif diterapkan pada
alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air karena
pasien tidak dapat mengeksresikan air. Kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan
hingga terjadi keseimbangan cairan.

E. PERANGKAT HEMODIALISA
1.
Dialiser atau Ginjal Buatan
Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan kompartemen darah dan
dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur fisik dan tipe membran yang digunakan
untuk membentuk kompartemen darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi
dialiser, yang mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produkproduk sisa (klirens).
2.
Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau bath adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan bahan kimia disaring.
Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran
dan potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan
dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeable yang besar, air
untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh
pabrik komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun dapat dibuat
variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.
3.
Sistem Pemberian Dialisat

Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system pemberian multiple
dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada kedua system, suatu alat pembagian
proporsi otomatis dan alat pengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio
konsentrat-air.
4.
Asesori Peralatan
Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi pompa darah, pompa
infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh bila terjadi
ketidakamanan, konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran darah.
5.
Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan kembali ke
tubuh. Mempunyai 2 fungsi :
a. untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metablolisme.
b. untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.
Alat-alat kesehatan :
1. Tempat tidur fungsional
2. Timbangan BB
3. Pengukur TB
4. Stetoskop
5. Termometer
6. Peralatan EKG
7. Set O2 lengkap
8. Suction set
9. Meja tindakan.
Obat-obatan dan cairan :
1. Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
2. Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
3. Dialisat
4. Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
5. Obat-obatan emergency
F. AKSES VASKULAR PADA HEMODIALISA
Untuk melakukan dialisa intermitten diperlukan jalan masuk vascular yang adekuat. Darah
harus keluar masuk dengan kecepatan 200-400 ml/detik. Teknik-teknik akses vascular utama pada
hemodialisa :
1. Eksternal (sementara)
a. Percutaneus : subclavia, femoralis, vena jugularis
b. AV Shunt Scribner
2. Internal (permanen)
a. Fistula AV/Cimino
b. Cangkokan AV/AV Graft : Autograf, Hemograf, Heterograf
Umur rata-rata kateter vena subklavia 4 minggu, kateter vena femoralis 1-2 hari. Fistula AV 4
tahun.

Komplikasi akses vascular


1.
kateter vena femoralis dan vena subklavia
laserasi, perdarahan, trombosis, emboli, hematoma, infeksi, pneumotoraks (pd v.subklavia)
2.
Fistula AV dan cangkokan AV
Nyeri, aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis postdialisis dan iskemia tangan.
G. PEDOMAN PELASKSANAAN HEMODIALISA
1. Perawatan sebelum hemodialisa
a. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
b. Kran air dibuka.
c. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau saluran
pembuangan.
d. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
e. Hidupkan mesin.
f. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
g. Matikan mesin hemodialisis.
h. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
i. Sambungkan selang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.
j. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
2. Menyiapkan sirkulasi darah
a. Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
b. Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi inset (tanda merah) diatas dan
posisi outset (tanda biru) dibawah.
c. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung inset dari dialiser.
d. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung outset adri dialiser dan tempatkan buble
tap di holder dengan posisi tengah.
e. Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
f. Hubungkan set infuse ke slang arteri.
g. Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi eslang arteri sampai keujung selang lalu klem.
h. Memutarkan letak dialiser dengan posisi inset dibawah dan outset diatas, tujuannya
agar dialiser bebas dari udara.
i. Tutup klem dari selang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
j. Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
k. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan
secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
l. Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
m. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari dalam
dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200
mmHg).

n. Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat
pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur.
o. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
p. Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor.
q. Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit, untuk
dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
r. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana inset diatas dan outset
dibawah.
s. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap untuk
dihubungkan dengan pasien (soaking).
3. Persiapan pasien
a. Menimbang BB
b. Mengatur posisi pasien.
c. Observasi KU
d. Observasi TTV
e. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan
salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:
1) Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
2) Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
3) Tanpa 1-2 (vena pulmonalis)
H. PERAN PERAWATAN DI RUANG HEMODIALISA
1. Pre Hemodialis
Pada pre hemodialisis, kegiatan perawatan meliputi :
a. Menghidupkan mesin, meyediakan alat-alat, memasang alat pada mesin, sirkulasi cairan
NaCl pada mesin,
b. Mengawasi penimbangan berat badan pasien,
c. Mengukur suhu badan, mengukur tekanan darah dan menghitung denyut nadi.
2. Intra Hemodialisa
Pada tahap pemasangan alat dan selama pemasangan, kegiatannya meliputi:
a. Desinfeksi daerah penusukan
b. Pemberian anestesi lokal (kalau perlu)
c. Penusukan jarum, pemasukan heparin (bolus)
d. Penyambung jarum pada arteri blood line
e. Menekan tombol BFR, membuka klem venous dan arteri blood line, memprogram
penurunan berat badan, waktu pelaksanaan, venous pressure, kecepatan aliran heparin dan
UFR.
f. Menghubungkan heparin contnous ke sirkulasi, monitoring pernafasan, makan dan
minum, pengaturan posisi tubuh, monitoring alat-alat dan kelancaran sirkulasi darah,
mengukur tekanan darah dan menciptakan suasana ruangan untuk mengisi kegiatan
pasien selama hemodialisis berlangsung.
3. Post Hemodialisis
Pada tahap penghentian hemodialisis meliputi :
a. Penghentian aliran darah, mencabut jarum inlet dan menekan bekas tusukan sambil
menunggu sampai aliran darah pada venous blood line habis.
b. Langkah selanjutnya adalah mencabut jarum out line dan menekan bekas tusukan,
mengganti gaas bethadine dan fiksasi dengan plester.
c. Setelah penghentian hemodialisis, dilakukan pengukuran tekanan darah, mengukur suhu,
mengawasi penimbangan berat badan, membereskan alat-alat dan dilanjutkan dengan
desinfeksi alat.
d. Semua kegiatan baik pada tahap pre hemodialisis selama pemasangan dan penghentian
hemodialisis dilakukan oleh perawat kecuali penimbangan berat badan dan minum yang

