Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI JURNAL

INTERVENSI SELF-CARE YANG EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT REHOSPITALISASI PASIEN GAGAL JANTUNG DI BERBAGAI
TATANAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT: LITERATUR REVIEW

DI SUSUN OLEH :

1. Febri Purnaningsari (202014051)


2. Febrina Fatma Komanti (202014052)
3. Fera Nur Haliza (202014053)
4. Figran Nugraha (202014054)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
ABSTRAK

LATAR BELAKANG

Gagal jantung merupakan suatu kondisi serius yang umumnya berdampak pada
morbiditas, mortalitas dan rehospitalisasi di seluruh dunia. Sekitar 26 juta orang diseluruh
dunia menderita gagal jantung dengan tingkat rehospitalisasi dalam 30 hari berkisar antara
19% sampai 25%, menyebabkan beban pelayanan kesehatan global (Somsiri et al., 2020).

Rehospitalisasi atau readmisi rumah sakit yang tinggi pada pasien gagal jantung
masih merupakan masalah yang menonjol. Dampak penyakit gagal jantung yang bersifat
melemahkan dan progresif serta peristiwa kesehatan yang tidak dapat diprediksi
menyebabkan penyakit ini dikarakteristikkan dengan tingginya frekwensi hospitalisasi dan
pengobatan yang kompleks (Boyde et al., 2018 : Mathew & Thukha, 2018 ; Deek et al.,
2017).

METODE

Studi literatur ini dilakukan dengan membuat ringkasan dan analisis dari artikel yang
berhubungan dengan pertanyaan dan tujuan penelitian. Metode pencarian menggunakan
beberapa database elektronik yaitu Scopus, ScienceDirect, ClinicalKey dan Sage
Publications dengan kata kunci Patient Self-care and Heart Failure, Self-care intervention
and heart failure, dan Self-care intervention and Heart Failure rehospitalization. Kriteria
inklusi : 1) Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan penelitian ; 2)
Berbahasa Inggris dan fulltext
; 3). Artikel penelitian minimal kohort yang dipublikasi pada tahun 2010-2021.
Kriteria eksklusi : 1) Tidak memiliki struktur artikel yang lengkap ; 2) Review artikel.

HASIL

Hasil telaah ditemukan bahwa intervensi self-care diberikan pada pasien yang
menjalani rawat inap, rawat jalan serta penggabungan rawat inap-rawat jalan.
Gabungan intervensi self-care rawat inap, rawat jalan dan gabungan intervensi rawat inap-
rawat jalan terdiri dari edukasi self-care, edukasi self-care ditambah follow-up home visit,
edukasi self- care ditambah follow-up telemonitoring, program self-care ditambah follow-up
via telepon, edukasi self-care ditambah konsultasi via telepon, edukasi self-care ditambah
home visit, edukasi self-care ditambah home visit dan konseling via telepon.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil telaah dari 14 artikel yang telah dilakukan, intervensi self-care
pada pasien gagal jantung terbagi menjadi tiga yaitu intervensi yang dilakukan pada
kunjungan rawat jalan, pada saat rawat inap dan penggabungan antara rawat inap dan rawat
jalan. Ketika intervensi ini dilakukan dengan maksimal maka akan meningkatkan outcome
pasien yang maksimal secara khusus penurunan angka readmisi atau rehospitalisasi dalam
30 hari dan kualitas hidup pasien gagal jantung.

