LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Hemodialisa
1. Definisi
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail metabolic esensial
(sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
2. Epidemiologi
Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah dapatdilaksanakan di banyak
rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik danpanjang umur yang tertinggi sampai
sekarang 14 tahun.Indonesia termasuk Negara dengantingkat penderita gagal ginjal yang cukup
tinggi.Saat ini jumlah penderita gagal ginjalmencapai 4500 orang. Dari jumlah itu banyak penderita yang
meninggal dunia akibat tidakmampu berobat atau cuci darah (hemodialisis) karena biaya yang sangat
mahal.
3. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari : azotemia,
simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak
responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
4. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk menyaring /
membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer ataupun sebab sekunder
dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan
fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan
pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak
diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya
untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia.
5. Tujuan
- Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
- Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai
urin saat ginjal sehat.
Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah
yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis. Pengeluaran air
dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain bergerak dari daerah
dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltasi
pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat fasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak
dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai
isovolemia (keseimbangan cairan).
7. Komponen Hemodialisa
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah
tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau
toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat
diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari
ginjal alami yang normal.Macam-macam ginjal buatan :
- Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan churophane yang dijepit oleh dua penyokong yang
kaku untuk membentuk suatu amplop yang disusun secara paralel. Dimana darah mengalir melalui
lapisan-lapisan membran, dan cairan dialisis dapat mengalir dalam arah yang sama, atau dengan alat
yang berlawanan.
- Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga), terdiri dari ribuan serabut mempunyai dinding
setebal 30 µm, dan diameter sebesar 200 µm, dan panjangnya 20 cm.. darah mengalir dari bagian
tengah tabung tabung kecil, dan cairan dialisis membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialisis
berlawanan dengan aliran darah.
2) Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan osmotik yang
sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada dialisit:
Komponen elektrolit
Darah
Dialisat
Natrium/sodium
136mEq/L
134mEq/L
Kalium/potassium
4,6mEq/L
2,6mEq/L
Kalsium
4,5mEq/L
2,5mEq/L
Chloride
106mEq/L
106mEq/L
Magnesium
1,6mEq/L
1,5mEq/L
- Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34 hingga 120 L
dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan 500 – 600
cc/menit.
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
- Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh porpropotioning dari mesin cuci
darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan keginjal
buatan secara langsung dan langsung dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangkapanjang, maka perlu ada jalan masuk kedalamsistem
vascular penderita. Darah harus keluardan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400
ml/menit. Teknik akses vasculardiklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pirau arteriovenosa (AV) atau systemkanula diciptakan denga nmenempatkanujung kanula dari
Teflon dalam arteri dansebuah vena yang berdekatan. Ujung kanula dihubungkan dengan selang
karetsilicon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka
selang pirau eksternal dipisahkan dan dibuat hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian mengalir
dari ujung arteri, melalui alat dialisis dan kembali ke vena. Kesulitan utama pirau eksternal adalah masa
pemakaian yang panjang (9 bulan). Pirau eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik diperlukan dalam
jangka waktu pendek seperti pada dialisis karena keracunan, keebihan dosis obat, gagal ginjal akut, dan
fase permulaan pada pengobatan gagal ginjal kronik.
b. Kateter vena femoralis sering dipakaipada kasus gagal ginjal akut bila diperlukanakses vascular
sementara, atau bila teknikakses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat dua tipe kateter dialysis
femoralis. Kateter shaldon adalah kateter berlumentunggal yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter
femoralis yang lebih barumemiliki lumen ganda, satu lumen untukmengeluarkan darah menuju alat
dialysisdan satu lagi untuk mengembalikan darahketubuh penderita. Komplikasi pada kateter vena
femoralis adalah laserasi arteriafemoralis, perdarahan, thrombosis, emboli, hematoma, dan infeksi.
c. Kateter vena subklavia semakin banyakdipakai sebagai alat akses vascular karenapemasangan yang
mudah dankomplikasinya lebih sedikit dibandingkateter vena femoralis. Kateter vena subklavia
mempunyai lumen ganda untukaliran masuk dan keluar. Kateter vena subklavia dapat digunakan
sampai empatminggu sedangkan kateter vena femoralisdibuang setelah satu sampai dua harisetelah
pemasangan. Komplikasi yang disebabkan oleh katerisasi vena subklaviaserupa dengan katerisasi vena
femoralis yang termasuk pneumotoraks robeknyaarteria subklavia, perdarahan, thrombosis, embolus,
hematoma, dan infeksi.
a. Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang (biasanya dilakukan pada lengan
bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis) pembuluh aretri dengan
vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi
pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan
untuk memasukan kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV adalah empat tahun
dankomplikasinya lebih sedikit dengan pirau AV. Masalah yang paling utama adalahnyeri pada pungsi
vena terbentuknyaaneurisma, trombosis, kesulitan hemostatispascadialisis, dan iskemia padatangan.
b. Tandur, dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat
dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex
(heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila
pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya dipasang pada
lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti
pasien diabetes, biasanya memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis. Karena
tandur tersebut merupakan pembuluh darah artifisial risiko infeksi akan meningkat. Komplikasi tandur
AV sama dengan fistula AV.trombosis, infeksi, aneurisma daniskemia tangan yang disebabkan oleh
piraudarah melalui prosthesis dan jauh darisirkulasi distal.
8. Indikasi
- Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
- Sindrom Hepatorenal
- Fluid overload
9. Kontra Indikasi
- Anemia berat
- Diet dan masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengeksresikan produk akhir
metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai
racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala
uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat
gejala yang timbul. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian
dengan resep diet untuk pasien ini.
- Pertimbangan medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal.
Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi)
harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan
dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
11. Komplikasi
- Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan
cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
- Hipotensi, terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
- Aritmia, hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien
hemodialisa.
- Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
- Perdarahan, uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan.
- Ganguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi : berisi tentang nama, umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan
b. Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya mengeluhkan; lemas, pusing, gata, baal-baal,
bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur
berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah
berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin
c. Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal ginjal akut maupun kronik, ketidak seimbangan
elektrolit dalam tubuh, oedema, keracunan.
d. Riwayat kesehatan dahulu; menanyakan adanya infeksi saluran kemih atau infeksi organ lain, riwayat
kencing batu/obstruksi, riwayat mengkonsumsi oba-obatan atau jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat
penyakit kardiovaskuler, riwayat penyakit endokrin, riwayat dehidrasi.
e. Riwayat kesehatan keluarga; apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit diabetes, hipertensi,
penyakit ginjal. Dan mencantumkan genogram 3 generasi.
f. Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan
ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien
yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
g. Pengkajian persistem
- Digestif; edema/ peningkatan berat badan, dehidrasi/penurunan berat badan, mual, muntah,
anorexia, nyeri ulu hati, perhatikan turgor kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan menurun, distensi
abdomen, rasa haus, ascites, diare, konstipasi
- Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn, ROM berkurang, sakit kepala penglihatan kabur,
sakit kepala
- Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri pada awal gangguan ginjal, oliguri, dan anuri pada fase
lanjut, kaji warna urin, riwayat batu saluran kencing, uremia, asidosis metabolik, kejang-kejang
h. Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada
perempuan, dan GFR 4 ml/detik.
a. Daftar Diagnosa
a. Pre HD
3. ansietas
b. Intra HD
2. Nyeri akut
3. Risiko Infeksi
4. Risiko perdarahan
c. Post HD
2. Risiko infeksi
b. Intervensi Keperawatan
1. Pre Hemodialisa
No
Daftar Diagnosa
NOC
NIC
Domain : nutrisi
Kelas : hidrasi
Definisi:Beresiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor resiko
- Gangguan mekanisme regulasi (mis, diabetes insipidus, sindrom ketidaktepatan sekresi hormon
antidiuretik)
- Muntah
- Disfungsi ginjal
- Keseimbangan cairan
- Hidrasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu untuk:
- Tidak demam
Manajemen elektrolit
- Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensicairan (misalnya, peningkatan berat jenis
urine, peningkatan BUN, penuranan hematocrit dan peningkatan kadar osmolalitas urine)
- Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare, drainasse luka,
pengisapan nasogastric, diaphoresis, dan drainasse ileustomi)
Pemantauan elektrolit
- Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare, drainase luka,
pengisapan nasogastrik, diaforesis, draninase ileostomi)
- Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit
Manajemen cairan
- Pantau status hidrasi (misalnya, kelembapan membran mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah
ortostatik)
- Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan (misalnya crakcle, peningkatan CVP atau tekanan baji
kapiler paru, edema, distensi vena leher, dan asites), sesuai dengan keperluan
- Berikan terapi IV, sesuai program
- Konsultasi ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk
Manajemen cairan/elektrolit
- Identifikasi faktor terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stres, dan
program pengobatan)
- Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda gawat
nafas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal, atau suara
nafas tidak normal.
Health Education:
- Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema;pembatasan diit;dan peggunaan, dosis,
dan efek samping obat yang digunakan
Health education:
- Anjurkan pasien melaporkan jika adanya nyeri dan bengkak pada daerah sekitar pemasangan infus.
Pemantauan cairan
Domain : keamanan/perlindungan
Definisi :
Batasan karakteristik
- Perubahan tugor
- Faktor perkembangan
- Ketidakseimbangan nurtisi
- Gangguan sirkulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi dengan
kriteria hasil :
- Capilarry refill < 3 detik
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi
NIC
Pressure Management
- Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
Healt Education
Ansietas (00146)
Definsi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon
autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan
dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Batasan karakteristik
- Gelisah
- Insomnia
- Resah
- Ketakutan
- Sedih
- Kekhawatiran
- Cemas
- Anxiety control
- Coping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kecemasan yang dirasakan klien
berkurang dengan Kriteria Hasil :
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
2. Intra Hemodialisa
No
Daftar Diagnosa
NOC
NIC
Nyeri Akut
Kelas :
Domain :
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional):
serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
- Gerakan melindungi
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-
ulang
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Pain Level,
- pain control,
- comfort level
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan Kriteria
Hasil:
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Pain Management
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Definisi :
Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ektremitas atau lebih.
Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan atau pengajaran.
Kelas :
Domain :
Batasan Karakteristik :
ü Perubahan cara berjalan (misalnya penurunan aktifitas dan kecepatan berjalan, kesulitan untuk
memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayuh ke
samping)
ü Melambatnya pergerakan
ü Gangguan neuromuscular
v Ambulasi
v Pergerakan Terkoordinasi
v Mobilitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam mobilitas fisik teratasi dengan indicator :
· Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu misalnya kursi roda
Ambulasi
2. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan daari lembaga kesehatan dirumah sakit dan
alat kesehatan yang tahan lama
4. Instrusikan dan dukung klien untuk menggunakan trapeze atau pemberat untuk meningkatkan
serta mempertahankan kekuatan ektremitas atas
6. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan
dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
HE
9. Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
10. Ajarkan dan bantu klien dalam proses berpindah (misalnya dari tempat tidur ke kursi roda)
Domain : keamanan/perlindungan
Kelas : infeksi
Definisi :
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Trauma
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
- Immune Status
- Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar dari resiko infeksi
dengan Kriteria Hasil :
- Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
2.
Domain : keamanan/perlindungan
Kelas : cedera fisik
Definisi :
Faktor resiko
- Aneurisme
- Defisiensi pengetahuan
- Trauma
- Status sirkulasi
- Status koagulasi
- Prosedur pengobatan
- Kontrol resiko
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien tidak mengalami perdarahan
dengan kriteria hasil:
Pencegahan Perdarahan
- Catatan tingkat hemoglobin /hematokrit sebelum dan sesudahkehilangan darah, seperti yang
ditunjukkanMemantau tanda-tandadan gejala perdarahan yang persisten(misalnya memeriksa semua
sekresi atau darah okultisme)
Perawatan Sirkulasi
- Lakukan penilaian yang komprehensif dari sirkulasi perifer (misalnya, memeriksa denyut nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, dan suhu ekstremitas)
- Ubah posisi pasien minimal setiap jam 2, yang sesuaiMendorong berbagai latihan gerak pasif atau
aktif selama istirahat di tempat tidur, yang sesuai