Anda di halaman 1dari 13

Nama : Dian Tiara

NIM : 1911110439
Kelas : A 2019 2
Kel :1

LO TUTORIAL 1 SKENARIO 1 KEPERAWATAN MENJELANG AJAL & PALIATIF

1. Defenisi perawatan paliatif


2. Tujuan perawatan paliatif
3. Prinsip perawatan paliatif
4. Landasan hukum perawatan paliatif
5. Tantangan/hambatan perawatan paliatif
6. Ruang lingkup perawatan paliatif
7. Komponen paliatif care
8. Perspektif paliatif care
9. Tim paliatif care
10. Peran perawat dalam perawatan paliatif
11. Intervensi kepada pasien dengan penyakit kronik untuk meningkatkan kualiats hidup
menurut penelitian terbaru
12. Askep

Answer:

1. Perawatan paliatif :
Adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi (Anita,2016). Pelayanan paliatif
pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi
penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri
dan masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002),
dan pelayanan masa duka cita bagi keluarga (WHO 2005).
Pelayanan paliatif pasien kanker anak adalah pelayanan aktif, menyeluruh
meliputi badan, pikiran, semangat anak serta melibatkan dukungan pada keluarganya,
dimulai sejak diagnosis ditegakkan dan terus berlanjut; terlepas pasien anak menerima
perlakuan seperti dimaksud dalam standar penanganan penyakitnya; yang bertujuan
untuk mencapai kualitas hidup terbaik bagi anak dan keluarganya. (WHO, 1998).

2. Tujuan perawatan paliatif 


Untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan
untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga
keluarganya. Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal penderita siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya. Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih
bisa disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada
penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka
(Anita, 2016).

3. Prinsip pelayanan paliatif pasien kanker


 Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain
 Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal
 Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian
 Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
 Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
 Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
 Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
 Menghindari tindakan yang sia sia

4. Landasan hukum
a. Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
b. Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
c. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5063)
d. Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2009-2014
e. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 812/ Menkes/ 2007 tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang
Susunan Organisasi Tata Kerja Departemen Kesehatan
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/ Menkes/ SK/ VIII/ 2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1479/ Menkes/ SK/ X/ 2003 tentang
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular Terpadu
i. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 430/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker
j. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 374/ Menkes/ SK/ V/ 2003 tentang Sistem
Kesehatan Nasional
k. Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK 03.01/ 160/ I/ 2010 tentang Rencana
Pembangunan Kesehatan Tahun 2010 – 2014

5. Tantangan/hambatan perawatan paliatif


Hambatan utama perkembangan paliatif yaitu belum  ada modul perawatan
paliatif dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di layanan
kesehatan, kurangnya pendidikan perawatan paliatif kepada perawat, persepsi yang
kurang dari pemberi perawatan, dan sedikitnya fasilitas untuk melakukan perawatan
palitiaf. Selain itu, belum ada standar nasional tentang perawatan pasien paliatif dan
kurangnya jumlah perawat profesional yang mampu memfasilitasi kebutuhan spiritual
pasien merupakan masalah mendasar. Hambatan - hambatan dalam meng
implementasikan perawatan paliatif di Indonesia menyebabkan sulitnya perawatan
paliatif untuk dikembangkan. Selain itu, perlu peningkatan pemahaman perawatan
paliatif melalui kurikulum pendidikan dan mengubah persepsi pemberi layanan
tentang perawatan paliatif.

6. Ruang lingkup perawatan paliatif


Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan
nyeri,penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis,
dukungan social, dukungan kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan
selamamasa dukacita (bereavement). Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap,
rawatjalan, dan kunjungan /rawat rumah. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

7. Komponen paliatif care


Enam elemen penentu efektivitas palliative care yaitu case management,
shared care, specialist outreach services, managed clinical networks, integrated care,
dan volunteers.
 Case management. Case management merupakan kegiatan berulang untuk
keberhasilan upaya penilaian dan penggalian kebutuhan masing-masing individu
dalam perawatan paliatif. Kebutuhan ini mencakup aktivitas sehari-hari dan
kesejahteraan sosial. Dalam  case management dilakukan koordinasi layanan secara
berkala dengan berbagai sektor kesehatan termasuk layanan sosial dan keagamaan.
 Shared care. Dalam beberapa penelitian, shared care dilaporkan sebagai elemen
efektif layanan paliatif. Karakteristik elemen ini adalah klinisi yang bekerja bersama
profesi kesehatan dari disiplin lain, fokus pada komunikasi dan koordinasi, serta
respon cepat sesuai kebutuhan dan strategi navigasi. Model yang mulanya
dikembangkan untuk palliative care dewasa di daerah terpencil ini, saat ini telah
direkomendasikan juga untuk perawatan anak-anak.
 Specialist outreach services. Dalam skala internasional, specialist outreach
services telah diadopsi untuk meningkatkan outcome untuk underserved
population melalui: pemantapan klinik spesialis di praktek layanan primer perkotaan,
pemantapan klinik spesialis di rumah sakit daerah yang tidak punya dokter spesialis,
dan pemantapan klinik sub spesialis di pusat regional. Dampak positif specialist
outreach services telah dikaji di Cochrane. Kesimpulannya, specialist outreach
services dapat meningkatkan outcome pasien, menjamin penyampaian layanan
kesehatan lebih efisien dan konsisten berbasis bukti ilmiah, serta menurunkan layanan
rawat inap. Memang specialist outreach services terkait dengan penambahan biaya.
Namun, penambahan biaya ini dianggap seimbang dengan
peningkatan outcome kesehatan yang dihasilkan.
 Managed clinical network. Jejaring klinis (clinical networks) telah lama
diintegrasikan dengan berbagai sistem layanan kesehatan. Tujuannya, menjamin akses
layanan kesehatan yang bermutu dan clinically-effective bagi populasi dengan akses
dan outcome rendah. Jaringan ini memfasilitasi hubungan formal antara kelompok
profesi kesehatan dan organisasi dari layanan primer, sekunder, dan tersier untuk
bekerja secara terkoordinir serta tanpa memandang batasan-batasan profesi dan
organisasi. Batasan-batasan ini biasanya terkait pendanaan dan batasan geografis.
 Integrated care. Beberapa penelitian telah menunjukkan peran penting pelayanan
terintegrasi (integrated care). Pelayanan terintegrasi merujuk kepada koordinasi
beberapa pusat pelayanan sesuai kebutuhan pasien dan keluarganya. Tujuannya untuk
memastikan keberlanjutan layanan kesehatan. Pelayanan terpadu mengharuskan
pasien dan keluarganya terlibat dalam pembuatan keputusan dan menetapkan tujuan
perawatan. Dampak baik layanan terintegrasi telah ditunjukkan oleh penelitian pada
kasus perawatan pasien anak. Pada kasus ini, layanan terintegrasi bukan hanya
berdampak positif bagi pasien dan keluarganya tetapi juga berdampak pada efisiensi
organisasi dan kepuasan staf.
 Volunteers. Elemen terakhir penentu efektivitas layanan paliatif adalah penggunaan
sukarelawan (volunteers). Sukarelawan memegang peran penting dalam pemberian
layanan paliatif, misalnya dalam kondisi minimnya tenaga kesehatan. Model layanan
paliatif menggunakan volunteer telah jamak digunakan namun bukti implementasi
dan evaluasinya masih terbatas.
Sumber: Elements of effective palliative care models: a rapid review. Luckett et al.
BMC Health Services Research 2014, 14:136.

8. Perspektif paliatif care


Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan
tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu
halberdasarkan cara-cara tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk
menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep
tertentu untuk dipandang secara rasional. Secara ringkas dapatdisimpulkan
bahwa perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai,
gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan
tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu (Suma atmaja dan Winardit, 1999).
Perspektif keperawatan perspektif dapat diartikan sebagai cara pandang
seseorang terhadap sesuatu. Jadi perspektif merupakan penilaian seseorang
mengenai suatu fenomena yang terjadi. Keperawatan adalah : upaya pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic
berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh
kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui
upaya kolaborasi
Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”), merupakan
jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan
berarti kesembuhan. Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang
bertujuanmemperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalahberhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
mealauipencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
danpenilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik
fisik,psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankanbeban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratifyang dimaksud
antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, sertamengupayakan
perbaikan dalm aspekpsikologis, sosial dan spiritual.Paliatif care (Perawatan paliatif)
adalah pendekatan yang meningkatkankualitas hidup pasien dan keluarga mereka
dalam menghadapi masalah yangterkait dengan penyakit yang mengancam
jiwa, melalui penceghan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit
masalah lain, fisik, psikososial, spirirtual (kemenkes RI Nomor 812, 2007).

9. Tim paliatif care


Dengan prinsip interdisipliner (koordinasi antar bidang ilmu dalam menentukan
tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan guna mencapai tujuan ),
tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk melakukan penilaian dan
diagnosis, untuk bersama pasien dan keluarga membuat tujuan dan rencana pelayanan
paliatif pasien kanker, serta melakukan monitoring dan follow up.
a. Dokter
Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif interdisipliner, harus
kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa sakit dan gejala
lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit pasien. Dokter
yang bekerja di pelayanan paliatif mungkin bertanggung jawab untuk penilaian,
pengawasan dan pengelolaan dari banyak dilema pengobatan sulit.
b. Perawat
Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama dengan pasien
sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui pasien dan pengasuh,
menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang penting bagi pasien, dan
untuk membantu pasien mengatasi dampak kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja
sama dengan pasien dan keluarganya dalam membuat rujukan sesuai dengan disiplin
ilmu lain dan pelayanan kesehatan.
c. Pekerja sosial dan psikolog
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi dan
sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan emosional/konseling
selama perkembangan penyakit dan proses berkabung. Masalah pribadi biasanya
akibat disfungsi keuangan, terutama karena keluarga mulai merencanakan masa
depan.
d. Konselor spiritual
Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak menghakimi,
mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna kehidupan. Sering juga
berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus sebagai sumber dukungan terkait
tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual keagamaan dan sakramen yang berarti bagi
pasien kanker. Sehingga konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir
kehidupan.
e. Relawan
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif akan bervariasi sesuai dengan pengaturan.
Relawan yang termasuk dalam rumah sakit dan tim pelayanan paliatif membantu
profesional kesehatan untuk memberikan kualitas hidup yang optimal bagi pasien dan
keluarga. Relawan datang dari semua sektor masyarakat, dan sering menyediakan link
antara institusi layanan kesehatan dan pasien. Memasukkan relawan dalam tim
pelayanan paliatif membawa dimensi dukungan masyarakat dan keahlian masyarakat.
Dengan pelatihan dan dukungan tepat, relawan dapat memberikan pelayanan langsung
kepada pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif, atau bahkan bekerja
sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan membantu meningkatkan kesadaran,
memberikan pendidikan kesehatan, menghasilkan dana, membantu rehabilitasi, atau
bahkan memberikan beberapa jenis perawatan medis.
f. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala dalam pelayan
paliatif, sehingga apoteker memainkan peranan penting. Apoteker memastikan bahwa
pasien dan keluarga memiliki akses penting ke obat-obatan untuk pelayanan paliatif.
Keahlian apoteker juga dibutuhkan untuk mendukung tim kesehatan dengan
memberikan informasi mengenai dosis obat, interaksi obat, formulasi yang tepat, rute
administrasi, dan alternatif pendekatan.