pada beberapa pasien dilakukan sendiri. Disamping itu beberapa pasien telah dapat
melaporkan pada perawat apabila ada ketidakberesan pada mesin atau akses vaskular,
setelah
mencoba
mengatasi
sendiri.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang dijalankan dalam bentuk lembaran observasi
pasien yang berisi tentang : TTV sebelum atau selama dan sesudah HD, BB sebelum dan
sesudah HD, dosis heparin, program penurunan BB, priming dan keluhan pasien setelah
HD. Pembuatan rencana perawatan pasien sudah berjalan dimana dalam pengkajian
meliputi data fisik dan psikososial. Data psikososial yang dikaji sebatas pada adanya rasa
cemas dan bosan.
I. KOMPLIKASI YANG MUNCUL
1. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat
cairan.
2. Mual dan muntah
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
3. Demam disertai menggigil
Penyebab: reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.
4. Nyeri dada
Dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar
tubuh.
5. Gatal-gatal
Penyebab: jadwal dialysis yang tidak teratur, sedangkan sesudah transfuse kulit kering.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan.
7. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi. penarikan cairan dibawah BB
standar. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB
naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
8. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.
9. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmolosmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri.
Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama
dengan azotemia berat.
10. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

11. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler


Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Pre HD
a. Ansietas
b. Defisit pengetahuan
2. Intra HD
a. Kelebihan volume cairan
b. Risiko cedera
c. Resiko Infeksi
3. Post HD
a. Defisit pengetahuan
b.Mual
DAFTAR PUSTAKA

NO
1

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.
Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC, Jakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
5th Edition.U SA : Elsevier Mosby.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. The North American
Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
NKF. 2001. Guidelines for hemodialysis adequacy. Available on :http://www.nkf.com.
NKF.
2006.
Hemodialysis.
Terdapat
pada:
http://www.kidneyatlas.org.
PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan HipertensiBagian Ilmu
Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol.2. Jakarta : EGC.
DIAGNOSA
NOC
Ansietas
Anxiety Level
Anxiety Reduction
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30
Aktivitas :
menit klien menunjukkan penurunan tingkat ansietas yang
a. Gunakan pendekatan
b. Jelaskan seluruh prose
ditandai dengan indikator :
selama prosedur
No
Indikator
Target
c.
Dukung keluarga untu
1 Ungkapan verbal
5
d.
Identifikasi perubahan
2 Peningkatan pernapasan
5
e.
Bantu klien mengiden
3 Peningkatan nadi
5
cemas
4 Tangan gemetaran
5
f.
Instruksikan klien me
5 Wajah tegang
5
g.
Kaji tanda kecemsan v
6 Berkeringat
5
Keterangan :
1. Buruk
2. Substansial
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

Anxiety Self Control


Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30
menit klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol
kecemasan yang ditandai dengan indikator :
No
Indikator
Target
1 Menggunakan teknik relaksasi
4
1. tidak dilakukan sama sekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Pre-Procedure Readiness
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30
menit klien menunjukkan kesiapan terhadap keamanan
prosedur dengan sedasi yang ditandai dengan indikator :
No
1
2
3
4

Defisit pengetahuan

Indikator
Target
Pengetahuan mengenai prosedur
5
Persiapan status bowel
5
Persiapan status hidrasi
5
Patrisipasi dalam checklist sebelum
3
prosedur
Keterangan :
1. Tidak asdekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Subtansial adkuat
5. Adekuat penuh
Knowledge : Treatment Procedure
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x30
meni klien memahami prosedur yang dibutuhkan sebagi
bagian dari pengobatan yang ditandai dengan indikator :
No
Indikator
Target
1 Prosedur pengobatan
3
2 Tujuan prosedur
3
3 Tahapan dari prosedur
3
4 Pencegahan yang berkitan dengan
3
prosedur
5 Pembatasan dalam prosedur
3
6 Penggunaan alat yang tepat
3
7 Perawatan perlaatan yang tepat
3
8 Kesesuai aksi dalam mengatasi
3
komplikasi
9 Efek samping pengobatan
3
10 Kontraindikasi prosedur
3
Keterangan :
Keterangan :
1 : tidak tahu
2 : pengetahuan terbatas
3 : pengetahuan sedang

Teaching Individual
Aktivitas :
a. Tentukan kebutuhan be
b. Ketahui tingkat pendid
c. Ketahui kemampuan k
d. Tingkatkan kesiapan be
e. Buat tujuan belajar yan
f. Identifikasi tujuan bela
utama
g. Pilih metode/strategi b
h. Sediakan lingkungan y
i. Sesuaikan instruksi unt
j. Berikan waktu/kesemp
k. Benarkan apabila ada k
l. Evaluasi pencapaian kl
m. Libatkan keluaga/ oran

Nausea

Resiko infeksi

Resiko cedera

4: pengetahuan substansial
5 : pengetahuan luas
Discomfot Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30
menit klien menunjukkan tingkat kenyamanan yang
ditandai dengan indikator :
No
Indikator
Target
1 Nausea
4
2 Kehilangan nafsu makan
4
Keterangan :
1 : berat
2 : substansial
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
Risk Control : Infectious Process
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 jam
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol resiko
infeksi yang ditandai dengan indikator :
No
Indikator
Target
1 Mempertahankan lingkungan yang
3
bersih
2 Menggunakan universal precaution
3
3 Mempraktekan cuci tangan
3
4 Monitor faktor lingkungan yang
3
berhubungan dengan resiko infeksi
5 Mengembangkan strategi yang
3
efektif untuk mengontrol infeksi
Keterangan :
1 : tidak ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan
3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan

Risk Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 jam
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol atau
mengurangi ancaman terhadap kesehatan yang ditandai
dengan indikator :
No
Indikator
Target
1 Mengembangkan strategi efektif
3
untuk mengontrol resiko
2 Menyesuaikan strategi control
3
resiko
Keterangan :
1 : tidak ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan

Nausea Management
Aktivitas :
a. Dukung klien untuk me
b. Dukung klien mengont
c. Evaluasi pengalaman m
d. Dukung makan dalam j
sering
e. Tingkatkan istirahat da
f. Yakinkan penggunaan
memungkinkan
g. Monitor efek manajem

Intravenous (IV) Insertio


Aktivitas :
a. Jelaskan prosedur ke
b. Pertahankan teknik a
c. Bersihkan area penus
d. Gunakan dressing ya
e. Pertahankan universa
Infection Control
Aktivitas :
a. Monitor tanda dan ge
b. Monitor nilai WBC,
c. Batasi jumlah pengun
d. Pertahankan teknik a
e. Inspeksi kulit dan me
panas ekstrim dan dr
f. Anjurkan klien untuk
g. Ajarkan klien dan ke
h. Ajarkan klien dan ke
infeksi
i. Ganti insersi IV perif
j. Pastikan perawatan a

Hemodyalisis Therapy
Aktivitas :
a. Gambarkan review has
pengobatan (BUN, krea
b. Catat tanda-tanda vital
darah serta penimbanga
c. Jelaskan prosedur hemo
d. Periksa peralatan dan la
e. Gunakan teknik steril k
penghubungan kateter
f. Periksa sistem monitor
g. Monitor nadi, pernapas
h. Administrasi heparin
i.Sesuaikan tekanan filtrasi

3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan

Kelebihan volume cairan

Fluid Balance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x4 jam
klien menunjukkan keseimbangan cairan yang ditandai
dengan indikator :
No.
Indikator
Target
1 Tekanan darah
5
2 Frekuensi tekanan nadi
5
3 Nadi perifer
5
4 Serum elektrolit
3
5 Keseimbangan asupan dan keluaran
4
24 jam
6 Mean arterial pressure
5
Keterangan
1 : gangguan berat
2 : gangguan substansial
3 : gangguan sedang
4: gangguan ringan
5 : tidak ada gangguan

tidak diiperlukan
j.Lakukan tindakan sesuai p
k. Hentikan hemodialisa s
l.Hindari pengambilan dara
dengan fistula
m. Sediakan perawatan ka
n. Ajarkan klien untuk me
mengindikasikan kebut
Hypervolemia Managem
Aktivitas :
a. Monitor status hemodi
b. Monitor serum albumin
c. Monitor pola napasapa
tachypnea, napas pend
d. Mmonitor fungsi ginja
e. Monitor hasil laboratot
f. Monitor tanda-tanda vi

Anda mungkin juga menyukai