ABSTRAK
Pendahuluan: Kebutuhan pasien akan perawatan paliatif di Indonesia semakin
meningkat sedangkan pelayanan perawatan yang diberikan oleh perawat
masih terbatas dan belum dapat diberikan secara menyeluruh. Tujuan: Tujuan
penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan paliatif pada pasien terminal. Metode: Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melalui
teknik wawancara mendalam yang melibatkan 6 orang perawat yang bekerja di
Ruang Perawatan Kritis ICU Rumah Sakit Advent Bandung, yang dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling. Analisa data hasil wawancara
mendalam dan semi struktur menggunakan tahap analisis menurut Collaizi.
Hasil: Hasil penelitian mendapatkan 5 tema yaitu: Koping Perawat, Adaptasi
Perawat, Hambatan dalam proses perawatan, Perilaku caring Perawat dan
development of self-efficacy. Diskusi: Saran bagi perawat agar dapat
mengikuti seminar – seminar, workshop ataupun pelatihan paliatif guna
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam perawatan paliatif. Saran
bagi bidang penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian tentang
pengalaman keluarga merawat pasien paliatif, atau tingkat pengetahuan
perawat dalam menerapkan perawatan paliatif.
ABSTRACT
Introduction: Client needs in palliative nursing care in Indonesia is increased,
while the nursing care that given by a nurse still limited and cannot be given
thoroughly. Purpose: The purpose of this study was to explore the experience
of nurses in providing palliative care nursing in terminal patients. Method: This
research uses qualitative method with phenomenology approach through in-
depth interview technique that involved 6 nurses working in the Critical Care
Room in the Adventist Hospital of Bandung. The selected by using purposive
sampling method. Analysis of data result of in-depth interview and semi JURNAL
structure using analysis phase according Collaizi. Results: The results of the
research get 5 themes, namely: nurse helmets, nurse adaptation, barriers in the
process of care, caring behavior Nurse and development of self-efficacy.
SKOLASTIK
Discussion: Advice for nurses to equip themselves by attending seminars, KEPERAWATAN
workshops or palliative training to improve knowledge and skills in palliative Vol, 4, No. 2
care. Suggestions for the field of research may carry out other studies such as Juli – Desember 2018
family experience of caring for palliative patients, patient coping behavior in the
treatment process, factors that inhibit terminal patient care processes, the
relationship of nurse knowledge level in applying palliative care, caring behavior ISSN: 2443 – 0935
relationship to quality of life of terminal patients. Suggestions for subsequent E-ISSN 2443 - 16990
Di Indonesia Rumah sakit yang mampu Pihak yang terlibat dalam pelayanan
memberikan pelayanan perawatan perawatan paliatif salah satu
paliatif masih terbatas di lima ibu kota diantaranya adalah perawat. Pelayanan
propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, yang diberikan berupa asuhan
Surabaya, Denpasar dan Makassar. keperawatan secara langsung kepada
Ditinjau dari besarnya kebutuhan dari pasien (individu dan keluarga) sesuai
pasien, jumlah dokter yang mampu dengan kriteria dan kompetensi modul
memberikan pelayanan perawatan pelatihan yang terstandar. Dengan
paliatif juga masih terbatas. Keadaan harapan bahwa perawat dapat
sarana pelayanan perawatan paliatif di mengetahui lebih jauh mengenai
Indonesia masih belum merata kesehatan pasien dan keluarga. Serta
sedangkan pasien memiliki hak untuk mampu mengidentifikasi, mengkaji,
mendapatkan pelayanan yang bermutu, memberikan dan mengelola sesuai
komprehensif dan holistik, maka asuhan keperawatan paliatif. (Asmadi,
diperlukan kebijakan perawatan paliatif 2008).
di Indonesia yang memberikan arah
bagi sarana pelayanan kesehatan untuk Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
menyelenggarakan pelayanan pada bulan Maret 2014 didapatkan data
perawatan paliatif. (Kepmenkes RI bahwa jumlah anak yang menerima
Nomor: 812, 2007). perawatan paliatif di Yayasan Rumah
Rachel pada tahun 2013 adalah
Penelitian Davies et al (2008) sebanyak 350 anak menderita kanker
menyatakan bahwa hambatan dalam dan HIV. Anak sebanyak 70% dari
memberikan paliatif yaitu akses penderita paliatif terminal tersebut
terbatas penyedia perawatan paliatif, meninggal dengan rasa nyaman.
ketidakpastian dalam prognosis dan
hasil pengobatan dan kurangnya METODE
komunikasi serta hambatan dari
pemberi perawatan. Banyak penelitian Desain yang digunakan dalam
telah mencatat bahwa kurangnya penelitian ini adalah metode penelitian
pendidikan dan pelatihan keterampilan studi fenomenologi. Metode kualitatif
adalah penghalang untuk perawatan digunakan untuk menggali karakteristik
paliatif. pengalaman perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan
Untuk pengembangan dan peningkatan paliatif pada pasien dengan penyakit
mutu perawatan paliatif diperlukan terminal. Pendekatan yang digunakan
pemenuhan sarana, prasarana dan seperti yang di atas yaitu, pendekatan
peralatan kesehatan dan non kesehatan, induktif fenomenologi. Fokus
pendidikan dan pelatihan yang penelitian adalah pada karakteristik
berkelanjutan/Continuing Professional pengalaman perawat dalam
Development untuk perawatan paliatif memberikan asuhan keperawatan
(SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas paliatif pada pasien dengan penyakit
pelayanan, menjalankan program terminal. Tujuan menggunakan
keselamatan pasien/patient safety. pendekatan induktif adalah menggali
(Kepmenkes RI Nomor: 812, 2007). fenomena karakteristik pengalaman
Diskusi dengan
keluarga
Koping
keluarga Kognator Perawat
Membantu
Pengelolahan
memberikan solusi informasi &
pertimbangan
Membantu
menentukan pilihan
Sakit, Menangis,
melakukan tindakan Regulator
perawatan
Pengalaman baru
Lingkungan kerja yang
baru
Takut
Butuh adaptasi Novice
Pengetahuan masih
Perawat Pemula
terbatas
Butuh ketrampilan
khusus perawatan
terminal
Sudah memiliki
pengalaman
sebelumnya pada
bidang yang sama
Terlibat dengan
keluarga dalam proses
perawatan
Memenuhi sesuai Proficient
kebutuhan Proses
Mengetahui kondisi Perawat Cakap, Adaptasi
berdasarkan proses memahami secara
penyakit holistik
Memberikan
perawatan secara
menyeluruh (holistik)
Inisiatif
Data yang didapat berdasarkan kerja yang baru pertisipan merasa takut
wawancara, ditemukan pada dalam merawat pasien yang tidak sadar,
pengalaman pertama Key Informant merasa takut apabila salah
setelah mengalami rotasi tempatkan mengoperasikan peralatan, takut salah
Tema ketiga yang muncul adalah perawatan, dapat terlihat pada tabel
berdasarkan pengalaman hambatan berikut:
yang sering dialami selama proses
Tabel 4 Tema ke-3
Kode Kategori Tema
Kondisi pasien
Penyakit pasien
Vital sign
Stimulus
Penderitaan akibat
Konteksual
proses penyakit
Meninggal Hambatan
Dalam
Keluarga Proses
Sarana & prasana Perawatan
terbatas
Masalah keuangan
Persepsi pasien &
keluarga
Fase Denial
Pengobatan Stimulus
terhambat Residual
Pertimbangan
keluarga
Data yang diperoleh pada saat perawatan yaitu kondisi pasien dari
wawancara adalah hambatan yang proses penyakit. Sesuai dengan teori
dirasakan oleh Key Informant pada Roy hambatan ini kategorikan sebagai
pengalaman dalam memberikan asuhan stimulus kontekstual.
keperawatan paliatif pada pasien Stimulus kontekstual yaitu semua
terminal. Kondisi yang dialami pasien stimulus lain baik internal maupun
akibat dari proses penyakit, Vital sign eksternal yang mempengaruhi situasi
yang sering mengalami perubahan yang dan dapat diobservasi, diukur dan
signifikan, pasien sering menderita secara subyektif dilaporkan.
kesakitan akibat proses penyakit dan Rangsangan ini muncul secara
bahkan sampai meninggal dunia. bersamaan dimana dapat menimbulkan
Roy mengemukakan bahwa stimulus respon negatif pada stimulus fokal.
yang dapat menghambat di
kelompokkan menjadi tiga jenis Sumber stressor yang menjadi
stimulus, antara lain: stimulus fokal, hambatan bisa berasal dari orang yang
stimulus kontekstual, dan stimulus terkena stresor itu sendiri (internal
residual. Key Informant mengalami sources) atau dari luar (extemal
adanya hambatan dalam proses sources) yang bisa ada pada keluarga
dan lingkungan baik lingkungan kerja pasien dan keluarga tentang penyakit
maupun lingkungan sekeliling kita. yang dialami, pertimbangan dan
(Barbara, 2008). keputusan yang dilakkukan keluarga,
dan pengobatan yang terhambat
Pada pengalaman perawat keluarga
Dari hasil wawancara didapati empat sering kali mengambil keputusan
dari partisipan mengungkapkan kondisi bersama untuk menghentikan proses
pasien dalam proses penyakit menjadi perawatan ataupun memilih untuk
faktor yang menghambat. Berikut menghentikan penderitaan pasien dari
pernyataan partisipan, yaitu: proses penyakit. Tetapi keputusan yang
“...kadang – kadang kondisi pasien diambil keluarga, terkadang dilakukan
tersebut ya, kondisi pasien ya udah saat mereka sedang dalam kondisi yang
selesai, sering gitu...” tidak stabil sehingga keputusan yang
diambil sering berubah - ubah. Hal ini
“...jadi terhambat ya dari pasienya tentu menjadi hambatan dalam proses
juga, kondisinya...” perawatan.
Dalam pengalaman perawat, ditemukan Dari hasil wawancara didapati tiga dari
bahwa pada awalnya keluarga dan partisipan mengungkapkan keluarga
pasien mengalami fase denial dimana menjadi faktor yang menghambat
mereka tidak menerima dan menolak dalam proses perawatan. Satu
proses penyakit, faktor lain yang partisipan lain mengungkapkan
mendukung stimulus residual adalah keterbatasan sarana dan prasarana serta
masalah keuangan keluarga, persepsi
“...pertamanya kan ada yang dia denial Tema keempat yang muncul adalah
dulu...” menggambarkan perilaku caring yang
diterapkan perawat pada pengalaman
“...keluarga yang memang betul – betul merawat pasien terminal, dapat terlihat
ini kan, yang maksudnya udah stres pada tabel berikut:
duluan...”
Tabel 5 Tema ke-4
“...pengobatan itu juga agak
terhambat...”
Hasil penelitian dari Ardianas, dkk “…coba tempatkan diri kita kalau
(2010) ditemukan bahwa klien nggak keluarga kita, orang tua kita
mengharapkan perilaku caring yang diposisi seperti itu, harusnya kita lebih
holistik sehingga klien puas dengan perhatian ha a lebih care…”
pelayanan keperawatan. Dengan
kemampuan perawat memahami dan “…kemanusiaan aja, rasa
mendukung emosi orang lain (dalam kemanusiaan yang mendorong
hal ini pasien) maka dapat mendorong memberikan perawatan…”
perawat untuk menerima perasaan klien
baik positif maupun negatif sehingga “…ya kita dukung kita kasih motivasi,
akan tercipta hubungan saling percaya pasien semangat, kasih emosional
yang merupakan salah satu wujud support, anjurkan banyak berdoa biar
perilaku caring perawat. lebih iklas…” K6
Dari hasil wawancara didapati lima dari
partisipan menunjukkan perilkau caring 8. Development of self efficacy
yang baik kepada pasien dan keluarga
selama proses perawatan dimana Tema kelima yang muncul ini dapat
perawat menempatkan pasien sebagai terlihat pada tabel berikut:
keluarga mereka sendiri, melayani
dengan suka hati, iklas, serta senantiasa
tentu sangat besar. Hal ini tentu saja “…jadi keluarga juga terharu sih, e
akan mengganggu kualitas pelayanan benar – benar mengucapkan
yang diberikan oleh rumah sakit, terimakasih ke kita, karena sudah e
khususnya oleh perawat itu sendiri. mambantu dan merawat itu dengan
baik dan menjaga…”
Apabila perawat terus menerus
mengalami kecemasan karena merasa “…perasaannya mah biasa aja nggak
tidak mampu dalam menjalankan ada perasaan takut…”
tugasnya dengan baik maka ia rentan
mengalami stres kerja. Hal ini sesuai “…merasa lebih terbiasa dan juga
dengan pendapat dari Bliese, dkk setidaknya pelayanan yang kita berikan
(dalam Mariza, 2011), yang juga itu, jadi lebih berkualitas gitu…”
menyatakan bahwa pekerjaan pun
dapat benar-benar menjadi ancaman “…kalau saya tidak merasa ada
dan sumber stres bagi individu yang pengalaman yang tidak menyenangkan
tidak memiliki keyakinan dan self ya, merasa senang – senang saja
efficacy tinggi. selama ini…”
Teori Self Efficacy pertama kali “.... sebagai pegawai dan perawat pasti
dikembangkan oleh Bandura (dalam memberikan sesuai dengan profesi kita
Ghufron, 2010). Ia menyatakan bahwa dan tanggung jawab kita dalam
self efficacy adalah keyakinan individu pekerjaan dan pelayanan kita, tetap
mengenai kemampuan dirinya dalam harus diberikan sesuai dengan
melakukan tugas atau tindakan yang prosedur yang sudah ada...”
diperlukan untuk mencapai hasil
tertentu. “…tentunya mereka bisa terima kita
lah ya karena kita ada
Dari hasil wawancara didapati lima dari disampingnya…”
partisipan menunjukkan hasil yang
positif. Dimana partisipan memiliki “…perasaanya sama seperti merawat
Self Efficacy yang tinggi, dan mampu pasien yang lain, nggak ada rasa takut
memberikan respon yang baik dalam sih, biasa aja…”
memberikan perawatan serta memiliki
managament stress yang baik dalam “…ya tetap kita harus melakukan
pekerjaan. Berikut pernyataan kewajiban kita, tetap harus kita kasih
partisipan, perawatan…”
yaitu:
“…lama kelamaan ya takutnya “…melihat penderitaan ya gitu kitapun
berangsur – angsur jadi nggak takut sih ikut merasaitu yang terbaik untuk dia
jadi sudah terbiasa…” iya kan nggak memperpanjang
penderitaanya…”
“…merasa senang – senang saja sih
selama ini…” “…sampai sejauh ini nggak ada
pengalaman yang tidak
menyenangkanya, senang – senang aja sarana dan prasana yang terbatas, tetapi
sih…” keluarga memiliki pengaruh yang besar
dalam pengambilan keputusan.
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Perilaku caring perawat pada
pengalaman perawat dalam
Kesimpulan yang diperoleh dari memberikan asuhan perawatan paliatif
penelitian yang telah dilakukan pada ditemukan hasil bahwa walaupun tidak
keenam Key Informant, dengan judul memahami secara utuh perawatan
“Studi Fenomenologi Pengalaman paliatif tetapi perawat mampu
Perawat Dalam Memberikan Asuhan menerapkan perilaku caring yang baik
Keperawatan Palaitif Pada Pasien selama melakukan proses perawatan.
Dengan Penyakit Terminal Diruang 5. Development of self-efficacy pada
ICU Rumah Sakit Advent Bandung, pengalaman perawat dalam
didapatkan 5 tema antara lain : memberikan asuhan perawatan paliatif
1. Koping perawat pada pengalaman ditemukan hasil bahwa perawat
perawat dalam memberikan asuhan memiliki effikasi diri yang tinggi
perawatan paliatif ditemukan hasil sehingga mampu bereaksi yang positif
bahwa perawat memiliki mekanisme selama melakukan proses perawatan.
koping yang baik dalam pengaturan
stres selama melakukan proses Saran
perawatan dan dalam menghadapi Peneliti memberikan saran dari hasil
keluarga. penelitian yang dapat berguna bagi
2. Adaptasi perawat pada pengalaman perawat, rumah sakit, dan bagi bidang
perawat dalam memberikan asuhan penelitian.
perawatan paliatif ditemukan hasil
bahwa perawat mengalami proses Perawat
adaptasi yang baik. Perawat mengalami Hasil penelitian ini dapat menjadi
peningkatan yang progresif. Dari masukan bagi perawat dalam
novice atau perawat pemula menjadi memberikan asuhan keperawatan pada
perawat proficient atau perawat yang pasien terminal sesuai dengan kode etik
cakap dalam pekerjaannya yang dapat perawat dan panduan perawatan
memberi pelayanan perawatan secara paliatif.
menyeluruh atau holistik serta mampu Serta perawat dapat memperlengkapi
melibatkan keluarga dalam perawatan. diri dengan mengikuti seminar –
3. Hambatan dalam proses perawatan seminar, workshop ataupun pelatihan
pada pengalaman perawat dalam paliatif guna meningkatkan
memberikan asuhan perawatan paliatif pengetahuan dan ketrampilan dalam
ditemukan hasil bahwa terdapat dua perawatan palaitif
stimulus yang menjadi hambatan dalam
memberikan perawatan, yaitu stimulus Rumah Sakit
kontekstual, stimulus ini berasal dari Hasil penelitian ini dapat menjadi
kondisi pasien akibat proses penyakit. masukan dan pertimbangan bagi
Kedua adalah stimulus residual, Rumah Sakit khususnya untuk
stimulus eksternal dalam hal ini memenuhi dan meningkatkan proses
keluarga, masalah keuangan, juga
Adhisty, Effendy, Setiyarini. (2016). Ferrell, B., Virani, R., Paice, J. A.,
Pelayanan Paliatif pada Pasien Coyle, N., & Coyne, P. (2009).
Kanker di RSUP Dr. Evaluation of palliative care
Merujuk artikel tersebut dengan Judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Perawat Dalam
Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal Di Ruang
ICU Rumah Sakit Advent Bandung” dapat ditelaah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di RS Advent Bandung pada tahun 2018 dengan tujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif
pada pasien terminal. Desain penelitian metode kualitatif dengan pendekatan study
fenomenologi melalui teknik wawancara mendalam yang melibatkan 6 orang perawat
yang bekerja di Ruang Perawatan Kritis ICU Rumah Sakit Advent Bandung, yang
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling
2. Kebutuhan pasien akan perawatan paliatif di Indonesia semakin meningkat sedangkan
pelayanan perawatan yang diberikan oleh perawat masih terbatas dan belum dapat
diberikan secara menyeluruh. Pasien dengan penyakit terminal, tidak dapat
disembuhkan dengan perawatan secara kuratif. Terapi kuratif dapat membantu
mengurangi tanda dan gejala yang dirasakan. Kebutuhan pasien terminal adalah
perawatan yang dapat membantu mengurangi penderitaan dari proses penyakit secara
fisik, sosial dan psikologi. Pihak yang terlibat dalam pelayanan perawatan paliatif salah
satu diantaranya adalah perawat. Pelayanan yang diberikan berupa asuhan keperawatan
secara langsung kepada pasien (individu dan keluarga).
3. Hasil penelitian menjelaskan bahwa lima tema utama yang menggambarkan
pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif pada pasien
terminal yaitu Koping Perawat, Adaptasi Perawat, Hambatan dalam proses perawatan,
Perilaku caring Perawat dan development of self-efficacy. Pengalaman perawat dalam
memberikan asuhan perawatan paliatif ditemukan hasil bahwa perawat memiliki
mekanisme koping yang baik dalam pengaturan stres selama melakukan proses
perawatan dan dalam menghadapi keluarga. Adaptasi perawat dalam memberikan
asuhan perawatan paliatif ditemukan hasil bahwa perawat mengalami proses adaptasi
yang baik dalammemberi pelayanan perawatan secara menyeluruh atau holistik serta
mampu melibatkan keluarga dalam perawatan. Terdapat dua stimulus yang menjadi
hambatan dalam memberikan perawatan, yaitu stimulus kontekstual, stimulus ini
berasal dari kondisi pasien akibat proses penyakit. Kedua adalah stimulus residual,
stimulus eksternal dalam hal ini keluarga, masalah keuangan, juga sarana dan prasana
yang terbatas, tetapi keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam pengambilan
keputusan. Perawat mampu menerapkan perilaku caring yang baik selama melakukan
proses perawatan walaupun tidak memahami secara utuh perawatan paliatif. Perawat
memiliki effikasi diri yang tinggi sehingga mampu bereaksi yang positif selama
melakukan proses perawatan.
4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran perawat sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif. Perawat sebagai garda terdepan
dalam pelayanan kesehatan harus memiliki mekanisme koping yang baik dan mudah
beradaptasi dalam segala kondisi. Begitupun perilaku caring dan efficacy diri menjadi
tuntutan perawat dalam setiap tindakan. Hambatan yang dihadapi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan paliatif dapat diminimalisir dengan kerja sama yang
baik dengan keluarga pasien. Begitupun support dari jajaran manajerial rumah sakit
dalam hal sarana prasarana ikut mendukung terciptanya pelayanan yang otimal.