Komposisi tim paliatif terdiri :


A. Dokter
1. Dokter umum:
Dokter umum memiliki peranan penting terutama pada perawatan pasien terminal di
tingkat layanan primer (di puskesmas dan di rumah pasien) sehingga tata laksana
gejala fisik dan kebutuhan psikososial dan spiritual dapat berjalan baik.
 Mengkoordinir tim paliatif di tingkat layanan primer
 Mengantisipasi dan mencegah timbulnya gejala dengan obat dan modalitas lain
 Mengidentifikasi gejala secara dini dan masalah psikologis, sosial dan spiritual
 Mengatur penggunaan obat sehingga kepatuhan pasien dapat terjaga
 Menggunakan modalitas non farmakologi
 Menyusun program paliatif
 Membangun hubungan kerja dengan tim paliatif di tingkat sekunder dan
mengkonsulkan pasien yang memerlukan
 Membangun kerjasama dan menggunakan sumber daya yang tersedia di wilayah
layanan primer untuk mengem-bangkan program paliatif

2. Dokter Paliatif
Di tingkat layanan sekunder dan tertier:
 Bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan pasien paliatif
 Melakukan penatalaksanaan nyeri dan gejala lain apabila terapi kausatif belum
atau tidak dilakukan
 Mengkoordinasikan dengan tim penatalaksana nyeri dan gejala lain yang
memerlukan keahlian spesialis lain
 Melakukan tatalaksana gejala pada pasien stadium termi-nal fase menjelang akhir
kehidupan
 Mengkoordinasikan kasus dengan dokter primer
 Memberikan konsultasi dari layanan primer
3. Dokter Spesialis
 Dokter spesialis berbagai disiplin melakukan identifikasi dan menentukan pasien
dalam stadium terminal dan mengkonsulkan kepada dokter paliatif
 Melakukan tatalaksana gejala sesuai konsul dari dokter paliatif apabila modalitas
diperlukan (misalnya radioterapi untuk penatalaksanaan nyeri dan perdarahan,
gangguan psikiatri, tindakan bedah, fungsi paru dan ascites, dll)
 Dokter berperan penting dalam tim paliatif yang bersifat interdisipliner. Dokter
tersebut harus memiliki pengeta-huan dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip
pengelolaan paliatif. Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif bertanggung jawab
dalam penilaian, pengawasan, dan pengelolaan pasien paliatif.
B. Perawat Paliatif
Perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip
pengelolaan paliatif. Perawat paliatif bertang-gung jawab dalam penilaian,
pengawasan, dan pengelolaan asuhan keperawatan pasien paliatif.
1) Perawat sebagai koordinator layanan paliatif:
 Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan, rawat inap atau rawat
rumah.
 Menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.
 Mendistribusikan dan menghubungi tenaga pelaksana kepada anggota tim atau ke
unit layanan lain.
 Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang diperlukan.
 Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program paliatif.
2) Perawat sebagai tenaga pelaksana:
 Menerima permintaan asuhan keperawatan dari koordinator program paliatif.
 Berkoordinasi dengan anggota tim lain.
 Menganalisa, menegakkan dan melakukan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan
dan kondisi pasien
 Menginformasikan dan mengedukasi pelaku rawat atau penanggung jawab pasien
 Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penanggung jawab dan
koordinator program paliatif
 Evalusi asuhan keperawatan yang telah dilakukan secara langsung atau tidak
langsung melalui laporan harian pelaku rawat
 Mengusulkan asuhan keperawatan baru atau lanjutan kepada dokter penanggung
jawab atau koordinator bila diperlukan
 Merubah asuhan keperawatan sesuai kesepakatan dan persetujuan dokter
penanggung jawab serta menginfor-masikan kepada pelaku rawat
 Melakukan pencatatan dan pelaporan
 Mengontrol pemakaian obat dan pemeliharaan alat medis
3) Perawat Homecare:
 Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter penanggung jawab pasien
melalui koordinator program paliatif.
 Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter penanggung jawab
dan koordinator program paliatif.
 Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang direncanakan.
 Reevaluasi atau evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
 Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penangung jawab pasien.
 Mengusulkan asuhan keperawatan baru bila diperlukan.
 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4) Pelaku rawat (caregiver)
 Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri dan kegiatan sehari
hari (memandikan, memberi makan, beraktifitas sesuai kemampuan pasien, dll)
 Memberikan obat dan tindakan keperawatan sesuai anjuran dokter
 Melaporkan kondisi pasien kepada perawat
 Mengidentifikasi dan melaporkan gejala fisik dan gejala lain kepada perawat

