Anda di halaman 1dari 6

HEMODIALISIS

1. DEFINISI
Pengertian Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal
disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan
hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah
dan mengeluarkan air yang berlebihan
2. Tujuan Terapi
Hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah
menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain), menggantikan
fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin
saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
3. Prinsip kerja hemodialysis
Prinsip yang mendasari kerja hemodialisis Aliran darah pada hemodialisis yang penuh
dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah
tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar
dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang berisi ribuan
tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah
akan melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya.
Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membrane
semipermeabel tubulus (Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi,
osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses
difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Lavey, 2011). Cairan dialisat tersusun dari
semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan
dengan menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan
yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient
ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negative yang dikenal sebagai
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada alat ini sebagai
kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air
4. Akses sirkulasi darah pasien
Akses pada sirkulasi darah pasien terdiri atas subklavikula dan femoralis, fistula, dan
tandur. Akses ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat dicapai melalui
kateterisasi subklavikula untuk pemakaian sementara. Kateter femoralis dapat
dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk pemakaian segera dan sementara
(Barnett & Pinikaha, 2007). Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan
(biasanya dilakukan pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau 19
menyambung (anastomosis) pembuluh arteri dengan vena secara side to side
(dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Fistula tersebut membutuhkan
waktu 4 sampai 6 minggu menjadi matang sebelum siap digunakan (Brruner & Suddart,
2011). Waktu ini diperlukan untuk memberikan kesempatan agar fistula pulih dan
segmenvena fistula berdilatasi dengan baik sehingga dapat menerima jarum berlumen
besar dengan ukuran 14-16. Jarum ditusukkan ke dalam pembuluh darah agar cukup
banyak aliran darah yang akan mengalir melalui dializer. Segmen vena fistula digunakan
untuk memasukkan kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis (Barnett & Pinikaha,
2007). Tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh darah arteri atau
vena dari materia gore-tex (heterograf) pada saat menyediakan lumen sebagai tempat
penusukan jarum dialisis. Ttandur dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok
untuk dijadikan fistula (Brunner & Suddart, 2008).
5. Penatalakasanaan
pasien yang menjalani hemodialisis Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu
pasien sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisis dapat
meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal (Anita, 2012). Pasien
hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang
baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang 20 penting untuk terjadinya kematian pada
pasien hemodialisis. Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri
atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70
meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium
seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah asupan
cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah insensible water loss.
Asupan natrium dibatasi 40- 120 mEq.hari guna mengendalikan tekanan darah dan
edema. Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong
pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara
dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar
6. Indikasi Hemodialisis
Hemodialisis diberikan pada pasien dengan diagnosa gagal ginjal akut, gagal ginjal
terminal serta pasien yang mengalami keracunan parah pada obat – obat tertentu. Pada
pasien gagal ginjal akut dapat dilakukakan sebelum 12 mencapai stadium recovery.
Kemudian, pada pasien yang disebabkan oleh uremia dengan pericarditis, encephalopatif
uremikum, dan udema paru yang refrakter pada diuretik. Berdasarkan hasil biokimia
indikasi hemodialisis pada saat kadar BUN 100 mg/dl, total kreatinin 10 mg/dl, kreatinin
clearens 5 – 7 ml/mm dan kondisi hiperkalemia dan acidosis (Atmojo, 1999).
7. Kontraindikasi
Hemodialisis Hemodialisis dikontraindikasikan dengan pasien yang memiliki riwayat
penyakit hipotensi (darah rendah) yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium
terminal, serta pasien penderita sindrom otak organik (Thiser dan Wilcox, 1997).
Kontraindikasi terhadap penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,
sirosis hati dengan diagnosa ensefalopati dan keganasan lanjut. 2.1.2.6. Komplikasi
Hemodialisis Tindakan hemodialisis seringkali ada saja beberapa komplikasi yang tidak
diinginkan terjadi. Salah satunya komplikasi akut, komplikasi akut pada hemodialisis
yang terjadi pada umumnya adalah hipotensi dimana kejadian ini bisa mencapai 10% -
20% dialami oleh pasien. Pasien mengalami mual muntah, hilang kesadaran, dan mudah
merasakan lelah. Komplikasi ini dapat terjadi karena cepatnya proses hemodialisis,
banyaknya cairan yang keluar, cairan asetat, ataupun kondisi pasien pribadi (neuropati
outonom). Kemudian, kram otot pada kondisi ini biasa terjadi pada bagian otot tungkai
dan perut. Disebabkan karena cairan dialisat terlalu rendah. Aritmia, biasanya muncul
pada waktu akhir proses hemodialisis. Disebabkan oleh komplikasi penyakit jantung
korona yang timbul karena hipokalemia pada pasien gagal ginjal. Selanjutnya, terasa
nyeri dada pada saat hemodialisis perlu diperhatikan adanya penyakit angina yang
diakibatkan oleh cepatnya aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan
koroner pada pasien. Apabila dalam waktu 10 – 15 menit pasien tetap merasakan nyeri
pada bagian kiri dada terdapat indikasi terjadinya serangan jantung akut sehingga proses
13 hemodialisis sebaiknya dihentikan terlebih dahulu. Disequilibrium dialisis merupakan
sindrome yang ditandai dengan nyeri dikepala dirasakan sangat hebat, rasa gelisah,
penglihatan buram, mual muntah, serta kejang. Hal ini disebabkan karena hemodialisis
yang terlalu cepat sehingga menyebabkan kadar ureum dan elektrolit rendah kemudian
terjadi perubahan pH secara cepat pada bagian perifer akan tetapi perubahan pada
susunan syaraf pusat yang disebabkan blood brain berrier secara perlahan. Komplikasi
yang terakhir adalah pendarahan bisa timbul pada waktu hemodialisis maupun pada saat
hemodialisis selesai. Biasanya disebabkan karena penggunaan heparin sebagai anti
koagulan, komplikasi ini dapat diatasi dengan pemberian protamin sulfat pada pasien .
Komplikasi kronik, komplikasi yang terjadi pada hemodialisis seperti: penyakit jantung,
malnutrisi, hipertensi atau volume excess, anemia, dll
CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap
akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
B. ETIOLOGI
• Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
• Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
• Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
• Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
• Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
• Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
• Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
• Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu .Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan 3
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
E. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a)Konservatif - Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin - Observasi balance
cairan - Observasi adanya odema - Batasi cairan yang masuk
b)Dialysis - peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis ) - Hemodialisis Yaitu
dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan : - AV fistule : menggabungkan vena dan
arteri - Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c)Operasi - Pengambilan batu - transplantasi ginjal

Anda mungkin juga menyukai