KATA KUNCI

Kata kunci: heart failure; rehospitalization; self-care; self-care interventions

A. Pendahuluan
Penderita gagal jantung sering mengalami gejala yang mempengaruhi
kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang menyebabkan hospitalisasi (Sezgin
et al., 2017). Sekitar 25%-30% pasien gagal jantung mengalami readmisi rumah sakit
dalam 30 hari, 30%-56,6% dalam tiga bulan dan 70% dalam setahun (Riegel et al.,
2016
; Sezgin et al., 2017). Di Amerika Serikat, dari 1.000.000 pasien gagal jantung
yang masuk rumah sakit pertahun, tingkat readmisi rumah sakit terjadi rata-rata 18%
sampai
25% dalam 30 hari, 50% dalam enam bulan dan 60% dalam sembilan bulan (Smith
et al., 2015 ; Gerdes & Lorenz, 2013).
Hospitalisasi karena gagal jantung menyebabkan biaya ekonomi dan sosial
yang sangat besar tidak saja bagi pasien, keluarga dan masyarakat tetapi bagi sistem
pelayanan kesehatan yang lebih luas (Mathew & Thukha, 2018 ; Deek et al., 2017 ;
Gerdes & Lorenz, 2013). Tingkat rehospitalisasi yang tinggi dan penurunan status
fungsional dapat dipengaruhi oleh pengetahuan khusus gagal jantung yang tidak
adekuat dan manajemen gejala yang tidak efektif. Hal ini menyebabkan
perilaku kesehatan yang buruk dan perburukan kemampuan fungsional (Somsiri et
al., 2020).
Rehospitalisasi juga dapat disebabkan oleh kurangnya edukasi pasien,
discharge planning yang kurang, ketiadaan keberlangsungan pelayanan, kurangnya
kepatuhan pada regimen pengobatan dan buruknya kepatuhan pada instruksi-instruksi
yang diberikan (Mathew & Thukha, 2018 ; Aguado et al., 2010). Selain itu, pasien
seringkali gagal untuk mengenal atau bereaksi terhadap gejala-gejala awal dari
perburukan gagal jantung dan menunda untuk mencari perawatan medis setelah
onset gejala sehingga
menyebabkan banyak readmisi rumah sakit yang secara potensial dapat dihindari
(Nakane et al., 2021).
Tingkat readmisi rumah sakit yang tinggi diidentifikasikan sebagai indikator
potensial buruknya selfcare pasien-pasien gagal jantung (Wang et al., 2014). Banyak
faktor dapat dikaitkan dengan buruknya self-care pada pasien gagal jantung. Depresi,
kurangnya motivasi, level edukasi yang rendah, persepsi yang buruk tentang khasiat
pengobatan atau kontrol follow-up yang buruk setelah pemulangan pasien menjadi
penghalang bagi self-care yang efektif (Boyde et al., 2018).
Banyak discharge planning rumah sakit dan program follow-up keperawatan
dirancang untuk meningkatkan pengetahuan gagal jantung tanpa penekanan pada
pengembangan skill self-care sehari-hari (Smith et al., 2015). Menurut Collins et al.,
(2020), kurangnya standar alur perawatan setelah kunjungan ruangan emergency
terutama bagi pasien-pasien dengan akses perawatan rawat jalan yang terbatas
menyebababkan tingkat rawat inap meningkat.
Elemen penting dalam guidlines gagal jantung adalah self-care. Self-care
adalah istilah yang mewakili keputusan-keputusan dan aktivitas yang dilakukan oleh
individu untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit (Deek et al.,
2017). Penelitian mendukung intervensi-intervensi self-care pada pasien gagal
jantung untuk menurunkan penggunaan rumah sakit dan meningkatkan perilaku self-
care. Perwujudan penelitian dalam praktik harian diperlukan untuk menguji metode-
metode implementasi dan evaluasi intervensi-intervensi self-care (Bryant &
Himawan, 2019).
American Heart Association (AHA) merekomendasikan dua perilaku self-care
yaitu self-care maintenance dan self-care management untuk mencegah readmisi
gagal jantung. Pada self-care maintenance, pasien dipertahankan dalam keadaan
kompensasi dengan melakukan monitoring gejala, intake sodium yang rendah dalam
diet dan patuh terhadap pengobatan. Self-care management mengarah pada
pengambilan keputusan dalam merespons terhadap perburukan gejala akibat gagal
jantung dan mengharuskan pasien untuk mengenal suatu perubahan, mengevaluasi
perubahan itu dan memutuskan untuk bertindak dalam bentuk kunjungan rawat jalan
pada periode awal perburukan gagal jantung (Nakane et al., 2021).
B. Metode
Studi literature ini menggunakan metode Systematic Literature Review
(SLR), yaitu sebuah studi literature secara sistematik, menyeluruh dengan
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengumpulkan data-data penelitian yang telah
ada. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi metode perawatan luka yang saat ini lebih efektif
terhadap penyembuhan ulkus diabetes. Literature review ini disusun melalui
penelusuran artikel penelitian yang sudah terpublikasi dan merupakan original
research. Artikel dikumpulkan melalui database PubMed dan Google Scholar dengan
menggunakan kata kunci diabetic ulcer, modern dressing, ozone therapy, negative
pressure wound therapy (NPWT), Wound Healing.
Kriteria artikel yang digunakan adalah yang dipublikasikan dari tahun 2016
sampai dengan 2020 yang diakses fulltext. Proses pemilihan artikel yang
diulas pencarian artikel. Maka selanjutnya diekslusikan dan pada akhirnya artikel
yang telah masukan selanjutnya disintesis. Alat ekstraksi data dirancang untuk
memandu informasi dari catatan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang
diekstraksi pada setiap artikel yang inklusi meliputi: penulis, tahun, metode, dan
hasil/output (Tabel 1). Setelah dilakukan filter berdasarkan kesesuaian judul artikel
dengan tujuan penelitian sehingga diperoleh 9 artikel yang relevan. Hasil dari analisa
data selanjutnya diketahui PICO (Population, Intervention, Comparison, Outcome)
sehingga data yang dikumpulkan menunjukkan metode perawatan luka pada pasien
dengan ulkus diabetes.
C. Hasil
Attikd lnlcrvc:ns:a Koalrol
\Vang� RCT N•66 �li11wgemcn benn Pcra�'a,111 Kffl>ltnpUll

-
Tml.opal
111., R11ndom badan ,tandar
(BB) l BB� pat,cdaao
(2014) '11n�li:ng fimg:,i pnwng >=ti ••gruftbm p;,da
lcrmasuk gaga!
tdukasa monjtoring ja:ntung dan .,........... k:ffll.l.lllPUilD
88 hnrna:n yang . rehosp1t1 I 1sa51 =gm,cni BB.
1cr.a1ur dan t.klll bo<>l.lct 1o1taJ1ppl moa1t.onn.g SB cbn
kop1ng kctllw llla.ftaJfflllCll puung kbstfilwi
mcndctck:d BB 'YHA sertJ.
bn;.ul..11n BB tiba- dan pcltSUIDft
dcng11n
1ib.1 booklet ••np;,
konnm1kaS-1 ua:m cns.1
rdtaoprtlll...., CWI
matugt'mcnl
Diltr1gkap, berat Yta tdq:,on .......
kdo-k ldoo,pol.
lootrol
bacbn dan )"Jng wl;am -�LIU
k01nunik113a \..t.t. 1crjad\lt"al cm:m
bubll
relepon )'In&
I id�1tl.
S1"11h e1 RCT N 198 �lt'Ronl0t1 film Pcr-.t-.111an T1n&Ut Kclompol
111, R11ndon1 pcndck paw DVD 111.uxbr Rcho!f.p111h.,;b,1 mmpb.m.1
ulfrl'\fflil
pcmrun;tn
(201�) samphna ICfll.tf\(I pclunJUl 1•1�1 rdlo<p...1 ....
r-rJ/,can- d111uh Janfung. ,
An1crik.1 (h.·nian d,,��a kb<Ar JJ', pod,
s,-nk:n l:C"lompok pcnock ,....,..
bt:rpus:u -up
pas:ieon d�.n d111khtrl a<bma
dcng11n M1ft&n dtbondonpan
rckomc:nd.bl d<npn l<iompul
rcnc.in.a aU.J l°"rol
pcr.1"":uan run\Jh
dJ.r1 hap p.lSlffl
yuna dt..'UWft
bc':�1n1oi IX'l'laan
(iasilhllh)I'
pro((331onal
ln:li1.1tan

.. .
R t e3d RCT N• 100
RaOOo,n
un11hna
�l11k.'tl cdul.11s.1 Maten
1akBJ1 pcnlalrn 1tlf· cduu.1
t;(J� dt�CTlUI tn-kaH
Propcn,
le� llicnms,
)-;a"I mmpbma
J'tilCD

\\'ll�ncaru y.tng pcnlal.u mKfm•• Nm.ah al.it


<I bc�1f111
mQll\'1151
11(1/-cu,v >"• ,..w.
(2016)

Anll:rik.1
S<rllu11 dan
"P
ful/on
pcmbenan
W "' ' " " '
, 1 \\ . . pg.al plll\111& dnlg;an
�· lcl>th
rcndah .s«'.llil
dukungan nc.itl sa,pufil.anl
mclalu1 )'Ang dibandingbn
pcrcakllp;an tdcpon.. bcnifnl datg;tn kckmtpol.
tnOCl\UI loruvl
don laopo
folio" .,,
dukunpn
pctt'.wipan
rntblui
Id
Deek et
al.
RCT N=2S6
Ranoom
Eduwi
k.omprehcnsif
lb
, .. . .
n p Rctdmmrumah Kdompol m.cnmst
saltil, sdf<are, mcnplamipa1ll'WWI
(2017) san1f)l1ng S(SU.!ai bud.t)'a •umber cby• kual11a., hod!.tp. ,..dnusi )'1111
ICOtlJl\g sdf�o't'f' pcn$11\\'I s,p,(tbm po<b
pcmdoltarun ulf tanp:t vaskukr-
JO
carr
maruijm,en gtj.a.1..1,
dt.n mil}or dm h>n.
cur, l>tbt S<!f·
cdukiw
kompn,hcn
,
pnn;anr.a...t:an pcruoi;w..
mmplmn >""l!
l)dl)aimn
,r )il.D&
l<bohb<s.u Tldakada
S-:un1bcr· d<ngan sesuai l.c,dut=. pcrt,c<b;tn l""C
sureber cbya :,r/(- dc.'nga:n signifilmt
rare b\JW.)� mh:m
ma,gcna, kwl11a., lu&tp
pcm<hlt.... maupun
n 1tt/j-h1n ld>.tchnn pada
dan dq)"'1<ftl<II
emerge,,<)
manaJntlffl
onun l-
g<J.11•
l<lon.-l rwnun lclompol l....,.. ldlth Ml)'ll mm,un11.11a,
Usllnas
pcll)21U�
Amkcl Samp•I ln1crvcns1 KonnoI 0ulCOHX' Kcsampubn H.ual
Boyde c:I RC."!' N� L71 Eduko" gag,al Edulas, Scmu:a Tcnbpao p<rbcda;,n
al., R•noom Jlltltung okh St.lOO.U' pcnyd>ob yong Sl@nlliklwll pod>
(2018) 111rq,ling pmw111 spccsalist berupa ttadm1s1 rwmh rcadmis, rumah sakn
gag.ii j.1nrung scsu1 p:antOc:1 dan <nbl )'ORg I cbl.tm 12 bul.ln ......
AUSlra1i11 1i:ngb1 pcngctahwn breeur gllg;tl ,ml kcdw ldompoL
rcspoodcnt. JIUltung dan dirtncambn Eckdcas-1 Nl/carr
mmontou , icko edul.usi ulch <blam 2 8 ban, mcourunb.n risiko
edukesi gagul perawar tig.a bubn c.bn n:admt'u rumah iili
11 bubo St'ldoh S<bon)-.k JO', d.lbm
Juntung mcl.11u1 s.p«'AhS
d1r-cknu 12 but.In
video OVP dukuu I l"g;,I
Pautmhon poda pod>
lkn_gan pmgu:stun jllnXW'lg
pengetahuan lt..tlompok mltT\"Cft.'sL
pcngdnhuin 1.mp;t
dan pcnbku Tidak t...-d.,pa
nn:l11Ju1 1n1emks1 mcnon1on
"e:tbaJ.. r--.1.niB1panc \ldco DVD J�Jf-<an dalam pC"tbed.un Ml.tr.I

dabck.ali dcnp, up bulm d:an �- lrlompol


Pi'" 12 bubn SC'lcl:sh atrbn p<ngctahwn
video DVD dan Jilnuma d.m
brusur untuk ,ntcr..an, d1rekru1. d:m pcribl:u
mclanJulkan proses ,at>ol d:ul srlf...carr.
b.:b1iar d1 rumah. 1,d.lk
dabd.311
video DVD
witul
mcbnJUlll.n
P""""'
bcl111.1r da
nnmh
�1athcw N • 26 T1g:11 scsT mtervensi
QU'1>1 Rt"hosp1t11�1
& Non random ynns disesuallwn.
experimem. <bbm 30 bon, Pcngctllhuan. ia.n iltfl
llaukh•, l)(C'IC!l,I• ,>IUf1'linl( Pt.fll01a.
p<ttgc:,ahwn srlfcurr mmmp.llt
(WI�) po�ICSI de! II�
don ,ttll f</f, .KC:llt1I
p:,.sicn dtm1n11.1 sigsufiklw
i1gn run rcn.ung
mcnoo1on vi ck.'O H1nyii t,(llU
Amcrll• l"ll'I janouns ))IS�
Sertkm pend1d1k11n
gagal )'Jfll fC-hospn.-.bsisi
j1unun1 eebelum cbLtm )0 han U1<bh
.es, d1slu111 l('ntang dopulongun du,
1M video K<dua <b.n flllmh '8.11
kt•Up n1engul3$
hoollc:1 mcng,10111
kciehatan Jllnlung
ynng ;\CC1ar11 )tng.k.at
m,-n,cla$lr.ln gag11I
J1uuuna.
PCf\lCObat1tn.
man:aJc1ncn :,,•If
core Wn n1on1tnnn1
b"CJlll11
SL rt1111nlblr..J.11
0

Sc,gm et 1"i.1I )IIWl.'ll Pcrav.--:ahm �i{eurr,


cn,c;rxcng
· Kclornpol
8oollt1 cduka�I tnlt"f"\ffllll
nl., Random M.":),Uft1 iron ,,.Jf- t.tandar lwhtb htdup �m1hk1 n1b1 ,r//
12017) S�Ulll) Ii na, curr, &<lJPI J11n1ung lhn1L ra�--;a, don care Wn kuah1M
,tan lr.11nu l•lon PIIJII rcho&plt11hi.ua h1<1up Y•na ••11JUfiun
I urkoy Clllllli�n J11n1una Kclornpol tnlC'f'rnA
Jftllow•up men.pbm1
htt.rl,ln rchoo.p11,alllJ.)1
1("11111ng UO, JUIIW
kb1h tC'ncb.h
edema. tck.1n;1n
di1tJh, nadt. 1111 dibandanp.an
pt'nJub.ui.n flc"'1n lci<>mpok lon<rol
clan (UIJt,Ul
Le,idwn11n.
011umb11h ,�tNL�,
kCfic:h.1n11n p;1!
io1c.,1 cc:tluut ,:lh1io'b1
)':1.1,1
mcnaharu.sk.ln
pa,ic-n mcn1U1UunJJ
lhn1k untuk fq/1,,...,..
,ip-'ru.tn�n
D. Pembahasan
Studi literature ini terdiri dari 14 artikel yang membahas tentang intervensi
self- care yang diberikan oleh perawat dan profesional kesehatan lainnya. Intervensi
self- care diberikan kepada pasien gagal jantung yang sedang menjalani rawat inap di
rumah sakit maupun rawat jalan. Namun terdapat intervensi yang diberikan ketika
pasien rawat inap dan dilanjutkan ketika pasien melakukan kunjungan rawat jalan.
Rawat Inap
Intervensi self-care gagal jantung saat pasien rawat inap dapat berupa edukasi self-
care, edukasi self-care yang difollow-up dengan home visit dan edukasi self-care
yang difollow-up dengan home visit.
Edukasi self-care
Sebelum edukasi self-care diberikan, kemampuan skill self-care, pengetahuan
gagal jantung dan keyakinan pasien terhadap self-care diukur terlebih dahulu untuk
mengetahui kebutuhan belajar pasien (Boyde et al., 2018 ; Mathew & Thukha,
2018).
Materi edukasi yang diberikan pada saat sesi edukasi adalah gagal jantung,
pengobatan, management self-care, monitoring gejala, apa yang perlu dilakukan
dalam situasi emergency, management gejala, membatasi intake garam dan cairan,
menggunakan botol kalibrasi, berhenti merokok dan aktivitas fisik (Deek et al.,
2017
; Mathew & Thukha, 2018).
Sumber edukasi pada video DVD, video youtube atau booklet yang
digunakan pada saat proses edukasi menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dengan visualisasi gambar yang dikembangkan oleh American
Association of Heart Failure Nursues (AAHFN) dan Mount Sinai Hospital (Boyde et
al., 2018 ; Mathew & Thukha,
2018).
Edukasi merupakan elemen penting dari rehabilitasi jantung yang secara
positif memberikan dampak pada hasil klinis termasuk hospital readmisi.
Meningkatkan pengetahuan melalui edukasi memampukan pasien untuk mengambil
peran aktiv dalam mengelola gagal jantung, menekankan perubahan jangka panjang
dan memperkuat kembali praktik-praktik self-care dengan memasukan perubahan-
perubahan ini kedalam gaya hidup mereka (Boyde et al., 2018; Mathew & Thukha,
2018).

Edukasi self-care ditambah follow-up home visit

Edukasi program self-care diberikan kepada pasien melibatkan keluarga atau


care giver berdasarkan Japanese Circulation Society guidline. Materi edukasi yang
diberikan berupa pencegahan gagal jantung seperti pemeriksaan harian tekanan
darah, nadi, dan berat badan (BB) jika melebihi 2-5 Kg dari batas yang ditetapkan
maka segera mengontrol ke klinik terdekat. Home visit perawat dilakukan
seminggu sekali untuk memastikan systemnya berjalan dengan baik karena tidak
ada yang mengurus pasien dengan adekuat (Nakane, et al, 2021). Bila pasien tidak
dapat melakukan perilaku self- care maka program self-care dapat dilakukan
keluarganya atau care giver. Dyspnea akut yang diikuti edema, batuk atau
perolehan BB dimulai 0,2 hari sampai tujuh hari, menyebabkan hospitalisasi bagi
pasien gagal jantung. Oleh karena itu, perilaku self-care sangat penting untuk
mencegah readmisi gagal jantung.
Rawat Jalan

Intervensi self-care gagal jantung saat pasien rawat jalan dapat berupa edukasi
self- care ditambah follow-up telemonitoring, program self-care ditambah follow-up
via telepon.

Edukasi self-care ditambah follow-up


telemonitoring

Materi edukasi self-care disesuaikan dengan The American College of


Cardiology and American Heart Association (ACC/AHA) Guidline dan Association
of Heart Failure Nurses yang dicetak dalam bentuk booklet. Informasi yang
terkandung dari materi tersebut adalah etiologi, gejala untuk dimonitor, diet,
cairan dan BB, pengobatan, aktivitas fisik atau latihan, management stress gagal
jantung. Telemonitoring diinstal dirumah pasien untuk merekam BB, tekanan darah
dan saturasi oksigen dan mengirimkan ke server pusat pada home care agency. Data
yang diterima kemudian direview dan pasien dihubungi bila terdapat indikasi. Selain
itu pasien telah diinformasikan untuk mengunjungi departemen emergency atau
dokter jika mengalami gejala gagal jantung atau nyeri dada (Delaney et al., 2013).

Edukasi pasien gagal jantung dan keluarga sangat penting karena kegagalan
pasien memahami pen tingnya kepatuhan mengikuti instruksi-instruksi dari pemberi
pelayanan kesehatan akan memperburuk gagal jantung dan menyebabkan
hospitalisasi. Telemonitoring meningkatkan pengetahuan self-care karena
membantu pasien menetapkan rutinitas self-care dan menguatkan kembali monitor
gejala-gejala gagal jantung setiap hari (Delaney et al., 2013).

Program self-care ditambah follow-up via


telepon

Selain edukasi, pasien juga dipasang alat elektronik yang berisi instruksi faktor-
faktor yang perlu diperhatikan pada keseharian mereka terkait situasi yang
mengharuskan pasien mengunjungi klinik rawat jalan atau departemen emergency
untuk pemeriksaan (Sezgin et al., 2017). Nomor kontak praktisi perawat dan
informasi telepon kontak emergency dilengkapi untuk membantu perkembangan
pasien melalui telepon antara pasien dengan praktisi perawat atau telephone
follow-up dilakukan setiap dua minggu selama enam bulan (Bryant &
Himawan, 2019 ; Sezgin et al., 2017).
Rawat Inap dan Rawat Jalan

Intervensi self-care gagal jantung dimulai saat pasien rawat inap dan dan dilanjutkan
saat rawat jalan. Intervensi rawat inap dan rawat jalan dapat berupa edukasi self-care
ditambah konsultasi via telepon, edukasi self-care ditambah home visit, edukasi self-
care ditambah home visit dan konseling via telepon serta edukasi self-care saat rawat
inap dan rawat jalan.

Edukasi self-care ditambah konsultasi via telepon

Dua minggu setelah pasien dipulangkan pasien dihubungi via telepon untuk
mendapatkan informasi kesehatan yang dirasakan. Pada periode follow-up perawat
memberikan dukungan dan dorongan melalui percakapan telepon (Riegel et al.,
2016). Melakukan follow-up via telepon dan telemonitoring dalam 24 jam setelah
pasien dipulangkan dari rumah sakit. Telemonitoring merekam BB, tekanan darah
dan saturasi O2 dan mengirimkan ke server pusat pada home care agency. Data
direview dan pasien dihubungi bila terdapat indikasi (Somsiri et al., 2020).

Keberhasilan dari program ini dapat disebabkan oleh monitoring ketat


parameter-parameter terkait gagal jantung secara khusus aplikasi handphone
yang memiliki system peringatan untuk data yang tidak normal dan mengklasifikasi
pasien dalam tingkat risiko yang berbeda. Hal ini mendorong perawat untuk segera
menelpon pasien untuk memastikan bahwa pasien akan mendapatkan perawatan yang
tepat yang mungkinan untuk menghindari rehospitalisasi. Selain itu, telemonitoring
memungkinkan pasien untuk mengobservasi arah gejela pada data yang dimonitor.
Hal ini memfasilitasi pengenalan lebih awal perburukan gejala dan managemen diri
lebih awal sehingga menekan perkembangan penyakit (Somsiri et al., 2020).

Edukasi self-care ditambah home visit

Edukasi saat pasien masih di rumah sakit dan pasien mengunjungi klinik
rawat jalan sesuai janji kunjungan dokter. Kunjungan rumah dilakukan
perawat satu minggu setelah dipulangkan dari rumah sakit. Saat kunjungan
rumah perawat menginvestigasi kebiasaan dan pemahaman pasien tentang
pengobatan yang bertujuan untuk mendeteksi perilaku yang rentan untuk
dimodifikasi. Kemudian dilakukan sesi edukasi oleh perawat yang
menginstruksikan pasien dan caregiver terkait dengan penyakit dan self-
management. Edukasi self-management mengenai manfaat dan efek
samping obat, verifikasi kepatuhan pengobatan. Mengidentifikasi kebiasaan yang
ditekankan pada intake cairan secara hati-hati, diet bebas garam, berhenti merokok,
pembatasan konsumsi alkohol. Aktivitas yang bersifat pencegahan dengan
menganjurkan faksinasi flu dan pneumococcal bila tidak terdapat kontra indikasi
(Aguado et al., 2010).

Kunjungan rumah oleh perawat satu minggu setelah dipulangkan dari rumah
sakit memungkinkan perawat untuk mendeteksi dekompensasi lebih awal.
Dekompensasi sampai sekitar 40% terjadi pada pasien pada hari ke tujuh sampai hari
ke 10 setelah dipulangkan dari rumah sakit. Oleh karena itu pengkajian medis yang
lebih cepat dapat menurunkan readmisi (Aguado et al., 2010).

Edukasi self-care ditambah home visit dan konseling via


telepon

Saat pemulangan dari rumah sakit, pasien diberikan edukasi standar tentang
penyesuaian pengobatan dan resep pengobatan gagal jantung serta janji kunjungan
follow-up selama tujuh hari dengan klinisi gagal jantung. Pasien diidentifikasi
defisiensi self-care dan mendiskusikannya secara bertahap dimulai dari kunjungan
rumah dan dilanjutkan dengan bimbingan via telpon dua kali dalam seminggu. Pasien
yang tidak bisa dikunjungi menggunakan telehealth secara virtual (Collins et al.,
2020).

Kunjungan rumah dilakukan dalam tujuh hari setelah pasien dipulangkan


dari rumah. Bagian yang dievaluasi adalah kebiasaan makan, mencatat berat
harian, instruksi bagaimana menggunakan pengatur pengobatan per minggu dan
pengenalan tanda dan gejala awal perburukan gagal jantung. Pasien dihubungi via
telepon dua kali dalam sebulan untuk melakukan pembimbingan self- care.
Bimbingan via telepon bertujuan untuk mengidentifikasi defisiensi self-care yang
persistent dan cara-cara strategis untuk mengatasinya (Collins, et al, 2020).

Strategi self-care mendapatkan manfaat dari kunjungan rumah klinisi gagal


jantung. Kunjungan rumah berpotensi mencegah menurunnya efek strategi self-care
yang secara jelas menurun seiring waktu. Menyesuaikan intervensi self-care dengan
kebutuhan pasien yang berkembang merupakan kunci keberhasilan self-care.
Membantu pasien melewati tantangan-tantangan medis terkait gagal jantung dan non
gagal jantung memudahkan pasien untuk fokus pada self- care mereka. Kunjungan
pasien secara virtual memfasilitasi akses pasien dengan tidak memperhatikan
seberapa
jauh mereka tinggal dari profesional pelayanan kesehatan mereka dan
menghindarkan mereka terpapar dengan pasien lain yang sakit (Collins et al., 2020).

Edukasi self-care saat rawat inap dan rawat jalan

Edukasi self-care yang diberikan kepada pasien sesuai dengan American


College of Cardiology Foundation/American Heart Association (ACCF/AHA)
Guidline yang diilustrasikan dalam DVD. Pasien dilibatkan dalam diskusi kelompok
berpusat pasien terkait management harian gagal jantung. Diskusi kelompok
melibatkan multidisiplin professional (perawat, physical therapist, ahli diet). Edukasi
perawat berupa gagal jantung bersama dengan review gejala, pembatasan garam pada
diet dan pengobatan yang diresepkan. Edukasi menekankan pada monitoring
dan pencatatan berat harian dan melakukan jenis aktivitas fisik harian. Langkah
terakhir edukasi adalah instruksi-instruksi yang diberikan dengan menekankan
pada kapan dan bagaimana memberitahukan staf klinik terkait perubahan pada
kondisi mereka (Smith et al., 2015 ; Gerdes & Lorenz, 2013).

Pada janji kunjungan klinik, pasien dilatih oleh multidisiplin profesional


untuk menilai gejala gagal jantung mereka, mengelola semangat yang menurun,
membangun skill self-care gagal jantung seperti patuh pada penggunaan pengobatan
harian. Selain itu, pasien membuat daftar informasi dan pertanyaan untuk
didiskusikan bersama dengan pemberi pelayanan utama mereka (Smith et al., 2015 ;
Gerdes & Lorenz, 2013).

Pendekatan pemecahan masalah dengan melibatkan pasien dalam


menggunakan skill self-care dengan bekerja sama dengan para professional
kesehatan meningkatkan kemampuan pasien mengelola gejala secara mandiri,
memperbaiki status fisik dan kesehatan mental. Hubungan pasien dan profesioanal
kesehatan dapat dipertahankan seiring waktu ketika kemitraan dalam pemecahan
masalah dikembangkan. Menyelesaikan laporan aksi akan memelihara partisipasi
aktiv dan menekankan tanggung jawab pasien untuk memonitoring gagal
jantung harian mereka dan melaporkan gejala-gejala yang tidak diinginkan
(Smith et al., 2015). Program edukasi yang dipimpin perawat dan melibatkan para
professional menyebabkan pembangunan rasa percaya diri yang sangat penting untuk
management gejala gagal jantung secara mandiri oleh pasien (Gerdes & Lorenz,
2013).

Durasi Edukasi, dan Sarana Pendukung Efektifitas Edukasi Self-Care


Durasi edukasi self-care berlangsung antara 15 menit sampai tiga jam per
sesi. Edukasi pasien dapat berlangsung one-on-one dengan perawat dengan
durasi 15 menit sampai dua jam (Mathew & Thukha, 2018 ; Bryant & Himawan,
2019 ; Wang et al., 2014 ; Boyde et al., 2018 ; Aguado et al., 2010).

Diskusi kelompok berfokus pasien terdiri dari empat sampai delapan pasien
perkelompok dengan durasi dua sampai tiga jam per sesi diskusi. Tiap sesi dalam
diskusi kelompok yang diberikan oleh berbagai professional kesehatan (perawat
klinik kesehatan mental, ahli gizi, fisiotherapist, apoteker) berlangsung selama 20
sampai 25 menit (Smith et al., 2015 ; Gerdes & Lorenz, 2013).

Alat bantu yang digunakan dalam penelitian-penelitian ini bertujuan


untuk meningkatkan efektifitas intervensi. Alat bantu edukasi seperti booklet, DVD
dan video youtube yang mengandung informasi self-care dirancang dengan bahasa
yang sederhana dan dilengkapi dengan gambar-gambar menarik untuk
mempermudah pemahaman pasien saat digunakan di rumah (Smith et al., 2015 ;
Boyde et al., 2018 ; Somsiri et al., 2020 ; Mathew & Thukha, 2018 ; Sezgin et al.,
2017 ; Wang et al.,
2014).

Materi alat bantu edukasi bersumber dari Heart Failure Association of


the European Society of Cardiology, Mount Sinai Hospital, American College of
Cardiology Foundation/ American Heart Association (ACCF/AHA),
American Association of Heart Failure Nursues (AAHFN) (Wang et al., 2014 ;
Mathew & Thukha, 2018 ; Boyde et al., 2018 ; Smith et al., 2015).

E. Penutup
Berdasarkan hasil telaah dari 14 artikel yang telah dilakukan, intervensi self-
care pada pasien gagal jantung terbagi menjadi tiga yaitu intervensi yang dilakukan
pada kunjungan rawat jalan, pada saat rawat inap dan penggabungan antara rawat
inap dan rawat jalan. Ketika intervensi ini dilakukan dengan maksimal maka akan
meningkatkan outcome pasien yang maksimal secara khusus penurunan angka
readmisi atau rehospitalisasi dalam 30 hari dan kualitas hidup pasien gagal jantung.
F. Daftar Pustaka
Aguado, O., Morcillo, C., Delàs, J., Rennie, M., Bechich, S., Schembari, A.,
Fernández, F., & Rosell, F. (2010). Long-term implications of a single
home-based
educational intervention in patients with heart failure. Heart and Lung:
Journal of Acute and Critical Care, 39(6), S14.
Boyde, M., Peters, R., New, N., Hwang, R., Ha, T., & Korczyk, D. (2018). Self-care
educational intervention to reduce hospitalisations in heart failure: A
randomised controlled trial. European Journal of Cardiovascular Nursing,
17(2),
178–185.
Bryant, R., & Himawan, L. (2019). Heart Failure Self-care Program Effect on
Outcomes. Journal for Nurse Practitioners, 15(5), 379–381.
Collins, S. P., Liu, D., Jenkins, C. A., Storrow, A. B., Levy, P. D., Pang, P. S., Chang,
A. M., Char, D., Diercks, D. J., Fermann, G. J., Han, J. H., Hiestand, B.,
Hogan, C., Kampe, C. J., Khan, Y., Lee, S., Lindenfeld, J. A., Martindale, J.,
McNaughton, C. D., … Butler, J. (2020). Effect of a Self-care Intervention
on
90-Day Outcomes in Patients with Acute Heart Failure Discharged from the
Emergency Department: A Randomized Clinical Trial. JAMA Cardiology,
37232.
Deek, H., Chang, S., Newton, P. J., Noureddine, S., Inglis, S. C., Arab, G. Al,
Kabbani, S., Chalak, W., Timani, N., Macdonald, P. S., & Davidson, P. M.
(2017). An evaluation of involving family caregivers in the self-care of heart
failure patients on hospital readmission: Randomised controlled trial (the
FAMILY study). International Journal of Nursing Studies, 75(July), 101–111.
Delaney, C., Apostolidis, B., Bartos, S., Morrison, H., Smith, L., & Fortinsky, R.
(2013). A Randomized Trial of Telemonitoring and Self-Care Education in
Heart Failure Patients Following Home Care Discharge. Home Health Care
Management and Practice, 25(5), 187–195
Sezgin, D., Mert, H., Özpelit, E., & Akdeniz, B. (2017). The effect on patient
outcomes of a nursing care and follow-up program for patients with heart
failure: A randomized controlled trial. International Journal of Nursing
Studies, 70, 17–26
Somsiri, V., Asdornwised, U., O’Connor, M., Suwanugsorn, S., & Chansatitporn, N.
(2020).
Effects of a Transitional Telehealth Program on Functional Status,
Rehospitalization, and Satisfaction With Care in Thai Patients with Heart
Failure. Home Health Care Management and Practice
Toukhsati, S. R., Jaarsma, T., Babu, A. S., Driscoll, A., & Hare, D. L. (2019). Self-
Care
Interventions That Reduce Hospital Readmissions in Patients With Heart
Failure; Towards the Identification of Change Agents. Clinical Medicine
Insights: Cardiology, 13
Wang, X. H., Qiu, J. B., Ju, Y., Chen, G. C., Yang, J. H., Pang, J. H., & Zhao, X.
(2014).
Reduction of heart failure rehospitalization using a weight
management education intervention. Journal of Cardiovascular Nursing,
29(6), 528–534

Anda mungkin juga menyukai