10. Peran perawat dalam perawatan paliatif


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat
harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan
kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam
rencana asuhan keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk
mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai
kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus
didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik keperawatan (Combs, et
al.,2014). Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus dikomunikasikan oleh perawat
kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan keperawatan yang
profesional. Menurut American Nurse Associatiuon Scope And Standart Practice
dalam (Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu berkomuniasi dengan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut
berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam
membuat rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan
perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan
yang lainnya.

11. Intervensi kepada pasien dengan penyakit kronik untuk meningkatkan kualiats
hidup menurut penelitian terbaru
 Self care
https://media.neliti.com/media/publications/337440-peningkatan-kualitas-
hidup-pada-pasien-g-956469d3.pdf
 Terapi kognitif :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm/article/view/11430/pdf
 support group:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1590275&val=5466&title=PEMBERIAN%20INTERVENSI
%20SUPPORT%20GROUP%20MENINGKATKAN%20KECEMASAN
%20PADA%20PASIEN%20YANG%20MENJALANI%20HEMODIALISIS

Sumber:
Hemi, N. & Arum, P (2020). Peningkatan Kualitas Hidup pada Pasien Gagal
Jantung: Jurnal Berita Ilmu Keperawatan Vol. 13 (1). p-ISSN:1979-2697; e-
ISSN:2721-1797

Yayan Kurniawan dkk.(2020). Model terapi kognitif sebagai upaya


peningkatan kualitas hidup pada pasien dengan penyakit kronis: Jurnal
Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan Vol 6, No e- ISSN : 2476
- 8987

Eska, D, P. & Irma M,R (2020). Pemberian Intervensi Support Group Meningkatkan
Kecemasan pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis. Vol. 18 No. 1, ISSN 1858-
3385, E-ISSN 2549-7006

12. Kemungkinan diagnose yang muncul


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi bronchial sekunder karena
invasi tumor ( penyakit paru obstruksi kronis).
2. Ketidakefektifan pola napas b.d obstruksi bronkus,, deformitas dinding dada,
keletihan otot pernapasan.
3. Nyeri akut b.d agen cidera(karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan, anoreksia, kelelahan dan dyspnea.
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen( anemis), kelemahan
secara umum.
6. Ansietas b.d proses perkembangan penyakit.
7. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan informasi proses dan pengobatan
penyakit.
Rencana asuhan keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d adanya eksudat di alveolus
Batasan karakteristik :
- Tidak ada batuk
- suara nafas tambahan
- perubahan frekuensi nafas
- perubahan irama nafas
- sianosis
-kesulitan berbicara/mengeluarkan suara
- penurunan bunyi nafas
- dispnue
- sputum dalam jumlah berlebihan
- batuk yang tidak efektif
- gelisah Faktor
-faktor yang berhubungan
- Lingkungan
- Obstruksi jalan nafas
- Fisiologis
NOC
 Respiratory status : Ventilation
 Respiratory status : Airway Patency
 Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dysp-neu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah)
2. Menunjukkan ja-lan nafas yang paten (frekuensi per-nafasan rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal
3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC
 Airwey suction
1. Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning
2. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
3. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakuka
4. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal
5. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas da-lam setelah kateter dikeluarkan dari
nasatrakeal
6. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan sucsion
7. Hentikan sucsion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi,
peningkatan saturasi O2,dll.
 Airway management
1. buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Sumber:

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcome
Classification (NOC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (5th ed.). Jakarta:
Elsevier Ltd.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (6th ed.).
Jakarta: Elsevier Ltd.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: MediAction.

Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal.


Kesehatan, 7(3): 508-513

KEPMENKES RI. (2007). Kebijakan Perawatan Paliatif. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007.

Giarti, A. T. (2018). Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif pada


Pasien Kanker di RSUD dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai