Anda di halaman 1dari 55

1

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERWATAN


KLIEN DENGAN HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Hemodialisa (HD) adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer,
tujuan utama yaitu menyaring dan membuang atau disaring oleh ginjal dan
dibuang atau disaring oleh ginjal (Rahman,2013). Markum (2006) juga
menjelaskan tujuan Hemodialisa yaitu untuk menurunkan kadar
ureum,kreatinin dan zat toksik yang lainnya dalam darah, dan sampai saat
ini, hemodialisis masih menjadi alternatif untuk pasien penderita gagal
ginjal karena dari segi biaya lebih murah dibandingkan dengan dialis
peritoneal.Terapi pengganti ginjal di Indonesia di mulai pada tahun 1972 di
Jakarta ( RSPUPN Dr. Cipto mangunkusumo/FKUI), di Bandung tahun
1976 (RSUP Hasan Sadikin/ FK UNPAD). Pasien Gagal ginjal Kronik
harus menjalani terapi Hemodialisis sepanjang hidupnya. Proses
Hemodialisis dapat dilalakukan 2 hingga 3 kali dalam seminggu hingga 5
jam setiap kali Hemodialisis untuk dapat mempertahankan kadar urea,
kreatinin, asam urat dan fospat dalam kadar normal walaupun masih terlihat
kelaian klinis berupa gangguan metabolisme akibat toksis Uremik
(Smeltzer,et al,2008).
Sekitar 2.622.000 di dunia, orang telah menjalani pengobatan End-
Stage Renal Disease (ESRD), pada akhir tahun 2010 sebanyak 2.029.000
orang (77%) diantaranya menjalani pengobatan dialisis dan 593.000 orang
(23%) menjalani transplantasi ginjal. Kasus gagal ginjal di Indonesia , setiap
tahunnya masih terbilang tinggi karena masih banyak masyarakat Indonesia
tidak menjaga Pola makan dan Kesehatan tubuhnya.Survey yang dilakukan
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2009,
prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia menderita penyakit gagal ginjal
kronik (Neliya,2012).
Tahun 2011 di Indonesia terdapat 15.353 pasien yang baru menjalani
Hemodialidis (HD) dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang
menjalani HD sebanyak 4.268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat

1
2

19.621.Pasien yang baru menjalani HD , Sampai akhir tahun 2012 terdapat


244 unit Hemodialisis di Indonesia ( Indonesia Repositing Renal,2013).
Penderita gagal ginjal yang menjalani HD reguler tahun 2016 meningkat
sekitar empat kali lipat dalam 5 tahun terakhir.Saat ini diperkiraan gagal
ginjal terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah atau dialisis
mencapai 150.000 orang, namun penderita yang sudah mendapatkan terapi
dialisis baru sekitar 100.000 orang, (Pernefri dalam Kemenkes Indonesia
2016).
Menurut Dinkes pemerintah Provinsi Jawa Tengah padatahun 2004
kasus ginjal di Jawa Tengah dilaporkan sebanyak 170 kasus (Dalam
Nurchayati,2010). Saat ini di Rumah Sakit Umum Derah ( RSUD ) Prof.dr.
Margono Soekarjo Purwokerto di lengkapi dengan 24 mesin Hemodialisis,
jumlah pasien menjalani terapi HD totalnya adalah 150 pasien Rutin.
Pelayanan mencakup Penduduk Jawa tengah bagian barat dengan jumlah
prosedur hingga diatas14.500 tindakan pertahun.Berdasarkan Indentifikasi
data langsung yang melakukam cuci darah 2 kali seminggu totalnya adalah
100 pasien dengan 69 pasien terpasang AV shunt dan akses Femoral 32
orang( Reakm Medis Rsud Prof. Dr.Margono Soekarjo).
Observasi terhadap pasien yang melakukan terapi Hemodialisis sangat
penting, agar bisa memonitor dan mengurangi kejadian komplikasi
intradialisis salah satunya tensi, Heat Rate, termometer dan lainnya, hasil
Penelitian (Vincent, Lawrence dan Daniel,2015) tentang prediksi terjadinya
Hipotensi Intradialisis menggunakan Variasi saturasi Oksigen dan Heat
Rate, dengan hasil 68 pasien HD dengan End Stage Renal Disease (ESRD).
Variasi dari SaO2 dan Heat Rate yang ditemukan terkait dengan hipotensi
intradialisis, dan bisa menentukan pra-terjadinya komplikasi hipotensi
intradialisis dalam waktu 30 menit pertama.
2. Tujuan
2,1. Tujuan Umum :
Mengembalikan keseimbangan cairan intraseluler dan ekstraseluler
yang terganggu akibat dari fungsi ginjal yang rusak .Tujuan dari
hemodilisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah
3

terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin


dialisis. Pada klien gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat
menurunkan risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat
akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis
tidak menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara
permanen. Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialiss
sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling
sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru
melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari, 2011).
2.2.Tujuan Khusus :
1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea,
kreatinin dan asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding
antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan
positif dan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh
4

BAB II TINJUAN TEORI


1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan
atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan
untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika
secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan
proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin
yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan).
Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus segera
dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan
kematian (Mutaqin & Sari, 2011).
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan
dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah
satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan
hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI
(Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut
prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD
darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler
(Daurgirdas et al., 2007).
2. Indikasi dan Kontrindikasi

a. Indikasi Hemodialisa

4
5

Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD


kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan, Indikasi
hemodialisis segera antara lain (D87uaurgirdas et al., 2010):
1. Kegawatan ginjal
2. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
3. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
4. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
5. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
6. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
7. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
8. Ensefalopati uremikum
9. Neuropati/miopati uremikum
10. Perikarditis uremikum
11. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L
12. Hipertermia
13. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran
dialisis.
 Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis.
Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien
yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis
dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di
bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
a) GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b) Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan
muntah.
c) Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e) Komplikasi metabolik yang refrakter.

b. Kontraindikasi :
6

Kontraindikasi untuk dialisa menurut PERNEFRI (2003: 290), antara


lain :

1. Tidak mungkin didapatkan akses vaskular pada hemodialisa atau


terdapat gangguan di rongga peritoneum pada CAPD ( Contious
Ambulatory peritoneal Dialysis).
2. Akses vaskular sulit.
3. Instabilitas hemodinamik.
4. Koagulopati.
5. Penyakit Alzheimer.
6. Dementia multi infark.
7. Sindrom hepatorenal.
8. Sirosis hati berlanjut dengan enselopati.
9. Keganasan lanjut.

3. Peralatan

1. Mesin Hemodialisa

Mesin hemodialisa memompa darah dari pasien ke dialyzer sebagai


membran semipermiabel dan memungkinkan terjadi proses difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi karena terdapat cairan dialysate didalam dialyzer. Proses
dalam mesin hemodialisa merupakan proses yang komplek yang
mencakup kerja dari deteksi udara, kontrol alarm mesin dan monitor data
proses hemodialisa (Misra, 2010).

