Anda di halaman 1dari 26

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358833291

Chonic Care Management Models Pada Pasien Hipertiroid

Preprint · February 2022


DOI: 10.13140/RG.2.2.31681.02401

CITATIONS READS

0 1,314

3 authors, including:

Yunus Adi Wijaya


Dinas Kesehatan Provinsi Bali
57 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Family Support and Anxiety in Patients Undergoing Hemodialysis in Kertosono Public Hospital View project

Therapeutic Effects of Sleep Hygiene to Sleep Disturbance in Hospitalized School-Aged Children in Aisyiah Islamic Hospital Ponorogo View project

All content following this page was uploaded by Yunus Adi Wijaya on 24 February 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


CHONIC CARE MANAGEMENT MODELS PADA PASIEN HIPERTIROID

Oleh:
Imelda Feneranda Seravia Tambi 1706070300111003
Badrul Munif 1706070300111028
Rizka 1706070300111029
Yunus Adi Wijaya 1706070300111045

FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
Ringkasan
Hipertiroidisme termasuk dalam penyakit kronis. Pengelolaan pasien dengan
hipertiroid dengan menggunakan chonic care model sangat dibutuhkan.. Metode pencarian,
penyaringan, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan flow chart Prisma dan
penilaian kualitas penelitian menggunakan JBI. CCM menyediakan rencana penyediaan
layanan perawatan yang terpisah dalam satu paket perawatan. Penerapan CCM pada penyakit
Hipertiroid hendaknya dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin profesi.
Community and Health System dapat dilakukan melalui pengaturan makanan (diet),
pengobatan, serta komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing pasien. Self Management Support, terapi yang yang diberikan berupa konseling
psikologis berupa pemberian informasi melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan
secara sistematik. Decision Support pada elemen ini dilakukan skrining. Delivery System
Redisign, melakukan pemanatuan pada kepatuhan konsumsi obat. Clinical Information System,
dapat dilakukan dengan mengikuti komunitas tiroid dalam skala nasional dan internasional.
Hipertiroidisme dapat hadir dalam kasus kegawatdaruratan, yaang disebut dengan badai tiroid.
Penyakit psikiatri terutama gangguan kecemasan umum dan gangguan suasana hati sangat
umum di antara pasien penyakit hipertiroid.

1. Latar belakang
Penyakit kronis merupakan penyakit yang terjadi dalam jangka waktu lama dan
perkembangannya lambat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat empat
jenis utama penyakit kronis yaitu penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan
stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (seperti penyakit paru kronis yang kronik dan
asma) dan diabetes (Alwan, 2011). Masyarakat yang tinggal di negara maju dan
berkembang memiliki resiko akan terkena penyait kronis. Tahun 2008, sebanyak 63% (36
juta) dari 57 juta kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti penyakit
kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronik, kanker, dan diabetes yang dapat
mengakibatkan kematian dan kecacatan. Sembilan juta dari kematian terjadi pada usia di
bawah 60 tahun (Alwan et al., 2010). Clalit Health Services (CHS) menyatakan bahwa
hipertiroidisme termasuk dalam penyakit kronis.
Perawatan medis modern kadang-kadang dipengaruhi oleh dua paradigma terpisah
yaitu 'pengobatan berbasis bukti' (pengambilan keputusan tentang perawatan berdasarkan
perkiraan risiko yang didukung penelitian dan keahlian klinis) dan 'pengobatan yang
berpusat pada pasien'. CCM menyediakan rencana penyediaan layanan perawatan yang
terpisah dalam satu paket perawatan. Interaksi yang produktif mewajibkan perawat untuk
memberitahu pasien terkait informasi pengobatan penyakitnya yang berdasarkan bukti,
agar pasien dapat membuat keputusan yang bijaksana terkait dengan penyakitnya dan
perawat membantu pasien dalam memahami pentingnya peran mereka dalam mengelola
penyakitnya.
CCM terdiri dari delapan unsur, yaitu community support (dukungan pada
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pasien), family support (memberikan dukungan
pada keluarga tanpa bayaran / informal untuk memenuhi kebutuhan pasien), self
management support (pasien dapat memberi dukungan pada diri sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya), health system (meningkatkan sistem kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan penyedia layanan kesehatan), delivery system design (untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan penyedia layanan kesehatan), case management (dukungan
manajemen kasus profesional perawatan kesehatan yang ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien), decision support (dukungan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
penyedia layanan kesehatan), dan clinical information system (untuk memenuhi
kebutuhan penyedia layanan kesehatan) (Jane Murray Cramm & Nieboer, 2014; Davy et
al., 2015).
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit kronik. Hipertiroidisme mengacu
pada aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam mensintesis hormon tiroid, sehingga
meningkatkan metabolisme di jaringan perifer (Guyton & Hall, 2011). Situasi hipertiroid
di Indonesia berdasarkan pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 didapatkan 12,8% laki
– laki dan 14,7% perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukkan kecurigaan
adanya gangguan hipertiroid. Rikesdas 2013, mendapatkan 0,4 penduduk Indonesia yang
berusia 15 tahaun atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis
hipertiroid. Meskipun secara persentase mengalami penurunan dari tahun 2007 ke 2013
namun secara kuantitas cukup besar. Jumlah penduduk usia >15 tahun sebanyak
176.689.336 jiwa, maka terdapat lebih dari 700.00 orang terdiagnosa hipertiroid
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Gejala klinis dan fisiologis hipertiroid secara umum adalah meningkatnya laju
metabolik, rasa cemas yang berlebihan, meningkatnya nafsu makan tetapi berat badan
menurun, gerakan yang berlebihan, gelisah dan instabilitas emosi, penonjolan pada bola
mata, dan tremor halus pada jari tangan (Rusda, Oenzil, & Alioes, 2013). Hipertiroid juga
dapat menimbulkan gangguan pada fungsi kognitif, masalah perilaku (agresif), dan
perubahan perasaan (mood) serta kecemasan (Yunitawati & Santi, 2014).
Pengelolaan pasien dengan hipertiroid dengan menggunakan chonic care model
sangat dibutuhkan. Melihat gejala serta komplikasin yang dihasilkan oleh penyakit ini,
maka penting melibatkan seluruh aspek dalam penangannnya. Peran perawat dalam
menglola penyakit hipertiroid hendaknya juga didasarkan pada teori-teori keperawatan
dan ecidance based nursing practice. Hal ini memudahkan perawat untuk tetap melakukan
asuhan sesuai dengan batasan dan pengembangannya.

2. Metode
Pencarian, penyaringan, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan flow
chart Prisma dan penilaian kualitas penelitian menggunakan JBI. Data based yang
digunakan pada sistematik review ini adalah pudmed, scientdirect, recearchgate. Judul dan
abstrak artikel yang diambil dari database diamati untuk menentukan populasi yang diteliti,
hasil, dan rancangan studi. Pencarian literature menggunakan kata kunci hyperthyroid,
chronic care, nursing, management of hyperthyroid. Literature Review ini terdiri dari
beberapa metode penelitian. Setelah meninjau teks secara lengkap dan memenuhi syarat
maka penulis mengambil artikel tersebut sebagai referensi. Proses ini berlanjut sampai
tidak ada artikel baru yang diidentifikasi.
3. Hasil
Tabel 1. Analisis Jurnal
No Penulis dan Tahun Judul Metode Hasil
1. Diah Yunitawati, Psychological Counseling And Metode pre Hasil analisis menunjukkan bahwa skor
Kurnia Santi, (2014) Anxiety In Patients With eksperimen kecemasan setelah proses konseling dan sebelum
Hyperthyroidism In Klinik dilakukan konseling menunjukkan ada perbedaan
Litbang GAKI Magelang. yang bermakna secara statistik
2. (Brito et al., 2015) Development and Pilot Testing RCT alat pengambilan keputusan (pilihan GD)
of an Encounter meningkatkan keterlibatan dalam proses
Tool for Shared Decision pengambilan keputusan dan pengetahuan
Making About the Treatment mengenai komplikasi intervensi tanpa
of Graves’ Disease meningkatkan lamanya konsultasi.
3. (Azizi et al., 2011) Long-term Continuous RCT Terapi methimazole yang terus menerus seumur
Methimazole or Radioiodine hidup lebih unggul daripada terapi radioiodine-
Treatment for induced dalam banyak aspek dan dapat dianggap
Hyperthyroidism sebagai metode optimal dalam pengobatan jangka
panjang pasien dengan gondok beracun difus,
terutama mereka yang mengalami kekambuhan
hipertiroidisme setelah penghentian pengobatan
antitiroid yang efektif.
4. (Andersen, Thyroid hyperactivity with RCT Paparan dingin mempengaruhi hormon tiroid dan
Kleinschmidt, high thyroglobulin in serum TG dalam serum pada populasi Arktik yang
Hvingel, & Laurberg, despite konsisten dengan konsumsi hormon tiroid dan
2012) sufficient iodine intake in perputaran hormon tiroid yang lebih tinggi.
chronic cold adaptation in an Temuan menekankan bahwa perubahan aktivitas
Arctic tiroid sangat penting dalam adaptasi dingin pada
Inuit hunter population penduduk Arktik
5. (Täeb et al., 2016) Quality of life, clinical RCT Awal administrasi levothyroxine pasca-radioaktif
outcomes and safety of yodium (RAI) bisa mewakili manfaat potensial
early prophylactic yang aman untuk pasien yang berkaitan dengan
levothyroxine administration kualitas hidup. Strategi optimal dengan
in patients with Graves’ mempertimbangkan aktivitas RAI yang dikelola
hyperthyroidism dan dosis pengobatan serta penentuan waktu
undergoing radioiodine levothyroxine masih harus ditentukan
therapy: a randomized
controlled study
6. (Göbel et al., 2016) Effect of Mild Thyrotoxicosis RCT Asupan hormon tiroid jangka pendek mengarah
on Performance ke aktivasi area otak yang terkait dengan memori
and Brain Activations in a kerja dan peningkatan akurasi dari tugas-tugas
Working Memory memori kerja.
Task
7. (Hu et al., 2013) Hyperthyroidism and Risk for Retrospective Penelitian ini menunjukkan bahwa hipertiroidisme
Bipolar Disorders: A cohort dapat meningkatkan risiko yang mengembangkan
Nationwide Population-Based gangguan bipolar.
Study
8. (Deanna, Care, & Vol, Approach To The Diagnosis review Konsekuensi jangka panjang dari penyakit tiroid
2004) And Management Of Thyroid membuat pendidikan pasien dan pemahaman
Disorders In Primary Care penting untuk manajemen yang sukses.
9. (Okuda et al., 2012) Acute Cardiac Failure in a Case report Kesimpulannya, kami menemukan kasus gagal
Pregnant Woman due to jantung hipertensi akut sekunder akibat
Thyrotoxic Crisis hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis selama
kehamilan. Meskipun diagnosis gangguan
endokrin selama kehamilan sulit, kita harus ingat
bahwa hal itu dapat menyebabkan gagal jantung
selama kehamilan.
10. (Nazarpour et al., Comparison of universal cross-sectional Pendekatan penemuan kasus berisiko tinggi yang
2016) screening with prospective ditargetkan pada sekitar sepertiga wanita hamil
targeted high-risk case finding study Iran yang menderita beberapa jenis disfungsi
for diagnosis tiroid. Sementara skrining universal untuk
of thyroid disorders penyakit tiroid pada kehamilan tampaknya harus
dipertimbangkan.
11. (Tonstad et al., 2015) Prevalence of hyperthyroidism Responden yang mengonsumsi diet vegan
according to type of memiliki kemungkinan 52% lebih rendah dari
vegetarian diet hipertiroidisme umum dibandingkan dengan
omnivora. Vegetarian Lacto-ovo dan vegetarian
Cross- pesco juga membawa kemungkinan
sectional hipertiroidisme lebih rendah, tetapi penurunan itu
prevalence tampak lebih kecil daripada di kelompok vegan.
study Pola makan semi-vegetarian tidak melindungi
terhadap hipertiroidisme.
12. (Yudiarto, Muliadi, Neuropsychological Findings cross sectional Pasien hipertiroid mengalami penurunan
Moeljanto, & Hartono, in Hyperthyroid Patients study signifikan pada perhatian, konsentrasi, memori
2006) verbal dan fungsi eksekutif (memori kerja)
dibandingkan dengan pasien eutiroid.
13. (Ono et al., 2016) Factors Associated With a retrospective Komorbiditas paling umum saat masuk adalah
Mortality of Thyroid Storm observational penyakit kardiovaskular (46,6%). Analisis regresi
study logistik multivariabel menunjukkan bahwa
kematian yang lebih tinggi secara signifikan
terkait dengan usia yang lebih tua (60 tahun),
disfungsi sistem saraf pusat saat masuk, tidak
menggunakan obat antitiroid dan b-blokade, dan
kebutuhan untuk ventilasi mekanis dan pertukaran
plasma terapeutik dikombinasikan dengan
hemodialisis
14. (Chattopadhyay, An assessment of psychiatric purposive Lima belas pasien (41,67%) didiagnosis dengan
Chakrabarti, & Ghosh, disturbances in graves study gangguan kecemasan umum (GAD), 6 (16,67%)
2012) disease in a medical college in dengan gangguan mood, 6 (16,67%) dengan
eastern India gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan 2
masing-masing dengan gangguan kepribadian dan
gangguan skizofreniform. Gejala umum adalah
insomnia, iritabilitas, dan kecemasan. Frekuensi
GAD secara statistik lebih signifikan pada
kelompok penyakit Graves dibandingkan dengan
kelompok kontrol. 14 pasien untuk kedua obat
antitiroid dan antipsikotropik (kelompok 1).
Sisanya diobati hanya dengan obat antitiroid
(kelompok 2). Ada peningkatan signifikan pada
kedua kelompok dan tidak ada perbedaan antara
kelompok
15. (Tsymbaliuk, Cardiovascular Complications Prospective Memulihkan keadaan euthyroid sangat berkaitan
Unukovych, Shvets, & Secondary to Study dengan pembersihan gangguan kardiovaskular
Dinets, 2015) Graves’ Disease: A bersama dengan perbaikan keseluruhan kualitas
Prospective Study from hidup yang berhubungan dengan kesehatan
Ukraine
4. Pendekatan Chornic Care Model pada Hypertiroid
1) Community and Health System
Keempat aspek pada chronic care model pada tingkatan layanan tentu saja
dipengaruhi oleh organisasi dan sistem kesehatan yang berada di komunitas
tersebut. Dibutuhkan pengembangan dalam membantu pasien dengan gangguan
tiroid pada berbagai praktik keperawtan. Pengembangan ini hendaknya bersifat
rasional dan optimal. Pengendalian tiroid di masyarakat dilaksanakan melalui
pencegahan dan penanggulangan penyakit tiroid, penemuan dan tatalaksana kasus
dengan cepat, surveilans epidemolodi dan KIE resiko penyakit tiroid (Kementrian
Kesehatan RI, 2015). Secara umum tatalaksana kasus gangguan tiroid dapat
dilakukan melalui pengaturan makanan (diet), pengobatan, serta komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing
pasien
2) Self Management Support
Menurut Yudiarto et (2006) menunjukan bahwa hipertiroid menujukan
beberapa defisit neuropsikologi seperti; perhatian, konsentrasi, kecepatan
pelacakan visuomotor, memori verbal dan juga memori kerja (fungsi eksekutif).
Banyak neurotransmitter seperti dopamine, serotonin, acethylcholine dan amina
biogenik lainnya dapat berperan dalam manifestasi neurobehavioral dan itu adalah
hubungan antara neurotransmitter dan hormon tiroid. Kelainan sistem
serotoninergik bertanggung jawab dalam banyak manifestasi perilaku; kecemasan
umum, serangan panik, sikap agresif, gangguan makan, gangguan tidur dan
gangguan obsesif kompulsif (Yudiarto et , 2006)
Pentingnya pemahaman dari pasien yang terdiagnosa penyakit sangat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan hidupnya. Pada element self
management support perawat berperan dalam membantu pasien untuk dapat hidup
dengan kondisinya. Intervensi yang dilakukan haruslah efektif dan efisien. Pada
penyakit kronik defisit dan keterbatasan pasien dapat menghambat aktifitas hidup
sehari-hari dan kualitas kesehatannya.
Menurut Göbel et al (2016) mengungkapkan bahwa Asupan hormon tiroid
jangka pendek mengarah ke aktivasi area otak yang terkait dengan memori kerja
dan peningkatan akurasi dari tugas-tugas memori kerja.Peneltian lainnya yang
dilakukan oleh Diah Yunitawati dan Kurnia Santi (2014) mengatakan penyakit
hipertiroid dapat menimbulkan gejala gangguan pada fungsi kognitif, masalah
perilaku, dan perubahan perasaan (mood) serta kecemasan. Terapi yang yang
diberikan berupa konseling psikologis berupa pemberian informasi melalui
komunikasi interpersonal yang dilakukan secara sistematik yang memiliki tujuan,
antara lain meredakan kecemasan, menyembuhkan gangguan emosional, untuk
mencapai kebahagiaan dan kepuasan, aktualisasi diri, dan menghapus dan
mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terbukti dalam
penelitiannya untuk mengetahui pengaruh konseling psikologi terhadap tingkat
kecemasan penderita hipertiroid di klinik Litbang GAKI Magelang. Hasil analisis
menunjukkan bahwa skor kecemasan setelah proses konseling dan sebelum
dilakukan konseling menunjukkan ada perbedaan yang bermakna secara statistic.
3) Decision Support
Pada elemen ini tenaga kesehatan harus dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien yang terdiagnosa hipertiroid. Upaya yang dilakukan haruslah konsisten dan
berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Menurut Nazarpour et al (2016) mengungkapkan
bahwa perdebatan tentang perlunya skrining secara universal terkait disfungsi tiroid
pada kehamilan terus berlangsung. Hasil temuannya mengungkapkan bahwa
sekitar sepertiga wanita hamil Iran menderita beberapa jenis disfungsi tiroid. Maka
skrining universal untuk penyakit tiroid dalam kehamilan tampaknya sangat
diperlukan.
Pentingnya skrining terkait gangguan pada tiroid pada ibu hamil ini
sangatlah penting menurut Okuda et al (2012) dalam penelitiannya menemukan
kasus gagal jantung, hipertensi akut sekunder akibat hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis selama kehamilan. Penelitian lainnya dikemukakan oleh Tsymbaliuk
et al (2015) bahwa kelebihan hormon tiroid memiliki efek langsung pada miosit
jantung dan vaskularisasi perifer, menghasilkan perkembangan berbagai
komplikasi kardiovaskular yang diklasifikasikan sebagai thyrotoxic heart disease
(THD). Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam keadaan embolik apapun, baik
fibrilasi atrium dan gagal jantung kongestif didiagnosis pada> 50% pasien dengan
hipertiroidisme bersama dengan kualitas hidup terkait kesehatan yang terganggu,
dan memberikan dampak negatif dari gangguan ini pada kualitas hidup.
Perhatian lainnya terhadap masalah pada pasien dengan gangguan tiroid
yang berhubungan dengan lingkungannya. Penelitian yang diungkapkan
diungkapkan oleh Andersen et al. (2012) bahwa paparan dingin mempengaruhi
hormon tiroid dan thyroglobulin dalam serum pada populasi Arktik yang konsisten
dengan konsumsi hormon tiroid dan perputaran hormon tiroid yang lebih tinggi.
Temuan menekankan bahwa perubahan aktivitas tiroid sangat penting dalam
adaptasi dingin pada penduduk Arktik.
Wanita usia subur yang menderita hipertiroid menunjukkan hubungan
signifikan terhadap aktivitas kerja yang rendah dan aktivitas kerja rendah sebesar
empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita usia subur yang normotiroid.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka dapat disarankan bahwa skrining pada
wanita usia subur yang telah mendapatkan pengobatan hipertiroid dan yang baru
menjalani pengobatan hipertiroid agar tidak minum kapsul beriodium. Kegiatan
skrining sebaiknya dilaksanakan sebelum waktu distribusi kapsul iodium kepada
sasaran. (Supadmi et al., 2007)
Diagnosis hipertiroidisme pada kehamilan. Penurunan atau peningkatan
berat badan yang tidak konsisten selama kehamilan, ophthalmopathy, struma,
kelemahan otot, onikolisis, myxedema pretibial. Pemeriksaan laboratorium :
thyroid stimulating hormone (TSH), konsentrasi thyroxine (FT4) dan thyroid
receptor antibody (TRAb) .Tes laboratorium dapat dievaluasi kembali pada interval
3 hingga 4 minggu. Tes harus dilakukan pada awal kehamilan dan diulang pada
trimester terakhir. (Purnamasari, Subekti, Adam, & Tahapary, 2013)
Instrumen Skrining penyakit tiroid
a. Thyroid Assessment Questionnaire was designed by the Thyroid Foundation of
Canada
http://www.thyroid.ca/thyroid_questionnaire.php
b. Thyroid Association (ATA) merekomendasikan U.S Preventive Services Task
Force (USPSTF) yang merupakan tindakan screening yang meliputi
pengambilan kadar TSH. Direkomendasikan bagi yg berusia 35 tahun dan di
follow up setiap 5 tahun
c. Untuk daerah yg di mana pemeriksaan laboratorik yang spesifik untuk hormon
tiroid tak dapat dilakukan, penggunaan indeks Wayne terbukti secara statistik
lebih mampu membedakan kasus hipertiroid dan non hipertiroid melalui
diagnosis klinis di masyarakat (Kusrini, 2010)
Tabel 2. Indeks Wayne

Sumber :
http://aseanendocrinejournal.org/index.php/JAFES/article/view/10/403

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hendaknya perawat dapat


mengkaji kebutuhan dan dampak dari penyakit yang dialami oleh pasien. Penilaian
terhadap resiko dari keparahan penyakit hipertiroid merupakan aspek yang tidak
boleh terlupakan dari komponen decision support. Melakukan upaya yang terbaik
untuk meminimalkan resiko dan menghindarkan dari komplikasi yang besar adalah
hal utama dalam elemen ini.
4) Delivery System Redisign
Pada elemen ini yang harus diperhatikan adalah segala hal yang terkait
dengan kontribusi terhadap perawatan pasien. Perawatan yang dilakukan
hendaknya berkualitas. Menurut Deanna et al (2004) tujuan pengobatan adalah
untuk menormalkan fungsi tiroid. Pilihan pengobatan termasuk obat antitiroid,
yodium radioaktif, atau pembedahan, yang semuanya berpotensi memiliki efek
samping yang serius. Setelah pengobatan dimulai, pasien harus mengikuti bulanan
dan mengurangi dosis obat yang ditentukan saat keadaan eutiroid didekati. Kadar
tiroksin harus diukur untuk memantau pengobatan, karena TSH dapat tetap tidak
terdeteksi selama berbulan-bulan setelah keadaan eutiroid dipulihkan. Pasien harus
diikuti setiap bulan sampai mereka euthyroid, dan kemudian setiap tiga bulan untuk
tahun pertama.
Menurut Leo et al (2016) terdapat tiga pilihan untuk mengobati pasien
dengan hipertiroidisme adalah obat antitiroid (ATD), ablasi yodium radioaktif, dan
pembedahan. Fungsi tiroid harus diperiksa 4-6 minggu setelah memulai terapi dan
kemudian setiap 2-3 bulan sekali pasien mengalami euthyroid. T4 dan T3 harus
dipantau untuk menilai efektivitas terapi. Relaps lebih sering terjadi pada tahun
pertama daripada tahun-tahun berikutnya, terutama dalam 6 bulan pertama setelah
menghentikan obat, tetapi tidak umum setelah 4-5 tahun. Risiko kekambuhan
sangat bervariasi di antara pasien, tetapi diperkirakan 50-55 %. Fungsi tiroid harus
dipantau 1-2 bulan setelah terapi yodium radioaktif. Setelah operasi konsentrasi
TSH dipantau 6-8 minggu setelah operasi.
Brito et al (2015) melakukan penelitian untuk mengembangkan dan
menguji alat keputusan pertemuan (GD Choice) untuk pasien dan dokter untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan bersama tentang pengobatan GD.Hasilnya
adalah bantuan keputusan pertemuan yang layak, efisien, dan efektif dikembangkan
untuk mempromosikan pengambilan keputusan bersama tentang pilihan
pengobatan untuk GD dalam pengaturan khusus. Panduan ini dapat meningkatkan
keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dan pengetahuan mengenai efek
samping dari intervensi tanpa meningkatkan panjangnya konsultasi.
Melihat panjangnya rangkaian pengobatan yang dialami oleh penderita
hipertiroid maka dibutuhkan keaktifan dari pasien, keluarga dan tenaga kesehatan.
Pasien hendaknya mematuhi manajemen terapi pengobatan. Keluarga hendaknya
mengotrol pengobatan dirumah. Tenaga kesehatan hendaknya memantau dan
mengevaluasi pengobatan pasien dan gejala yang ditimbulkan oleh pengobatan
tersebut.
5) Clinical Information System
Pada elemen ini upaya dan kiat khusus harus dilakukan untuk merawat
pasien dengan memberikan segala informasi terkait dengan penyakit hipertiroid.
Informasi yang tidak boleh diabaikan salah satunya adalah megenai pengaturan diet
pada pasien dengan hipertiroid. Menurut Tonstad et al (2015) terdapat hubungan
antara diet dan hipertiroidisme. Pola makan vegan dan vegetarian lainnya dikaitkan
dengan perlindungan terhadap penyakit hipertiroidisme.
Kapatuhan terkait konsumsi obat dalam jangka panjang juga dikemukakan
oleh (Azizi et al., 2011) bahwa terapi methimazole yang terus menerus seumur
hidup lebih unggul daripada terapi radioiodine-induced dalam banyak aspek dan
dapat dianggap sebagai metode optimal dalam pengobatan jangka panjang pasien
dengan gondok beracun difus, terutama mereka yang mengalami kekambuhan
hipertiroidisme setelah penghentian pengobatan antitiroid yang efektif. Informasi
yang penting mengenai pasien yang telah dilakukan tindakan pasca radioaktif
yodium juga diungkapkan oleh Täeb et al (2016) bahwa pemberian levothyroxine
pasca-radioaktif yodium (RAI) bisa mewakili dari manfaat potensial yang aman
untuk pasien yang berkaitan dengan kualitas hidup.
Informasi lain yang dapat diberikan adalah mengenai efek samping dari
penggunaan obat dan keluhan lainnya. Golden SH dan Robinson KA (2009)
menyebutkan behwa hentikan pengobatan antitiroid Anda dan segera hubungi
penyedia perawatan kesehatan jika setelah mengkonsumsi obat tersebut terdapat
keluhat antara lain: kelelahan, kelemahan, nyeri perut yang tidak jelas, kehilangan
nafsu makan, ruam kulit atau gatal, mudah memar, kulit atau putih mata menguning
sakit tenggorokan yang terus menerus dan demam. Selain itu karena wanita hamil
dan menyusui tidak dapat menerima terapi radioiodine, mereka biasanya diobati
dengan obat antitiroid. Namun, para ahli sepakat bahwa wanita di trimester pertama
kehamilan mereka tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi methimazole karena
menyebabkan kerusakan pada janin. Obat antitiroid lain, propylthiouracil (PTU),
tersedia untuk wanita dalam tahap kehamilan atau untuk wanita yang alergi atau
tidak toleran terhadap methimazole dan tidak memiliki pilihan pengobatan lain.
Menurut Michael T. McDermott (2013) pasien dapat memperoleh informasi
yang muncul di halaman-halaman berikut, antara lain:
a. www.nlm.nih.gov/medlineplus/thyroiddiseases.html
b. www.hormone.org/Resources/thyroid-disorders.cf
c. www.hormone.org/Spanish/index.cfm
d. www.uptodate.com/contents/patient-information-hyperthyroidism-overactive-
thyroid-beyond-the-basics

5. Hipertiroid dalam Kegawatdaruratan


Hipertiroidisme dapat hadir dalam kasus kegawatdaruratan. Ketika pasien
tirotoksik mengalami badai tirotoksik, gejalanya biasanya dramatis. Dalam bentuk yang
paling ekstrim, hipertiroidisme dapat menyebabkan kondisi badai tirotoksik yang
mengancam jiwa. Pasien harus segara mendapatkan perawatan di IGD dan perawatan
lanjutan di unit perawatan intensif. Pasien biasnya mengalami hyperthermia dan mungkin
termasuk status mental yang berubah. Badai tiroid terjadi karena peningkatan kadar serum
T4 dan T3. Komponen lainnya adalah kelebihan katekolamin dan respon perifer tambahan
terhadap hormon tiroid. Gejala dominan adalah demam, takikardia di luar proporsi demam,
muntah, diare, sakit kuning, dan disfungsi sistem saraf pusat, seperti kebingungan dan
kelesuan dan juga pleuro-pericardial rub. Gejala berat lainnya adalah atrial tachycardia,
hipotensi, kolaps vaskular, hepatik nekrosis, dan obstruksi usus (Finlayson & Zimmerman,
2009)
Menurut Ono et al., (2016) faktor-faktor yang secara signifikan terkait dengan
kematian yang lebih tinggi mortalitas di rumah sakit pada pasien dengan badai tiroid
adalah: usia di atas 60 tahun, skor JCS yang lebih tinggi saat masuk, tidak menggunakan
obat antitiroid dan b-blokade, dan persyaratan untuk ventilasi mekanis. dan pertukaran
plasma terapeutik yang dikombinasikan dengan hemodialisis (terapi penggantian ginjal
intermittent atau berkelanjutan).
Terapi yang dapat direkomendasikan menurut penelitian Yamashita et al (2015)
berdasarkan study kasus yang dilakukan pada pasien wanita berusia 67 tahun yang
didiagnosis menderita badai tiroid. Pasien menunjukkan takikardia ditandai dengan
fibrilasi atrium dan gagal jantung terkait dengan fungsi ventrikel kiri yang berkurang.
Bahkan setelah normalisasi kadar hormon tiroid, pasien terus menunjukkan takikardi
ditandai, tanpa perbaikan pada gagal jantung. Sedangkan pemberian bisoprolol fumarate
menginduksi hipotensi dan tidak dapat ditolerir untuk pasien, landiolol hidroklorida
berguna untuk mengendalikan takikardia dan gagal jantung tanpa menyebabkan kerusakan
hemodinamik. Menurut Idrose (2015) pengobatan badai tiroid memiliki beberapa tujuan:
perawatan suportif, penghambatan sintesis hormon baru, penghambatan pelepasan hormon
tiroid, blokade reseptor β-adrenergik periferal, mencegah konversi perifer dari T4 ke T3,
mengidentifikasi dan mengobati faktor pencetus

Gambar 1 Skoring Badai Tiroid

6. Hipertiroid dalam Kasus Pskiatri


Menurut Chattopadhyay, Chakrabarti, & Ghosh (2012) gejala yang adalah
gangguan mood dan gangguan obsesif kompulsif (OCD). Gejala yang paling diskriminatif
ditemukan adalah insomnia, agitasi psikomotor, dan peningkatan ketegangan. Konsentrasi
yang buruk, kurangnya harga diri, hubungan sosial yang buruk juga sangat lazim. Semua
ini menyebabkan kekurangan dalam produktivitas, kehilangan jam kerja, menghasilkan
lingkaran setan lebih banyak depresi dan kecemasan. Menurut pembahasan pada penelitian
ini bahwa masalah kejiwaan yang tak kunjung padam dalam 50% kasus. Thomson et al
pada artikel ini menemukan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit dengan
hipertiroidisme berada pada risiko yang lebih besar untuk masuk kembali dengan episode
depresi. Penyakit psikiatri terutama gangguan kecemasan umum dan gangguan suasana
hati sangat umum di antara pasien penyakit Graves. Ada perbaikan yang ditandai dengan
pemberian obat antitiroid. Oleh karena itu penting untuk dilakukan konsultasi pada
psikiatri.
Menurut Hu et al (2013) faktor risiko untuk bipolar disorder pada pasien dengan
hipertiroidisme dalam analisis univariat dan multivariat, jenis kelamin perempuan,
gangguan penggunaan alkohol, dan asma merupakan faktor risiko independen untuk
pengembangan gangguan bipolar pada pasien hipertiroidisme. Pertama, perkembangan
gangguan bipolar setelah hipertiroid dapat dilihat sebagai hasil dari proses inflamasi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa aktivasi proses inflamasi dapat mendukung
patofisiologi banyak penyakit inflamasi kronis, termasuk hipertiroidisme dan gangguan
bipolar. Kedua, sisa defisit emosional setelah hipertiroidisme juga dapat membuat pasien
lebih rentan untuk mengembangkan gangguan bipolar. Onset gangguan bipolar tidak
terkait dengan jenis kelamin. Namun, wanita dengan hipertiroidisme berisiko lebih besar
mengalami gangguan bipolar daripada pria . Ada kemungkinan bahwa mekanisme yang
terkait dengan hormon tiroid dan estrogen mungkin memiliki fungsi yang tumpang tindih.
Dalam analisis tentang faktor risiko yang terkait dengan gangguan bipolar berikutnya pada
pasien hipertiroidisme, gangguan penggunaan alkohol merupakan risiko independen. Bukti
telah menunjukkan bahwa gangguan penggunaan alkohol dan gangguan bipolar berbagi
karakteristik genetik umum tertentu, temuan neuroimaging, dan temuan biokimia. Kami
juga menemukan bahwa pasien hipertiroidisme dengan riwayat asma memiliki risiko lebih
besar untuk mengembangkan gangguan bipolar.
Psikoterapi pengendalian prilaku agresf dampak dari penyakit hipertiroid yang
paling tepat diberikan adalah CBT (Cognitive Behavior Therapy). CBT adalah sebagai
pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan klien pada
saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang
sehingga klien mampu melakukannya dengan mandiri (Ahyani, 2016). Terbukti dengan
penelitian yang dilakukan Dwi Astuti dan Latifa Nur Ahyani (2016) dengan tujuan untuk
mengetahui Pengaruh CBT (Cognitive Behavior Therapy) terhadap nurani pada remaja
dengan perilaku agresif dengan model The Untreated Control Group Design with Pretest
and Posttest. Sampel penelitian 28 responden yang kemudian dibagi menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok control CBT sebagai stimulasi berperan dalam menurunkan
perilaku agresif dan meningkatkan empati pada remaja.

7. Pendekatan Teori Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertiroid


Pada kasus pasien dengan hipertiroid pendekatan teori keperawatan sangat dibutuhkan
dalam menjalankan intevensi yang bersifat holistik. Salah satu teori yang dapat diguanakan
adalah model sistem konseptual . Model Neuman Systems didasarkan pada teori sistem umum
dan mencerminkan sifat organisme hidup sebagai sistem terbuka dalam interaksi satu sama
lain dan dengan lingkungan. Dalam model ini, Neuman mensintesis pengetahuan dari
beberapa disiplin ilmu dan menggabungkan keyakinan filosofisnya sendiri dan keahlian
keperawatan klinis, khususnya dalam perawatan kesehatan mental. Model ini diambil dari
teori Gestalt yang menggambarkan homeostasis sebagai proses dimana organisme
mempertahankan keseimbangannya, dan akibatnya kesehatannya, dalam berbagai kondisi.
Neuman menjelaskan penyesuaian sebagai proses di mana organisme memenuhi
kebutuhannya. Banyak kebutuhan ada, dan masing-masing dapat mengganggu keseimbangan
atau stabilitas klien; oleh karena itu, proses penyesuaian bersifat dinamis dan berkelanjutan.
Semua kehidupan dicirikan oleh interaksi berkelanjutan keseimbangan dan
ketidakseimbangan dalam organisme. Ketika proses stabilisasi gagal sampai taraf tertentu,
atau ketika organisme tetap dalam keadaan ketidakharmonisan terlalu lama, penyakit dapat
berkembang (Alligood, 2010)
Penejelasan mengenai pendekatan model sistem konseptual pada pasien dengan
hipertiroid tergambar dalam bagan dibawah ini.
STRESOR (Faktor Resiko)
• Usia
Pencegahan Primer:
• Skrining pada ibu hamil
• Jenis Kelamin
• Gangguan pada kelenjar
• Konsumsi iodium yang
hipofisis atau
seimbang Garis pertahanan fleksibel
hipotalamus di otak.
• Kerusakan Kelenjar
tiroid.
• Konsumsi obat yang
Pendegahan Sekunder: mengandung litium (Li).
Garis pertahanan normal
• Management • Kadar iodin yang
hipertiroid/krisis tiroid berlebihan
• Oprasi tiroid
• Komplikasi penyakit
lainnya
HIPERTIROID
• Kekurangan biaya
Pencegaha Tersier:
• Pengobatan yang
• Adaptasi ulang
panjang
• Pendidikan untuk
• Perubahan fisik
mencegah keparahan
• Memelihara stabilitas

rekonsitusi
• Konseling psikiatri Garis pertahanan resisten INTI

CCM:
• community support
• self management support
• health system Rekonsitusi:
• delivery system design Tahap ini Dapat terjadi pada berbagai derajat/
• case management ditentukan oleh tingkatan reaksi
• decision support • Informed, Rentang kemungkinan dapat melebihi/diluar
• clinical information system Activated
garis pertahanan normal
Patient
• Prepared,
Proactive
Practice Team
Menurut Alligood (2010) Betty neuman menjelasakan bahwa sistem modelnya adalah
pendekatan yang dinamis dan terbuka. Dikatakan sistem dinamis dan terbuka dikarenakan
terdapat suatu aliran input yang berkisinambingan, ada proses, hasil dan umpan balik. Sistem
ini sangat erat dengan chronic care model. Unsur penting dari perawatan penyakit kronis yang
baik yaitu adanya interaksi produktif antara pasien dan (tim) profesional kesehatan,
dibandingkan dengan interaksi yang cenderung membuat frustrasi ketika tidak ada koordinasi
antara profesional dan dengan pasien. Program manajemen penyakit (disease management
programs/DMPs) melalui chronic care model (CCM) diharapkan dapat mencapai interaksi
tersebut, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan pasien. Interaksi yang produktif
berarti bahwa pekerjaan perawatan penyakit kronis berbasis bukti dilakukan secara sistematis
dan dapat memenuhi kebutuhan pasien (Jane M Cramm, Strating, Tsiachristas, & Nieboer,
2011).
Betty neuman mengungkapkan bahwa stresor merupakan stimulus yang dapat
menimbulkan tekanan yang berpotensi untuk merusak stabilitas pasien dan dapat
menghasilkan luaran yang negatif atau positif (Alligood, 2010). Pada pasien dengan
hipertiroid, penyebab yang bertindak sebagai stresor disini adalah penyebab penyakit dan
kekuatan dan kelemahan yang datang dan berasal dari individu tersebut. Model Sistem
menjelaskan bahwa pencegahan primer merupakan pencegahan yang digunakan ketika
stressor diduga atau diidentifikasi. Pencegahan sekunder mencakup intervensi atau tindakan
yang diberikan setelah munculnya gejala akibat dari stresor yang dialami. Sumber internal
dan eksternal dari seseorang klien dapat digunakan untuk memperkuat garis pertahan
resistensi internal, mengurangi reaksi dan mengingkatkan faktor resistensi (Alligood, 2010).
Pencegahan tersier terjadi setelah tindakan aktif atau tahap pencegahan sekunder untuk
mempertahankan keadaan oltimal dengan mencegah reaksi atau regresi berulang. Pada ketiga
tahap pencegahan ini yang paling tepat dilakukan pada pasien dengan hipertiroid adalah
menggunaakan elemen-elemen yang terkandung chronic care model.
Berdasarkan penelitian yang diajabarkan pada pembahsan sebelumnya terdapat
ebberapa intervensi yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatab dalam rangka menunjang
pemulihan dan perawatan pada pasien dengan diagnosa hipertiroid. Antara lain adalah pada
pencegaha primer yang dapat dilakukan adalah skrining pada ibu hamil, konsumsi iodium
yang seimbang. Pencegahan sekunder meliputi management hipertiroid/krisis tiroid.
Pencegahan tersier meliputi adaptasi ulang pendidikan untuk mencegah keparahan,
memelihara stabilitas, konseling psikiatri.
Tahap rekonstitusi terjadi setelah tindakan yang diberikan untuk mengatasi stresor,
hasil akhir dapat meningkatkan kesejahteraan bahkan bisa berada dalam posisi yang lebih
tinggi ataupun rendah sebelum stresor tersebut masuk didalam sistem tersebut (Alligood,
2010). Pada tahap ini hasil nakhir yang diharapkan oleh pasien dan keluarga serta tenaga
kesehatan adalah mengahasilkan hasiln yang baik, akan tetapi berdasarkan chonic care model,
maka hal ini akan tercapai jika terdapat sikap proaktif dari semua aspek dan pihak yang
terlibat.
Daftar Pustaka

Ahyani, D. A. dan L. N. (2016). Pengaruh Konseling Cognitif Behavior Therapy (Cbt) Dengan
Teknik Self Control Untuk Mengurangi Perilaku Agresif Peserta Didik KELAS VIII DI
SMPN 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Bimbingan Dan Konseling,
3(2), 187–200.

Alligood, M. R. (2010). Nursing Theorists AND THEIR WORK (Eighth edi).

Alwan, A. (2011). Global status report on noncommunicable diseases 2010. World Health, 176.
https://doi.org/978 92 4 156422 9

Alwan, A., MacLean, D. R., Riley, L. M., D’Espaignet, E. T., Mathers, C. D., Stevens, G. A., &
Bettcher, D. (2010). Monitoring and surveillance of chronic non-communicable diseases:
Progress and capacity in high-burden countries. The Lancet, 376(9755), 1861–1868.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(10)61853-3

Andersen, S., Kleinschmidt, K., Hvingel, B., & Laurberg, P. (2012). Thyroid hyperactivity with
high thyroglobulin in serum despite sufficient iodine intake in chronic cold adaptation in an
arctic inuit hunter population. European Journal of Endocrinology, 166(3), 433–440.
https://doi.org/10.1530/EJE-11-0888

Azizi, F., Yousefi, V., Bahrainian, A., Sheikholeslam, F., Tohidi, M., & Mehrabi, Y. (2011). Long-
term continuous methimazole or radioiodine treatment for hyperthyroidism.
Endocrine.reviews., 32(8), 477–484. https://doi.org/012158/AIM.007

Brito, J. P., Castaneda-Guarderas, A., Gionfriddo, M. R., Singh Ospina, N., Maraka, S., Dean, D.
S., … Montori, V. M. (2015). Development and Pilot Testing of an Encounter Tool for Shared
Decision Making About the Treatment of Graves’ Disease. Thyroid, 25(11), 1191–1198.
https://doi.org/10.1089/thy.2015.0277

Chattopadhyay, C., Chakrabarti, N., & Ghosh, S. (2012). An assessment of psychiatric


disturbances in graves disease in a medical college in eastern India Chattopadhyay C,
Chakrabarti N, Ghosh S - Niger J Clin Pract, 15(3), 276–279.

Cramm, J. M., & Nieboer, A. P. (2014). A longitudinal study to identify the influence of quality
of chronic care delivery on productive interactions between patients and (teams of) healthcare
professionals within disease management programmes. BMJ Open, 4(9), 1–8.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2014-005914

Cramm, J. M., Strating, M. M. H., Tsiachristas, A., & Nieboer, A. P. (2011). Development and
validation of a short version of the Assessment of Chronic Illness Care (ACIC) in Dutch
Disease Management Programs. Health and Quality of Life Outcomes, 9(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/1477-7525-9-49
Davy, C., Bleasel, J., Liu, H., Tchan, M., Ponniah, S., & Brown, A. (2015). Effectiveness of
chronic care models: Opportunities for improving healthcare practice and health outcomes:
A systematic review. BMC Health Services Research, 15(1), 1–11.
https://doi.org/10.1186/s12913-015-0854-8

Deanna, E., Care, A. H. P., & Vol, M. (2004). APPROACH TO THE DIAGNOSIS AND
MANAGEMENT OF THYROID DISORDERS IN, 15(Nov), 73–76.

Finlayson, C., & Zimmerman, D. (2009). Hyperthyroidism in the Emergency Department. Clinical
Pediatric Emergency Medicine, 10(4), 279–284. https://doi.org/10.1016/j.cpem.2009.10.003

Göbel, A., Heldmann, M., Göttlich, M., Dirk, A. L., Brabant, G., & Münte, T. F. (2016). Effect of
mild thyrotoxicosis on performance and brain activations in a working memory task. PLoS
ONE, 11(8), 1–15. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0161552

Golden SH, Robinson KA, S. I. (2009). Hyperthyroidism. Journal of Clinical Endocrinology


Metabolism, 94(6), 1853–1878.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 12). 2011, XXXIII(2),
81–87. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Hu, L. Y., Shen, C. C., Hu, Y. W., Chen, M. H., Tsai, C. F., Chiang, H. L., … Liu, C. J. (2013).
Hyperthyroidism and Risk for Bipolar Disorders: A Nationwide Population-Based Study.
PLoS ONE, 8(8), 1–6. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0073057

Idrose, A. M. (2015). Acute and emergency care for thyrotoxicosis and thyroid storm. Acute
Medicine & Surgery, 2(3), 147–157. https://doi.org/10.1002/ams2.104

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Infodatin-Tiroid. (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI).

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid.

Kusrini, I. dan. (2010). NILAI DIAGNOSTIK INDEKS WAYNE DAN INDEKS NEWCASTLE
UNTUK PENAPISAN KASUS HIPERTIROID. Blai Penelitian Dan Pengembangan GAKI
,Kementerian Kesehatan RI, 355(11), 193–199.
https://doi.org/10.1258/000456306776865043

Leo, S. De, Lee, S. Y., Braverman, L. E., Unit, E., & Sciences, C. (2016). Hyperthyroidism. HHS
Public Access, 388(10047), 906–918. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)00278-
6.Hyperthyroidism

Michael T. McDermott, M. (2013). In the Clinic Hyperthyroidism.


https://doi.org/10.1097/QCO.0b0
Nazarpour, S., Tehrani, F. R., Simbar, M., Tohidi, M., AlaviMajd, H., & Azizi, F. (2016).
Comparison of universal screening with targeted high-risk case finding for diagnosis of
thyroid disorders. European Journal of Endocrinology, 174(1), 77–83.
https://doi.org/10.1530/EJE-15-0750

Okuda, N., Onodera, M., Tsunano, Y., Nakataki, E., Oto, J., Imanaka, H., & Nishimura, M. (2012).
Acute Cardiac Failure in a Pregnant Woman due to Thyrotoxic Crisis. Case Reports in
Cardiology, 2012(Table 1), 1–2. https://doi.org/10.1155/2012/393580

Ono, Y., Ono, S., Yasunaga, H., Matsui, H., Fushimi, K., & Tanaka, Y. (2016). Factors Associated
With Mortality of Thyroid Storm. Medicine, 95(7), e2848.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000002848

Purnamasari, D., Subekti, I., Adam, J., & Tahapary, D. (2013). Indonesian Clinical Practice
Guidelines for the Management of Thyroid Dysfunction During Pregnancy. Journal of the
ASEAN Federation of Endocrine Societies, 28(1), 18–20.
https://doi.org/10.15605/jafes.028.01.04

Rusda, H., Oenzil, F., & Alioes, Y. (2013). Artikel Penelitian Hubungan Kadar Ft4 Dengan
Kejadian Tirotoksikosis berdasarkan Penilaian Indeks New Castle Padawanita Dewasa di
Daerah Ekses Yodium. Jurnal FK UNAND, 2(2), 85–89.

Supadmi, S., Emilia, O., Kusnanto, H., Penelitian, B., Gangguan, P., Kekurangan, A., …
Masyarakat, K. (2007). Hubungan Hipertiroid Dengan Aktivitas Kerja. Berita Kedokteran
Masyarakat, 23(3), 124–130.

Täeb, D., Bournaud, C., Eberle, M. C., Catargi, B., Schvartz, C., Éatrice Cavarec, M. B., …
Baumstarck, K. (2016). Quality of life, clinical outcomes and safety of early prophylactic
levothyroxine administration in patients with Graves’ hyperthyroidism undergoing
radioiodine therapy: A randomized controlled study. European Journal of Endocrinology,
174(4), 491–502. https://doi.org/10.1530/EJE-15-1099

Tonstad, S., Nathan, E., Oda, K., Fraser, G. E., Linda, L., Linda, L., & Linda, L. (2015). Prevalence
of hyperthyroidism acc, 18(June 2001), 1482–1487.
https://doi.org/10.1017/S1368980014002183.Prevalence

Tsymbaliuk, I., Unukovych, D., Shvets, N., & Dinets, A. (2015). Cardiovascular complications
secondary to Graves’ disease: A prospective study from Ukraine. PLoS ONE, 10(3), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0122388

Yamashita, Y., Iguchi, M., Nakatani, R., Usui, T., Takagi, D., Hamatani, Y., … Akao, M. (2015).
Thyroid Storm with Heart Failure Treated with a Short-acting Beta-adrenoreceptor Blocker,
Landiolol Hydrochloride. Internal Medicine, 54(13), 1633–1637.
https://doi.org/10.2169/internalmedicine.54.3138
Yudiarto, F. L., Muliadi, L., Moeljanto, D., & Hartono, B. (2006). Neuropsychological findings in
hyperthyroid patients. Acta Medica Indonesiana, 38(1), 6–10.

Yunitawati, D., & Santi, K. (2014). HIPERTIROID DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG
Psychological Counseling And Anxiety In Patients With Hyperthyroidism In Klinik Litbang
GAKI Magelang, 53–62.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai