Anda di halaman 1dari 5

Nama : Meri Febriyanti

NIM : 1911312007

Kelas : 1A 2019

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DENGAN PENYAKIT KRONIK

A. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas pada Penyakit Kronik


1) Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan angket berisi pertanyaan
yang menanyakan masalah kesehatan warga. Selain melalui angket pengkajian
juga diperoleh melalui data sekunder berupa rekapan data puskesmas tentang
masalah kesehatan yang dialami warga. Hal yang dikaji pada masyarakat yaitu:
a. Pengkajian Inti
 Sejarah
 Demografi
 Etnis
 Nilai dan Keyakinan
b. Pengkajian Subsistem
 Lingkungan
 Pelayanan kesehatan dan komunitas
 Ekonomi
 Keamanan
 Politik dan pemerintahan
 Komunikasi
 Pendidikan
 Reksreasi
2) Diagnosa
Rumusan diagnosa kesehatan komunitas berdasarkan diagnosa komunitas
(problem, karakteristik komunitas, etiologi, manifestasi). Diagnosa yang ada
disusun urutannya sesuai dengan prioritas. Kriteria urutan termasuk: kemungkinan
dilaksanakan, hubungan dengan biaya, sumber-sumber, minat dari komunitas,
tingkat ancaman bahaya pada kesehatan, risiko atau kemungkinan berisiko apa
yang dapat dikurangi
3) Intervensi
Setelah didapatkan urutan diagnosa masalah kesehatan komunitas, maka perawat
membuat perencanaanatau planning of action (POA), dan proses implementasi.
Pada tahap ini perawat mengidentifikasi “recipient community” (Community yang
menerima) dan “target community” (komunitas yang menjadi target) dari
intervensi. Perencanaannya meliputi menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan
khusus (objektive), pendekatan teoritis untuk berubah yang dipakai bersama target
komunitas, misalnya social planning, social action, locality development.
4) Implementasi
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah
disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
 Berdasarkan respon masyarakat.
 Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya.
 Bekerja sama dengan profesi lain.
 Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan
penyakit.
 Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
 Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.
5) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk melihat hasil kelompok kerja kesehatan komunitas
dengan mengukur pencapaian tujuan sesuai kriteria, dimana criteria evaluasi dapat
mengevaluasi dampak program lebih efektif, hasil lain yang diobservasi secara
langsung berhubungan dengan intervensi, kelompok akan merumuskan kembali
urutan prioritas dari diagnosa komunitas, dan perawat komunitas membuat
rekomendasi apa yang kelompok sarankan untuk berkelanjutan dari program ini.
B. Faktor Resiko Penyakit Kronik
Salah satu contoh penyakit kronik adalah Diabetes Melitus (DM). Adapun menurut
WHO, faktor resiko terjadinya penyakit DM adalah keturunan (Irwan, 2016). Hasil
penelitian dr.Henrita Ernesta (sales manager healthzone talenta) sebanyak 80%
penderita DM bukan karena faktor keturunan tetapi lebih karena faktor pola konsumsi
makanan dan minuman. Beberapa Faktor risiko DM sebagai berikut:
1) Pola makan yang tidak seimbang
2) Riwayat keluarga DM dalam garis keturunan
3) Kurang olahraga
4) Umur lebih 45 tahun
5) Berat badan lebih: BBR>n10% BB idaman atau IMT > 23 Kg/m Kolesterol HDLs
35 mg/dl dan atau trigliserida 2 259 mg/dl Hipertensi (140/90 mmHg)
6) Infeksi virus, keracunan
7) Kehamilan dengan berat bayi lahir > 4kg
8) Kehamilan dengan hiperglikemi (kadar gula meningkat)
Gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah,, Riwayat abortus berulang,
eklampsi, bayi lahir mati.

C. Promosi dan Prevensi Kesehatan pada Penyakit Kronik


Kegiatan promosi kesehatan pada penyakit Diabetes Melitus diantaranya:
mengelola obesitas dan menjaga BB ideal, olahraga, tidak merokok, dan capai kadar
lemak darah normal. Tindakan memelihara kesehatan termasuk:
 Pengenalan cepat dan pengobatan hiperglikemia dengan olahraga, makanan dan
obat-obatan
 Penatalaksanaan agresif hipertensi, termasuk periksa tekanan darah teratur:
 Skrining klien risiko tinggi (misal mereka dengan riwayat keluarga DM).

Kegiatan pengembalian kesehatan meliputi: (1) mengendalikan angina: (2) mengobati


penyakit pembuluh perifer, (3) menggunakan PGDS mempermudah mengikuti
perkembangan manifestasi. (4) mengendalikan faktor risiko penyakit makrovaskular.
(5) tekankan kepatuhan pengobatan dan tindak lanjut, dan (6) bekerja ketat dengan
klien (Insana Maria, 2021).

Pada penyakit DM seperti juga pada penyakit lain usaha pencegahan terdiri dari
pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Dautzenberg et al., 2020).
1) Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki
faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat
DM dan kelompok intoleransi glukosa.
2) Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat. Untuk pencegahan
sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Salah satu penyulit DM yang
sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama
kematian pada penyandang diabetes. Selain pengobatan terhadap tingginya kadar
glukosa darah, pengendalian berat badan, tekanan darah, profil lipid dalam darah
serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan risiko timbulnya kelainan
kardiovaskular pada penyandang diabetes.
3) Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
menetap.

D. Program Kesehatan Penyakit Kronik


Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif
yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan
dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Ada 6 Kegiatan
Prolanis yang terdiri dari: (1) konsultasi medis; (2) edukasi peserta prolanis; (3)
Reminder SMSgateway; (4) home visit; (5) aktivitas club (senam) dan; (6)
pemantauan status kesehatan. Tujuan prolanis yaitu, untuk Mendorong peserta
penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal (Rosdiana et al., 2017).
Daftar Pustaka:

Dautzenberg, B., Wilde, N. J., Strauss, E., Tulsky, D. S., Beatrix, W., Gods, D., Nederlanden,
K. Der, Oranje-nassau, P. Van, Antwerpen, U., Ii, M. H., Slimstuderen, A., Omdat, B.,
Geneeskunde, A., Om, K., Slimstuderen, A., Omdat, B., Veld, R. M. G. O. P. H. E. T.,
Thunnissen, E., Von Hippel, P. T., … Timmann, D. (2020). Medication Journal. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(1), 1–13.

Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.

Maria, Insana. 2021. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DAN ASUHAN


KEPERAWATAN STROKE. Yogyakarta: Deepublish.

Rosdiana, A. I., Raharjo, B. B., & Indarjo, S. (2017). Implementasi Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis). Higeia Journal of Public Health Research and Development,
1(3), 140–150. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Anda mungkin juga menyukai