2. Ginjal Buatan (dialyzer)

Dialyzer atau ginjal buatan adalah tabung yang bersisi membrane


semipermiabel dan mempunyai dua bagian yaitu bagian untuk cairan
dialysate dan bagian yang lain untuk darah. Beberapa syarat dialyzer yang
baik adalah volume priming atau volume dialyzer rendah, clereance dialyzer
tinggi sehingga bisa menghasilkan clearance urea dan creatin yang tinggi
tanpa membuang protein dalam darah, koefesien ultrafiltrasi tinggi dan tidak
7

terjadi tekanan membrane yang negatif yang memungkinkan terjadi back


ultrafiltration, tidak mengakibatkan reaksi inflamasi atau alergi saat proses
hemodialisa (hemocompatible), murah dan terjangkau, bisa dipakai ulang
dan tidak mengandung racun (Levy, dkk., 2014).

3. Dialysate

Yaitu cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal.
Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia
saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar
untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien
minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi
pirogenik, khususnya pada membran permeabel yang besar, maka air untuk
dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya
disediakan oleh pabrik komersildan umumnya digunakan oleh unit kronis.
Dialysate adalah cairan elektrolit yang mempunyai komposisi seperti cairan
plasma yang digunakan pada proses hemodialisis Cairan dialysate terdiri
dari dua jenis yaitu cairan acetat yang bersifat asam dan bicarbonat yang
bersifat basa. Kandungan dialysate dalam proses hemodialisis menurut
(Levy, dkk., 2014).

4. Blood Line (BL) atau Saluran Darah

Blood line untuk proses hemodialisa terdiri dari dua bagian yaitu bagian
arteri berwarna merah dan bagian vena berwarna biru. BL yang baik harus
mempunyai bagian pompa, sensor vena, air leak detector (penangkap
udara), karet tempat injeksi, klem vena dan arteri dan bagian untuk heparin
(Misra, 2005). Fungsi dari BL adalah menghubungkan dan mengalirkan
darah pasien ke dialyzer selama proses hemodialysis

5. Fistula Needles
Fistula Needles atau jarum fistula sering disebut sebagai Arteri Vena Fistula
(AV Fistula) merupakan jarum yang ditusukkan ke tubuh pasien PGK yang
8

akan menjalani hemodialisa. Jarum fistula mempunyai dua warna yaitu


warna merah untuk bagian arteri dan biru untuk bagian vena.

6. Sistem Pemberian Dialisat


Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat mengukur
serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
7. Aksesori Peralatan
a. Perangkat Keras, terdiri dari :
- Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin
- Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan
konsentrasi dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran darah.
b. Perangkat Disposibel yang digunakan selain ginjal buatan :
- Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara
dialiser dan pasien.
- Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan
terhadap darah.
- Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum
digunakan.

 Persiapan Pra Dialisis


Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama
hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa
variabel. Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu
tentang :
- Diagnosa penyakit
- Tahap penyakit
- Usia
- Masalah medis lain
- Nilai laboratorium
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Keadaan emosi
9

 Persiapan Peralatan
1. Jarum arteri
2. Selang normal saline
3. Dialiser
4. Bilik drip vena
5. Detektor
6. Port pemberian obat
7. Pemantau tekanan arteri
8. Pompa darah
9. Sistem pengalir dialiser
10. Pemantau tekanan vena
11. Jarum vena
12. Penginfus heparin

 Prinsip Hemodialisa
a. Difusi
Adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam
darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat
b. Osmosis
Adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolitas dan dialisat
c. Ultrafiltrasi
Adalah proses berpindahnya zar dan air karena perbedaan hidrostatik di
dalam darah dan dialisat
Luas permukaan membran dan daya saring membran mempengaruhi
jumlah zat dan air yang berpindah. Pada saat dialisis, pasien, dialiser dan
rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi
berbagai komplikasi yang dapat terjadi, misalnya: emboli udara, ultrafiltrasi
yang tidak adekuat atau berlebihan (hipotensi, kram, muntah) perembesan
darah, kontaminasi, dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula (Mutaqin
& Sari, 2011)
10

Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian
besar dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga
yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran
semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara
cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke
dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus
(Brunner & Suddarth, 2012).
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu difusi,
osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan
melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki
konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan
konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan
tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah
(cairan dialisat). Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan
tekanan negative yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis.
Tekanan negative diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada
membran dan memfasilitasi pengeluaran air (Suharayanto dan Madjid,
2012).
11

4. Prosedur Hemodialisa

Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di


dalam ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian
dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar
5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5
liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu
masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh
dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu
arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter. AV
12

fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena


cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan
proses hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital
pasien untuk memastikan apakah pasien layak untuk menjalani
Hemodialysis.
Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah
cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah
berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan
memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien,
yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan
masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi
hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya
tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah
dan dialyzer.
Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa,
dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor
aliran darah, tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang
dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan
dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu
mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin
HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan
mengembalikan kembali ke dalam tubuh.

5. Pedoman pelaksanaan hemodialisa

a. Persiapan Alat-alat
1) 1 buah bak instrumen besar, yang terdiri dari :
2) 2 buah mangkok kecil
 1 untuk tempat Betadine
 1 untuk Alkohol
 Arteri klem
1) 1 spuit 20 cc berisi Heparin 5000 unit
2) 1 spuit 10 cc berisi Heparin 1000 unit
13

3) 1 spuit 3 cc berisi Lidocain 2 ml/ 1 ampul


4) 2 Abocath No. 16
5) Kassa 5 lembar (secukupnya)
6) Sarung tangan steril
7) Plester
8) Masker
9) 1 buah gelas ukur / math can
10) 2 buah Fistula pendek
11) 1 buah Fistula panjang
12) Duk steril
13) Perlak untuk alas tangan
14) Plastik untuk kotoran
b. Persiapan Pasien
1. Timbang berat badan
2. Observasi tanda-tanda vital dan anamnesis
3. Tentukan daerah tusukan untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh ke
mesin
4. Beritahu pasien bahwa tindakan akan dimulai
5. Letakkan perlak di bawah tangan pasien
6. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan

c. Persiapan Perawat
1) Perawat mencuci tangan
2) Perawat memakai masker dan scoret
3) Buka bak instrumen steril
4) Perawat memakai sarung tangan
5) Ambil spuit berisi lidocain untuk anestesi lokal (bila digunakan)
6) Ambil spuit 10 cc yang berisi Heparin untuk mengisi AV Fistula
7) Pasang duk belah di bawah tangan pasien, dan separuh duk ditutupkan di
tangan
d. Memasukkan Jarum AV Fistula
1) Masukkan jarum AV Fistula (Outlet)
14

2) Setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 10 cc dan dorong


heparin, AV Fistula diklem, spuit dilepaskan, dan ujung AV Fistula
ditutup, tempat tusukan difiksasi dengan plester dan pada atas
sayap fistula diberi kassa steril dan diplester
3) Masukkan jarum AV Fistula (inlet) pada vena lain, jarak
penusukan inlet dan outlet usahakan lebih dari 3 cm
4) Jalankan blood pump perlahan-lahan sampai 20 ml/mnt kemudian
pasang sensor monitor
5) Program mesin hemodialisis sesuai kebutuhan pasien
6) Bila aliran kuran dari 100 ml/mnt karena ada penyulit, lakukan
penusukan pada daerah femoral
7) Alat kotor masukkan ke dalam plastik, sedangkan alat-alat yang
dapat dipakai kembali di bawa ke ruang disposal
8) Pensukan selesai, perawat mencuci tangan

 Cara Melakukan Punksi Femoral


a. Obeservasi daerah femoral (lipatan), yang aka digunakan penusukan
b. Letakkan posisi tidur pasien terlentang dan posisi kaki yang akan ditusuk
fleksi
c. Lakukan perabaan arteri untuk mencari vena femoral dengan cara menaruh
3 jari di atas pembuluh darah arteri, jari tengah di atas arteri
d. Dengan jari tengah 1 cm ke arah medial untuk penusukan jarum AV
Fistula

 Melakukan Kanulasi Double Lumen

Cara kerjanya :

a. Observasi tanda-tanda vital


b. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
c. Berikan posisi tidur pasien yang nyaman
d. Dekatkan alat-alat ke pasien
e. Perawat mencuci tangan
15

f. Buka kassa penutup catheter dan lepaskan pelan-pelan


g. Perhatikan posisi catheter double lumen

- Apakah tertekuk?
- Apakah posisi catheter berubah?
- Apakah ada tanda-tanda meradang / nanah? Jika ada laporkan pada dokter

h. Memulai desinfektan

- Desinfektan kulit daerah kateter dengan kassa betadine, mulai dari pangkal
tusukan kateter sampai ke arah sekitar kateter dengan cara memutar kassa
dari dalam ke arah luar
- Bersihkan permukaan kulit dan kateter dengan kassa alkohol
- Pasang duk steril di bawah kateter double lumen
- Buka kedua tutup kateter, aspirasi dengan spuit 10 cc / 20 cc yang sudah
diberi NaCl 0,9% yang terisi heparin.

i. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan benar


j. Pangkal kateter diberi Betadine dan ditutup dengan kassa steril
k. Kateter difiksasi kencang
l. Kateter double lumen siap disambungkan dengan arteri blood line dan
venus line
m. Alat-alat dirapikan, pisahkan dengan alat-alat yang terkontaminasi
n. Bersihkan alat-alat
o. Perawat cuci tangan

Kateter double lumen mempunyai 2 cabang berwarna :

- Merah untuk inlet (keluarnya darah dari tubuh pasien ke mesin)


- Biru untuk outlet (masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien)
16

6. Interpretasi hasil
a. Pengkajian

1. Keluhan utama
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual,
muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar
serum yang meningkat.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).
3. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan
bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu contoh di mana
komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang
berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan
menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang
sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi
selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya.
4. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah
financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual
yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan
ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan merupakan hal yang
paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
5. ADL (Activity Day Life)
Nutrisi : Pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan
cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang
dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru, pembatasan
pada asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan
dengan demikian meminimalkan gejala, mual muntah.
17

6. Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal


7. Aktivitas : Dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada
keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi
waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat
menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam
menjalani aktivitas sehai-hari.
8. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan
tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali
pada saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah
prosedur.
B2 : hipotensi, turgor kulit menurun
a. Keadaan umum klien
1) Data subjektif : lemah badan, cepat lelah, melayang.
2) Data objektif : nampak sakit, pucat keabu-abuan, kurus, kadang –
kadang disertai edema ekstremitas, napas terengah-engah.
b. Kepala
1) Retinopati
2) Konjunktiva anemis
3) Sclera ikteric dan kadang – kadang disertai mata merah (red eye
syndrome).
4) Rambut rontok
5) Muka tampak sembab
6) Bau mulut amoniak
c. Leher
1) Vena jugularis meningkat/tidak
2) Pembesaran kelenjar/tidak
d. Dada
1) Gerakkan napas kanan/kiri seimbang/simetris
2) Ronckhi basah/kering
3) Edema paru
18

e. Abdomen
1) Ketegangan
2) Ascites (perhatikan penambahan lingkar perut pada kunjungan
berikutnya).
3) Kram perut
4) Mual/muntah
f. Kulit
1) Gatal-gatal
2) Mudah sekali berdarah (easy bruishing)
3) Kulit kering dan bersisik
4) Keringat dingin, lembab
5) Perubahan turgor kulit
g. Ekstremitas
1) Kelemahan gerak
2) Kram
3) Edema (ekstremitas atas/bawah)
4) Ekstremitas atas : sudahkah operasi untuk akses vaskuler
7. Komplikasi
Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari
fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal
kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK). Walaupun
tindakan HD saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun
masih banyak penderita yang mengalami masalah medis saat menjalani
HD. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani HD
adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya menurun
dengan dilakukannya UF atau penarikan cairan saat HD. Hipotensi
intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang menjalani H reguler.
Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan darahnya justru meningkat.
Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau intradialytic
hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010). Komplikasi HD dapat
dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik (Daurgirdas et
al., 2011).
19

Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis


berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot,
mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan
menggigil (Daurgirdas et al., 2011; Bieber dan Himmelfarb, 2013).
Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik
hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang
terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade
jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara,
neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et al., 2011).
Komplikasi Kronik adalah komplikasi yang terjadi pada pasien
dengan hemodialisis kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat
dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini (Bieber dan Himmelfarb, 2013).
a. Penyakit jantung
b. Malnutrisi
c. Hipertensi / volume excess
d. Anemia
e. Renal osteodystrophy
f. Neurophaty
g. Disfungsi reproduksi
h. Komplikasi pada akses
i. Gangguan perdarahan
j. Infeksi
k. Amiloidosis
l. Acquired cystic kidney disease
20

8. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis.
d. Mual berhubungan dengan proses pengobatan
e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2
dan nutrisi ke jaringan sekunder terhadap penurunan Hb.
f. Resiko penurunan curah jantung
21
22

9.Rencana asuhan keperawatan (Kriteria hasil, intervensi dan rasional)


No DIAGNOSA NOC NIC
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management :
berhuubungan dengan edema sesuai dengan kondisi pasien …x24jam dapat
6. Buka jalan nafas, gunakan teknik
paru membaik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Definisi : Kelebihan NOC :
7. Posisikan pasien untuk
atau kekurangan
1. Resiratory Status : Gas Exchange memaksimalkan ventilasi
dalam oksigenasi dan
2. Resiratory Status : Ventilation 8. Identifikasi pasien perlunya
atau pengeluaran
3. Vital Sign Status pemasangan alat jalan nafas buatan
karbondioksida di
9. Pasang mayo jika perlu
dalam membran
Kriteria hasil :
10. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kapiler alveoli
No Kriteria Score 11. Keluarkan secret dengan batuk atau
1 Mendemonstarsikan 5 suction
Batasan karakteristik :
peningkatan ventilasi dan 12. Auskultasi suara nafas catat adanya
 Gangguan penglihatan
oksigenasi yang adekuat suara tambahan
 Penurunan CO2
2 Memelihara kebersihan paru- 5 13. Lakukan suction pada mayo
 Takikardi
paru dan bebas dari tanda 14. Beri bronkodilator bila perlu
 Hiperkapnia
distress pernafasan 15. Atur intake untuk cairan untuk
23

 Keletihan 3 Mendemostrasikan batuk 5 mengoptimalkan keseimbangan


 Somnolen efektif dan suara nafas yang 16. Monitor respirasi dan status O2
 Iritabilitas bersih, tidak ada sianosis dan
Respiratory Monitor
 Hypoxia dispneu (mampu

 Kebingungan mengeluarkan sputu, mampu


1. Monitor rata-rata kedalaman dan
 Dyspnoe bernafas dengan mudah, tidak
irama nafas dalam usaha respirasi
 nasal faring ada pursed lips)
2. Catat pergerakan dinding dada,
 AGD Normal 4 Tanda-tanda vital dalam 5 amati kesimetrisan dan pengunaan
 Sianosis renang normal otot dada tambahan
 warna kulit abnormal 3. Monitor suara nnafas seperi
(pucat, kehitaman) mendengkur
 Hipoksemia Keterangan : 4. Monitor pola nafas seperti
 Hiperkarbia bradipnea, takipnea, dll
1. Ekstrim
 sakit kepala ketika 5. Catat lokasi trakea
2. Berat
bangun 6. Auskultasi suara nafas, catat area
3. Sedang
 frekuensi dan penurunan / tidak adanya ventilasi
4. Ringan
kedalaman nafas dan suara nafas tambahan
5. Tidak
abnormal 7. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya
24

Faktor faktor yang


berhubungan :
 ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
 perubahan membran
kapiler-alveolar

2 Ketidakefektifan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Management


kurang dari kebutuhan tubuh sesuai dengan kondisi pasien …x24jam nutrisi
1. Kaji adanya alergi makanan
2berhubungan dengan intake kurang dari kebutuhan tubuh pasien teratasi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2inadekuat, mual, muntah, dengan :
menentukan jumlah kalori dan
.anoreksia, pembatasan diet
nutrisi yang dibutuhkan pasien
danpenurunan membrane NOC:
3. Anjurkan pasien untuk
mukosa mulut.
 Nutritional Status : food and fluid meningkatkan intake Fe
Definisi : asupan nutrisi tidak
intake 4. Anjurkan pasien untuk
cukup untuk memenuhi
 Nutritional Status : nutrient intake meningkatkan protein dan vitamin
kebutuhan metabolik
C
Kriteria Hasil : 5. Berikan substansi gula
Batasan Karakteristik :
25

N Kategori S 6. Yakinkan diet yang dimakan


 Kram abdomen
o c mengandung tinggi serat untuk
 Nyeri abdomen
o mencegah konstipasi
 Menghindari makanan
re 7. Berikan makanan yang terpilih
 Berat badan 20% atau
1 Adanya 5 (sudah dikonsultasikan dengan ahli
lebih dibawah berat
peningkatan berat gizi)
badan ideal
badan sesuai 8. Ajarkan pasien bagaimana
 Kerapuhan kapiler
dengan tujuan membuat catatan makanan harian
 Diare
2 Berat badan ideal 5 9. Monitir jumlah nutrisi dan
 Kehilangan rambut
sesuai dengan kandungan kalori
berlebihan
tinggi badan 10. Berikan informasi tentang
 Bising usus hiperaktif
kebutuhan nutrisi
3 Mampu 5
 Kurang makanan
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mengidentifikasi
 Kurang informasi
mendapatkan nutrisi yang
kebutuhan nutrisi
 Kurang minat pada
dibutuhkan
4 Tidak ada tanda- 5
makanan
tanda malnutrisi
 Penurunan berat badan
Nutrition Monitoring
dengan asupan 5 Menunjukkan 5
1. BB pasien dalam batas normal
makanan adekuat peningkatan
2. Monitor adanya penurunan berat
26

 Kesalahan konsepsi fungsi badan


 Kesalahan informasi pengecapan dari 3. Monitor tipe dan jumlah aktifitas
 Membran mukosa menelan yang biasa dilakukan
pucat 6 Tidak terjadi 5 4. Monitor interaksi anak atau orang
 Ketidakmampuan penurunan berat tua selama makan
memakan makanan badan yang 5. Monitor lingkungan selama makan
 Tonus otot menurun berarti 6. Monitor kulit kering dan perubahan
 Mengeluh gangguan pigmentasi
sensasi rasa Keterangan : 7. Monitor turgor kulit
 Mengeluh asupan 8. Monitor kekeringan, rambutkusam,
makanan kurang dari 1. Ekstrim dan mudah patah
RDA (recommanded 2. Berat 9. Monitor mual dan muntah
daily allowance) 3. Sedang 10. Monitor kadar albumin, total
 Cepat kenyang setelah 4. Ringan protein, Hb, dan kadar Ht
makan 5. Tidak 11. Monitor pertumbuhan dan
 Sariawan rongga perkembangan
mulut 12. Monitor pucat, kemerahan, dan
 Kelemahan otot kekeringan jaringan konjungtiva
pengunyah 13. Monitor kalori dan intake nutrisi
27

 Kelemahan otot untuk 14. Catat adanya edema, hiperemik,


menelan hipertonik papila lidah dan cavitas
oral
Faktor yang 15. Catat jika lidah berwarna magent,
berhubungan : scarlet
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi
nutrient
 Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
 ketidakmampuan
menelan makanan
 faktor psikologis

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Activity Therapy


berhubungan dengan sesuai dengan kondisi pasien …x24jam pasien
28

4keletihan, anemia, retensi dapat beraktivitas sesuai kemampuan dengan :


1. Diskusikan dengan pasien/ orang
3produk sampah dan prosedur
terdekat bagaimana diagnosis dan
3dialisis. NOC :
pengobatan yang mempengaruhi
Definisi :  Energy conservion
kehidupan pribadi pasien/rumah
ketidak cukupan  Activity tolerance
dan aktifitas kerja
energy psikologi atau  Self care : ADLS
2. Tinjau ulang efek sampin yang
fisiologis untuk
diantisipasi berkenaan dengan
melanjutkan atau  Kriteri Hasil :
pengobatan tertentu, termasuk
menyelesaikan N Kategori Sco
kemungkinan efek aktifitas seksual
aktifitas kehidupan o re
dan rasa ketertarikan / keinginan
sehari – hari yang 1 Berpartisipasi 5
misal alopesia, kecatatan bedah,
harus atau yang ingin dalam aktifitas
beri tau pasien bahwa tidak semua
dilakukan fisik tanpa
efek samping terjadi
disertai
3. Dorong diskusi tentang/ pecahkan
Batasan karakteristik: peningkatan
masalah tentang efek kanker /
 Respon tekanan darah tekanan darah,
pengobatan pada peran sebagai ibu
abnormal terhadao nadi, dan RR
rumah tangga, orang tua, dan
aktifitas 2 Mampu 5
sebagainya.
 Respon frekuensi
29

jantung abnormal melakukan 4. Akui kesulitan pasien yang


terhadap aktifitas aktifitas sehari- mungkin dialami. Berikan
 Perubahan EEKG hari (ADLS) informasi bahwa konseling sering
yang mencerminkan secara mandiri perlu dan penting dalam
aritmia 3 Tanda-tanda 5
 Perubahan EKG yang vitas normal
mencerminkan 4 Energy 5
iskemia psikomotor
 Ketidaknyamanan 5 Level kelemahan 5
setelah beraktifitas 6 Mampu 5
 Dispnea setelah perpindah:
beraktifitas dengan atau
 Menyatakan merasa tanpa bantuan
letih alat
 Menyatakan merasa 7 Status 5
lemah kardiopulmunari
adekuat
Faktor yang 8 Sirkulasi status 5
berhubungan:
30

 Tirah baring atau baik


imobilisasi 9 Status respirasi: 5
 Kelemahan umum pertukaran gas
 Ketidakseimbangan dan ventilasi
anatara suplei dan adekuat
kebutuhan okssigen Keterangan :
 Imobilitas
1. Ekstrim
 Gaya hidup menoton
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
31

4. Mual Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid Management


Definisi : Sensasi seperti selama ….x 24 jam mual pasien teratasi
1. Pencatatan intake output secara
gelombang dibelakang dengan :
akurat
tenggorok, epigatrium yang NOC:
2. Monitor status nutrisi
bersifat subjektif dan tidak
 Comfort level 3. Monitor status hidrasi (Kelembaban
menyenangkan yang dapat
 Hidrasil membran mukosa, vital sign
menyebabkan dorongan atau
 Nutritional Status adekuat)
keinginan untuk muntah
4. Anjurkan untuk makan pelan-pelan
Batasan karakteristik:
Kriteria hasil :
5. Jelaskan untuk menggunakan napas
 Hipersalivasi
N Kategori Sco dalam untuk menekan reflek mual
 Penigkatan reflek
o re 6. Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam
menelan
Melaporkan
1 bebas dari 5 sesudah dan selama makan
 Menyatakan mual /
mual 7. Instruksikan untuk menghindari bau
sakit perut
Mengidentifikasi
2 hal-hal 5 makanan yang menyengat
Faktor yang berhubungan: yang mengurangi mual 8. Berikan terapi IV kalau perlu
Nutrisi
3 adekuat 5 9. Kelola pemberian anti emetik........
 Pengobatan: iritasi 4 Status hidrasi: 5
gaster, distensi gaster, hidrasi kulit
32

obat kemoterapi, membran


toksin mukosa baik,
 Biofisika: gangguan tidak ada rasa
biokimia (KAD, haus yang
Uremia), nyeri abnormal, panas,
jantung, tumor intra urin output
abdominal, penyakit normal, TD,
oesofagus / pankreas. HCT normal
 Situasional: faktor Keterangan :
psikologis seperti
1. Ekstrim
nyeri, takut, cemas.
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
33

10. Discharge Planning


1. Anjurkan pasien/ Keluarga agar mematuhi jadwal kontrol hemodialisis
2. Anjurkan pasien untuk Diit rendah garam
3. Anjurkan pada keluarga untuk membantu perawatan selama dirumah
terutama dalam aktivitas
4. Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk pembatasan asupan cairan yang
masuk dan yang keluar.
5. Anjurkan pada Pasien dan keluarga agar minum obat secara teratur
6. Perawat memberikan edukasi pada keluarga dan pasien agar kooperatif
dalam pengobatan dan perawatan dirumah, keluarga membantu saat
mobilisasi pasien
7. Memberikan edukasi agar di rumah diberikan penerangan cahaya yang
cukup
8. Memberikan edukasi pada keluarga agar memberikan dan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.

.
34

BAB.III PENUTUP
1. Kesimpulan
Hemodialisa (HD) adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan
utama yaitu menyaring dan membuang atau disaring oleh ginjal dan dibuang
atau disaring oleh ginjal. Hemodialisa yaitu untuk menurunkan kadar
ureum,kreatinin dan zat toksik yang lainnya dalam darah, dan sampai saat
ini, hemodialisis masih menjadi alternatif untuk pasien penderita gagal
ginjal karena dari segi biaya lebih murah dibandingkan dengan dialis
peritoneal. Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu
difusi, osmosis, ultrafiltrasi
Tujuan dari hemodilisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis.
Pada klien gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat menurunkan
risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik
dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis tidak menyembuhkan atau
mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit :
Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita gagal
ginjal kronik di ruang Hemodialisa.
2. Bagi perawat :
Semoga akan terus meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa sehingga
meminimalkan masalah keperawatan setelah dilakukan intervensi dan
sebagai bahan evaluasi dalam perawatan pasien gagal ginjal kronik yang
mengalami hipoglikemia diruang hemodialisa.
3. Bagi mahasiswa

Bagi mahasiswa keperawatan agar dapat terus meningkatkan wawasan


tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang
hemodialisa

34
35

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. S DENGAN HEMODIALISIS
DI RUANG HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BATANG

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 31-12-2019
Jam : 14.40.
Pengkajian diperoleh dari : Pasien dan status pasien
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : TN.S
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Batang
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan terakhir : SMP
b. Identitas penanggungjawab
Nama : NY. T
Umur : 42 tahun
Hubungan dg pasien : Istri
Alamat : Batang
Pekerjaan : Swasta
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk RS
Pasien mengatakan ingin cuci darah, badan terasa lemes, mual,
ekstremitas ke dua kaki bengkak, bak sedikit
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu mengalami keluhan
yang dirasakan yaitu “boyok pegel, pinggang pegel” kemudian periksa ke
dokter disarankan untuk banyak minum tetapi kaki menjadi bengkak,
kemudian periksa ke dokter Sp.Pd RSUD Batang dan dianjurkan untuk
36

rawat inap. Setelah rawat inap pasien dianjurkan untuk cuci darah sampai
sekarang. Pasien datang ke RSUD Batang untuk melakukan cuci darah
rutin 2 kali setiap selasa jam 14.00 dan hari jumat jam 14.00. Pasien
mengatakan apabila setelah melakukan hemodialisa badan menjadi ringan,
seger, tidak pegel pada pinggang. Keluhan yang dirasakan pada saat
pengkajian pasien mengatakan badan lemes,ngliyeng dan badan terasa
berat.
c. Riwayat penyakit dahulu/yang pernah diderita
Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi dan DM, pasien
mengatakan karena dulu tidakmenjaga pola makannya dengan baik.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga pasien tidakmempunyai riwayat hipertensi
dan Diabetus melitus
e. Genogram

Ket :
 Laki-laki
 Perempuan
 Garis keturunan
 Pasien
 Meninggal
 Tinggal satu rumah
37

3. Pengkajian pola Gordon


a. Persepsi kesehatan-pola manajemen kesehatan
Pasien mengatakan selama sakit salah satu anggota keluarganya sakit
pasien tidak membawanya ke dukun atau membeli obat di warung-warung
melainkan pasien langsung periksa ke dokter dan langung ke RS untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut. Setelah cuci darah pasien
mengatakan akan menjaga pola makan dan membatasi asupan cairan dan
garam. Selain itu membatasi aktifitas serta minum obat secara rutin.
b. Pola nutrisi-metabolisme

No KEGIATAN SEBELUM DIALYSIS SELAMA DIALYSIS


1. Pola makan Nasi, lauk pauk seperti Nasi,sayur,lauk,air putih
daging, sayur,ikan, buah
2. Frekuensi 3 x sehari, 1 porsi habis 2-3x makan sedikit ( 3-4
sendok )
3. Nafsu makan Baik Kurang baik
4. Makanan Nasi putih Nasi putih
kesukaan
5. Makanan Tinggi kalium dan Tinggi kalium dan garam
pantangan tinggi garam

SEBELUM DIALYSIS SELAMA DIALYSIS


Minum Minum
Pasien mengatakan minum 2 gelas Pasien minum kurang lebih sekitar
sehari 250ml
( dianjurkan oleh dokter 500ml )
38

c. Pola eliminasi

SEBELUM DIALYSIS SELAMA DIALYSIS


Buang air besar Buang air besar
Ds :Pasien mengatakan buang air Ds :Pasien sudah BAB kemarin hari
besar 2 hari sekali minggu
Berkemih Berkemih
Pasien berkemih pada malam hari 2 Sudah BAK sebelum cuci darah
kali dan malam hari 3 kali

d. Pola aktivitas-latihan

KEMAMPUAN PERAWATAN SEBELUM SELAMA


DIRI DIALYSIS DIALYSIS
Makan dan Minum 0 0
Mandi 0 0
Toileting 0 0
Berpakaian 0 0
Mobilitas ditempat tidur 0 0
Berpindah 0 0

e. Pola tidur-istirahat

SEBELUM DIALYSIS SELAMA DIALYSIS


Ds: Pasien mengatakan tidur 6-7 Do: pasien tampak tidur kurang lebih
jam pada malam hari. Dengan 2 jam
mudah terbangun dan tidur tidak
nyenyak.
39

f. Pola persepsi-kognitif

SEBELUM DIALYSIS SELAMA DIALYSIS


Ds: Pasien mengatakan orientasi Do :Orientasi terhadap tempat,
terhadap tempat, orang, dan waktu orang, dan waktu baik
baik

g. Pola persepsi diri


Ds : Pasien mengatakan keadaan dirinya yang sekarang sedang ikhtiar
menjalani cuci darah untuk dapat sembuh, harus telaten,selalu semangat
dan banyak berdoa.
h. Pola hubungan peran
Ds : Pasien mengatakan hubungan dengan istri, anak , dan orang tua baik,
setelah cuci darah pasien mendapat teman baru dan seperti keluarga
sendiri.
i. Pola fungsional seksual
Ds : pasien mengatakan mempunyai seorang istri dan mem[unyai 3 orang
anak
j. Pola manajemen stress kopping
Ds : pasien mengatakan apabila mempunyai masalah diselesaikan bersama
istri, pasien mengatakan selalu berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya
dan diberikan kemudahan selama menjalani pengobatan.
k. Sistem kepercayaan nilai
Ds : pasien mengatakan beragama Islam dan mempercayai bahwa yang
menciptakan alam semesta adalah Allah, pasien beribadah sesuai ajaran
agama islam
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36 °C
- TD : 204/107 mmHg
40

- Nadi : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
c. Head to toe

1) Kepala : bentuk mesochepal,penyebaran rambut tidak merata.


2) Neuro : E4 M6 V5

x Penurunan kesadaran
X Nyeri
X Kejang
√ Kelemahan
√ Baal (mati rasa dan
kram)

3. Mata : tidak ada secret, sclera ikterik


Konjungtiva anemis :
√ Y Tidak
a

4. Hidung : tidak ada secret, tulang hidung simetris, tidak ada polip
5. Mulut : mulut bersih, bibirkering, bibir tampak kehitaman

X Stomatitis X Bleeding /perdarahan X Bau ammonia

6. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada nyeri tekan
7. Dada : simetris, retraksi dada sejajar, taktil fremitus +, suara paru vesikuler,
bunyi jantung lup dub
8.
X Bunyi nafas tambahan (whezzing)
X Otot bantu pernafasan
X Dypsnue
41

X Edema pulmo
X Suara paru (ronkhi)

1) Abdoment : tidak ada acites


X Asites
√ Gangguan peristaltik
X Bledding

2) Ekstremitas : Oedem pada ke kedua kaki


√ CRT > 4 detik
√ Edema
√ Nyeri
√ Kekakuan otot

3) Integument :
√ Pruritus
√ Kulit kering
√ Warna kehitaman
√ Turgor kulit jelek
X Besisik
X Deubitus

PREHEMODIALISA
5. Data focus
a. KU pasien : Baik composmentis
- TTV : TD: 204/107 mmHg,Suhu: 36 °C ,Nadi: 88x/mnt,RR: 20 x/mnt
b. BB sekarang : 85.5 kg
c. BB yang lalu : 80,8 kg
d. BB kering : 80 kg
42

e. Hasil pemeriksaan laboratorium


Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil Nilai normal
pemeriksaan
Pemeriksaan darah 3-12-2019
Hb 7,0 11.5-16.5 g/dl
hematokrit 21.8 35-49 %
Lekosit 6.33 4-10 rb/ul
Trombosit 194 4.4-6 rb/ul
eritrosit 2.36 4.4-6 juta/ul
creatinin 1.3 0.5-1.1 mg/dl
MCV 92.4 80-95 fl
MCH 32.1 27-33 pg
RDW-SD 50 37-54 fL
MCHC 32.1 33.2-35.3 fL
RDW-CV 15.5 11-16 %

INTRA HEMODIALISA

Tgl & jam pengkajian : 31 Desember 2019


A. PERSIAPAN HD
1 Type Dializer : NR
2 Reuse ke : R2
3 Lama Dialisis : 5 jam
4 Lama Dialisis : 5 jam
5 Aliran Dialisat : 500ml/jam
6 Antikoagulan : heparin
7 Inisiasi : 1000U
8 Kontinyu : 1000 U
9 Jenis Acces : AV-shunt
10 Ukuran jarum fistula : 16G
43

11 Total Blood Volume : 5000


12 Waktu SU :-
13 TUF : 4700 ml

X Trill X Redness
X Excema X Ruise
X Haematoma X Edema

B. TINDAKAN KEPERAWATAN SELAMA HD :


1. Observasi
Jam Qb Vena TMP UF TD Nadi Suhu RR Catt
14.30 204/107 88 36 20 Kanulasi
cimono
14.40 230 1000 Memulai
HD
16.40 250 1000 Mengobser
vasi Ku
pasien
18.40 200 1000 Mengukur
TTV
19.40 150 1000 Des mesin

2. Pengobatan selama HD
a. Transfusi darah: kolf -
1. Golongan darah :-
2. No Kolf :-
b. Inj. Hemapo/Recormon / -

Epprex
1. 2000 iu/3000 iu /
-
5000 iu
44

2. Diberikan ole : -
c. Obat yang diberikan

Nama Obat Dosis


Paracetamol 1x 500mg
Captropil 1x 50 mg
Injeksi Diphenhidramine 1 amp extra

3. Pengawasan cairan selama HD


a. Volume Priming : 1000 cc
b. Cairan masuk : 300 cc
c. Sisa Priming : 50 cc
d. Cairan Drip :-
e. Darah :-
Wash out :
JUMLAH : 250 cc
4. Penyulit selama HD

Keterangan
No Jenis penyulit
Ada Tidak
a. Shut problem √
b. Perdarahan √
c. Mula √
d. Muntah √
e. Kejang √
f. Kram √
g. Panas/menggigil √
h. Koma √
i. Sakit dada √
45

j. Gatal-gatal √
k. Hipotensi √
l. Hipertensi √
m Alergi dializer √

POST HEMODIALISA

A. DATA FOKUS
1. Data Subyektif : Pasien mengatakan setelah dilakukan cuci darah badan
terasa lebih enak dan ringan
2. Data Obyektif : Kesadaran : composmentis GCS :E4M6V5
VitalSign : TD: 178/94 Nadi: 80 Suhu: 36℃ RR : 20 x/mnt
3. Lama Dialisis : 5 jam Mulai jam: 14.15WIB Selesai: 19.40WIB
4. Ultra Filtrasi: 1000 liter Qb : 220 ml/mnt TBV : 5000liter
5. Pemberian Heparine:
a. Kontinyu Bolus 1000 iu, Dosis maintenance 1000 iu/jam
b. Intermitten Bolus 800 iu, Dosis maintenance 800 iu/jam
c. Mini Heparine Bolus 500 iu, Dosis maintenance 500 iu/jam
d. Free Heparine
6. Jenis Dializer : a. F 6 HPS b.Reuse : R 2
7. Jenis Dialisat : Bicarbonate
8. Jenis akses vaskuler:
AV-Shunt kiri
9. Pemeriksaan laboratorium (Tgl & jam) : -
10. Tindakan /pengobatan selama HD :

a. Transfusi darah: -
b. D40% : -
c. Ca. Gluconas : Ampul
d. KCL : Vial -
e. Renxamin : Ml -
46

f. Epprex/Recormon/He : -
mapo
ANALISA DATA

No. Tanggal Data Problem Etiologi


1. 31-12-2019 Pre hemodialisa Ansietas Perubahan
dalam status
DS : pasien mengatakan
kesehatan
ingin cuci darah
Pasien menanyakan tentang
kondisi saat ini
Pasien mengatakan masih
belum percaya kalau harus
cuci darah seumur hidup

DO :

- Pasien tampak tegang


- TD : 204/107 Nadi
88x/mnt S: 36℃
- akral dingin
- Wajah tampak pucat

31-12-2019 DS: Pasien mengatakan Gangguan Kelebihan


mekanisme volume cairan
badannya terasa berat dan
regulasi
oedem pada ke dua
ekstremias kaki.
DO :

- Jumlah urine yang


keluar perharinya 600
cc, warna kuning keruh
- BB naik 5000 gr dalam
1 minggu BB sekarang
47

85,5 kg
- Hemoglobin : 7.0 gr/dL

2. 31-12-2019 Intra hemodialisa Nyeri Cedera fisik


DS : Pasien mengatakan
nyeri dilengan kiri yang
ditusuk,rasane pegel dan
senut-senut
P : tusukan jarum
Q : senut-senut, ditusuk
jarum, pegel
R : lengan kiri
S : NRS 5(0-10)
T : saat ditusuk dan
digerakan
DO : Tampak tusukanjarum
HD dilengan kiri
Pasien tampak terpasang
AV-Shunt dilengan kiri
3. 31-12-2019 Post hemodialisa Resiko infeksi Prosedur
DS : Pasien mengatakan invasiv
tampak bengkak pada lengan
kiri setelah selesai dilepas
tusukan jarum HD
DO : tampak bekas luka
tusukan jarum di tutup
dengan kasa dan diplester
Tampak ada benjolan bekas
di area tusukan jarum

DIAGNOSA KEPERAWATAN
48

Diagnosa Keperawatan
Pre hemodialisa 1. Ansietas berhubungan dengan Perubahan dalam
status kesehatan
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi

Intra hemodialisa 3. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik

Post hemodialisa 4. 4. Resiko infeksi bd prosedur invasive

INTERVENSI
Tgl/Jam No.DX Tujuan Intervensi
31-12- Pre Setelah dilakukan 1. Observasi tanda verbal dan
2019 hemodi tindakan keperawatan nonverbal dari ansietas
Jam alisa selama 6 jam, diharapkan 2. Gunakan pendekatan dengan
14.30 1 pasien tidak cemas lagi, tenang
dengan kriteria: 3. Temani pasien untuk
Kontrol ansietas memberikan rasa aman.
Ansietas level 4. Berikan informasi faktual
terkait diagnosis,
pengobatan, dan prognosis.
5. Ajarkan teknik relaksasi
genggam jari dan ROM aktif
bagian ekstermitas.
6. Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien
7. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas jika diperlukan

31-12- 2 Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan umum,


2019 tindakan keperawatan TTV, edema
Jam selama 5 jam diharapkan 2. Monitoring intake cairan
49

14.35 kelebihan volume cairan 3. Ukur balance cairan


pasien dapat teratasi 4. Berikan informasi
dengan kriteria hasil : kesehatan untuk sedikit
minum
- Terbebas dari edema,
5. Kolaborasi pemberian
efusi, Oedema obat deuretik dengan
dokter.
anaskara
- Bunyi nafas bersih
- Terbebas dari
kelelahan, kecemasan

31-12- Intra Setelah dilakukan 1. Monitor TTV , Ku pasien


2019 hemodi tindakan keperawatan 2. lakukan pengkajian nyeri
Jam alisa selama 6 jam, diharapkan 3. tingkatkan istirahat
14.45 3 pasien tidak nyeri lagi, 4. Berikan Management
dengan kriteria: nyeri
-pain level 5. Ajarkan teknik
Distraksi,relaksasi untuk
-pain control
mengurangi nyeri
-comfort level
KH :

- Mampu mengontrol
nyeri
- Melaporkan nyeri
berkurang
- Mampu mengenali
nyeri (skala)
- menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
31-12- Post Setelah dilakukan NIC :
50

2019 hemodi tindakan keperawatan


1. Cuci tangan sebelum dan
Jam alisa selama 5 jam, diharapkan
sesudah tindakan
20.00 4 pasien tidak terjadi
2. Gunakan APD
infeksi, dengan kriteria:
3. monitor tanda gejala infeksi
-immune status
4. Monitor WBC
-knowledge: infection
5. Dorong masukan nutrisi
control
6. Anjurkan istirahat
-risk control
7. Bebaskan lingkungan yang
KH : dapat menimbulkan
terjadinya resiko infeksi
-bebas dari tanda gejala
infeksi

IMPLEMENTASI
Tgl/Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
DX
31-12- 1 Pre hemodialisa S : klien menanyakan Yayuk
2019 kondisinya saat ini
1. Mengobservasi tanda
Jam O : klien tampak tenang
verbal dan nonverbal
14.40 bercerita tentang masa
dari ansietas
lalunya sambil menggegam
2. menggunakan
jari perawat, dan
pendekatan dengan
mengatakan bahwa
tenang
semangat hidupnya adalah
3. menemani pasien
anaknya.
untuk memberikan rasa
Klien kooperatif, dan mau
aman
melakukan relaksasi
4. menganjurkan
genggam jari dan teknik
keluarga untuk
rom aktif
menemani pasien
5. Melakukan tindakan
untuk mengurangi rasa
cemas dengan teknik
relaksasi genggam jari
dan ROM aktif bagian
51

ekstermitas.

31-12- 1 1. Mengkaji keadaan S : Pasien mengatakan Yayuk


2019 umum BAK sedikit, masih
Jam pasien,Mengukur lemas,badan terasa berat
15.00 tanda-tanda vital kaki bengkak
pasien, Mengkaji O : Pasien tampak lemah,
edema pada kaki keadaan umum sedang
pasien TTV : TD:204/107mmhg
2. Memonitoring S : 36’c
intake cairan Nadi 88x/mnt
sebelum dilakukan RR: 20x/menit
hemodialisis
3. Mengukur balance
cairan pasien
4. Memberikan
informasi kesehatan
untuk sedikit
minum
5. Mengkolaborasikan
pemberian obat
deuretik dengan
dokter.

31-12- 2 Intra hemodialisa Intra hemodialisa Yayuk


2019 DS : Pasien mengatakan
1. Mengukur TTV
nyeri dilengan kiri yang
,keadan umum
ditusuk,rasane pegel dan
pasien
senut-senut
2. Melakukan
P : tusukan jarum
pengkajian nyeri
Q : senut-senut, ditusuk
3. Menganjurkan
jarum, pegel
istirahat selama
R : lengan kiri
52

dilakukan S : NRS 4(0-10)


hemodialisis T : saat ditusuk dan
4. Mengajarkan teknik digerakan
Management nyeri DO : Tampak tusukan
5. Menganjurkan pada jarum HD dilengan kiri
pasien agar
Pasien tampak terpasang
melakukan teknik
distraksi,relaksasi AV-Shunt dilengan kiri
untuk mengurangi
Pasien tampak lebih tenang
nyeri saat timbul

31-12- 3 1. Mencuci tangan DS : Pasien mengatakan


2019 sebelum dan sesudah tampak bengkak pada
Jam tindakan lengan kiri setelah selesai
20.30 2. Menggunakan APD dilepas tusukan jarum HD
3. Memonitor tanda DO : tampak bekas luka
gejala infeksi tusukan jarum di tutup
4. Memonitor WBC dengan kasa dan diplester
5. Mendorong masukan Tampak ada benjolan
nutrisi bekas di area tusukan
6. Menganjurkan istirahat jarum
7. Membebaskan
lingkungan yang dapat
menimbulkan
terjadinya resiko
infeksi

EVALUASI
Tgl/Jam No.DX Evaluasi Paraf
31-12- 1 S:- Yayuk
2019 O : Pasien tampak tenang dan bercerita tentang
Jam masa lalunya sebelum sakit, saat dirawat,dan
15.00 dokter memutuskan agar dilakukan cuci darah.
A : masalah ansietas teratasi
53

P : Hentikan intervensi
31-12- 2 S : Pasien mengatakan lemes, pusing,akan Yayuk
2019 mengikuti anjuran perawat selama menjalani
Jam hemodialisa dan membatasi minum
15.15 O : Kesadaran composmentis, keadaan umum
sedang, TD 194/100 mmHg, frekuensi nadi 99
x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, BB post HD
84kg. Volume urine 600cc/hari

A : Masalah kelebihan volume cairan belum


teratasi

P : Lanjutkan intervensi :

- Pantau kelebihan cairan


- Pantau kenaikan berat badan
- Hitung balance cairan
- Catat keluaran urine
- Kolaborasi dalam pemberian diuretik

31-12- 2 S : Pasien mengatakan nyeri dilengan kiri yang Yayuk


2019 ditusuk,rasane pegel dan senut-senut
Jam P : tusukan jarum
15.15 Q : senut-senut, ditusuk jarum, pegel
R : lengan kiri
S : NRS 4(0-10)
T : saat ditusuk dan digerakan
O : Tampak tusukan jarum HD dilengan kiri
Pasien tampak terpasang AV-Shunt dilengan kiri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Ajarkan pada pasien agar melakukan


54

teknik distraksi,relaksasi untuk


mengurangi nyeri saat timbul

31-12- 3 S : Pasien mengatakan tampak bengkak pada Yayuk


2019 lengan kiri setelah selesai dilepas tusukan jarum
Jam HD
20.35 O : tampak bekas luka tusukan jarum di tutup
dengan kasa dan diplester
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Monitor tanda dan gejala infeksi


55

DAFTAR PUSTAKA

Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the
Kidney. 9th edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C.,
Schrier, R.W. editors. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2473-505.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2011. Handbook of Dialysis. 4th ed.
Phildelphia. Lipincott William & Wilkins.
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai