Anda di halaman 1dari 173

LAPORAN HOME CARE

DI KECAMATAN NANGGALO SITEBA PADANG

KELOMPOK 2

FATJRI HIDAYAT GEBBY PRATIWY


FAUZI MASTA AMANDA HERMIN LESTARI ZALUKHU
FERDINA SISKA IFLAH RAHMADANI
FITRI RAHMADHANI JULIA ANNISA
FURRY LAWAFATTIEN JENDRY LAFENTRISKO

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. RIKA SABRI, S. Kp, M. Kep, Sp. Kom

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA. 2016/2017
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur senantiasa ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
anugerah dan petunjuk serta hidayah-Nya lah sehingga tugas kelompok 2 home
care di Kecamatan Naggalo Siteba Padang yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah HOME CARE
pendidikan S1 keperawatan di STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG dapat
terselesaikan meskipun memiliki banyak sekali kekurangan.
Dalam pembuatan tugas ini kelompok 2 banyak mendapatkan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kelompok
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ns. Zulham Efendi, M. Kep. Ketua prodi S1 Keperawatan STIKES


MERCUBAKTIJAYA PADANG.
2. Ibu Ns. Tessa Olivia, S.Kep selaku koordinator mata kuliah Elektif Home
Care dan pembimbing dalam kegiatan home care prodi S1 Keperawatan
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG.
3. Ibu Ns. Rika Sabri, S. Kep, M. Kep, Sp. Kom selaku pembimbing dalam
kegiatan home care prodi S1 Keperawatan STIKES MERCUBAKTIJAYA
PADANG
4. Bapak fransiskus selaku pembimbing dalam kegiatan home care prodi S1
Keperawatan STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

Semoga pembimbing, bantuan dan amal kebaikan yang telah


diberikan kepada kelompok 2 mendapat balasan dari allah SWT. Akhir
kata, untuk kesempurnaan tugas ini kelompok 2 berharap masukan,
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembina dan kelompok 2
menerima dengan senang hati.

Padang, 13 Desember 2016

Kelompok

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan 7

Manfaat 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Konsep Home Care 9

Konsep Kasus 27

BAB III PELAKSANAAN HOME CARE

Pelaksanaan Kasus 79

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan Kasus 142

BAB V PENUTUP

Kesimpulan 170

Saran 170

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam


hirarki Maslow dijelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia menyangkut
didalamnya pemenuhan kebutuhan fisik. Perlindungan fisik salah satunya
berupa ancaman tubuh atau hidup yang dapat berupa penyakit. Seseorang
yang mengalami sakit akan berupaya untuk mencari pelayanan kesehatan agar
dirinya dapat kembali pada keadaan sehat. Pelayanan kesehatan diantaranya
rumah sakit, puskesmas dan tempat-tempat praktik kesehatan lainnya.
Berbagai macam pelayanan ditawarkan kepada pasien yang ingin
meningkatkan kesehatannya. Salah satunya adalah pelayanan home care atau
perawatan kesehatan di rumah.
Home care atau perawatan kesehatan di rumah merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka. Tujuan dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan komplikasi akibat dari penyakit serta
memenuhi kebutuhan dasar pasien dan keluarga. Lingkungan di rumah dirasa
lebih nyaman bagi sebagian pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah
sakit. Hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan pasien yang cenderung
akan lebih cepat masa penyembuhannya jika mereka merasa nyaman dan
bahagia (Yoyok, 2012). Selain alasan diatas, home care juga membantu
masyarakat yang mengalami keterbatasan membiayai pelayanan kesehatan
khususnya pada kasus kasus penyakit degeneratif yang memerlukan
perawatan yang relatif lama.
Pada tahun 1970, layanan home care berbasis rumah sakit
dikembangkan tanggapan terhadap kebutuhan untuk kesinambungan
perawatan dari pengaturan perawatan akut dan juga dalam menanggapi
tingginya biaya pelembagaan (Stanhope,1996). Home care berbasis rumah
sakit berbeda dari lembaga kesehatan rumah lainnya, ada dewan direksi
rumah sakit yang sudah mapan yang bertanggung jawab untuk mengatur
lembaga tersebut. Apalagi, klien pada home care berbasis rumah sakit
memiliki akses pada pelayanan rawat inap yang ada (Stanhope,1996). Home

4
care memang bukan menjadi aktivitas utama rumah sakit, ini berbeda dengan
agensi atau instansi yang memang bisnis utamanya mengelola home care.
Prinsip pelayanan home care tidak jauh berbeda dengan pelayanan yang
dberikan di rumah sakit yaitu harus berfokus pada kebutuhan pasien.
Perkembangan home care di Indonesia sudah semakin maju sehingga
banyak masyarakat yang mengetahui home care dan mencoba menggunakan
jasa pelayanan home care yang disediakan oleh rumah sakit baik pemerintah
maupun swasta. Saat ini banyak kasus kasus penyakit degenerative yang
memerlukan perawatan yang relative lama seperti kasus pasien pascastroke
yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan
rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama (Swedarma, 2009). Selain
itu, terjadinya transisi epidemiologis yang mengakibatkan semakin
meningkatknya kasus penyakit kronis dibandingkan penyakit akut, sehingga
terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit terminal yang tidak efektif dan
efisien dirawat di rumah sakit (Depkes, 2002 dalam Sri Listyanig wulan
2006). Dengan demikian pelayanan kesehatan saat ini menawarkan pelayanan
home care untuk menangani kasus seperti diatas. Jumlah kunjungan perawat
home care setiap minggunya rata-rata 50 kunjungan, dan jumlah kunjungan
per hari 8-10 kunjungan dengan jenis penyakit paling banyak dilayani yaitu
kasus stroke sebanyak 82 pasien di RS Panti Rapih (Siswanti, 2003).
Berkembangnya home care dikalangan masyarakat menjadi lebih baik
jika diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pelayanan asuhan keperawatan
salah satunya adalah pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga. Dari
penelitian terdahulu, 37% pasien bermasalah mengenai pemilihan obat, 20%
pasien membutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Suatu penelitian
dilakukan oleh Julie B.Mallinger, Jennifer J.Griggs, dan Cleveland G.Shields
(2005) mengenai hubungan antara patient-centeres care dan kepuasan dengan
informasi pada wanita yang sembuh dari kanker payudara. Dari hasil
penelitian tersebut didapatkan bahwa mereka yang sembuh dari kanker
payudara merasa puas dengan informasi yang diberikan petugas kesehatan
mengenai penyakit dan pengobatan penyakitnya tersebut. Namun mereka
merasa kurang puas dengan minimnya informasi mengenai pemeriksaan

5
jangka panjang, pengaruh penyakit terhadap psikososial pasien, dan
kehidupan sosial pasien.
Hal ini menjelaskan bahwa pasien dan keluarga membutuhkan
pendidikan mengenai pemilihan obat dan pengetahuan mengenai terapi obat
tersebut. Ini merupakan salah satu contoh kasus bahwa perawat dan tenaga
kesehatan lainnya bertanggung jawab memberikan pendidikan terhadap
pasien dan keluarga agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat
guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Pendidikan terjadi ketika
pasien berinteraksi dengan dokter dan/ atau perawatnya. Banyak staf
kesehatan yang berbeda dalam mendidik pasien dan/ atau keluarga maka
penting bagi staf kesehatan untuk mengkoordinasikan kegiatan tersebut
sehingga pendidikan yang diberikan fokus terhadap kebutuhan pasien
(American University of Beirut, 2013).
Hal hal tersebut diatas merupakan segelintir alasan Komite Joint
Commission International (JCI) mengeluarkan standar akreditasi khusus
home care. Standar penilaian akreditasi ini merupakan standar penilaian
penerapan home care berfokus pada pasien. Penilaian tersebut meliputi
keselamatan pasien, akses dan asesmen pasien, hak dan tanggung jawab
pasien, perawatan psasien dan kontinuitas pelayanan, manajemen obat pasien,
serta pendidikan pasien dan keluarga.
Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam
mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Penerapan
pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat memberikan informasi
tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu masalah,
memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal
hal tersebut diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait
penerapan dan pelaksanaan pendidikan pada pasien dak keluarga di unit
pelayanan home care.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan merupakan hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

6
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengeruhi oleh intensitas perhatian melalui indera pendengaran dan indera
penglihatan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan
pengetahuan dan sikap seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Tak hanya dari segi pengetahuan perawat, pelayanan home care juga
ditentukan oleh manajemen yang digunakan oleh unit pelayanan tersebut.
Fasilitas, keuangan, sumber daya, standar minimal, dan lain sebagainya
mempengaruhi jalannya pelayanan home care yang diberikan kepada klien.
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang
sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga
informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era
globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan
dengan perkembangan keperawatan dinegara yang telah berkembang, social
ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi
masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah
dan terjangkau, sehingga memerlukan perawatan ebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan dirumah sakit telah menurun secara dramatis dalam
era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar,
managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan
yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variable ini,
industri perawatan dirumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan
harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah
memberi hasil yang terbaik bagi setia individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh

7
pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayana di rumah
melalui staf atau pengaturan berdsarkan perjanjian kerja atau kontrak
(Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan di
Rumah yang Disusun oleh PPNI dan DEPKES).
Kriteria kasus yang dapat diberikan pelayanan home care yaitu kasus
umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit dan kasus dengan
kondisi khusus. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah
sakit terdiri atas klien dengan penyakit obstruksif paru kronis, klien dengan
penyakit gagal jantung, klien dengan hipertensi, klien dengan gangguan
oksigenasi, klien dengan perlukaan kronis, klien dengan diabetes, klien
dengan gangguan fungsi perkemihan, klien dengan kondisi pemulihan
kesehatan atau rehabilitasi, klien dengan terapi cairan infus di rumah, klien
dengan gangguan fungsi persyarafan, klien dengan HIV/AIDS. Sedangkan
kasus dengan kondisi khusus terdiri atas klien dengan post partum, klien
dengan gangguan kesehatan mental, klien dengan kondisi usia lanjut, klien
dengan kondisi terminal (Tarricone dan Tsouros, 2008).
Berdasarkan kriteria kasus diatas, kelompok menemukan delapan kasus
yang dapat diberikan pelayanan home care. Klien dengan penyakit Asma,
klien dengan penyakit Herpes, klien dengan penyakit Inontinensia Urin, klien
dengan penyakit Hipertensi, klien dengan gangguan Retardasi Mental, klien
dengan penyakit Alzheimer, klien dengan penyakit Osteoporosis, klien
dengan kondisi paliatif Ca. Mamae.
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (Smeltzer, 2002).
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air
pada dasar peradangan dan berkelompok (Tetty Setiowati Deswaty Furqonita,
2007).
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak
terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi

8
dan jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis penderitanya
(FKUI, 2006). Di Indonesia jumlah penderita Inkontinensia urin sangat
signifikan. Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 5, 8% dari jumlah penduduk
mengalami Inkontinensia urin, tetapi penanganannya masih sangat kurang.
Hal ini di sebabkan karena masyarakat belum tahu tempat yang tepat untuk
berobat disertai kurangnya pemahaman tenaga kesehatan tentang
inkontinensia urin. Menurut studi epidemiologi dilaporkan bahwa
Inkontinensia urin dua sampai lima kali lebih sering pada wanita
dibandingkan pria. Inkontinensia urin menyebabkan gangguan dari fungsi
kandung kemih, yang memberikan masalah gangguan tidur, masalah pada
kulit, masalah fisik, isolasi sosial dan 3 masalah psikologis. Sejumlah studi
telah meneliti efek dari Inkontinensia urin pada lansia. Populasi juga
menemukan efek negatif pada pasien fisik, status depresi, emosional, dan
sosial kehidupan. Di komunitas wanita dan pria lanjut usia masalah
Inkontinensia urin ini berhubungan dengan depresi, menurun aktivitas fisik,
menjauh dari pergaulan sosial dan kualitas hidup (Onat, et al 2014).
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut
WHO tekanan sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan diasoliknya > 90
mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik 90 mmHg dan atau tekanan
diasoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun) (Taufan, 2011).
Keterbelakangan mental atau lazim disebut dengan reterdasi mental
(RM) adalah suatu keadaan di mana keadaan dengan intelegensia yang
kurang (subnormal).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan,
pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan
meningkatkan kemandirian penderita (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008).
Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu
berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan
meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit
yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat

9
sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak
187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto, 2005).
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan
kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat
meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang
(Suryati, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok bermaksud untuk
memberikan pelayanan home care dengan delapan penyakit kepada klien dan
keluarga yang menjadi kelolaan kelompok.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum
Menggambarkan pelayanan keperawatan di rumah secara
menyeluruh, efektif dan efisien yang berkesinambungan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup klien dan keluarga .

b. Tujuan Khusus
1. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan asma.
2. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan
inkontinensia urine.
3. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan herpes.
4. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan retardasi
mental.
5. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan
hipertensi.
6. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan alzheimer.
7. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan ca.
Mamae.

8. Menggambarkan pelayanan keperawatan home care dengan


osteoporosis.

10
C. Manfaat
a. Bagi klien
Klien mendapatkan pelayanan yang lebih sempurna, holistik dan
komprehensif.
b. Bagi keluarga
Kegiatan home care dapat meringkankan beban, keluarga dan
membantu keluarga dalam pencegahan, pengobatan dan pemeliharaan
penyakit klien.
c. Bagi perawat
Perawat dapat mengaplikasikan pelayanan keperawatan mandiri
dibawah naungan legal dan etik keperawatan.
d. Bagi institusi
Home care dapat menjadi sumber masukan dana untuk institusi
sendiri atau home care menjadi sumber penghasilan bagi staf-staf yang
berada di institusi.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP HOME CARE

1. Pengertian Home Care


Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa
home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan

11
atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga
yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf
yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Home health care adalah
sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di
rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus
tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc Ewen, 2001).
Home Care (HC) adalah merupakan layanan kesehatan yang
dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993). Sehingga home
care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien
yang telah melalui sejarah yang panjang (Habbs dan Perrin, 1985).
Di beberapa negara maju, home care (perawatan di rumah ),
bukan merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh
William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah
dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati
klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian home care adalah:
a. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari
rumah sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan
(discharge planning ) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah
sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim
keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.
b. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan
keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau
puskesmas.
c. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen
rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian
dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.

12
Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan
keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi
pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui
staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (warola,1980
dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan dirumah yang
disusun oleh PPNI dan Depkes).

2. Konsep atau Model Teori Yang Mendukung Home Care


1) Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan
yang meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam
mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :
a. Udara bersih
b. Air yang bersih,
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan, serta
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada
lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih
terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan
sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan
masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji
keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji
fisik/tubuhnya.
2) Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki
sifat dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan
manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia
setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi
tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah

13
yaitu keutuhan manusia dan lingkungan,kemudian system
ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan
manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari
integritas,resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu
kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti
bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan
helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan lahan maupun
berlangsung dengan cepat. Menurut Rogers (1970), tujuan
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi
klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik
keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik:
Manusia utuh meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus
menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3) Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk
memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa
perawat harus bekerja dengan prinsip care dan pemahaman yang
dalam mengenai care sehingga cultures care, nilai-nilai, keyakinan,
dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk
perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada
kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat
memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan
kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan
, sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan
kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada
care dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

14
4) Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki
empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
diantaranya kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional)
yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual,
kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam
konsep praktik keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori
Self Care, di antaranya:
1. Perawatan Diri Sendiri (Self Care)
Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu
serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi
oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan
dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri
yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

15
Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu
tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi
tubuh. Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang
merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites
(kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health
Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari
kondisi pasien).
2. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan
secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan
pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan
seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan
self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan
pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri
sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem
memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau
berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada
orang lain.
3. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan
keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien. (Aziz
Alimul Hidayat, 2004).

3. Tujuan Home Care

16
a) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
b) Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara
mandiri.
c) Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.

d) Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.


Menurut Drs. I Nyoman Cakra, A.Md.Kep, SH. (2006). Perawatan
kesehatan di rumah bertujuan :
a) Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan
kualitas hidupnya.
b) Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
c) Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
d) Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,

e) Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

4. Landasan Hukum Home Care


a) UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
b) PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
c) UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
d) UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
e) Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik
perawat.
f) Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
g) Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
h) SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
i) PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.

j) Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.

5. Skill Yang Harus Dikuasi Perawat

17
Home Care SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311
menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan
oleh perawat home care antara lain :
1) Vital sign
2) Memasang nasogastric tube
3) Memasang selang susu besar
4) Memasang cateter
5) Penggantian tube pernafasan
6) Merawat luka dekubitus
7) Suction
8) Memasang peralatan O2
9) Penyuntikan (IV, IM, IC, SC)
10) Pemasangan infus maupun obat
11) Pengambilan preparat
12) Pemberian huknah/laksatif
13) Kebersihan diri
14) Latihan dalam rangka rehabilitasi medis
15) Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic
16) Pendidikan kesehatan
17) Konseling kasus terminal
18) Konsultasi/telepon
19) Fasilitasi ke dokter rujukan
20) Menyiapkan menu makanan
21) Membersihkan tempat tidur pasien
22) Fasilitasi kegiatan sosial pasien
23) Fasilitasi perbaikan sarana klien.
Kompetensi Dasar
1) Memahami dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara
umum.
2) Menjelaskan anatomi, fisiologi, patologi sebagai sistem tubuh secara
umum
3) Menjelaskan konsep dasar homeostasis, dan pathogenesis.

18
4) Melaksanakan pemberian obat kepada klien/pasien
5) Menjelaskan cara-cara pemberian obat kepada pasien
6) Melakukan pemberian obat kepada pasien sesuai resep dokter.
7) Memahami jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan
oleh klien/pasien :
a) Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan
oleh
klien/pasien
b) Menjelaskan persiapan klien/pasien yang akan diperiksa di
laboratorium
c) Mengantarkan klien/pasien untuk periksa di laboratorium.
8) Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
a) Menjelaskan definisi komunikasi terapeutik
b) Menjelaskan fungsi, dan manfaat komunikasi terapeutik
c) Melaksanakan setiap tindakan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik.
9) Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia
sesuai tingkat perkembangan
10) Membangun hubungan antar manusia
11) Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
12) Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia
13) Merencanakan kebutuhan dasar manusia
14) Menunjukan kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan
a) Membangun hubungan antar manusia
b) Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
c) Mengidentifikasi kebutuhan dasar klien/pasien
d) Merencanakan kebutuhan dasar klien/pasien
e) Melaksanakan kebutuhan dasar klien/ pasien
f) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kebutuhan pasien/klien
yang penyakit ringan.
15) Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LH)

19
a) Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
b) Melaksanakan prosedur K3
c) Menerapkan konsep lingkungan hidup
d) Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan
16) Memahami kontinum sehat- sakit
17) Menjelaskan keseimbangan tubuh manusia normal
18) Menjelaskan definisi sehat-sakit
19) Menjelaskan model-model sehat dan sakit
20) Menjelaskan nilai-nilai yang mempengaruhi kesehatan
21) Menjelaskan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
22) Menjelaskan faktor-faktor resiko dalam kehidupan manusia
23) Menjelaskan dampak sakit pada klien/pasien dan keluarga.
24) Memahami dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat
a) Menjelaskan penyakitpenyakit sistem integumen sederhana yang
umum dimasyarakat
b) Menjelaskan penyakitpenyakit sistem gastro intestinal sederhana
yang umum di masyarakat
c) Menjelaskan penyakit-penyakit sistem genito urinaria sederhana
yang umum di masyarakat
d) Menjelaskan penyakitpenyakit sistem respiratori sederhana yang
umum di masyarakat
e) Menjelaskan penyakitpenyakit sistem kardio vaskuler sederhana
yang umum di masyarakat
f) Menjelaskan penyakitpenyakit sistem persarafan sederhana yang
umum di masyarakat
g) Menjelaskan penyakitpenyakit sistem reproduksi sederhana yang
umum di masyarakat.
25) Memahami peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama
26) Menjelaskan tindakan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit
27) Menjelaskan tindakan pelayanan kesehatan utama

20
28) Menjelaskan peran asisten perawat dalam pemberian perawatan
utama.
29) Memahami pemberian obat
a) Menjelaskan nomenklatur dan bentuk obat oral
b) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kerja obat
c) Menjelaskan kemampuan memberikan obat oral.
30) Memahami kemampuan interpersonal dan massa
31) Menjelaskan berbagai tingkatan komunikasi
32) Menjelaskan proses komunikasi
33) Menjelaskan bentuk-bentuk komunikasi
34) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
35) Mendiskusikan komunikasi terapeutik
36) Menjelaskan bantuan dalam berkomunikasi.
37) Prinsip-prinsip perkembangan manusia
a) Menjelaskan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia
b) Menjelaskan tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia
c) Menjelaskan tentang konsepsi
d) Menjelaskan proses kelahiran.
38) Memahami tahap-tahap perkembangan manusia
39) Menjelaskan perkembangan masa bayi
40) Menjelaskan perkembangan masa balita
41) Menjelaskan perkembangan anak masa usia sekolah
42) Menjelaskan perkembangan masa remaja
43) Menjelaskan perkembangan masa dewasa muda
a) Menjelaskan perkembangan masa dewasa
b) Menjelaskan perkembangan masa lansia.
44) Memahami sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan
perkembangan
a) Menjelaskan sikap perawat terhadap klien/pasien sesuai dengan
tahap perkembangan
b) Menjelaskan pelayanan perawatan kesehatan komunitas dan panti.
45) Memahami tentang stress

21
a) Menjelaskan konsep stress
b) Menjelaskan adaptasi terhadap stress
c) Menjelaskan respon terhadap stress
d) Menjelaskan proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres.
46) Memahami kebutuhan dasar manusia
a) Menjelaskan kebutuhan fisiologis manusia
b) Menjelaskan kebutuhan keselamatan dan rasa aman
c) Menjelaskan kebutuhan cinta dan rasa memiliki
d) Menjelaskan kebutuhan penghargaan dan harga diri
e) Menjelaskan kebutuhan aktualisasi diri.
47) Memahami tentang kesehatan reproduksi
a) Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
b) Menjelaskan anatomi dan fisiologi alat reproduksi
c) Menjelaskan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi.
d) Memahami perilaku empatik.
e) Menjelaskan sikap empatik terhadap kehilangan, kematian, duka
cita saat melakukan tindakan keperawatan
f) Menjelaskan bantuan yang diberikan sesuai dengan agama, dan
kebutuhan
spiritual klien tersebut.
48) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
a) Menjelaskan pedoman untuk mengukur tanda vital
b) Menjelaskan tentang pengukuran suhu tubuh
c) Melaksanakan pengukuran nafas
d) Melaksanakan pengukuran nadi.
49) Melakukan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
a) Menjelaskan tentang mobilisasi dan pengaturan gerak
b) Menjelaskan gangguan mobilisasi
c) Menjelaskan latihan mobilisasi
d) Menunjukan kemampuan melakukan mobilisasi pasif dan aktif
e) Menjelaskan gangguan mobilisasi.

22
50) Melakukan pemberian nutrisi
a) Menjelaskan nutrisi seimbang
b) Menunjukan kemampuan memberikan makan peroral pada
pasien/klien.
c) Melaksanakan dokumentasi tindakan keperawatan
d) Menjelaskan komunikasi multidisiplin dalam tim
e) Membuat dokumentasi sesuai dengan pedoman.
f) Melaksanakan tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah
hokum
g) Menjelaskan pentingnya etika dan hukum keperawatan dalam
melaksanakan tugas.
h) Melakukan perilaku kinerja asisten perawat sesuai dengan etika
dan hukum keperawatan.

6. Ruang Lingkup Home Care


a) Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
b) Melakukan pendidikan pada pasien dan keluarganya
c) Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

a) Pelayanan medik dan asuhan keperawatan


b) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang
terapeutik.
c) Pelayanan rehabilitas dan terapi fisik
d) Pelayanan informasi dan rujukan
e) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
f) Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan.
g) Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial.

7. Mekanisme Pelayanan Home Care

23
Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di
rumah dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap
rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien atau klien dapat langsung
menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek
keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang
harus di lakukan adalah sebagai berikut:
1) Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa
terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis
layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
2) Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak
dirawat di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator
kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan
kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga,
akan menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat
keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang
akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka
waktu pelayanan.
3) Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana
pelayanan keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang
dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan
dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator
kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana
pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
4) Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien atau klien yang menerima pelayanan perawatan
dirumah :
1) Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau
menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola

24
2) Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi
(Informed consent)
3) Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan
haknya dalam menerima pelayanan.
Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care :
a. Proses penerimaan kasus
1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana
lain, keluarga
2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola
kasus
3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan
kasus
b. Proses pelayanan home care
1) Persiapan
a. Pastikan identitas pasien
b. Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
c. Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
d. Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
e. Siapkan file asuhan keperawatan
f. Siapkan alat bantu media untuk pendidikan
2) Pelaksanaan
a. Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.
b. Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan
perawat
c. Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
d. Membuat rencana pelayanan
e. Lakukan perawatan langsung
f. Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
g. Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang
akan dilakukan
h. Dokumentasikan kegiatan

25
3) Monitoring dan evaluasi
a. Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
b. Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
c. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan
d. Proses penghentian pelayanan home care, dengan kreteria :
Tercapai sesuai tujuan
Kondisi pasien stabil
Program rehabilitasi tercapai secara maximal
Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
Pasien di rujuk
Pasien menolak pelayanan lanjutan
Pasien meninggal dunia

8. Masalah yang dikelola oleh Home Care


Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada
perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca
perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di
komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a) Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
b) Klien dengan penyakit gagal jantung,
c) Klien dengan gangguan oksigenasi,
d) Klien dengan perlukaan kronis,
e) Klien dengan diabetes,
f) Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
g) Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h) Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
i) Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
j) Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a) Klien dengan post partum,

26
b) Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c) Klien dengan kondisi usia lanjut
d) Klien dengan kondisi terminal.

9. Prinsip Home Care

a) Prinsip home care dilaksanakan oleh perawat/tim


b) Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam
praktik.
c) Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komprehensif.
d) Menggunakan data hasil pengkajian dalam menegakkan diagnosa
keperawatan.
e) Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan.
f) Memberi pelayanan prefentif, kuratif, dan rehabilitatif
g) Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi
keperawatan.
h) Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen kasus.
i) Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
j) Mengembankan kemampuan profesional.
k) Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
l) Menggunakan kode etik keperawatan dan melaksanakan praktik
keperawatan.

10. Peran dan Tugas Perawat Home Care


a. Ketua
Uraian Tugas :

1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan perawatan


dirumah.

27
2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan pelayanan
dan klien.

3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan


pelaksanaan pelayanan.

4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap


kinerja pelayanan.

5. Menyusun laporan pelaksanaan Home Care secara


berkesinambungan.

b. Penanggung Jawab

Uraian Tugas :

1. Bertanggung jawab atas segala bentuk pelayanan home care

2. Menerima konsultasi dari pelaksana home care

3. Mengetahui segala bentuk perawatan bagi klien.

c. Sekretaris

Uraian Tugas :

1. Melaksanakan kegiatan pencatatan setiap kegiatan Home Care


dirumah.
d. Bendahara

Uraian Tugas :

1. Mencatat pemasukan dan pengeluaran pelayanan Home Care.


e. Koordinator Kasus

Uraian Tugas :

1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan


oleh pelaksana pelayanan.

28
2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan
keperawatan dan klien dirumah.
3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan
pelaksanaan keperawatan.
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada
pelaksana keperawatan.
5. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugasnya.
f. Perawat Pelaksana

Uraian Tugas :

1. Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan.


2. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan
3. Melaksanakan intervensi atau tindakan keperawatan sesuai
rencana yang ditentukan.
4. Mengevaluasi kegiatan atau tindakan yang diberikan dengan
berpedoman pada renpra.
5. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam keperawatan setiap
selesai melakukan tugas.
g. Koordinator Administrasi

Uraian Tugas :

1. Mengkoordinasikan administrasi dan keuangan.

29
B. KONSEP TEORITIS KASUS

I. SISTEM KARDIOVASKULER
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. Definisi

Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana


menurut WHO tekanan sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan diasoliknya
> 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik 90 mmHg dan atau
tekanan diasoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun) (Taufan, 2011).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten


dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas
90 mmHg. Pada pupulasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diatoliknya 90 mmHg (Brunner &
Suddarth, 2010).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang


terjadi akibat peningkatan tekanan darah secara kronis dimana penderita
yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi (Adib, 2011).

2. Anatomi Fisiologi

30
Gambar 2.1. Bagian-bagian Jantung

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada,
batas kanan nya pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
interkostalis kelima kiri pada linea misclavikular.
a) Atas : pembuluh darah besar
b) Bawah : diafragma
c) Setiap sisi : paru
d) Belakang : aorta decendens, eosophalus, culumna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui oleh darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam merupakan lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot merupakan aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
(untuk menghantarkan darah ke organ), arteri yang lebih kecil memiliki
lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu
organ (Mulyadi, 2011).

31
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkat darah
dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25 mm (1 inci)
memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya terbagi lagi menjadi
pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4 mm
(0,16 inci) satu mereka mencapai jaringan (Mulyadi, 2011).
Arteriol memiliki diameter yang lebih kecil kira-kira 30 m. Fungsi
arteri mendistribusikan darah teroksinasi dari sisi jantung ke jaringan.
Menurut Syaifuddin (2006), arteri mempunyai dinding yang kuat dan tebal
tetapi sifatnya elastis yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a) Tunika intima : lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b) Tunika media : lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
c) Tunika eksterna/adventisia : lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri.

c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.
Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal suplai darah pada
jaringan atau organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan
darah akan meningkat (Mulyadi, 2011).
d. Pembuluh Darah Utama dan Kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh
darah kecil yang membuka pembuluh darah utama (Mulyadi, 2011).
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya
terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang
terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena (Mulyadi, 2011).
e. Sinusoid

32
Terdapat limpa, hepar, sum-sum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari kapiler dan sebagian
dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya
sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan (Mulyadi, 2011).
f. Vena dan Venul
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar
seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini mempunyai cabang yang
lebi kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena
membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
(Mulyadi, 2011).
Venul adalah jenis pembuluh darah yang ditemukan dalam sistem
peredaran darah. Semua pembuluh darah yang mengangkut darah baik
dari jantung ke tubuh atau dari tubuh kembali ke jantung (Mulyadi, 2011).

3. Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan


rekomendasi dari The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VI,
1997) sebagai berikut :

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 129 80 84
3. High Normal 130 139 85 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 159 90 99
Grade 2 (sedang) 160 179 100 109
Grade 3 (berat) 180 209 100 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

4. Etiologi

33
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J.Corwin (2009),
antara lain :

a. Kecepatan denyut jantung

b. Volume sekuncup

c. Asupan tinggi garam

d. Vasokontriksi arterio dan arteri kecil

e. Stres berkepanjangan

f. Genetik

Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2010), penyebab dari hipertensi


adalah :

a. Usia

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.


Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit penyakit arteri koroner dan kematian premature.

b. Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita,
namun pada uia pertengahan dan lebih tua, insidens pada waktu mulai
meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita
lebih tinggi.

c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya
pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat
pada ras kulit hitam. Misalnya mmortalitas pasien pria hitam dengan
diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit
putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.

d. Pola hidup

34
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup
lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan
kehidupan atau pekerjaan yang penus stes agaknya berhubungan
dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi

e. Diabetes melitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas,
namun secara statistik nyata ada hubungan antara hipertensi dan
penyakit arteri koroner.

f. Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat
yang tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah
dapat kembali normal.

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis .Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetil kolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi. Kelenjar adrenal jugaterangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang

35
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
streroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, menyebabkan pelepasanrenin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Bruner dan Suddarth, 2010).
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional
pada sistem perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis,
hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan
Suddarth, 2010).

36
6. WOC
7.
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Stress berkepanjangan Peningkatan lemak di pembuluh darah


Elastisitas Arteriosklerosis Laki-laki lebih sering
daripada wanita
Merusak sel endotel

Terbentuk jaringan parut

Lumen vaskuler menyempit

Resistensi perifer meningkat

Peningkatan tekanan darah


HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler, pembuluh darah

Perubahan vaskuler

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina Neurosensori

Vasokontrisi pembuluh Sistemik Koroner Spasme arteriole Rangsangan lapar


Resistensi pembuluh Suplai O2 ke darah ginjal
darah otak otak menurun Anoreksia
Vasokontriksi Iskemik Diplopia
Blood flow menurun miokard
Nyeri kepala Sinkop Afterload Intake nutrisi
Respon RAA
MK : MK :
MK : Gangguan MK : Gangguan MK : Fatique Nyeri MK : Ketidakseimbangan
Rangsangan aldosteron Resiko
rasa nyaman perfusi jaringan Penurun dada nutrisi kurang dari
37 tinggi injuri
an curah keutuhantubuh
Retensi Na
jantung MK : Intoleransi aktifitas
Edema
8. Manifestasi Klinis
9. Menurut Elizabeth J. Corwin (2009), tanda dan gejala
penderita hipertensi adalah :
a. Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
10. Sedangkan menurut Marlyn Doengoes (2008), tanda dari
hipertensi adalah kelemahan, nafas pendek, frekuensi jantung meningkat,
ansietas, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan darah meningkat.
11.
12. Komplikasi
13. Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut
Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :
a. Stroke
14. Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Stroke merupakan kematian
jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak, biasanya beberapa menit (complete stroke).
b. Mata
15. Pada mata, hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Yahya, 2005).
c. Gagal ginjal
16. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak
sehingga fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal.
17.
18.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
19. Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan otak berupa penekanan pembuluh darah, pendarahan, dan
kematian sel otak.
e. Jantung
20. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi,
beban kerja jantung akan meningkat otot jantung akan mengendor dan

38
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya
jantung tidak lagi dapat memompa sehingga banyak cairan tertahan di
paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas
atau edema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
21.
22. Penatalaksanaan Medik
23. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (Padila, 2013)
a. Terapi tanpa obat
24. Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat meliputi :
1) Diet
25. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara modern dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
f) Diet tinggi kalium
2) Latihan fisik
26. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai 4 prinsip yaitu :
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang, dan lain-lain.
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220-umur.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona latihan.
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan paling baik
5x/minggu.
3) Edukasi Psikologis
27. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
yaitu :
a) Teknik Biofeedback
28. Biofeeback adalah suatu teknik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subjek dianggap tidak normal.

39
29. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
b) Teknik Relaksasi
30. Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
31. Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
32. Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
33.Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : obat pilihan pertama
a) Diuretika
b) Beta blocker
c) Ca antagonis
d) ACE inhibitor
2) Step 2 : alternatif yang bisa diberikan
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diurerika, beta
blocker, Ca antagonis, alpa blocker, clonidin, resephin,
vasodilator.
3) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4 : alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultan
34.
35. Pemeriksaan Penunjang

40
36.
37. Nama
No 38. Nilai Normal 39. Sakit
Pemeriksaan
.
40. 41. Haemoglob42. Wanita : 12-16 gr/dl 46. Menuru
43. Pria : 14-18 gr/dl
1. in n
44. Anak-anak : 10-16 gr/dl
45. Bayi : 12-24 gr/dl
47. 48. BUN 49. Dewasa : 5-25 mg/dl 52. Menuru
50. Anak : 5-20 mg/dl
2. (Blood Urine n
51. Bayi : 5-15 mg/dl
Nitrate)
53. 54. Trigliserida 55. Bayi : 5-40 mg/dl 59. Meningk
56. Anak : 10-135 mg/dl
3. at
57. Dewasa muda : s/d 150
mg/dl
58. Lansia (> 50 tahun) s/d
190 mg/dl
60. 61. Kalium 62. Dewasa : 3,5-5,0 mEq/L 65. Meningk
63. Anak : 3,6-5,8 mEq/L
4. at
64. Bayi : 3,6-5,8 mEq/L
66. 67. Kalsium 68. Dewasa : 9-11 mg/dl 72. Meningk
5. (diserum); < 150 mg/24 jam at
(diurine & diet rendah Ca); 200-
300 mg/24 jam (diurine & diet
tinggi Ca)
69. Anak : 9-11,5 mg/dl
70. Bayi : 10-12 mg/dl
71. Bayi baru lahir : 7,4-14
mg/dl
73. 74. Glukosa 75. Dewasa : 70-110 mg/dl 78. Menuru
76. Anak : -60-100 mg/dl
6. n
77. Bayi baru lahir : 30-80
mg/dl
79. 80. Asam Urat 81. Pria : 3,4-8,5 mg/dl 86. Meningk
7. (darah) at
82. Wanita : 2,8-7,3 mg/dl
(darah)
83. Anak : 2,5-5,5 mg/dl
(darah)
84. Dewasa : 3,5-8,5 mg/dl
(darah)

41
85. Lansia : 250-750 mg/dl/24
jam(urin)
87. 88. EKG 89. Menujukkan pembesaran 90. Peninggi
8. jantung, pola regangan, gangguan an gelombang P
konduksi.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
98.Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama dan alamat, data penanggung jawab, serta riwayat alergi
(Bruner dan Suddarth, 2010).
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
99. Biasanya klien sering mengeluhkan sakit kepala,
nyeri dibagian tengkuk terasa berat, kadang disertai mual dan
muntah, penglihatan kabur, pusing terasa diseluruh bagian
kepala dan pasien merasa kelelahan (Bruner dan Suddarth,
2010).
2) Riwayat kesehatan dahulu
100. Biasanya klien suka mengkonsumsi makanan tinggi
garam dan makanan yang mengandung lemak, sering stress,
dan biasanya klien sering merokok, dan minum alkohol.
Biasanya klien mengalami penyakit kronik seperti diabetes
mellitus, penyakit jantung, dan ginjal (Bruner dan Suddarth,
2010).
3) Riwayat kesehatan keluarga
101. Biasanya pada klien hipertensi terdapat keluarga
yang memiliki hipertensi juga (keturunan), dan penyakit
keturunan lainnya seperti stroke, DM, dan lain-lain (Bruner dan
Suddarth, 2010).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : biasanya composmentis

42
2) Keadaan umum : biasanya tampak lemah, pucat, dan
kelelahan
3) TTV
102. TD : biasanya meningkat N : biasanya
meningkat
103. S : biasanya meningkat P : biasanya
normal
4) Kepala
a. Rambut : biasanya warna rambut hitam, tidak rontok, bersih,
dan tidak berbau.
b. Wajah : biasanya ekspresi wajah terlihat kesakitan dan
pucat
c. Mata : biasanya bentuk mata simetris kiri dan kanan, pada
konjungtiva tidak terlihat anemis, kornea tidak ikterik, reflek
cahaya baik.
d. Hidung : biasanya nafas cuping hidung tidak ada, sekret
tidak ada, kebersihan bersih dan tidak ada nyeri tekan.
e. Mulut : biasanya mukosa bibir pucat dan kering
f. Gigi : biasanya dalam keadaan bersih dan gusi tidak ada
peradangan
g. Lidah : biasanya bentuk lidah simetris, tidak ada keluhan
5) Leher
104. Biasanya terasa kaku, nyeri tekan tidak ada,
pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
6) Dada atau Thorak
105. Inspeksi : biasanya penggunaan otot bantu pernafasan
106. Palpasi : biasanya fremitus sama kiri dan kanan
107. Perkusi : biasanya ditemukan suara redup
108. Auskultasi : suara nafas vesikuler
7) Jantung
109. Inspeksi : biasanya iktus kordis terlihat
110. Palpasi : biasanya iktus kordis teraba ICS V
111. Perkusi : biasanya ada pembesaran pada jantung
112. Auskultasi : biasanya irama tidak teratur
8) Abdomen
113. Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
114. Auskultasi : biasanya bising usus (+), frekuensi
18x/menit
115. Palpasi: biasanya hepar menjadi besar, keras, tidak
nyeri tekan, dan halus
116. Perkusi : biasanya kiri timpani, kanan hipertimpani
117.

43
118.
9) Genitourinaria
119. Biasanya klien susah buang air kecil (BAK) karena
perfusi ginjal menurun.
10) Ekstremitas
120. Biasanya kekuatan otot lemah, tidak ada edema.
11) Sistem Integumen
121. Biasanya turgor kulit baik.
12) Sistem Neurologi
122. Biasanya klien mengeluh pusing, daya ingat kurang,
pelupa, disertai mudah marah.
d. Data psikososial
123. Biasanya saat ditanya klien merasa takut, cemas,
dan klien tampak gelisah dengan keadaan sekarang karena tidak
dapat melakukan perannya didalam keluarga dan dalam
masyarakat.
e. Data sosial ekonomi
124. Biasanya klien dan keluarga mengeluhkan bahwa
terjadi perubahan dalam penghasilan keluarga, sehingga
menimbulkan masalah keuangan dalam keluarga.
f. Data spiritual
125. Biasanya klien akan mengalami keterbatasan dlaam
aktivitas, begitu pula dalam kegiatan beribadah, dan perlu
diberikan motivasi untuk kesembuhan klien.
126.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
b. Intoleransi aktifitas
c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut
d. Gangguan perfusi jaringan
e. Resiko injuri/cedera
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan

127. 128. Diagnosa


129. NOC 130. NIC
No Keperawatan
131. 132. Resiko Kontrol Resiko Manajemen Hipertensi
1 tinggi terhadap Hipertensi 136. Aktifitas :
penurunan 133. Indikator : 1. Evaluasi adanya nyeri
curah jantung 1. Mencari informasi dada
2. Catat adanya tanda dan
terkait hipertensi (1/3)

44
2. Mengidentifikasi faktor gejala penurunan
resiko hipertensi (1/3) cardiak output
3. Mengenali faktor resiko 3. Monitor status
individu terkait pernafasan yang
hipertensi (1/3) manandakan gagal
4. Mengidentifikasi tanda
jantung
dan gejala hipertensi 4. Monitor balance cairan
5. Monitor toleransi
(1/3)
5. Memeriksa tekanan aktivitas klien
6. Anjurkan untuk
darah sesuai anjuran
menurunkan stres
(1/3)
7. Minimalkan stres
6. Menggunakan teknik
lingkungan
relaksasi (1/3)
7. Menggunakan strategi
untuk mengurangi stres
(1/3)
Pengetahuan :
Manajemen Hipertensi
134. Indikator :
1. Kisaran normal untuk
tekanan darah sistolik
(1/3)
2. Kisaran normal untuk
tekanan darah diastolik
(1/3)
3. Komplikasi tekanan
darah (1/3)
4. Tanda dan gejala
hipertensi (1/3)
5. Strategi mengelola stres
(1/3)
Manajemen Diri :
Hipertensi
135. Indikator :
1. Memantau tekanan darah
(1/3)

45
2. Mempertahankan target
tekanan darah (1/3)
3. Memantau efek samping
obat (1/3)
4. Membatasai asupan
garam (1/3)
5. Menggunakan teknik
relaksasi (1/3)
137. 138. Intoleran Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
2 si aktifitas 139. Indikator : 142. Aktivitas :
1. Kemudahan bernafas 1. Observasi adanya
ketika beraktifitas (3/1) pembatasan klien
2. Tekanan darah sistolik
dalam melakukan
ketika beraktivitas (3/1)
aktifitas
3. Tekanan darah diastolik
2. Kaji adanya faktor
ketika beraktivitas (3/1)
yang menyebabkan
4. Kekuatan tubuh bagian
kelelahan
bawah (3/1)
3. Monitor nutrisi dan
Perawatan diri : Aktifitas
sumber energi yang
Sehari-hari (ADL)
kuat
140. Indikator : 4. Monitor klien akan
1. Makan (1/3) adanya kelelahan fisik
2. Memakai baju (1/3)
3. Ke toilet (1/3) dan emosi secara
4. Mandi (1/3) berlebihan
5. Berpakaian (1/3) 5. Monitor pola tidur dn
6. Berjalan (1/3)
7. Berpindah (1/3) lamanya tidur atau
Konservasi Energi istirahat klien
141. Indikator : 6. Bantu klien untuk

1. Menyeimbangkan mengidentifikasi

aktifitas dan istirahat aktivitas yang mampu

(2/4) dilakukan
2. Menyadari keterbatasan 7. Monitor respon fisik,

energi (2/4) emosi, sosial dan


3. Menggunakan teknik spiritual
konservasi energi (2/4)
4. Mempertahankan intake

46
nutrisi yang cukup (2/4)
143. 144. Nyeri Kontrol Nyeri Ambulasi : Latihan
3 akut 145. Indikator : Terapi
1. Mengenali kapan nyeri 147. Aktivitas :
terjadi (1/3) 1. Observasi derajat nyeri
2. Menggambarkan faktor 2. Pertahankan tirah
penyebab (1/3) baring selama fase akut
3. Menggunakan alagesik 3. Berikan tindakan non
yang direkomendasikan farmakologis untuk
(1/3) menghilangkan sakit
4. Mengenali apa yang kepala
terkait dengan gejala 4. Minimalkan aktivitas
nyeri (1/3) vasokontriksi yang
5. Melaporkan nyeri yang meningkatkan sakit
terkontrol (1/3) kepala (mengejan saat
Tanda-Tanda Vital
BAB, batuk dan
146. Indikator :
membungkuk)
1. Suhu tubuh (1/3)
2. Kedalaman nadi (1/3) 148.
3. Irama pernafasan (1/3)
4. Tekanan darah sistolik
(1/3)
149. 150. Ganggua Perfusi Jaringan : Perifer 153. Aktivitas :
4 n perfusi 151. Indikator : 1. Monitor nyeri dada
jaringan 1. Tekanan darah sistolik (durasi, dan faktor-
(1/3) faktor presipitasi)
2. Tekanan darah diastolik 2. Auskultasi suara
(1/3) jantung dan paru
Status Sirkulasi 3. Pantau TD, catat

152. Indikator : adanya hipertensi

1. Tekanan darah sistol sitolik secara terus

(1/3) menerus dan tekanan


2. Tekanan darah diastol nadi yang semakin
(1/3) berat
3. Tekanan darah rata-rata 4. Pantau frekuensi
(1/3) jantung, catat adanya
4. Capillary refil (1/3)

47
bradikardi, takikardi,
atau bentuk distrimia
lainnya
5. Pantau pernafasan
meliputi pola dan
iramanya
6. Catat status neurologis
dengan teratur dan
bandingkan dengan
keadaan normalnya
7. Berikan obat anti
hipetensifmia
diazoksida (hiperstat)
dan hidralazin
(apresolin)
154. 155. Resiko Kejadian Jatuh Manajemen Lingkungan
5 injuri/cedera 156. Indikator : : Keselamatan
1. Jatuh saat berdiri mandi 157. Aktivitas :
(4/5) 1. Orientasi klien
2. Jatuh saat berjalan terhadap lingkungan
mandi (4/5) 2. Pertahankan tirah
3. Jatuh dari tempat tidur baring ketat dalam
mandi (4/5) posisi terlentang yang
4. Jatuh saat ke kemar
ditentukan
mandi (4/5) 3. Anjurkan klien untuk
mengistirahatkan mata
agar tidak lelah
4. Modifikasi lingkungan
dsekitar klien.
158. 159. Ketidaks Status Nutrisi : Asupan Manajemen Nutrisi
6 eimbangan Nutrisi 163. Aktivitas :
nutrisi kurang 160. Indikator : 1. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan 1. Serum albumin (3/1) makanan
tubuh 2. Serum prealbumin (3/1) 2. Kolaborasi dengan ahli
3. Hematokrit (3/1)
gizi untuk menentukan
4. Hemoglobin (3/1)

48
Berat badan : Massa jumlah kalori dan
Tubuh nutrisi yang dibutuhkan
161. Indikator : klien
3. Yakinkan diet yang
1. Berat badan (2/4)
162. dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
5. Monitor adanya
penurunan berat badan
dan gula darah
6. Monitor lingkungan
saat makan
7. Monitor mual dan
muntah
164.
4. Implementasi Keperawatan
165. Tahap implementasi merupakan pengelolaan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap
ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara
umum maupun secara khusus pada pasien Hipertensi.
166. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen, dan dependen. Pada fungsi independen
adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat
itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang
dilakukan dengan bekerjasama dengan profesi atau disiplin ilmu yang
lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan
fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat
berdasarkan atas pesan orang lain.
167. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan adalah :

49
1) Tahap persiapan
a. Menggali perasaan, analisa kekuatan dan keterbatasan
profesional pada diri sendiri.
b. Memahami rencana keperawatan secara baik.
c. Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
d. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
e. Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
f. Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan.
g. Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan.
h. Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin
muncul.
i. Penampilan perawat harus meyakinkan.
2) Tahap pelaksanaan
a. Komunikasikan atau informasikan kepada pasien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh
perawat.
b. Beri komunikasi kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh
perawat.
c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan
antara manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan perawat.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan
adalah energi pasien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi,
rasa aman, privasi, kondisi pasien, respon pasien terhadap
tindakan yang telah diberikan.
3) Tahap terminasi
a. Terus memperhatikan responden kemajuan pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
b. Rapikan peralatan dan lingkungan pasien dan lakukan
terminasi.
c. Dokumentasikan
168.
5. Evaluasi
169. Evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatam antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah

50
ditetapkan dengan respon perilaku pasien yang tampil. Tujuan evaluasi
yaitu :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik.
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
170. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAPIER
dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan.
171. Istilah SOAPIER yang sering digunakan dalam evaluasi
tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :
172. 173. Subjektif yaitu keluhan-keluhan yang didapat
S dari pasien (apa yang dikatakan klien).
174. 175. Objektif yaitu kesimpulan yang dilihat,
O dicium, diraba, dan diukur oleh perawat
176. 177. Assesment yaitu kesimpulan perawat tentang
A kondisi klien.
178. 179. Plan of care yaitu rencana tindakan
P keperawatan untuk mengatasi masalah klien.
180. 181. Implementasi yaitu pelaksanaan rencana
I tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi
masalah klien.
182. 183. Evaluasi yaitu tafsiran dan efek tindakan yang
E telah diambil merupakan hal penting untuk menilai
keefektifan asuhan yang diberikan.
184. 185. Reassesment yaitu melakukan pengumpulan
R data kembali, jika hasil pelaksanaan tindakan tidak
sesuai dengan yang diharapkan atau rencana asuhan
akan diubah.
II. GANGGUAN MENTAL
A. KONSEP DASAR RETARDASI MENTAL
1. Definisi
186. Keterbelakangan mental atau lazim disebut dengan
reterdasi mental (RM) adalah suatu keadaan di mana keadaan dengan

51
intelegensia yang kurang (subnormal). Sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala
utam adalah intelegensi yang terbelakang. Reterdasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren : jiwa) atau tuna
mental. Keadaan tersebut di tandai dengan berkurangnya kemampuan
untuk meyesuaikan diri atau berprilaku adaptif.
187. Reterdasi mental sebenarnhya bukan suatu penyakit
walaupun reterdasi mental merupakan hasil dari proses patologik di
dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap
intekletualitas dan fungsi adaptif. Reterdasi mental ini dapat terjadi
dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainya
188. Pada kenyataanya IQ bukanlah merupakan satu-satunya
patokan yang dapat di pakai untuk menentukan berat ringannya
reterdasi mental. Melainkan harus dinilai berdasarkan sejumblah besar
ketrampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus
berdasarkan semua informasi yang tersedia termasuk temuan klinis
prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis, yang pasti.
Harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan
berkurangnya kemampuan adaptif terhadap tuntutan dari lingkungan
sosial biasanya sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan
reterdasi mental dapat di temukan sebagai macam perubahan bentuk
fisik, misalnya perubahan bentuk kepala : mikrosepali, hidrosefali, dan
sindrom down.
189. Wajah pasien dengan reterdasi mental sangat mudah di
kenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul. Sebagai kriteria
dan bahan pertimbangan dapat di pakai juga kemampuan untuk dididik
atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatanya mulai dari
taraf yang ringan taraf sedang, taraf berat, dan taraf sangat berat.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.
190.
2. Etiologi

52
191. Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari reterdasi
mental, untuk mngetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis
yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi
mental sangat kompleks dan multofaktorial. Walaupun begitu terdapat
beberapa faktor yang potensial yang berperan dalam terjadinya
reterdasi mental seperti yang dinyatakan oleh Talf L,T 1983 dan
Shonkoff JP 1992 dibawah ini :
192. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi
mental, antara lain :
1) Non- organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak pangasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2) Organik
a. Faktor prakonsepsi
1. Abnormalitas single gen (penyakit-penyakit metabolik )
2. Kelainan kromosom
b. Faktor prenatal
a) Gangguan pertumbuhan otak trisemester 1 :
1. Kelaianan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
3. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan kongenital dari otak idiopatik
b) Gangguan pertumbuhan otak dari trisemester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH,HIV
2. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, dll)
3. Ibu : diabetes meletus,PKU (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Disfungsi plasenta
6. Ibu malnutrisi
c. Faktor perinatal
1) Sangat prematur
2) Asfiksia neonatorium
3) Trauma lahir :pendarahan intrakarnial
4) Meningitis
5) Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
d. Faktor post natal
1) Trauma berat pada kepala / susunan saraf pusat
2) Neuro toksin, misalnya logam berat
3) CVA ( cerebrovaskular accident)
4) Anoksia,misalnya tengelam
5) Metabolik
a. Gizi buruk

53
b. Kelainan hormonal misalnya hipotiroid
c. Aminoaciduria, misalnya PKU phenyl ketonuria
d. Kelainna metabolisme karbohidrat
e. Polisakaridosiss misalnya sindrom hurler
f. Cerebral lipidosis dengan hapatomegali
g. Penyakit degeneratif metabolik lainya
6) Infeksi
a. Meningitis, emsefalitis, dll
b. Sub akut sklerosing panesefalitis
193. Kebanyakan anak yang menderita reterdasi mental ini
berasal dari golongan sosial ekonomi rendah, akibat kurangnya
stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ
yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula pada
keadaan sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik
dari retardasi mental,misalnya keracunan logam berat yang subklinik
dalam jangka waktu yang alama dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif, ternyata lebih abnyak anak-anak dikota dari golongan sosial
ekonomi rendah.
194.
3. Klasifikasi
195. Rentang IQ bukanlah satu-satumya dasar bagi penegakan
diagnosis, kelemahan dalam prilaku adaptif juga merupakan kriteria
retardasi mental. Beberapa oarang yang termasuk dalam kelompok
retardasi mental ringan berdasarkan IQ mungki tidak mengalami
kelemahan prilaku adaptif sehingga tidak akan di anggap sebagai
olarang-orang yang mengalami reterdasi mental. Pada kenyataannya,
kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah kelemahan dalam prilaku
adptif diidentifikasi. Berikutnya ini merupakan ringaksan krakteristik
orang-orang yang masuk dalam masing-masing level reterdasi mental
(Robinsom& Robinsom,2000).
1) Retardasi mental ringan (IQ 50-53 hingga 70 )
196. Sekitar 85 persen dari mereka yang memiliki IQ
kurang dari 70 di klasifikasikan kedalam kelompok retardasi
mental ringan. Mereka tidak selalu dapat di bedaka dari anak-anak
normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasnya
mereka dapat mempelajari Ketrampilan akademik yang kurang
lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa mereka mampu

54
melakukan pekerjaan yang tidak melakukan ketrampialn atay
dibalau karya rumah perempuan ,meskipun mereka mungkin
membutuhkan bantuan dalam masalah sosial dan keuangan.
Mereka bisa menikah dan mempunyai anak.
2) Reterdasi mental sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)
197. Sekitar 10% dari mereka yang memiliki IQ kurang
dari 70 % diklasifikasikan dalam kelompok reterdasi mental
sedang. Kerusakan otak dan berbagai patologi lain sering terjadi
orang- orang yang mengalami reterdasi mental sedang dapat
memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang
menghambat krtrampilan motorik yang normal, seperti memegang
dan mewarnai didalam garis, dan ketrampilan motorik kasar,
seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak
bimbingan dan latihan, bepergian sendiri di daerah lokal yang tidak
asing bagi mereka. Banyka yang tinggal di istitusi penampungan,
namun sebagai besar hidup bergantung bersama keluarga atau
dalam rumah-rumah bersama yang di supervisi.
3) Retardasi mental berat (IQ 20-25 hingga 33-40)
198. Diantara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70,
sekitar 3 sampai 4 persen masuk dalam kelompok reterdasi mental
parah, orang- orang tersebut umunya memiliki abnormalitas fisik
sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motorik.
Sebagaian besar di masukkan dalam institusi penampungan dan
membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus. Orang dewasa
yang mengalami retaardasi mental parah dapt berprilaku ramah,
namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara singakat di
level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedkit
aktivitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena
kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif
dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit
stimulaasi. Mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat
sederhana dengan supervisi terus-menerus.
4) Retardasi mental sangat berat (IQ dibawah 20-25)

55
199. Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang
mengalami reterdasi mental yang masuk dalam kelompok retardasi
metal sangat berta, yang membutuhkan supervisi total dan sering
kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar
memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusak neurologis dantidak
dapat berjalan sendiri kemana pun. Tingakat kematian di mana
kanak-kanak pada orang-orang yang mengalami retardasi mental
sangat berat sangat tinggi.
a. Tipe klinis
200. Pada retardasi mental tipe klinis ini mudah di
deteksi sejakdini, karena kelainan fsik maupun maupun
mentalnya cukup berat, penyebabnya sering kelainan organik.
Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinis
ini dapat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat
sendriri krlainan pada anakya
b. Tipe sosial budaya
201. Biasanya baru di ketahui setelah anak masuk
sekolah dan ternyata anak dapat mengikuti pelajaran.
Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar dari sekolah,
mereka dapat bermain seperti anak-anak normal lainya. Tipe
ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah.
Para orang tua dari anak tipe ini tidak dapat melihat dari
adanya kelainan pada ankanya, mereka mengetahui kalau
anaknya retardasi dari gurunya atau dari para psikolog, karena
anaknya ggal beberapa kali tidak naik kelas, pada umumnya
pada anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan retardasi
mental ringan.
202.
4. Patofisiologi
203. Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan anyata
fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidak mampuan kognitif yang muncul pada masa kank-kanak
(sebelum usia 18 tahun ) yang di tandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai

56
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif :
berbicara dan berbahasa, ketrampialn merawat diri, kerumhtanggaan,
ketrampilan sosial, penggunaan sarana sarana komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan akademik, fungsional , bersantai dan
bekerja (Amrican Asociation on Mental retardation AAMR 1992)
devenisi yang lebih baru tentang retardasi mental ini menggunakan
204. Pendekatan fungsional, bukan terminologi yang dulu
menjelaskan tingkat retardasi mental dengan ringan, sedang, berat, dan
sangat berat. Penyebab retardasi mental dapat di golongkan menjadi
penyebab prenatal,perinatal,dan pasca natal. Penyebab prenatal
termasuk penyakit kromosom (trisomi 21 sindrom down, findrom
fragile-x) gangguan sindrom (distrabofi otot duchenne,
neorofibromatosis tipe 1), dan gangguan metabolisme sejak lahir
(fenilketonuria), penyebab perinatal dapat di golongkan menjadi yang
berhubungan dengan maslah intrauterine seperti abrupsio plasenta,
diabetes maternal,dan kelahiran prematur serta kondisi neonatal
termasuk meningitis dan pendarahan intracarnial. Penyebab prenatal
mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cidera kepala,infeksi
dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi (AAMR,1992). Sindrom
fragilr X, sindrom down, dan sindrom alkohol fetal merupakan
sepetiga individu-individu yang menderita reterdasi mental.
Munculnya masalah-masalah, seperti paralisis serebral, deficit
sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan
retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka
panjang pada akhirnya ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebu
dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat (mis: bekerja, hidup
mandiri, ketrampilan sosial).

57
Infeksi pada kandungan Gangguan metabolism Bayi premature Intolsinasi Depresi Berat Penyakit otak
anak usia <6 tahun nyata

205. Lahir <38 Obat yang Tekanan batin


Perkembangan otak janin Suplai nutrisi ke Penyakit bawaan
minggu/ < 2500 dikonsumsi ibu pada anak
terganggu 206. tubuh berkurang sejak lahir
gram disalurkan ke janin usia <6 tahun
207. Pembentukan
208. Janin keracunan
Otak kekurangan otak belum Kelainan pada
209.
suplai nutrisi sempurna kromosom, kelainan
210.
211. genetic dan kelainan
Perkembangan otak anak terganggu Racun masuk ke
212. metabolic yang
jaringan otak
213. diturunkan
RETARDASI
214.
215. MENTAL
216.

217.

Ketidakmampuan
kognitif (IQ <70-75)

Penurunan/ kelainan fungsi kognitif


dlam berbicara dan berbahasa

MK : Ketidakseimbangan nutrisi :
Mobilitas fisik Kurang dari kebutuhan tubuh
Sulit dalam MK : Keterlambatan
berkomunikasi tidak seimbang Tidak dapat makan dengan
pertumbuhan dan
perkembangan benar
MK : Hambatan Perilaku hiperaktif
Komunikasi Verbal

58
MK : Resiko
Cidera
5. Manifestasi Klinis
1) Gangguan kognitif (pola, proses pikir)
2) Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3) Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4) Lingkar kepala diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal)
5) Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6) Kemungkinan tonus otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah)
7) Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
8) Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
218.
6. Komplikasi
1) Serebral palpasi
2) Gangguan kejang
3) Gangguan kejiwaan
4) Gangguan konsentrasi/hiperaktif
5) Defisit komunikasi
6) Konstipasi karena penurunan mutilitas usus akibat obat-obatan
antikonvulasi,kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan
219.
7. Penatalaksanaan Medik
220. Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan metode
pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.Pada
tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat
mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya.Dengan demikian
penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup
serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai
berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun
mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain :
a) Pembedahan
221. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita
untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian
besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan
pada jantung tersebut.
b) Pemeriksaan Dini
1) Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal
kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak
awal kehidupannya.

59
2) Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
3) Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi
pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa
sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan
ahli gizi.
4) Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan
tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa
(spina servikalis).
222.
8. Pemeriksaan Penunjang
223. Beberapa pemeriksaan penunjang perlu di lakukan anak
yang menderita retardasi mental yaitu dengan :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Anamnesis ibu tercemar zat-zat taratogen
3) Terdapat beberapa kelainan konginital
4) Genetalia abnormal
224.
b. EEG (elektro ensefalogram)
1) Gejala kejang yang di curigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. CT (cranial computed temography) atau MRI (magnetik resonance
imaging)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sklerosis.
3) Dicurigai kelainan otak yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakarnial
d. Titer virus untuk infeksi konginital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Klasifikasi intrakarnial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat (yri acid serum)

60
1) Gout
2) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolik
2) Kejang mioklonik
225. Penatalaksanaan anak dnegan retardasi mental
adalah multi dimensi dan sangat individual, tetapi perlu di ingat
bahwa tidak setiap anak penanganan multidisiplin merupakan
jalan yang tebaik. Sebaiknya di buat rancangan suatu strategi
pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi tersebut seoptimal mungkin untuk Itu
perlu melibatkan psikologi untuk menilai perkembangan anak
terutama kemampuan kognitifnya. Dokter anak untuk
mememriksa fisik anak,menganalisi penyebab, dan mengobati
penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran
pekerja sosial kadang-kadang di perlukan untuk menilai situasi
keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi,
sering kali lebih meliibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya
ahli saraf anak juga menderita epilepsi, palsi serebral,dll.
Psikiatri,bila anaknya menunjukan kelainan tingkah laku atau
orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli
rehabilitas medis, bila diperlukan untuk merangsang
pertumbuhan motorik dan sensorinya. Ahli terapi wicara untuk
memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang
perkembangan bicaranya serta di perlukan guru pendidikan luar
biasa untuk anak- anak retardasi mental ini.
226. Pada orang tunya perlu di beri penerangan yang
jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat di
harapkan dari terapi yang di berikan. Kadang-kadang di
perlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua
mengenai keadaan anaknya. Bila orang tua belum dapat
menerima keadaan anaknya, maka perlu konsultan pula dengan
psikolog atau psikiater. Anak dengan retardasi mental
memerlukan pendidikan khusus, yang di sesauikan dengan

61
saraf IQ nya, mereka di golongkan yang mampu didik untuk
golongan retardasi mental ringan, dan yang mampu letih untuk
anak dengan retardasi mental sedang, sekolah khusus untuk
anak retardasi mental adalah SL-B-C disekolah ini juga di
ajrkan juga ketrampilan-ketrampilan dengan harapan mereka
dapat hidup mandiri di kemudian hari. Diajrkan pula tentang
baik buruknya suatu tindakan tertentu, sehingga mereka
diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji, seperti
mencuri,merampas, kejahatan seksual, dll. Semua anak yang
retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehtan yang rutin, imunisasi, dan imunitoring
terhadap tumbuh kembangya. Anak-anak ini sering juga di
sertai dengan kelain fisik yang memerlukan penanganan
khusus.
227.
9. Pencegahan
228. Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh
dikatakan tidak ada, sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin
fungsinya kembali normal, maka yang penting adalah pencegahan
primer yaitu usaha yang di lakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-
penyakit yang dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-
penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental,
misalnya melalui imunisasi konseling, perkawinan,pemeriksaan
kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan
bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu
menurunkan angka kejadian retardasi mental.
229. Demikian pula dengan mengentasakan kemiskinan dengan
membuka lapnga kerja, memberikan pendidikan yang baik,
memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga dengan
adanya program BKB (bina keluarga balita) yang merupakan stimulasi
dini dan bisa di kembangkan juga di teksi dini,maka dapat
mengoptimalkan perkembangan anak. Pencegahan harus sedini
mungkin di mulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi

62
yang minum ASI jarang yang obesitas karena komposisi ASI
mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
230.
10. Penanganan
1) Penanganan resedidensial
231. Sejak tahun 1975. Para individu yang mengalami reterdasi
mental berhak mendapatkan penanganan yang sesuai dalam
lingkungan dengan batasan yang sangat minimal. Idealnya,orang-
orang dewasa dengan retardasi mental sedang tinggal di tempat-
tempat yang berukuran kecil hingga sedang menyerupai rumah yang
berada di tengah masyarakat. Disediakan perawatan medis dan para
supervisor petugas terlatih dan juga tinggal bersama mereka
memenuhi kebutuhan para penghuni selama 24 jam. Banyak orang
dewasa dengan reterdasi mental ringan dapat memilih pekerjaan dan
mampu hidup mandiri di apartemen mereka sendiri. Ada juga yang
hidup semi mandiri di apartemen bersama 3 orang dewasa lain yang
juga mengalami retardasi mental dengan bantuan seorang konselor
yang umumnya datang di malam har. Anak-anak yang mengalami
retardasi mental berat dapat tinggal rumah atau di rumah-rumah
perawatan yang di lengkapi dengan pelayanan pendidikan dan
psikologis. Hanya orang- orang yang mengalami retardasi mental
berat dan sangat berat serta memiliki cat fisik yang cendrung tetap
tinggal di berbagai institusi mental.

2) Intervensi behavioral berbasis pengondisian operant


232. Bila program semacam head star dapat membnatu
mencegah reterdasi mental ringan pada anak-anak yang tidak
beruntung, berbagai program lain yang terdahulu yang menggunakan
teknik-teknik kognitif dan behavioral di kembangkan untuk
meningkatkan toilet, dan berpakaian sendiri. Untuk mengajarkan
rutinitas tertentu kepada anak-anak dengan retradasi mental berat,
terapis biasanya memulai dengan menganalisis dan membagi prilaku
yang menjadi target. Prinsip-prinsip pengondisian operant kadang
disebut analisis perilaku terapan, juga digunakan untuk mengurangi

63
prilaku yang tidak pada tempatnya dan prilaku mencerdai diri sendiri.
Anak- anak yang mengalami retardasi mental berat dan sangat berat
yang tinggal di berbagai institusi memiliki kecendrungan melakukan
prilaku steoreotip dalam sendirian gerakan berulang, ritmik,
menstimulasi diri, seperti bergoyang kedepan dan kebelakang,berayun
memutar kepala dan melakukan agresi pada diri sendiri,pada anak-
anak lain dan staf. Gerakan maladaptif dan tindakan mencedrai diri
sendiri tersebut sering kali dapat di kurangi dengan memberi penguat
pada respon-respon ganti.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
233. Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai
kekuranga dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif
: komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-
sarana dimasyarakat pengarahan diri,pemeliharaan kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi
dan ketenangan dan bekerja.
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
234. Pasien menunjukan gangguan kognitif, pola proses
pikir, lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, gaga
melewati tahap perkembangan yang utama, lingkar kepala
diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih besar atau
lebih kecil dari ukuran normal), lambatnya pertumbuhan, tonus
otot abnormal lebih sering tonus otot lemah, ciri-ciri dismorfik,
dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
235. Kemungkinan besar pasien pernah mngalami
penyakit kromosom (trisomi 21, sidrom down, sindrom fragile
x, gangguan sindrom,distrofi otot duchene), neurofibromatosis
tipe1, gangguan metabolisme sejak lahir, fenilketonuria,
abrupsiob plasenta, diabetes maternal, kelahiran premature,
kondisi neonatal termasuk meningitis dan pendarahan
intracarnial, cidera kepala, infeksi, gangguan degenerative.
3) Riwayat kesehatan keluarga

64
236. Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami
penyakit yang serupa atau penyakit yang dapat memicu
terjadinya retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
237.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : biasanya composmentis
2) Keadaan umum : biasanya tampak lemah, pucat, dan
kelelahan
3) TTV
238. TD : biasanya meningkat N :
biasanya meningkat
239. S : biasanya meningkat P :
biasanya normal
4) Kepala
240. Biasanya mikro/nakrosepali, plagiosepali (bentuk
kepala tidak simetris).
5) Rambut
241. Biasanya pusar ganda, rambut jarang atau tidak ada,
halus, mudah putus dan cepat berubah.
6) Mata
242. Biasanya mikrotalmia juling, nistagmus, dan lain-
lain.
7) Hidung
243. Biasanya jembatan punggung hidung mendatar,
ukuran kecil, cuping melengkung keatas, dan lain-lain.
8) Mulut
244. Biasanya bentuk V yang terbalik dari bibir atas,
langit-langit lebar melengkung keatas.
9) Gigi
245. Biasanya odontogenis yang tidak normal
10) Telinga
246. Biasanya keduanya letak rendah, dan lain-lain.
11) Muka
247. Biasanya panjang filtrum yang bertambah,
hipoplasia
12) Leher
248. Biasanya pendek tidak mempunyai kemampuan
gerak sempurna
13) Tangan
249. Biasanya jari pendek dan tegap atau panjang kecil
meruncing ibu jari gemuk dan lebar klinodaktil, dan lain-lain.
14) Dada & abdomen

65
250. Biasanya terdapat beberapa putting, buncit, dan
lain-lain.
15) Genitalia
251. Biasanya mikropenis, testis tidak turun, dan lain-
lain.
16) Kaki
252. Biasanya jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar,
gemuk.
c. Data psikososial
253. Biasanya saat ditanya klien merasa takut, cemas,
dan klien tampak gelisah dengan keadaan sekarang karena tidak
dapat melakukan perannya didalam keluarga dan dalam
masyarakat.
d. Data sosial ekonomi
254. Biasanya klien dan keluarga mengeluhkan bahwa
terjadi perubahan dalam penghasilan keluarga, sehingga
menimbulkan masalah keuangan dalam keluarga.
e. Data spiritual
255. Biasanya klien akan mengalami keterbatasan dalam
aktivitas, begitu pula dalam kegiatan beribadah, dan perlu
diberikan motivasi untuk kesembuhan klien.
256.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko keterlambatan perkembangan
2) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
3) Kerusakan komunikasi verbal
4) Risiko cedera
5) Gangguan interaksi sosial
6) Gangguan proses keluarga
7) Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian/ berhias,
toileting
3. Intervensi Keperawatan
257. 258. NAN 259. NOC 260. NIC
N DA

261. 262. Resiko Growth and Pendidikan orang tua :


1 keterlamabta development delayed masa bayi
n Koping keluarga 264. Aktivitas :

66
perkembanga 263. Kriteria 1. Ajarkan kepada orang tua
n defenisi : Hasil : tentang penanda
resiko 1. Recovery adanya pekembangan normal
2. Demonstrasikan aktivitas
mengalami kekerasan
2. Recovery kekerasan yang menunjang
keterlambata
emosional perkembangan
n 25% atau
3. Recovery neglect 3. Ajarkan ibu mengenal
lebih pada 4. Perfomance orang tua
pentingnya berhenti
satu atau : pola asuh perinatal
mengonsumsi
5. Pengetahuan orang
lebih area
alkohol,rokok,dan obat-
tua terhadap
social atau
obatan selama kehamilan
perkembangan anak
prilaku 4. Ajrakan cara-cara
meningkat
regulasi diri, memberikan rangsangan
6. Berat badan : indexs
atau pada yang berarti untuk ibu dan
masa tubuh
ketrampilan 7. Perkembangan anak 1 bayi
5. Ajarkan tentang prilaku
kognitif bulan : penanda
yang sesuai dengan usia
bahasa, perkembngan fisik
anak
motorik kasar kognitif,dan
6. Ajarkan tentang mainan
atau halus psikososial pada usia
dan benda-benda yang
1 bulan
sesuai dengan usia anak
8. Perkembangan anak 2
7. Berikan modal peran
bulan : penanda
intervensi perawatan
perkembangan
perkembangan untuk bayi
fisik,kognitif,dan
kurang bulan (prematur)
psikososial usia 2 8. Diskusikan hal-hal yang
bulan terkait kerjasama antara
9. Perkembangan anak 4
orang tua dan anak
bulan : penanda
perkembangan
fisik,kognitif, dan
psikososial 4 bulan
10. Penuan fisik :
perubahan normal
fisik yang biasanya

67
sering terjadi seiring
penuan usia
11. Kematangan fisik
wanita dan pria :
perubahan fisik
normal pada wanita
yang terjadi dengan
transisi dan masa
kanak-kanak ke
dewasa
12. Fungsi gastro
intestinal anak
adekuat
13. Makanan dan asupan
cairan yang bergizi
14. Kondisi gizi adekuat
265. 266. Kerusa 268. Komunika Mendengar aktif
2 kan si 272. Aktivitas :
269. Indicator :
komunikasi 1. Buat tujuan interaksi
1. Menggunakan bahasa 2. Tunjukkan ketertarikan
verbal
tertulis (1/3) pada pasien
267.
2. Menggunakan bahasa 3. Gunakan pertanyaan
lisan (1/3) maupun pernyataan yang
3. Menggunakan foto dan
mendorong klien untuk
gambar (1/3)
4. Menggunakan bahasa mengekspresikan

isyarat (1/3) perasaan, pikiran, dan


5. Menggunakan bahasa kekhawatiran
non verbal (1/3) 4. Focus penuh kepada
6. Mengenali pesan yang interaksi yang terjalin
diterima (1/3) dengan menekan perasaan
7. Interpretasi akurat
menghakimi, bias, asumsi
terhadap pesan yang
maupun menggunakan
diterima (1/3)
8. Mengarahkan pesan pendapat personal serta

pada penerima yang distraksi-distraksi lainnya


5. Tunjukkan kesadaran dan
tepat (1/3)

68
9. Pertukaran pesan yang rasa sensitive terhadap
akurat dengan orang emosi yang ditunjukkan
lain (1/3) klien
6. Tunjukkan perilaku non
270. Orientasi
verbal untuk memfasilitasi
kognitif
271. Indicator : komunikasi (misalnya :
1. Mengidentifikasi diri menyadari postur tubuh
sendiri (1/3) ketika berdiri dalam
2. Mengidentifikasi
membalas pesan non
orang-orang yang
verbal )
signifikan (1/3) 7. Dengarkan isi pesan
3. Mengidentifikasi
maupun perasaan yang
tempat saat ini (1/3)
tidak terungkap selama
4. Mengidentifikasi hari
percakapan
dengan benar (1/3)
8. Gunakan interkasi secara
5. Mengidentifikasi bulan
berkala untuk
dengan benar (1/3)
6. Mengidentifikasi tahun mengeksplorasi arti dari
dengan benar (1/3) perilaku pasien
7. Mengidentifikasi
273. Terapi validasi
musim dengan benar 274. Aktivitas :
(1/3) 1. Tentukan tahap gangguan
8. Mengidentifikasi
kognisi klien
peristiwa saat ini yang 2. Hindari menggunakan
signifikan strategi validasi ketika
kebingungan terjadi karena
penyebab yang akut, dan
reversible, atau dalam
tahap vegetasi dari
kebingungan
3. Dengarkan pasien dengan
menunjukkan empati
4. Tahan diri dari mengoreksi
atau menentang persepsi
dan pengalaman pasiem
5. Bernyanyi dan berinteraksi

69
dengan menggunakan
music yang akrab bagi
klien
6. Amati dan pantulkan
gerakan tubuh
275. 276. Risiko 278. Kejadian 284. Manajemen
3 cedera jatuh : lingkungan
279. Indicator : 285. Aktivitas :
277.
1. Jatuh saat berdiri (1/3) 1 Sediakan lingkungan
2. Jatuh saat berjalan
yang aman untuk pasien
(1/3) 2 Identifikasi kebutuhan
3. Jatuh saat duduk (1/3)
keamanan pasien, sesuai
4. Jatuh dari tempat tidur
dengan kondisi fisik dan
(1/3)
5. Jatuh saat dipindahkan fungsi kognitif pasien
(1/3) dan riwayat penyakit
6. Jatuh saat naik tangga
terdahulu pasien
(1/3) 3 Menghindarkan
7. Terjun saat turun
lingkungan yang
tangga (1/3)
berbahaya
8. Jatuh saat ke kamar
4 Memasang side rail
mandi (1/3)
tempat tidur
9. Jatuh saat
5 Menyediakan tempat
membungkuk (1/3)
tidur yang nyaman dan
280. Fungsi sensori
bersih
281. Indicator :
6 Menempatkan saklar
1. Persepsi stimulasi kulit
lampu ditempat yang
(1/3)
mudah dijangkau pasien
2. Ketajaman
7 Membatasi pengunjung
pendengaran (1/3) 8 Menganjurkan keluarga
3. Persepsi posisi kepala
menemani pasien
(1/3) 9 Mengontrol lingkungan
4. Persepsi posisi tubuh
dari kebisingan
(1/3) 10 Memindahkan barang-
5. Perbedaan bau (1/3)
barang yang dapat
6. Perbedaan rasa (1/3)
7. Ketajaman penglihatan membahayakan
11 Berikan penjelasan pada
(1/3)
pasien dan keluarga atau

70
282. Kontrol pengunjung adanya
resiko perubahan status
283. Indicator : kesehatan dan penyebab
1 Klien terbebas dari penyakit
cidera (1/3)
2 Keluarga pasien
mampu menjelaskan
cara atau metode untuk
mencegah injuri atau
cidera (1/3)
3 Keluarga klien mampu
menjelaskan faktor
resiko dari lingkungan
atau perilaku personal
(1/3)
4 keluarga Mampu
memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah
injuri (1/3)
5 keluarga mampu
menggunakan fasilitas
yang ada untuk pasien
(1/3)
6 keluarga klien mampu
mengenali status
kesehatan klien (1/3)
286. 287. Ketida 288. Status 292. Manajement
4 kseimbangan nutrisi : asupan nutrisi
293. Aktivitas :
nutrisi : makanan dan
1 Kaji adanya alergi
kurang dari cairan
289. Indikator : makanan
kebutuhan
2 Kolaborasi dengan ahli
1 Pemasukkan makanan
tubuh
giiuntuk menentukan
lewat slang 1/3
2 Asupan cairan oral 2/4 jumlah kalorasi dan
3 Status nutrisi : intake
nutrisi yang dibutuhkan

71
makanan dan cairan pasien
3 Anjurkan pasien untuk
Intake makanan
menungkatkan intake Fe
dimulut 1/3
4 Anjurkan pasien untuk
4 Intake disaluran
meningkatkan protein dan
makanan 1/3
5 Intake cairan dimulut vitamin C
5 Berikan substansi gula
1/3
6 Berikan makanan yang
6 Intake cairan 1/3
terpilih
290. Status
7 Monitor jumlah nutrisi
nutrisi : intake
dan kandungan kalori
nutrisi 8 Berikan informasi tentang
291. Indikator :
kebutuhan nutrisi
2 Intake kalori 1/3 9 Kaji kemampuan pasien
3 Intake protein 1/3
untuk mendapatkan
4 Intake lemak 1/3
5 Intake karbohidrat 1/3 nutrisi yang dibutuhkan
6 Intake vitamin 1/3
294. Monitor
7 Intake mineral 1/3
8 Intake zat besi 1/3 nutrisi
9 Intake kalsium 1/3 295. Aktivitas :
1 BB pasien dalam batas
normal
2 Monitor adanya
penurunan berat badan
3 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4 Monitor interaksi anak
atau ortu selama makan
5 Monitor makanan selama
makan
6 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
7 Monitor kulit kering dan
prubahan pigmentasi
8 Monitor turgor kulit
9 Monitor kekeringan
rambut kusam dan mudah

72
patah
10 Monitor mual dan
muntah
11 Monitor kadar albumin,
total, protein, Hb dan
kadar Ht
12 Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
13 Monitor pucat
kemrerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
14 Monitor kalori dan intake
nutirisi
15 Catat adanya edema
hiperemik, hipertonik,
papilalida dan capitas
oral.
16 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
296.

297. Pendidikan Orang Tua :


a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
b. Dukung krtelibatan orang tua dalam perwatan anak
c. Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapiperilaku anak yang
sulit
d. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok dll.
298.
4. Implementasi Keperawatan
299. Tahap implementasi merupakan pengelolaan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap
ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara
umum maupun secara khusus pada pasien Retardasi Mental.
300. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen, dan dependen. Pada fungsi independen
adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat

73
itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang
dilakukan dengan bekerjasama dengan profesi atau disiplin ilmu yang
lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan
fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat
berdasarkan atas pesan orang lain.
301. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan adalah :
1) Tahap persiapan
a. Menggali perasaan, analisa kekuatan dan keterbatasan
profesional pada diri sendiri.
b. Memahami rencana keperawatan secara baik.
c. Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
d. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
e. Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
f. Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan.
g. Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan.
h. Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin
muncul.
i. Penampilan perawat harus meyakinkan.
302.
2) Tahap pelaksanaan
a. Komunikasikan atau informasikan kepada pasien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh
perawat.
b. Beri komunikasi kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh
perawat.
c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan
antara manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan perawat.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan
adalah energi pasien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi,
rasa aman, privasi, kondisi pasien, respon pasien terhadap
tindakan yang telah diberikan.
3) Tahap terminasi

74
a. Terus memperhatikan responden kemajuan pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
b. Rapikan peralatan dan lingkungan pasien dan lakukan terminasi.
c. Dokumentasikan
303.
5. Evaluasi
304. Evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatam antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku pasien yang tampil. Tujuan evaluasi
yaitu :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik.
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
305. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAPIER
dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan.
306. Istilah SOAPIER yang sering digunakan dalam evaluasi
tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :
307. 308. Subjektif yaitu keluhan-keluhan yang didapat
S dari pasien (apa yang dikatakan klien).
309. 310. Objektif yaitu kesimpulan yang dilihat,
O dicium, diraba, dan diukur oleh perawat
311. 312. Assesment yaitu kesimpulan perawat tentang
A kondisi klien.
313. 314. Plan of care yaitu rencana tindakan
P keperawatan untuk mengatasi masalah klien.
315. 316. Implementasi yaitu pelaksanaan rencana
I tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi
masalah klien.
317. 318. Evaluasi yaitu tafsiran dan efek tindakan yang
E telah diambil merupakan hal penting untuk menilai
keefektifan asuhan yang diberikan.
319. 320. Reassesment yaitu melakukan pengumpulan

75
R data kembali, jika hasil pelaksanaan tindakan tidak
sesuai dengan yang diharapkan atau rencana asuhan
akan diubah.
321.

322.

323.

324.

325.

326.

327.

328.

329.

330.

331.

332.

333.

334.

335.

336. BAB III

337. PELAKSANAAN HOME CARE

A. PELAKSANAAN KASUS HOME CARE DENGAN HIPERTENSI


1) PELAKSANAAN PEMBAGIAN TUGAS
A) KETUA : FITRI RAHMADANI
338. Dalam melaksanakan praktik home care, ketua awalnya
melakukan pengkoordinasian dengan semua tim dalam pengelolaan
perawatan dirumah. Disaat koordinator kasus melaksanakan tugasnya

76
yaitu mencari kasus, maka koordinator kasus menemukan kasus yang
terkait dengan sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi. Setelah kasus
ditemukan, maka koordinator kasus melakukan konsultasi dengan ketua.
339. Pada hari selanjutnya, ketua dan koordinator kasus
mengunjungi keluarga yang mengalami hipertensi untuk diberikan
pelayanan perawatan dirumah. Setelah ketua dan koordinator kasus
menyepakati bahwa keluarga tersebut (keluarga Tn H) akan menjadi
keluarga binaan, maka koordinator kasus dan ketua menyepakati kontrak
dengan keluarga Tn H.
340. Setelah itu, ketua melakukan pertemuan dengan tim, yaitu
untuk membagi peran guna melakukan pelaksanaan perawatan dirumah
pada keluarga Tn H yang mengalami hipertensi, dan atas keputusan
bersama dan sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh
ketua, maka ketua memutuskan yang menjadi perawat pelaksana untuk
kasus hipertensi ini yaitu Hermin Lestari Zalukhu dan Julia Annisa.
Keputusan ini dipertimbangkan dengan alasan karena yang menjadi
keluarga binaan adalah keluarga Hermin dan Annisa memiliki
pengalaman dengan anggota keluarga yang mengalami hipertensi, serta
Hermin dan Julia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan
meracik obat tradisional bagi pasien hipertensi.
341. Setelah 3 hari perawat pelaksana melakukan pengkajian
dan melakukan intervensi kepada keluarga Tn H maka ketua selalu
mengontrol tindakan tersebut. Ketua selalu meminta umpan balik dari
perawat pelaksana dalam melakukan kegiatannya apakah menemukan
kendala atau tidak.
342. Dan pada akhir pertemuan, ketua melakukan penyusunan
laporan home care yang telah diserahkan oleh tim secara
berkesinambungan.
343.
B) KOORDINATOR KASUS : IFLAH RAHMADANI, FAUZI MASTA
AMANDA, FERDINA SISKA

77
344. Koordinator kasus menemukan kasus pada keluarga Tn H
yaitu dari bertanya kepada salah satu anggota kelompok yang
mempunyai anggota keluarga dengan riwayat hipertensi. Setelah ada
jawaban, koordinator kasus langsung mengunjungi keluarga Tn H dan
memperkenalan diri. Koordinator kasus menanyakan kesediaan keluarga
Tn H untuk dijadikan keluarga kelolaan home care.
345. Saat sudah dipastikan bahwa keluarga Tn H bersedia
menjadi pasien kelolaan dalam pelaksanaan perawatan home care,
koordinator kasus langsung berkonsultasi dengan ketua dan menyusun
siapa yang akan menjadi perawat pelaksana. Koordinator kasus juga
mengkoordinasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh tim.
346. Selama pemberian pelayanan keperawatan dirumah,
koordinator kasus selalu memberikan kesempatan kepada perawat
pelaksana ataupun tim yang lain untuk berkonsultasi terkait dengan
kendala-kendala yang ditemukan dilapangan.
347. Disaat pertemuan pertama dengan keluarga, penanggung
jawab ikut bersama dengan perawat pelaksana untuk melihat bagaimana
pelaksanaan home care pada keluarga untuk mengantisipasi adanya
gangguan.
348. Koordinator kasus selalu mengevaluasi dan mengontrol
tindakan yang dilakukan oleh tim. Koordinator kasus mengetahui segala
bentuk perawatan yang diberikan kepada klien. Seperti pada pertemuan
ketiga dan keempat, koordinator kasus mengetahui bahwa perawat
pelaksana akan memberikan pengobatan tradisional pada pasien yaitu
mentimun dan buah belimbing.
349. Evaluasi dilakukan oleh koordinator kasus setiap pergantian
shift antara perawat pelaksana 1 dan 2.
350.
C) SEKRETARIS : FURRY LAWAFATTIEN, JENDRY
LAVENTRISKO, FATJRI HIDAYAT
351. Selama pelaksanaan home care, sekretaris bertugas dalam
mempersiapkan form pengkajian, pelaksanaan dan memasukannya dalam

78
satu map sehingga perawat pelaksana hanya tinggal mengambil saja.
Sekretaris juga bertugas dalam membuat dan mengambil absensi anggota
kelompok.
352. Pada pertemuan pertama dengan klien, sekretaris ikut serta
dengan perawat pelaksana untuk membantu perawat pelaksana dalam
melakukan pengkajian. Setelah itu, sekretaris menggabungkan seluruh
dokumentasi yang telah dilakukan oleh perawat pelaksana dalam satu
map yang nanti disusun menjadi sebuah laporan. Pada saat pelaksanaan,
sekretaris juga menjalankan absensi bagi anggota tim. Sekretaris juga
mencatat keluhan-keluhan pasien, jika nanti ada data yang kurang saat
pengkajian oleh perawat pelaksana, sekretaris juga punya catatan untuk
itu.
353. Dalam pelaksanaan home care, sekretaris berkolaborasi
dengan koordinator administrasi yang bertugas dalam mengontrol
keuangan yang ada pada bendahara dan surat-surat serta dokumentasi
dalam pelaksanaan home care.
354.
D) BENDAHARA : GEBBY PRATIWI
355. Bendahara mencatat semua pemasukan dan pengeluaran
selama pelaksaan perawatan dirumah. Kelompok menetapkan untuk
membayar uang kas sebanyak Rp. 20.000 per minggu, kas tersebut
menjadi uang simpanan yang digunakan oleh kelompok saat ada
pengeluaran. Pengeluaran dihitung oleh bendahara mulai dari fotocopy
absensi, laporan, pembuatan lembar balik untuk keluarga, membeli obat
tradisional yang dibutuhkan, dan hadiah untuk keluarga.
356.
E) PERAWAT PELAKSANA : HERMIN LESTARI ZALUKHU DAN
JULIA ANNISA
357. Dalam melaksanakan kegiatan, setelah kasus ditemukan,
maka perawat pelaksana melaksanakan tugasnya yaitu melakukan
pengkajian sampai evaluasi kepada keluarga. Dalam melakukan
pengkajian melibatkan kedua perawat pelaksana. Pada pertemuan

79
pertama, perawatt pelaksana melakukan pengkajian sampai pada point
pengkajian fungsi perawatan keluarga. Dan pada pertemuan kedua,
perawat pelaksana menyelesaikan semua pengkajian yaitu sampai
harapan keluarga.
358. Pada pertemuan ketiga, perawat pelaksana 1 yaitu Hermin
membagi tugas dengan perawat pelaksana 2 yaitu Annisa. Hermin
sebagai perawat pelaksana 1 memulai memberikan pendidikan kesehatan
mengenai 5 fungsi keperawatan keluarga yaitu mulai dari mengenal
masalah, memutuskan untuk merawat, mampu merawat, memodifikasi
lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
359. Pada pertemuan selanjutnya, maka perawat pelaksana 2
yaitu Annisa mendemonstrasikan obat tradisional yang dapat digunakan
yaitu mentimun dan buah belimbing serta cara pengolahannya dan
memberikan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang boleh
dimakan dan yang tidak boleh dimakan oleh penderita hipertensi.
360. Perawat pelaksana 1 dan 2 selalu mengevaluasi setiap
tindakan yang diberikan kepada keluarga. Dan pada pertemuan terakhir,
evaluasi yang didapatkan cukup puas karena keluarga telah mampu
mengenal masalah hipertensi pada keluarga, mampu memutuskan untuk
merawat, mampu merawat dengan obat tradisional dan makanan yang
boleh serta tidak boleh dimakan, memodifikasi lingkungan, dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
361. Serta perawat pelaksana membuat dokumentasi dalam
pelaksanaan yang telah diberikan.
362.
363.

364.

2) PENGELOLAAN KASUS
A. GAMBARAN KELUARGA
365. Klien bernama Tn.H, seorang laki-laki paruh baya berusia 52 tahun
yang menderita hipertensi semenjak 3 tahun yang lalu.
B. PENGKAJIAN
366. Tanggal Pengkajian : Minggu, 4 Desember 2016

80
367. Tempat : Wilayah Lubuk Buaya Padang
I. DATA UMUM KELUARGA
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. H
2. Umur : 52 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Cerai mati
6. Pendidikan Terakhir : SMA
7. Pekerjaan : Wiraswasta
8. Alamat : Perum. Lubuk Gading IV Blok K No. 8 RT
368. 003 RW 015, Kel. Lubuk Buaya Kec.
Koto Tangah Padang
9. Komposisi Keluarga :

376. Hu
371. J 372. T 374. Pen
369. 370. 373. 375. Peke bungan
enis anggal didikan
No Nama Umur rjaan dengan
Kelamin Lahir Terakhir
KK
380. 3 384. An
377. 378. 381. 382. Strat 383. Gur
379. P 1-05- ak
1 Nn. J 23 a 1 (S1) u Honorer
1993 Kandung
388. 1 392. An
385. 386. 389. 390. SLT 391. Mah
387. P 2-08- ak
2 Nn. H 20 A asiswa
1996 Kandung
394. 396. 2 400. An
393. 397. 398. SLT 399. Pela
Rmj. 395. P 8-01- ak
3 17 P jar
A 1999 Kandung
404. 1 408. An
401. 402. 405. 407. Pela
403. L 6-09- 406. SD ak
4 Rmj. I 15 jar
2001 Kandung
412. 2 414. Belu 416. An
409. 410. 413. 415. Pela
411. L 5-04- m Tamat ak
5 An. H 11 jar
2005 SD Kandung
417.
418. Genogram

419. Ny.N
Tn. R Ny.N Tn. R

420.

Ny.S Ny.T Tn. S Tn. H Tn. A Ny.M Tn. S Ny.M Ny.J

81

Nn.J Nn.H Rmj.A Rmj.I An.H


421.

422.

423.

424.
425. Keterangan Genogram :
426.
427.
428.
429. Laki-laki Perempuan Kawin

430.

431. Meninggal Anggota Serumah


432. Penjelasan Genogram :
433. Tn.H adalah anak ke-4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara.
Tn.H adalah suami dari Ny.J. Ny.J telah meninggal. Tn.H dan Ny.J
melahirkan 5 orang anak, terdiri dari 3 (tiga) orang anak perempuan dan 2
(dua) orang anak laki-laki. Anak pertama Nn.J, anak kedua Nn.H, anak
ketiga Rmj.H, anak keempat Rmj.I, dan anak kelima An.H. Tn.H tinggal
bersama anak-anaknya. Ketika bermasalah Tn. H bercerita kepada anak-
anaknya. Hubungan keluarga Tn.H baik, ada komunikasi terbuka.
10. Tipe Keluarga
434. Tipe keluarga Tn.H adalah single parent. Single parent
merupakan suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
11. Suku Bangsa
435. Keluarga Tn.H adalah keluarga dengan latar belakang
budaya Nias. Keluarga Tn.H tidak memiliki budaya yang bertentangan
dengan kesehatan. Keluarga Tn.H memegang adat budaya Nias dalam
praktek kehidupan sehari-hari.
12. Agama
436. Keluarga Tn.H memeluk agama Islam dan sering terlibat
dalam kegiatan keagamaan lingkungan sekitarnya. Menurut Nn.J,
mereka selalu mengerjakan ibadah seperti sholat, puasa, dan lain-lain.
Nn.J mengatakan adiknya sering mengikuti kegiatan pengajian yang
diadakan setiap selesai sholat maghrib.

82
13. Status Sosial Ekonomi
437. Tn.H sebagai kepala keluarga merupakan pencari nafkah
dikeluarga. Tn.H bekerja sebagai mekanik disebuah bengkel milik
sendiri. Status ekonomi mereka tergolong sederhana dengan
penghasilan yang tidak tetap. Menurut Nn.J penghasilan Tn.H lebih
kurang Rp. 1.500.000/bulan. Kebutuhan yang dikeluarkan setiap
bulannya adalah lebih kurang Rp. 1.000.000/bulan. Mereka mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, biaya kebutuhan
sekolah, dan lain-lain. Namun mereka mengeluh sulit untuk
pembiayaan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit. Mereka
tidak mempunyai tabungan yang dikhususkan untuk biaya kesehatan
karena terbatasnya dana dan banyaknya pengeluaran tiap bulan.
14. Aktivitas Rekreasi Keluarga
438. Biasanya Tn.H dan keluarga menghabiskan waktu luangnya
di depan TV. Dan saat libur panjang atau anak-anak libur semester,
Tn.H pergi jalan-jalan ke salah satu tempat rekreasi untuk berlibur
bersama anak-anaknya.
439.
440.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
15. Tahap perkembangan keluarga saat ini
441. Tn.H memiliki 5 (lima) orang anak. Anak ke-1 berusia 23
tahun, anak ke-2 berusia 20 tahun, anak ke-3 berusia 17 tahun, anak
ke-4 berusia 15 tahun, anak ke-5 berusia 11 tahun. Maka tahap
perkembangan keluarga Tn.H adalah keluarga dengan anak dewasa
atau pelepasan. Tugas perkembangan keluarga adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua memasuki masa tua
d. Membantu anak-anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
16. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
442. Menurut Nn.J, tugas perkembangan yang belum terpenuhi
adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru dari perkawinan. Tugas ini belum terpenuhi dikarenakan
Nn.J merasa belum mapan untuk menikah dan tidak berkeinginan
menikah diusia muda. Nn.J mengatakan ingin bekerja terlebih dahulu

83
dan bercita-cita untuk membiayai pendidikan 2 (dua) orang adik laki-
lakinya. Setelah Nn.J merasa semua sudah terpenuhi baru Nn.J akan
menikah dengan kekasihnya sekarang.
17. Riwayat keluarga inti
443. Tn.H sudah 22 tahun menikah dengan Ny.J. Mereka
menikah pada tahun 1992. Tn.H menikah diusia 28 tahun dan Ny.J
menikah pada usia 24 tahun, mereka menikah setelah bertunangan.
444. Pada saat dilakukan pengkajian :
a. Riwayat kesehatan Tn.H
445. Saat ini Tn.H mengatakan pusing, sait kepala, dan
nyeri dibagian tengkuk dan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Tn.H mengatakan skala nyerinya 3. Tn.H juga merasa stress
dikarenakan ekonomi, biaya kebutuhan sehari-hari dan
perkerjaannya. Tn.H sering mengeluh lelah saat pulang kerja. Tn.H
memliki riwayat hipertensi. Nn. J mengatakan Tn.H mudah marah
apalagi selepas pulang bekerja. Tn.H mengatakan bahwa ia tidak
memiliki riwayat merokok dan tidak suka merokok.
446. Tn.H mengatakan pola makannya tidak teratur, berat
badannya menurun, dan Tn.H mengatakan merasa bajunya
kebesaran saat dipakai, padahal baju yang digunakan adalah baju
yang lama. Nn.J mengatakan berat badan Tn.H menurun, sebulan
yang lalu berat badan Tn.H 65 kg, sekarang mengalami penurunan
5 kg, berat badan Tn.H sekarang 60 kg. Keluarga mengatakan tidak
mengetahui makanan untuk penyakit hipertensi.
447. Keluarga Tn.H mengatakan bila Tn.H mengeluh
sakit kepala dibelikan obat di warung depan rumah mereka dan
hanya menyuruh Tn.H istirahat. Saat ditanyakan mengeni
hipertensi, Tn.H dapat menjelaskan dengan sederhana bahwa
hipertensi adalah tekanan darah seseorang diatas batas normal.
Tn.H juga dapat menyebutkan akibat lanjut dari penyakit hipertensi
adalah stroke. Tn.H mengatakan bahwa keluarganya hanya
memberi obat sakit kepala, minum susu dan istirahat. Tn.H
mengatakan anak-anaknya sibuk sehingga saat sakit Tn.H hanya
meminum obat tersebut dan Tn.H mengatakan ia dan keluarga
jarang mengontrol tekanan darah secara teratur. Tn.H mengatakan

84
ia tidak ingin memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan
karena faktor biaya dan menurutnya tekanan darahnya tinggi bukan
masalah besar.
b. Riwayat kesehatan Nn.J
448. Nn.J mengatakan kondisi saat ini baik-baik saja.
Nn.J juga mengatakan tidak ada keluhan terhadap kesehatannya.
c. Riwayat kesehatan Nn.H
449. Kondisi Nn.H mengatakan baik-baik saja. Nn. H
mengatakan tidak ada keluhan terhadap kesehatan saat sekarang.
d. Riwayat kesehatan Rmj.A
450. Nn.J mengatakan kondisi saat ini baik-baik saja.
Nn.J juga mengatakan tidak ada keluhan terhadap kesehatannya.
451.
e. Riwayat kesehatan Rmj.I
452. Rmj.I mengatakan tidak ada keluhan terhadap
kesehatannya. Saat ditanya apakah Rmj.I merokok, Rmj.I
mengatakan tidak dan sama sekali tidak pernah merokok. Rmj.I
mengatakan baik-baik saja sekarang.
f. Riwayat kesehatan An.H
453. An.H mengatakan ia sehat. An.H mengatakan ia
tidak punya keluhan terhadap kesehatannya.
18. Riwayat keluarga sebelumnya
454. Riwayat penyakit keturunan, menurut pengakuan Tn.H.
Tn.H mempunyai riwayat keturunan penyakit hipertensi dari ibu Tn.H
yaitu Ny.N. Tn.H mengatakan bahwa keluarganya pernah mengalami
sakit berat yang memerlukan perawatan di RS atau perawatan di rumah
dalam waktu yang lama.
455.
III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
19. Karakteristik rumah
456. Rumah yang ditempati keluarga Tn.H merupakan rumah
milik sendiri atau pribadi. Luas tanah Tn.H 16 x 12 m 3. Tipe rumah
Tn.H permanen. Jumlah dan ratio kamar atau ruangan berjumlah 3
kamar. Pemanfaatan ruangan 2 kamar tidur, 1 gudang, dapur, toilet, dan
ruang tamu. Antara rumah Tn.H dengan yang lainnya dibatasi dinding.
Kondisi ventilasi dirumah cukup, sehingga cahaya dapat masuk dan
pertukaran udara cukup baik.

85
457. Keluarga Tn.H memanfaatkan sumber air bersih dari
PDAM. Keluarga Tn.H jga mempunyai sumber lain dari air sumurnya
sendiri. Sumber air dari sumur digunakan apabila sumber air dari
PDAM mati. Untuk persediaan air minum, keluarga Tn.H
menggunakan air galon isi ulang yang dibeli di toko depot air minum
isi ulang langganan keluarga Tn.H.
458. Sampah rumah tangga dibuang ditempat pembuangan
sampah yang berjarak sekitar lebih kurang 3 meter dari rumah keluarga
Tn.H. sedangkan jarak septik tank sekitar lebih kurang 10 meter dari
rumah keluarga Tn.H. Dalam keluarga Tn.H kebiasaan membersihkan
rumah setiap hari.

459. Denah rumah Tn.H :

460.Kamar Dapur Kamar


Mandi Tidur
461.
462. Kamar
463. Tidur
464.
465. Kamar
466.
Ruang Tamu Tidur
467.
Pintu
20. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
468. Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn.H tinggal
berdekatan dengan tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup
baik. Jarak mesjid hanya sekitar 30 meter dari rumah Tn.H. biasanya
masjid dijadikan tempat posyandu yang diadakan 1 kali sebulan
khusus ibu-ibu yang mempunyai bayi maupun balita. Kebanyakan
tetangga bermata pencaharian sebagai PNS dan ibu rumah tangga.
Sedangkan fasilitas umum, lingkungan rumah Tn.H sangat strategis
karena merupakan pusat kota.
21. Mobilitas geografi keluarga
469. Tn. H bersama keluarga menempati rumahnya sudah 19
tahun. Letak rumah tepat di gang komplek. Alat transportasi umum
yang ada yaitu ojek. Sedangkan untuk mobilitas, keluarga Tn.H
menggunakan motor sendiri dan berjalan kaki. Jarak rumah ke
puskesmas lebih kurang 2 km.

86
470.
471.
22. Hubungan keluarga dengan masyarakat
472. Keluarga Tn.H biasa berkumpul pada sore hari, sepulang
Tn.H kerja. Di lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti pengajian
ibu-ibu, pertemuan RT, dan kebersihan lingkungan. Kadang-kadang
Tn.H ikut pertemuan RT dan gotong royong. Keamanan lingkungan
cukup baik, hubungan antar tetangga baik.
23. Sistem pendukung keluarga
473. Keluarga Tn.H tidak memilii fasilitas jaminan kesehatan
atau BPJS yang dapat digunakan untuk pengobatan dan perawatan
difasilitas kesehatan yang ada. Dukungan dari keluarga besar sangat
membantu Tn.H bila merasa sakit.
474.
IV. STRUKTUR KELUARGA
24. Pola komunikasi keluarga
475. Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn.H yaitu
komunikasi terbuka. Jika ada masalah maka akan dimusyawarahkan
bersama. Saat pagi hari semua orang tidak ada di rumah karena Tn. H
bekerja, anak-anaknya sekolah. Saat sore hari sepulang kerja dan
sekolah, keluarga Tn.H berkumpul di ruang tamu sambil berbincang-
bincang dan menonton TV.
25. Struktur kekuatan keluarga
476. Tn.H sebagai kepala keluarga berperan sebagai pengambil
keputusan, meskipun lewat musyawarah keluarga.
26. Struktur peran (formal dan informal)
477. Tn.H berperan sebagai kepala keluarga, masih aktif bekerja
untuk mencari nafkah, menghidupi anak-anaknya. Bagi anak-anaknya,
Tn.H merupakan ayah yang baik. Tn.H melakukan peran sebaik-
baiknya. Menurut Tn.H, ia selalu berusaha menjadi ayah yang baik. Ia
selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan anak-anaknya.
Tn.H pun tidak pernah mengambil keputusan sepihak, ia selalu
melibatkan anak-anaknya untuk memberikan masukan. Tn.H berusaha
selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk sekat dengan anak-
anaknya.
478. Nn.J berperan sebagai anak pertama. Nn.J juga berperan
sebagai pengatur dan pengelola keadaan rumah.

87
479. Nn.H berperan sebagai anak kedua. Nn.H membantu
pekerjaan rumah dan berperan sebagai mahasiswa yang dituntut untuk
terus menggali ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khusunya
keperawatan.
480. Rmj.A berperan sebagai anak ketiga. Rmj.H seorang pelajat
SMK di bidang tata boga. Ia dituntut untuk belajar dan kadang-kadang
membantu pekerjaan rumah.
481. Rmj.I berperan sebagai anak keempat. Rmj.I seorang
pelajar MTsN kelas IX. Ia dituntut untuk belajar.
482. An.H berperan sebagai anak kelima. An.I sedang duduk di
kelas VI SD. Ia dituntut untuk belajar dan bermain serta bergaul
dengan teman-teman sebaya.
27. Nilai dan norma budaya dalam keluarga
483. Dalam keluarga Tn.H menekankan disiplin, etika, dan
sopan santun dalam bergaul dengan orang lain, saling menghormati
dan menghargai, serta berani ketika benar.
484.
V. FUNGSI KELUARGA
28. Fungsi afektif
485. Keluarga Tn.H termasuk keluarga yang harmonis, interaksi
dalam keluarga terjalin baik. Antar anggota keluarga saling
memperhatikan, menghormati, dan menyayangi sehingga tidak ada
istilah pilih kasih.
29. Fungsi sosialisasi
486. Dalam keluarga Tn.H biasa ditanamkan kedisiplinan.
Hubungan dengan tetangga baik. Tn.H juga anggota keluarga lain
selalu berusaha melakukan sosialisasi dengan lingkungan jika ada
waktu senggang.
487.
488.
30. Fungsi perawatan keluarga
1) Keluarga mengetahui pengertian dari hipertensi yaitu dimana
tekanan darah seseorang melebihi batas normal, penyebabnya
yaitu keturunan, stress, serta kurang olah raga, tanda dan gejala
dari hipertensi yaitu nyeri di tengkuk, sesak nafas, pusing.
Keluarga mengatakan hipertensi adalah penyakit keturunan.
2) Keluarga Tn.H tidak tahu tentang sifat dan luasnya masalah
hipertensi tersebut, upaya keluarga apabila penyakit hipertensi ini

88
kambuh adalah hanya mengatasinya dengan meminum obat,
fasilitas kesehatan dapat dijangkau oleh keluarga Tn.H yaitu
puskesmas. Keluarga Tn. H tahu bahwa akibat lanjut dari
hipertensi adalah stroke.
3) Jika ada anggota keluarga Tn.H yang sakit, keluarga dapat
mengatasinya dengan memberikan obat yang dibeli di warung,
jika dirasa sakitnya berat dan tidak sembuh dengan obat warung
maka akan dibawa ke Puskesmas atau Poliklinik 24 jam terdekat.
4) Keluarga Tn.H mengetahui arti penting dari kebersihan
lingkungan terutama lingkungan tempat tinggal. Kondisi rumah
tampak rapi, terlihat bersih dan penataan ruangan serasi.
5) Keluarga Tn.H mengetahui adanya fasilitas kesehatan
dilingkungan tempat tinggal dan memahami bagaimana
memanfaatkan fasilitas tersebut, serta keuntungan memanfaatkan
fasilitas kesehatan yaitu untuk menyembuhkan masalah
kesehatan.
31. Fungsi reproduksi
489. Saat ini Tn.H seorang duda. Tn.H memiliki anggota
keluarga sebanyak 5 orang.
32. Fungsi ekonomi
490. Kemampuan keluarga Tn.H cukup bagus untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Semua pendapatan yang ada
digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari. Keluarga Tn.H tidak
memiliki tabungan. Serta keluarga Tn. H belum mampu untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Dimana apabila salah satu anggota
keluarga yang sakit tidak segera dibawa untuk berobat ke puskesmas.
491.
VI. STRESS DAN KOPING INDIVIDU
33. Stressor jangka pendek dan panjang
492. Bagi Tn.H saat ini yang masih menjadi pikiran adalah biaya
pendidikan, tanggungan dan pekerjaannya, terlebih lagi yang menjadi
beban pikiran adalah anaknya, Nn.J yang belum menikah pada usia 23
tahun. Tn.H ingin anaknya segera menikah. Bagi Rmj.A, Rmj.I, dan
An.H yang menjadi beban pikiran saat ini adalah menghadapi ujian
nasional (UN) sebentar lagi.
34. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

89
493. Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap
stressor, yaitu :
a. Sistem dukungan keluarga kuat
b. Tempat tinggal yang memadai, dengan sarana kesehatan yang
mudah dijangkau oleh keluarga
c. Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
494. Namun keluarga memiliki hambatan dikarenakan waktu
dan kesibukan, serta biaya untuk berobat tidak ada.
35. Strategi koping yang digunakan
495. Tn.H selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT
dalam setiap masalah yang ada. Tn.H hanya ingin bekerja untuk
mengumpulkan uang, serta berharap Nn.J segera menikah dan
memiliki anak, serta bisa membantu biaya pendidikan adik-adiknya.
36. Strategi adaptasi disfungsional
496. Keluarga terutama Tn.H secara sadar maupun tidak sadar,
tidak ada melakukan adaptasi disfungsional.
497.
498.
499.
500.
VII. PEMERIKSAAN FISIK

501. 502. Pe
506. Rmj.
N meriksaan 503. Tn.H 504. Nn.J 505. Nn.H 507. Rmj.I 508. An.H
A
o Fisik
509. 511. BB : 513. BB : 515. BB : 517. BB : 519. BB : 521. BB :
510. Kea
1 60 kg 52 kg 42 kg 42 kg 55 kg 30 kg
daan
512. TB : 514. TB : 516. TB : 518. TB : 520. TB : 522. TB :
umum
169 cm 156 cm 150 cm 150 cm 168 cm 110 cm
523. 524. Kes 525. Comp 526. Comp 527. comp 528. Comp 529. comp 530. comp
2 adaran osmentis osmentis osmentis osmentis osmentis osmentis
531.
532. TTV
3
533. 536. 150/9 537. 90/70 538. 120/8 539. 110/7 540. 110/7 541. 90/70
534. 535. TD
0 mmHg mmHg 0 mmHg 0 mmHg 0 mmHg mmHg
542. 544. 100 548. 100
543. N 545. 80 x/i 546. 80 x/i 547. 80 x/i 549. 80 x/i
x/i x/i
550. 551. RR 552. 22 x/i 553. 20 x/i 554. 16 x/i 555. 18 x/i 556. 20 x/i 557. 18 x/i
558. 560. 36,5 561. 36,5 562. 36,5 563. 36,5 564. 36,5 565. 36,5
559. S o o o o o o
C C C C C C

90
566.
567. Kepala
4
568. 572. lurus, 573. lurus,
570. lurus, 571. lurus, warna warna 574. lurus,
575. lurus,
569. Ra warna hitam, hitam, kasar, kecokletan, kecokletan, kasar, ada
halus, tidak
mbut bersih, tidak kulit kepala mudah mudah ketombe,
ada ketombe
ada ketombe bersih rontok, tidak rontok, ada bersih
ada ketombe ketombe
576. 578. mata
kiri dan
kanan
simetris,
tidak ada lesi, 579. konju 580. konju 581. konju 582. konju 583. konju
warna sama, ngtiva tidak ngtiva tidak ngtiva tidak ngtiva tidak ngtiva tidak
ada bulu anemis, anemis, anemis, anemis, anemis,
577. Mat mata, sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak
a konjungtiva ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, ikterik,
anemis, penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
sklera tidak baik, refleks baik, refleks baik, refleks baik, refleks baik, refleks
ikterik, tidak pupil bagus pupil bagus pupil bagus pupil bagus pupil bagus
ada pus, iris
coklat, bulat,
refleks pupil
bagus
584. 586. sinusi 587. sinusi 588. sinusi 589. sinusi 590. sinusi 591. sinusi
tis (-), polip tis (-), polip tis (-), polip tis (-), polip tis (-), polip tis (-), polip
585. Hid
(-), (-), (-), (-), (-), (-),
ung
penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman
baik baik baik baik baik baik
592. 593. Teli 594. serum 595. serum 596. serum 597. serum 598. serum 599. serum
nga en (-) en (-) en (-) en (-) en (-) en (-)
600. 601. Mu 602. muko 603. muko 604. muko 605. muko 606. muko 607. muko
lut sa kering, sa bibir sa bibir sa bibir sa bibir sa bibir
lidah bersih, lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi

91
gigi tidak
rapi, lidah rapi, lidah rapi, lidah rapi, lidah rapi, lidah
rapi,
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ompong, gigi
ada karies ada karies ada karies ada karies ada karies
bersih
608. 609. Dada
5
610. 612. simetr
is kiri dan 613. Simet 614. Simet 615. Simet 616. Simet 617. Simet
611. Ins kanan, warna ris kiri dan ris kiri dan ris kiri dan ris kiri dan ris kiri dan
peksi kulit sawo kanan, tidak kanan, tidak kanan, tidak kanan, tidak kanan, tidak
matang, tidak ada edema ada edema ada edema ada edema ada edema
ada edema
618. 620. saat 621. saat 622. saat 623. saat 624. saat 625. saat
bernafas bernafas bernafas bernafas bernafas bernafas
619. Pal tidak tidak tidak tidak tidak tidak
pasi menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka
n otot bantu n otot bantu n otot bantu n otot bantu n otot bantu n otot bantu
pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan
626. 628. tidak 629. tidak 630. tidak 631. tidak 632. tidak 633. tidak
627. Per ada ada ada ada ada ada
kusi penimbunan penimbunan penimbunan penimbunan penimbunan penimbunan
cairan cairan cairan cairan cairan cairan
634. 636. bunyi
635. Aus 637. bunyi 638. bunyi 639. bunyi 640. bunyi 641. bunyi
nafas
kultasi nafas normal nafas normal nafas normal nafas normal nafas normal
vesikuler
642. 643. Leher
6
644. 646. tidak 647. tidak 648. tidak 649. tidak 650. tidak 651. tidak
645. JV
ada ada ada ada ada ada
P
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
652. 654. tidak 655. tidak 656. tidak 657. tidak 658. tidak 659. tidak
653. Kel ada ada ada ada ada ada
enjar tiroid pembengkaka pembengkaka pembengkaka pembengkaka pembengkaka pembengkaka
n n n n n n
660. 661. Abdomen

92
7
662. 664. simetr 665. simetr 666. simetr 667. simetr 668. simetr 669. simetr
663. Ins is, warna is, warna is, warna is, warna is, warna is, warna
peksi normal, asites normal, asites normal, asites normal, asites normal, asites normal, asites
(-) (-) (-) (-) (-) (-)
670. 672. bising 673. bising 674. bising 675. bising 676. bising 677. bising
671. Aus
usus tidak usus tidak usus tidak usus tidak usus tidak usus tidak
kultasi
ada ada ada ada ada ada
678. 680. tidak 681. tidak 682. tidak 683. tidak 684. tidak 685. tidak
679. Pal ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan,
pasi tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
686. 687. Per 688. Timpa 689. timpa 690. Timpa 691. timpa 692. timpa 693. timpa
kusi ni ni ni ni ni ni
694. 695. Ge 696. tidak 697. tidak 698. tidak 699. tidak 700. tidak 701. tidak
8 nitalia ada gangguan ada gangguan ada gangguan ada gangguan ada gangguan ada gangguan
702. 703. Ektremitas
9
704. 706. berfu 707. berfu 708. berfu 709. berfu 710. berfu 711. berfu
705. Ins
ngsi dengan ngsi dengan ngsi dengan ngsi dengan ngsi dengan ngsi dengan
peksi
baik baik baik baik baik baik
712. 713. Per 714. reflek 715. reflek 716. reflek 717. reflek 718. reflek 719. reflek
kusi patella (+) patella (+) patella (+) patella (+) patella (+) patella (+)
720.
VIII. HARAPAN KELUARGA
721. Keluarga Tn.H sangat mengharapkan bantuan dari tenaga
kesehatan untuk mengatasi masalah pada Tn.H. Serta pada fasilitas pelayanan
kesehatan agar dapat meningkatkan standar dan mutu pelayanan sesuaidengan
standar yang berlaku. Dimana tidak ada lagi perawat yang kasar dan judes.

722.
723.
724.
725.
726.
727.
728.
729.
730.

93
731.
732.
733.
734.
735.
736.
737.
738.
739.
740.
741.
742.
743.
744.
745.
746. SKORING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
747. Diagnosa 1 : Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut pada Tn. H

748. 749. KRITERIA 750. B 751. N 752. PEMBENARAN


No OBOT ILAI
.
753. 754. Sifat masalah 759. 3/ 760. 1 761. Masalah ini sudah
755. Skala :
1. 3x1 aktual. Hipertensi telah terjadi
756. 3 : aktual
757. 2 : resiko pada Tn.H dikarenakan TD
758. 1 : potensial
Tn.H didapatkan hasil 150/90
dan juga Tn.H merasa nyeri
dibagian tengkuk, sakit kepala,
dan mudah lelah, sehingga
Tn.H tidak mampu untuk
melakukan aktivitas yang
belebih diakibatkan nyeri skala
3
762. 763. Kemungkinan 767. 768. 1 769. Masalah dapat diubah
2. masalah dapat diubah, x2 sebagian jika informasi yang
skala : didapat tentang penyakit cukup
764. 2 : mudah
dalam mengatasi masalah
765. 1 : sebagian
766. 0 : tidak dapat cukup banyak dan dapat
langsung dipraktekkan oleh

94
klien.
770. 771. Potensial 775. 3/ 776. 1 777. Masalah dapat dicegah
3. masalah untuk 3x1 dikarenakan jarak tempat
dicegah, skala : tinggal dengan fasilitas
772. 3 : tinggi
pelayanan kesehatan dekat.
773. 2 : cukup
774. 1 : rendah Serta jika klien mampu
mengenal penyebab dari
penyakit dan mengetahui cara
penanganannya.
778. 779. Menonjolnya 783. 2/ 784. 1 785. Keluarga merasakan
4. masalah, skala : 2x1 adanya masalah terhadap
780. 2 : segera
kesehatan Tn.H, namun mereka
ditangani
mengatakan hal itu dapat
781. 1 : tidak segera
782. 0 : tidak mereka atasi dengan
dirasakan menyarankan Tn.H istirahat
yang cukup dan jangan terlalu
stress.
786. Total 787. 4 788.

789. Diagnosa 2 : Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada


Tn.H

790. 791. KRITERIA 792. B 793. N 794. PEMBENARAN


No OBOT ILAI
.
795. 796. Sifat masalah 801. 2 802. 2/ 803. Masalah ini beresiko.
797. Skala :
1. /3 x 1 3 Tn.H mengatakan suka
798. 3 : aktual
799. 2 : resiko mengkonsumsi makanan yang
800. 1 : potensial
berlemak dan tinggi garam.
804. 805. Kemungkinan 809. 2 810. 2 811. Masalah ini mudah
2. masalah dapat diubah, /2 x 2 diubah jika informasi tentang
skala : makanan yang dapat
806. 2 : mudah
dikonsumsi cukup banyak dan
807. 1 : sebagian
808. 0 : tidak dapat dapat langsung dipraktekkan
oleh klien.

95
812. 813. Potensial 817. 2 818. 2/ 819. Masalah ini dapat
3. masalah untuk dicegah, /3 x 1 3 dicegah jika klien dan keluarga
skala : mampu mengenal penyebab,
814. 3 : tinggi
akibat lanjut penyakit dan
815. 2 : cukup
816. 1 : rendah mengetahui cara mencegah
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
820. 821. Menonjolnya 825. 2 826. 1 827. Keluarga melihat
4. masalah, skala : /2 x 1 bahwa permasalahan Tn.H
822. 2 : segera
harus segera ditangani.
ditangani
823. 1 : tidak segera
824. 0 : tidak
dirasakan
828. Total 3 4/3 829.
830.

C. ANALISA DATA

831.
N 832. DATA 833. MASALAH (Problem)

834. 835. Ds : 837. Ganggun rasa nyaman :


1- Tn.H mengatakan hipertensi nyeri akut pada Tn.H
adalah tekanan darah tinggi
- Tn.H mengatakan sakit kepala
dan pusing
- Tn.H mengatakan nyeri dibagian
tengkuk dan hilang timbul
- Tn.H mengatakan skala nyeri 3
- Tn.H mengatakan mudah lelah
- Keluarga mengatakan Tn.H
mudah marah
- Keluarga mengatakan Tn.H
sudah hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu
- Tn.H mengatakan
mengkonsumsi obat yang

96
dibeli diwarung
836. Do :
- TD 150/90 mmHg
- Nadi 100x/i
- Tn.H tampak sesekali memijat
kepalanya
- Tn.H tampak gelisah dan
meringis
838. 839. Ds : 841. Ketidakseimbangan
2- Keluarga mengatakan Tn.H suka nutrisi kurang dari kebutuhan
mengkonsumsi makanan yang tubuh pada Tn.H
berlemak dan tingi garam
- Tn.H mengatakan pola
makannya tidak teratur
- Keluarga mengatakan berat
badan Tn.H turun 5 kg
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui makanan untuk
penyakit hipertensi
840. Do :
- Tn.H makan yang berlemak
- Tn.H makan yang tinggi garam
- Keluarga tampak binggung
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir kering
842.

843.

844.

97
845.

98
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

848. DX
847. Data 849. NOC 850. NIC
846. Keperawatan
N 853. 855.
854. Di 857.
852. K Kod 856. Hasil 858. Intervensi
agnosis Kode
e
859. 860. Ds : 862. 866. KE 868. 881. Keluarga 883. 885. Keluarga mampu
1- Tn.H mengatakan 863. NYAMA Dom mampu mengenal Domai mengenal masalah
hipertensi adalah 864. NAN a masalah tentang n 3 hipertensi :
tekanan darah tinggi 865. 867. Ke i pengetahuan kesehatan PE Pendidikan : Proses Penyakit
- Tn.H mengatakan sakit 0 las 1 : n dan perilaku : RIL 886. Aktivitas
kepala dan pusing Kenyama 4 Pengetahuan : Manajemen AK Keperawatan :
- Tn.H mengatakan nyeri nan Fisik 869. Hipertensi. U 1. Kaji tingkat pengetahuan
dibagian tengkuk dan Gangguan 1837 882. Indikator : 884. klien dan keluarga terkait
hilang timbul rasa nyaman 870. 6. Kisaran normal untuk 5602 dengan proses penyakit
- Tn.H mengatakan skala 871. tekanan darah sistolik (1/3) 2. Review pengetahuan klien
nyeri 3 872. 7. Kisaran normal untuk tentang penyakitnya
- Tn.H mengatakan 873. tekanan darah diastolik 3. Jelaskan tanda dan gejala
mudah lelah 874. (1/3) yang umum dari penyakit
- Keluarga mengatakan 875. 8. Tanda dan gejala hipertensi 4. Jelaskan mengenai proses

99
Tn.H mudah marah 876. (2/4) penyakit
- Keluarga mengatakan 877. 5. Identifikasi kemungkinan
Tn.H sudah hipertensi 878. penyebab,
sejak 3 tahun yang 879. 6. Berikan informasi pada
lalu 880. pasien mengenai kondisinya,
- Tn.H mengatakan sesuai kebutuhan
891. 894. Keluarga 896. 897. Keluarga mampu
mengkonsumsi obat
1837 mampu memutuskan 5602 memutuskan merawat
yang dibeli diwarung
892. merawat anggota anggota keluarga dengan
861. Do :
893. keluarga yang sakit masalah hipertensi :
- TD 150/90 mmHg
- Nadi 100x/i
dengan masalah Pendidikan : Proses Penyakit
hipertensi : 898. Aktivitas :
- Tn.H tampak sesekali
memijat kepalanya Pengetahuan : Manajemen 1. Jelaskan komplikasi penyakit

- Tn.H tampak gelisah Hipertensi.

dan meringis 895. Indikator :


1. Komplikasi tekanan darah
(2/4)
903. 904. Keluarga 906. 907. Keluarga mampu
1605 mampu merawat 1400 merawat anggota

100
anggota keluarga yang keluarga dengan
sakit hipertensi dengan masalah hipertensi :
mengontrol nyeri : Manajemen Nyeri
Kontrol Nyeri : 908. Aktivitas :
905. Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri
6. Mengenali kapan nyeri secara komprehensif
terjadi (1/3) termasuk lokasi,
7. Menggambarkan faktor karakteristik, durasi,
penyebab (1/3) frekuensi, kualitas dan faktor
8. Menggunakan analgesik pencetus
yang direkomendasikan 2. Ajarkan tentang teknik
(1/3) relaksasi
9. Mengenali apa yang terkait 3. Monitor TTV
dengan gejala nyeri (1/3) 909.
10. Melaporkan nyeri yang
terkontrol (1/3)
914. 915. Keluarga 919. 920. Keluarga mampu
1928 mampu memodifikasi 6480 memodifikasi
lingkungan dan lingkungan dan

101
menggunakan fasilitas menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan :
916. Indikator : Manajemen Lingkungan :
Kontrol Risiko : Kenyamanan
Hipertensi 921. Aktivitas :
917. Indikator : 1. Singkirkan benda-benda
1. Memanfaatkan dukungan berbahaya dari lingkungan
personal untuk 2. Sediakan perangkat-
(1/3)memodifikasi gaya perangkat adaptif (misalnya,
hidup bangku pijakan atau
2. Memanfaatkan fasilitas pegangan tangan), yang
kesehatan untuk skrining sesuai
hipertensi (1/3) 3. Sesuaikan suhu lingkungan
918. dengan kebutuhan pasien,
jika suhu tubuh berubah
4. Kendalikan atau cegah
kebisingan yang tidak
diinginkan atau berlebihan,
bila memungkinkan, dan

102
kekerasan)
5. Rujuk pasien kepada
kelompok pendukung/agen
komunitas lokal, sesuai
kebutuhan
6. Berikan nomor telepon yang
dapat dihubungi jika terjadi
komplikasi
922. 923. Ds : 925. 928. N 930. 931. Keluarga 933. 934. Keluarga mampu
2- Keluarga mengatakan 926. UTRISI 1009 mampu mengenal 5510 mengenal masalah
Tn.H suka 927. 929. Ke masalah tentang nutrisi tentang nutrisi :
mengkonsumsi 0 las 1 : pada keluarga dengan - Pendidikan Kesehatan Nutrisi
makanan yang Makan masalah nutrisi : 935. Aktivitas :
berlemak dan tingi Ketidakseimba Status Nutrisi : Asupan 1. Jelaskan kepada keluarga
garam ngan nutrisi : Nutrisi cara mengontrol dengan
- Tn.H mengatakan pola kurang dari 932. Indikator : mengurangi makanan yang
makannya tidak kebutuhan 5. Serum albumin (3/1) bersantan dan tinggi
teratur tubuh 6. Serum prealbumin (3/1) kolesterol
- Keluarga mengatakan 7. Hematokrit (3/1) 2. Jelaskan kepada keluarga

103
berat badan Tn.H 8. Hemoglobin (3/1) untuk mengkontrol makanan
turun 5 kg yang tinggi serat
940. 941. Keluarga 943. - Pendidikan Kesehatan : Berat
- Keluarga mengatakan
1006 mampu merawat 5510 Badan
tidak mengetahui
keluarga dengan 944. Aktivitas :
makanan untuk
memenuhi nutrisi klien 1. Anjurkan kepada keluarga
penyakit hipertensi
: untuk menimbang berat
924. Do :
- Tn.H makan yang Berat badan : Massa Tubuh badan
942. Indikator : 2. Anjurkan kepada keluarga
berlemak
1. Berat badan (1/3) untuk mengatur diet klien
- Tn.H makan yang
3. Anjurkan kepada keluarga
tinggi garam
mengatur pola sehari-hari
- Keluarga tampak
binggung
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir kering
945.

946.

947.

104
E. CATATAN PERKEMBANGAN

948. Diagnosa 949. Ta 951. T


950. Implementasi 952. Evaluasi
Keperawatan nggal anggal
953. Ganggun 954. Se 1. Mengkaji pengetahuan klien dan 965. S 967. S:
rasa nyaman : nin, 5 keluarga tentang penyakit enin, 5 - Klien mengatakan
nyeri akut pada Desember hipertensi Desemb hipertensi adalah tekanan
Tn. H 2016 2. Melakukan pengkajian nyeri secara er 2016 darah tinggi
955. Ja komprehensif. 966. J - Klien mengatakan sakit
m : 17.00 956. Lokasi : tengkuk am : kepala dan pusing
957. Karakteristik : nyeri
wib 17.00 - Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
wib dibagian tengkuk apabila
958. Durasi : < 15 menit
959. Frekuensi : 3 x sehari beraktivitas yang berat
960. Kualitas : nyeri hilang
- Klien mengatakan nyeri
timbul
hilang timbul
3. Minimalkan gangguan lingkungan
968. O:
dan rangsangan seperti kebisingan
- Klien tampak memijit
atau suara yang mengganggu yang
kepalanya
dapat menimbulkan stress
- Klien tampak gelisah
4. Membatasi aktivitas, seperti olah
- TD :

105
raga ringan atau olahraga pada - Suhu : 36,5 oC
penderita hipertensi - Nadi : 100 x/i
5. Ajarkan teknik relaksasi seperti - Pernafasan : 22 x/i
teknik nafas dalam untuk 969. A:
mengurangi nyeri yaitu teknik - Masalah belum teratasi
nafas dalam selama 5 detik 970. P:
6. Memberikan posisi yang nyaman\ - Intervensi dilanjutkan
7. Meningkatkan istirahat
8. Memonitor TTV
961. TD : 140/90
962. N : 100 x/i
963. S : 36,5 oC
964. P : 22 x/i
971. Ganggun 972. Sel 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 983. S 985. S:
rasa nyaman : asa, 6 komprehensif. elasa, 6 - Klien mengatakan sakit
nyeri akut pada Desember 974. Lokasi : tengkuk Desemb kepala dan pusing
975. Karakteristik : nyeri
Tn. H 2016 er 2016 - Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
973. Ja 984. J dibagian tengkuk apabila
976. Durasi : < 15 menit
m : 09.00 977. Frekuensi : 3 x sehari am : beraktivitas yang berat
978. Kualitas : nyeri hilang
wib 09.00 - Klien mengatakan nyeri
timbul

106
2. Minimalkan gangguan lingkungan wib hilang timbul
dan rangsangan seperti kebisingan 986. O:
atau suara yang mengganggu yang - Klien tampak memijit
dapat menimbulkan stress kepalanya
3. Membatasi aktivitas, seperti olah - Klien tampak gelisah
raga ringan atau olahraga pada - TD : 140/90
penderita hipertensi - N : 92x/i
4. Ajarkan teknik relaksasi seperti - S : 36,5 oC
teknik nafas dalam untuk - P : 20 x/i
mengurangi nyeri yaitu teknik 987. A:
nafas dalam selama 5 detik - Masalah belum teratasi
5. Memberikan posisi yang nyaman\ 988. P:
6. Meningkatkan istirahat - Intervensi dihentikan
7. Memonitor TTV
979. TD : 140/90
980. N : 92 x/i
981. S : 36,5 oC
982. P : 20 x/i
989. Ganggun 990. Ra 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1001. R 1003. S:
rasa nyaman : bu, 7 komprehensif. abu, 7 - Klien mengatakan sakit

107
nyeri akut pada Desember 992. Lokasi : tengkuk Desemb kepala dan pusing
993. Karakteristik : nyeri
Tn. H 2016 er 2016 - Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
991. Ja 1002. J dibagian tengkuk apabila
994. Durasi : < 15 menit
m : 19.00 995. Frekuensi : 3 x sehari am : beraktivitas yang berat
996. Kualitas : nyeri hilang
wib 19.00 - Klien mengatakan nyeri
timbul
wib hilang timbul
2. Minimalkan gangguan lingkungan
1004. O:
dan rangsangan seperti kebisingan
- Klien tampak memijit
atau suara yang mengganggu yang
kepalanya
dapat menimbulkan stress
- Klien tampak gelisah
3. Membatasi aktivitas, seperti olah
- TD : 130/80
raga ringan atau olahraga pada
- N : 92x/i
penderita hipertensi
- S : 36,5 oC
4. Ajarkan teknik relaksasi seperti
- P : 20 x/i
teknik nafas dalam untuk
1005. A:
mengurangi nyeri yaitu teknik
- Masalah teratasi
nafas dalam selama 3 detik
1006. P:
5. Memberikan posisi yang nyaman
- Intervensi dihentikan
6. Meningkatkan istirahat

108
7. Memonitor TTV
997. TD : 130/80
998. N : 92 x/i
999. S : 36,5 oC
1000. P : 20 x/i
1007.

1008.
1009.
1010.
1011.
1012.
1013.

109
B. PELAKSANAAN KASUS HOME CARE DENGAN RETARDASI
MENTAL
1) PELAKSANAAN PEMBAGIAN TUGAS
A) KETUA : FERDINA SISKA
1014. Dalam melaksanakan praktik home care, ketua awalnya
melakukan pengkoordinasian dengan semua tim dalam pengelolaan
perawatan dirumah. Disaat koordinator kasus melaksanakan tugasnya
yaitu mencari kasus, maka koordinator kasus menemukan kasus yang
terkait dengan sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi. Setelah kasus
ditemukan, maka koordinator kasus melakukan konsultasi dengan ketua.
1015. Pada hari selanjutnya, ketua dan koordinator kasus
mengunjungi keluarga yang mengalami retardasi mental untuk diberikan
pelayanan perawatan dirumah. Setelah ketua dan koordinator kasus
menyepakati bahwa keluarga tersebut (keluarga Tn F) akan menjadi
keluarga binaan, maka koordinator kasus dan ketua menyepakati kontrak
dengan keluarga Tn F.
1016. Setelah itu, ketua melakukan pertemuan dengan tim, yaitu
untuk membagi peran guna melakukan pelaksanaan perawatan dirumah
pada keluarga Tn F yang mengalami retardasi mental dan atas keputusan
bersama dan sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh
ketua, maka ketua memutuskan yang menjadi perawat pelaksana untuk
kasus retardasi mental ini yaitu Fauzi Masta Amanda, Gebby Pratiwi dan
Fatjri Hidayat. Keputusan ini dipertimbangkan dengan alasan karena
yang Fauzi, Gebby, dan Fatjri mampu berkomunikasi dengan baik.
1017. Setelah 3 hari perawat pelaksana melakukan pengkajian
dan melakukan intervensi kepada keluarga Tn F maka ketua selalu
mengontrol tindakan tersebut. Ketua selalu meminta umpan balik dari
perawat pelaksana dalam melakukan kegiatannya apakah menemukan
kendala atau tidak.
1018. Dan pada akhir pertemuan, ketua melakukan penyusunan
laporan home care yang telah diserahkan oleh tim secara
berkesinambungan.

110
1019.
B) KOORDINATOR KASUS : JULIA ANNISA, JENDRY
LAFENTRISKO, FITRI RAHMADANI
1020. Koordinator kasus menemukan kasus pada keluarga Tn F
yaitu dari dari perawat home care yang ada dilingkungan tersebut dan
kenal dengan keluarga Tn F. Setelah mendapatkan informasi itu,
koordinator kasus langsung mengunjungi keluarga Tn F dan
memperkenalkan diri. Koordinator kasus berkonsultasi dengan ketua dan
mengajak ketua untuk mengunjungi keluarga. Setelah menyetujui kontrak
dengan keluarga maka keluarga Tn F bersedia untuk menjadi keluarga atau
pasien kelolaan dalam pelaksaan perawatan home care.
1021. Koordinator kasus juga mengkoordinasikan semua kegiatan
yang dilakukan oleh tim.
1022. Selama pemberian pelayanan keperawatan dirumah,
koordinator kasus selalu memberikan kesempatan kepada perawat
pelaksana ataupun tim yang lain untuk berkonsultasi terkait dengan
kendala-kendala yang ditemukan dilapangan.
1023. Disaat pertemuan pertama dengan keluarga, koordinator
kasus ikut bersama dengan perawat pelaksana untuk melihat bagaimana
pelaksanaan home care pada keluarga untuk mengantisipasi adanya
gangguan.
1024. Koordinator kasus selalu mengevaluasi dan mengontrol
tindakan yang dilakukan oleh tim. koordinator kasus mengetahui segala
bentuk perawatan yang diberikan kepada klien. Seperti pada pertemuan
ketiga dan keempat, koordinator kasus mengetahui bahwa perawat
pelaksana akan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga yaitu pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta kompikasi
dari retardasi mental.
1025. Evaluasi dilakukan oleh koordinator kasus setiap pergantian
shift antara perawat pelaksana 1 dan 2.
1026.
1027.

111
C) SEKRETARIS : HERMIN LESTARI ZALUKHU, IFLAH
RAHMADANI, FATJRI HIDAYAT
1028. Selama pelaksanaan home care, sekretaris bertugas dalam
mempersiapkan form pengkajian, pelaksanaan dan mmasukkannya dalam
satu map sehingga perawat pelaksana hanya tinggal mengambil saja.
Sekretaris juga bertugas dalam membuat dan mengambil absensi anggota
kelompok.
1029. Pada pertemuan pertama dengan klien, sekretaris ikut serta
dengan perawat pelaksana untuk membantu perawat pelaksana dalam
melakukan pengkajian. Setelah itu, sekretaris menggabungkan seluruh
dokumentasi yang telah dilakukan oleh perawat pelaksana dalam satu
map yang nanti disusun menjadi sebuah laporan. Pada saat pelaksanaan,
sekretaris juga menjalankan absensi bagi anggota tim. Sekretaris juga
mencatat keluhan-keluhan pasien, jika nanti ada data yang kurang saat
pengkajian oleh perawat pelaksana, sekretaris juga punya catatan untuk
itu.
1030. Dalam pelaksanaan home care, sekretaris berkolaborasi
dengan koordinator administrasi dalam mengontrol keuangan yang ada
pada bendahara dan surat-surat serta dokumentasi dalam pelaksanaan
home care.
1031.
D) BENDAHARA : FURRY LAWAFATTIEN
1032. Bendahara mencatat semua pemasukan dan pengeluaran
selama pelaksaan perawatan dirumah. Kelompok menetapkan untuk
membayar uang kas sebanyak Rp. 20.000 per minggu, kas tersebut
menjadi uang simpanan yang digunakan oleh kelompok saat ada
pengeluaran. Pengeluaran dihitung oleh bendahara mulai dari fotocopy
absensi, laporan, pembuatan lembar balik untuk keluarga, membeli obat
tradisional yang dibutuhkan, dan hadiah untuk keluarga.
1033.
1034.
1035.

112
E) PERAWAT PELAKSANA : FAUZI MASTA AMANDA, GEBBY
PRATIWI
1036. Dalam melaksanakan kegiatan, setelah kasus ditemukan,
maka perawat pelaksana melaksanakan tugasnya yaitu melakukan
pengkajian sampai evaluasi kepada keluarga. Dalam melakukan
pengkajian melibatkan kedua perawat pelaksana. Pada pertemuan
pertama, perawat pelaksana melakukan pengkajian sampai pada point
pengkajian fungsi perawatan keluarga. Dan pada pertemuan kedua,
perawat pelaksana menyelesaikan semua pengkajian yaitu sampai
harapan keluarga.
1037. Pada pertemuan ketiga, perawat pelaksana 1 yaitu Fauzi
membagi tugas dengan perawat pelaksana 2 yaitu Gebby. Fauzi sebagai
perawat pelaksana 1 memulai memberikan pendidikan kesehatan
mengenai 5 fungsi keperawatan keluarga yaitu mulai dari mengenal
masalah, memutuskan untuk merawat, mampu merawat, memodifikasi
lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
1038. Pada pertemuan selanjutnya, maka perawat pelaksana 2
yaitu Gebby melakukan pemeriksaan tekanan darah dan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai lingkungan yang aman dan nyaman pada
pasien.
1039. Perawat pelaksana 1 dan 2 selalu mengevaluasi setiap
tindakan yang diberikan kepada keluarga. Dan pada pertemuan terakhir,
evaluasi yang didapatkan cukup puas karena keluarga telah mampu
mengenal masalah retardasi mental pada keluarga, mampu memutuskan
untuk merawat, mampu merawat dengan obat tradisional dan makanan
yang boleh serta tidak boleh dimakan, memodifikasi lingkungan, dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
1040. Serta perawat pelaksana membuat dokumentasi dalam
pelaksanaan yang telah diberikan.
1041.
1042.
1043.

113
1044.
2) PENGELOLAAN KASUS
A. GAMBARAN KELUARGA

1045. Klien bernama Tn. F, seorang laki-laki yang berusia 22 tahun yang
menderita penyakit syndrom down.

B. PENGKAJIAN

1046. TANGGAL PENGKAJIAN : SABTU , 3 DESEMBER 2016


1047. TEMPAT : WILAYAH NANGGALO
PADANG

I. DATA UMUM KELUARGA

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. M

2. Umur : 75 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Status Perkawinan : kawin

6. Pendidikan Terakhir : SMA

7. Pekerjaan : swasta

8. Alamat : JL.MERAK NO SITEBA PADANG

9. Komposisi Keluarga :

1055. Hu
1050. J 1051. T 1053. Pen
1048. 1049. 1052. 1054. Peke bungan
enis anggal didikan
No Nama Umur rjaan dengan
Kelamin Lahir Terakhir
KK
1056. 1057. 1062. Wira 1063. Istr
1058. P 1059. 1060. 1061. SD
1 Nn. Y swasta i
1064. 1065. 1066. L 1067. 1068. 1069. SD 1070. Wira 1071. An
2 Tn.T 25 swasta ak

114
Kandung
1079. An
1072. 1073. 1076. 1077. SM 1078. Pen
1074. L 1075. ak
3 Tn. F 22 P gangguran
Kandung
1087. An
1080. 1081. 1084. 1085. SM 1086. Pen
1082. P 1083. ak
4 Nn,N 19 A gangguran
kandung
1088.
1089.
1090.
1091. Genogram
1092.
1093.
1094.
1095.
1096.
1097.
1098.
1099.
1100.
1101. Keterangan Genogram :
1102.
1103.
1104.
1105. Laki-laki Perempuan Kawin

1106.

1107. Meninggal Anggota Serumah

1108. Penjelasan Genogram :


1109. Tn.H adalah anak ke-4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara.
Tn.H adalah suami dari Ny.J. Ny.J telah meninggal. Tn.H dan Ny.J
melahirkan 5 orang anak, terdiri dari 3 (tiga) orang anak perempuan dan 2
(dua) orang anak laki-laki. Anak pertama Nn.J, anak kedua Nn.H, anak
ketiga Rmj.H, anak keempat Rmj.I, dan anak kelima An.H. Tn.H tinggal
bersama anak-anaknya. Ketika bermasalah Tn. H bercerita kepada anak-
anaknya. Hubungan keluarga Tn.H baik, ada komunikasi terbuka.
10. Tipe Keluarga

115
1110. Tipe keluarga Tn.M adalah tipe keluarga inti yaitu tinggal
dengan istri dan anak-anaknya.
11. Suku Bangsa
1111. Keluarga Tn.M adalah keluarga dengan latar belakang
budaya minang. Keluarga Tn.M tidak memiliki budaya yang
bertentangan dengan kesehatan. Keluarga Tn.M memegang adat
budaya minang dalam praktek kehidupan sehari-hari.
12. Agama
1112. Keluarga Tn.M memeluk agama Islam dimana semua
anggota keluarga taat beribadah sesuai degan ajaran agama islam.
13. Status Sosial Ekonomi
1113. Nn. Y sebagai istri dari Tn.M merupakan pencari nafkah
dikeluarga.sebagai penjual mainan kesekolah-sekolah,karena Tn.M
tidak mampu untuk bekerja lagi dan Tn.M sebagai pensiunan TNI.
Status ekonomi mereka tergolong sederhana dengan penghasilan yang
tidak tetap dan tidak cukup perbulanya. Menurut N.n Y penghasilan
Tn.M lebih kurang Rp. 500.000/bulan. Kebutuhan yang dikeluarkan
setiap bulannya adalah lebih kurang Rp. 1.000.000/bulan. Mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, biaya
kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain. Namun mereka mengeluh sulit
untuk pembiayaan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit.
Mereka tidak mempunyai tabungan yang dikhususkan untuk biaya
kesehatan karena terbatasnya dana dan banyaknya pengeluaran tiap
bulan.
14. Aktivitas Rekreasi Keluarga
1114. Biasanya Tn.M dan keluarga menghabiskan waktu
luangnya di depan TV. Dan mereka lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk bekerja.
1115.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

15. Tahap perkembangan keluarga saat ini

116
1116. Tn.M memiliki 3 (tiga) orang anak. Anak ke-1 berusia 25
tahun, anak ke-2 berusia 22 tahun, anak ke-3 berusia 19 tahun, Maka
tahap perkembangan keluarga Tn.M adalah remaja. Tugas
perkembangan keluarga adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua memasuki masa tua
d. Membantu anak-anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
16. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
1117. Menurut Nn.Y, tugas perkembangan yang belum terpenuhi
adalah ingin memiliki rumah sendiri dan mengobati anak nya sakit.
Setelah Nn.Y merasa semua sudah terpenuhi baru Nn.Y merasa puas.
17. Riwayat keluarga inti
1118. Tn.M sudah 26 tahun menikah dengan Ny.Y. Mereka
menikah pada tahun 1990. Tn.M menikah diusia 35 tahun dan Ny.Y
menikah pada usia 26 tahun, mereka menikah setelah bertunangan.

1119. Pada saat dilakukan pengkajian :


a. Riwayat kesehatan Tn.M
1120. Saat ini Tn.M mengatakan sesak nafas, batuk, sakit
perut, gastritis kronis, asma, perokok berat. Tn.M mengatakan
skala nyerinya 3. Tn.M juga merasa stress dikarenakan ekonomi,
biaya kebutuhan sehari-hari dan perkerjaannya. Tn.M sering
mengeluh lelah saat pulang kerja. Tn.M memliki riwayat
asma.Tn.M mengatakan sering kelelahan. Tn.M mengatakan
bahwa ia tidak memiliki riwayat sindrom down.
1121. Tn.M mengatakan pola makannya tidak teratur,
berat badannya menurun, dan Tn.M mengatakan merasa bajunya
kebesaran saat dipakai, padahal baju yang digunakan adalah baju
yang lama. Nn.Y mengatakan berat badan Tn.H menurun, sebulan
yang lalu berat badan Tn.M 50 kg, sekarang mengalami penurunan

117
5 kg, berat badan Tn.M sekarang 45 kg. Keluarga mengatakan
tidak mengetahui makanan untuk penyakit asma.
1122. Keluarga Tn.M mengatakan bila Tn.M mengeluh
asma nya kambuh dibelikan obat di warung depan rumah mereka
dan hanya menyuruh Tn.M istirahat. Saat ditanyakan mengenai
asma,Tn.M dapat menjelaskan dengan sederhana bahwa adalah
penyempitan jalan nafas. Tn.M juga dapat menyebutkan akibat
lanjut dari penyakit adalah gagal nafas. Tn.M mengatakan bahwa
keluarganya hanya memberi obat,istirahat. Tn.M mengatakan anak-
anaknya sibuk sehingga saat sakit Tn.M hanya meminum obat
tersebut dan Tn.M mengatakan ia dan keluarga jarang mengontrol
kesehatanya. Tn.M mengatakan ia tidak ingin memeriksakan
kesehatan ke pelayanan kesehatan karena faktor biaya dan
menurutnya asma yang ia derita bukan masalah besar.
b. Riwayat kesehatan Nn.Y
1123. Ny. Y mengatakan kondisi saat menderita penyakit
gastritis. Nn.Y juga mengatakan sering batuk-batuk.
c. Riwayat kesehatan Tn.T
1124. Tn.F mengatakan kondisi saat ini baik-baik saja.
Tn.T juga mengatakan tidak ada keluhan terhadap kesehatannya.
d. Riwayat kesehatan Tn.F
1125. Kondisi Tn.F mengatakan sering mengeluh nafsu
makan menurun.
e. Riwayat kesehatan Nn.N
1126. Nn.N mengatakan tidak ada keluhan terhadap
kesehatannya.
18. Riwayat keluarga sebelumnya
1127. Riwayat penyakit keturunan, menurut pengakuan Tn.M.
Tn.M tidak mempunyai riwayat keturunan penyakit asma dan ibu
Tn.M juga tidak mengalami penyakit asma.
1128.
III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

118
19. Karakteristik rumah
1129. Rumah yang ditempati keluarga Tn.M merupakan rumah
kontrakan. Tipe rumah Tn.M separoh papan dan separoh lagi tembok.
Jumlah dan ratio kamar atau ruangan berjumlah 2 kamar. Pemanfaatan
ruangan 2 kamar tidur,dapur, toilet, dan ruang tamu. Antara rumah
Tn.M dengan yang lainnya dibatasi dinding. Kondisi ventilasi dirumah
tidak cukup baik, sehingga cahaya tidak dapat masuk dan pertukaran
udara kurang baik.
1130. Keluarga Tn.M memanfaatkan sumber air bersih yaitu
sumber dari air sumurnya sendiri. Sumber air dari sumur digunakan
untuk kebutuhan seharri-hari. Untuk persediaan air minum, keluarga
Tn.M menggunakan air galon isi ulang yang dibeli di toko depot air
minum isi ulang langganan keluarga Tn.M.
1131. Sampah rumah tangga dibuang ditempat pembuangan
sampah yang berjarak sekitar lebih kurang 3 meter dari rumah keluarga
Tn.M. sedangkan jarak septik tank sekitar lebih kurang 10 meter dari
rumah keluarga Tn.M.

1132. Denah rumah Tn.M :

1133. Dapur
Kamar Ruang
Mandi makan
1134.
Kamar
1135. Tidur
1136. Kamar
1137. Tidur
Ruang Tamu
1138.
1139.
Pintu
1140.
20. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
1141. Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn.M tinggal
berdekatan dengan tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup
baik. Jarak mesjid hanya sekitar 45 meter dari rumah Tn.M. biasanya
masjid dijadikan tempat posyandu yang diadakan 1 kali sebulan
khusus ibu-ibu yang mempunyai bayi maupun balita. Kebanyakan

119
tetangga bermata pencaharian sebagai PNS, berdagang dan ibu rumah
tangga. Sedangkan fasilitas umum, lingkungan rumah Tn.M sangat
strategis karena merupakan pusat kota.
21. Mobilitas geografi keluarga
1142. Tn.M bersama keluarga menempati rumahnya sudah 20
tahun. Letak rumah tepat di gang komplek. Alat transportasi umum
yang ada yaitu ojek. Sedangkan untuk mobilitas, keluarga Tn.M
berjalan kaki. Jarak rumah ke puskesmas lebih kurang 2 km.
22. Hubungan keluarga dengan masyarakat
1143. Keluarga Tn.M biasa berkumpul pada sore hari, sepulang
Tn.M kerja. Di lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti pengajian
ibu-ibu, pertemuan RT, dan kebersihan lingkungan. Kadang-kadang
Tn.M ikut pertemuan RT dan gotong royong. Keamanan lingkungan
cukup baik, hubungan antar tetangga baik.
23. Sistem pendukung keluarga
1144. Keluarga Tn.M tidak memilii fasilitas jaminan kesehatan
atau BPJS yang dapat digunakan untuk pengobatan dan perawatan
difasilitas kesehatan yang ada. Dukungan dari keluarga besar sangat
membantu Tn.M bila merasa sakit dan kesulitan ekonomi.
1145.
IV. STRUKTUR KELUARGA

24. Pola komunikasi keluarga


1146. Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn.M yaitu
komunikasi terbuka. Jika ada masalah maka akan dimusyawarahkan
bersama. Saat pagi hari anggota keluarga sebagian ada di rumah dan
sebagian tidak ada di rumah karena Tn. M,dan Nn.Y bekerja, anak-
anaknya bekerja dan ada juga yang tidak bekerja. Saat sore hari
sepulang kerja, keluarga Tn.M berkumpul di ruang tamu sambil
berbincang-bincang.
25. Struktur kekuatan keluarga
1147. Tn.M sebagai kepala keluarga berperan sebagai pengambil
keputusan, meskipun lewat musyawarah keluarga.

120
26. Struktur peran (formal dan informal)
1148. Tn.M berperan sebagai kepala keluarga,kurang aktif
bekerja untuk mencari nafkah, Tn.M merupakan ayah yang baik. Tn.M
melakukan peran sebaik-baiknya. Menurut Tn.M, ia selalu berusaha
menjadi ayah yang baik. Ia selalu berusaha memenuhi kebutuhan
keluarganya. Tn.M pun tidak pernah mengambil keputusan sepihak, ia
selalu melibatkan anak dan istrinya untuk memberikan masukan.
Tn.M berusaha selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya,Nn.y
berperan sebagai istri. Nn.Y juga berperan sebagai pengatur dan
pengelola keadaan rumah.
1149. Tn.T berperan sebagai anak pertama. Tn.T membantu
bekerja mencari nafka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
1150. Tn.F berperan sebagai anak kedua.seorang pengangguran
karena ia mengalami penyakit sindrom down.
1151. Nn.N berperan sebagai anak ketiga sudah 1 tahun tamat
SMA dan sekarang lagi mencari pekerjaan.
27. Nilai dan norma budaya dalam keluarga
1152. Dalam keluarga Tn.M kurang menekankan disiplin, etika,
dan sopan santun dalam bergaul dengan orang lain,sejauh ini tidak ada
prilaku keluarga yang bertentangtan dengan masyarakat.
1153.
V. FUNGSI KELUARGA
28. Fungsi afektif
1154. Keluarga Tn.M termasuk keluarga yang cukup harmonis,
interaksi dalam keluarga terjalin baik. Antar anggota keluarga saling
memperhatikan, menghormati, dan menyayangi sehingga tidak ada
istilah pilih kasih.
29. Fungsi sosialisasi
1155. Dalam keluarga Tn.M biasa ditanamkan kedisiplinan.
Hubungan dengan tetangga baik. Tn.M juga anggota keluarga lain
selalu berusaha melakukan sosialisasi dengan lingkungan jika ada
waktu senggang.

121
30. Fungsi perawatan keluarga
1) Keluarga mengetahui pengertian dari penyakit retardasi mental yaitu
disebabkan karena keadaan tidak normal baik secara fisik maupun
biologis karena adanya keterlambatan tumbuhb kembang.
penyebabnya yaitu keturunan
2) Keluarga Tn.M tidak tahu tentang sifat dan luasnya masalah retardasi
mental tersebut, upaya keluarga apabila penyakit dalam
mengatasinya dengan meminum obat,dan saat ini masih tergantung
dengan obat, fasilitas kesehatan dapat dijangkau oleh keluarga Tn.M
yaitu puskesmas terdekat Keluarga Tn.M tahu bahwa akibat lanjut
dari retardasi mental ini adalah leukimia yaitu sel darah putih
berlipat ganda
3) Jika ada anggota keluarga Tn.M yang sakit, keluarga dapat
mengatasinya dengan memberikan obat yang dibeli di warung, jika
dirasa sakitnya berat dan tidak sembuh dengan obat warung maka
akan dibawa ke Puskesmas atau Poliklinik 24 jam terdekat.
4) Keluarga Tn.M tidak mengetahui arti penting dari kebersihan
lingkungan terutama lingkungan tempat tinggal. Kondisi rumah
tampak bersih.
5) Keluarga Tn.M mengetahui adanya fasilitas kesehatan dilingkungan
tempat tinggal dan memahami bagaimana memanfaatkan fasilitas
tersebut, serta keuntungan memanfaatkan fasilitas kesehatan yaitu
untuk menyembuhkan masalah kesehatan.
31. Fungsi reproduksi
1156. Saat ini Tn.M seorang kepala keluarga.
32. Fungsi ekonomi
1157. Kemampuan keluarga Tn.M kurang terpenuhi untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Semua pendapatan
yang ada digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari. Keluarga Tn.M
tidak memiliki tabungan. Serta keluarga Tn. M belum mampu untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan.Tn.M masih mengharapkan bantuan
orang puskesmas memberi obat untuk anknya yang sakit dan apabila

122
anggota keluarga lain yang sakit tidak segera dibawa untuk berobat ke
puskesmas.
1158.
1159.
1160.
1161.
1162.
VI. STRESS DAN KOPING INDIVIDU

33. Stressor jangka pendek dan panjang


1163. Bagi Tn.M saat ini yang masih menjadi pikiran adalah
biaya hidup sehari-hari, tanggungan dan pekerjaannya, terlebih lagi
yang menjadi beban pikiran adalah anaknya yang sakit.
34. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
1164. Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap
stressor, yaitu :
a. Sistem dukungan keluarga kuat
b. Tempat tinggal yang memadai, dengan sarana kesehatan yang
mudah dijangkau oleh keluarga
c. Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
1165. Namun keluarga memiliki hambatan dikarenakan waktu
dan kesibukan, serta biaya untuk berobat tidak ada.
35. Strategi koping yang digunakan
1166. Tn.M selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT
dalam setiap masalah yang ada. Tn.M berkeinginan untuk bekerja
membantu istrinya berjualan,serta berharap bisa mengobati ankanya
yang sakit dan berharap anakanya segera mendapatkan pekerjaan serta
bisa membantu biaya kehidupan sehari-hari.
36. Strategi adaptasi disfungsional
1167. Keluarga terutama Tn.M dan istrinya Nn.Y menikmati hasil
daganganya.
1168.
VII. PEMERIKSAAN FISIK

123
1169.
1170. Pemeri
N 1171. Tn.M 1172. N.n Y 1173. Tn.L 1174. Tn.F 1175. Nn.N
ksaan Fisik

1176. 1178. BB : 45 1180. BB : 52 1182. BB : 42 1184. BB : 40 1186. BB : 50


1 1177. Keadaa kg kg kg kg kg
n umum 1179. TB : 1181. TB : 1183. TB : 1185. TB : 150 1187. TB :
175cm 156 cm 150 cm cm 168 cm
1188. 1189. Kesada 1190. Compo 1191. Compo 1192. Compos 1193. Compos 1194. Compo
2 ran smentis smentis mentis mentis smentis
1195.
1196. TTV
3
1197. 1200. 130/9 1201. 120/70 1202. 120/80 1203. 110/70 1204. 110/70
1198. 1199. TD
0 mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
1205. 1207. 100
1206. N 1208. 80 x/i 1209. 80 x/i 1210. 80 x/i 1211. 100 x/i
x/i
1212. 1213. RR 1214. 22 x/i 1215. 20 x/i 1216. 16 x/i 1217. 18 x/i 1218. 20 x/i
1219. 1221. 36,5
1220. S o
1222. 36,5 oC 1223. 36,5 oC 1224. 36,5 oC 1225. 36,5 oC
C
1226.
1227. Kepala
4
1228. 1231. lurus,
1230. lurus, 1232. lurus, 1233. lurus,
hitam dan 1234. kriting,
warna putih, warna hitam, , warna, mudah
1229. Rambut putuh, kasar, kasar, ada
bersih, tidak tidak ada rontok, ada
kulit kepala ketombe,
ada ketombe ketombe ketombe
bersih
1235. 1236. Mata 1237. mata 1238. konjungt 1239. konjung 1240. konjungt 1241. konjun
kiri dan kanan iva tidak tiva tidak iva tidak gtiva tidak
simetris, tidak anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera
ada lesi, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
warna sama, penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
ada bulu baik, refleks baik, refleks baik, refleks baik, refleks
mata, pupil bagus pupil bagus pupil tidak pupil bagus
konjungtiva bagus
anemis, sklera
tidak ikterik,
tidak ada pus,

124
iris coklat,
bulat, refleks
pupil bagus
1242. 1244. sinusit
1246. sinusitis 1248. sinusiti
is (-), polip 1245. sinusitis 1247. sinusitis
(-), polip (-), s (-), polip (-),
1243. Hidung (-), (-), polip (-), (-), polip (-),
penciuman penciuman
penciuman penciuman baik penciuman baik
baik baik
baik
1249. 1251. serum 1252. serumen 1253. serume 1254. serumen 1255. serume
1250. Telinga
en (-) (-) n (-) (-) n (-)
1256. 1258. mukos
1259. mukosa 1260. mukosa 1261. mukosa 1262. mukosa
a kering, lidah
bibir lembab, bibir lembab, bibir lembab, bibir lembab,
bersih, gigi
1257. Mulut gigi rapi, lidah gigi rapi, lidah gigi rapi, lidah gigi rapi, lidah
tidak rapi,
bersih, tidak ada bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ompong, gigi
karies ada karies ada karies ada karies
bersih
1263. 1264. Dada
5
1265. 1267. simetris
1269. Simetri 1270. Simetri
kiri dan kanan, 1268. Simetris 1271. Simetris
1266. Inspe s kiri dan s kiri dan
warna kulit kiri dan kanan, kiri dan kanan,
ksi kanan, tidak kanan, tidak
sawo matang, tidak ada edema tidak ada edema
ada edema ada edema
tidak ada edema
1272. 1274. saat 1275. saat 1276. saat 1277. saat 1278. saat
bernafas tidak bernafas tidak bernafas tidak bernafas tidak bernafas tidak
1273. Palpa
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
si
otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu
pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan
1279. 1281. tidak 1283. tidak 1284. tidak
1282. tidak 1285. tidak ada
1280. Perku ada ada ada
ada penimbunan penimbunan
si penimbunan penimbunan penimbunan
cairan cairan
cairan cairan cairan
1286. 1288. bunyi 1290. bun
1287. Ausk 1289. bunyi 1291. bunyi 1292. bunyi
nafas yi nafas
ultasi nafas normal nafas normal nafas normal
vesikuler normal

125
1293. 1294. Leher
6
1295. 1297. tidak 1299. tida
1298. tidak ada 1300. tidak ada 1301. tidak ada
1296. JVP ada k ada
pembesaran pembesaran pembesaran
pembesaran pembesaran
1302. 1304. tidak 1306. tida
1303. Kele ada 1305. tidak ada k ada 1307. tidak ada 1308. tidak ada
njar tiroid pembengkaka pembengkakan pembengka pembengkakan pembengkakan
n kan
1309. 1310. Abdomen
7
1311. 1313. simetri 1315. sime
1314. simetris, 1316. simetris, 1317. simetris,
1312. Inspe s, warna tris, warna
warna normal, warna normal, warna normal,
ksi normal, asites normal,
asites (-) asites (-) asites (-)
(-) asites (-)
1318. 1320. bising 1321. bising 1322. bisin 1323. bising 1324. bising
1319. Ausk
usus tidak ada usus tidak ada g usus tidak usus tidak ada usus tidak ada
ultasi
ada
1325. 1327. tidak 1328. tidak ada 1329. tida 1330. tidak ada 1331. tidak ada
ada benjolan, benjolan, tidak k ada benjolan, tidak benjolan, tidak
1326. Palpa
tidak ada ada nyeri tekan benjolan, ada nyeri tekan ada nyeri tekan
si
nyeri tekan tidak ada
nyeri tekan
1332. 1333. Perku 1334. timpan 1336. timp
1335. timpani 1337. timpani 1338. timpani
si i ani
1339. 1343. tida
1340. Genit 1341. tidak 1342. tidak ada 1344. tidak ada 1345. tidak ada
8 k ada
alia ada gangguan gangguan gangguan gangguan
gangguan
1346. 1347. Ektremitas
9
1348. 1350. berfun 1352. berf
1349. Inspe 1351. berfungsi 1353. berfungsi 1354. berfungs
gsi dengan ungsi
ksi dengan baik dengan baik i dengan baik
baik dengan baik
1355. 1356. Perku 1357. reflek 1358. reflek 1359. refle 1360. reflek 1361. reflek
si patella (+) patella (+) k patella (+) patella (+) patella (+)
1362.

126
VIII. HARAPAN KELUARGA

1363. Keluarga Tn.M sangat mengharapkan bantuan dari tenaga


kesehatan untuk dapat meningkatkan kesehatan pada masyrakat
tersebut,serta pada fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat meningkatkan
standar dan mutu pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku.
1364.
1365.
1366.
1367.
1368. SKORING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1369. Diagnosa 1 : Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Tn.F
1370. 1371. KRITERIA 1372. B 1373. N 1374. PEMBENARAN
No OBOT ILAI
.
1375. 1376. Sifat masalah 1381. 3/ 1382. 1 1383. Masalah ini sudah
1377. Skala :
1. 3x1 aktual.penyakit sindrom down
1378. 3 : aktual
1379. 2 : resiko apabila tidak di obati maka
1380. 1 : potensial
menimbulkan cidera bagi Tn.F
dan menimbulkan masalh yang
lainya
1384. 1385. Kemungkinan 1389. 1390. 1 1391. Masalah dapat diubah
2. masalah dapat diubah, x2 sebagian jika informasi yang
skala : didapat tentang bagiman cara
1386. 2 : mudah
melatih anggota keluarga
1387. 1 : sebagian
1388. 0 : tidak dapat dengan penyakit yang di alami
dan dipahami dengan baik
1392. 1393. Potensial 1397. 2/ 1398. 1/ 1399. Masalah dapat dicegah
3. masalah untuk 3x1 3 dikarenakan jarak tempat
dicegah, skala : tinggal dengan fasilitas
1394. 3 : tinggi
pelayanan kesehatan dekat.
1395. 2 : cukup
1396. 1 : rendah Serta jika klien mampu
mengenal penyebab dari
penyakit dan mengetahui cara

127
penanganannya.
1400. 1401. Menonjolnya 1405. 1/ 1406. 1407. Keluarga merasakan
4. masalah, skala : 2x1 adanya masalah terhadap
1402. 2 : segera
kesehatan Tn.F, namun mereka
ditangani
mengatakan hal itu dapat
1403. 1 : tidak segera
1404. 0 : tidak mereka atasi dengan
dirasakan menyarankan Tn.F istirahat
yang cukup dan kelurga di
minta untuk menjaganya
1409. 2
1408. Total 1410.
4/3

1411. Diagnosa 2 : Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada


Tn.F
1412. 1413. KRITERIA 1414. B 1415. N 1416. PEMBENARAN
No OBOT ILAI
.
1417. 1418. Sifat masalah 1423. 3/ 1424. 1 1425. Masalah ini sudah
1419. Skala :
1. 3x1 aktual. Jika tidak di tangani
1420. 3 : aktual
1421. 2 : resiko akan menimbulkan masalah
1422. 1 : potensial
kesehatan lainya
1426. 1427. Kemungkinan 1431. 2/ 1432. 2 1433. Masalah ini mudah
2. masalah dapat diubah, 2x2 diubah jika informasi yang di
skala : dapatkan tentang penyakit
1428. 2 : mudah
cukup banyak dan mampu di
1429. 1 : sebagian
1430. 0 : tidak dapat terapkan
1434. 1435. Potensial masalah 1439. 3/ 1440. 1 1441. Masalah ini dapat
3. untuk dicegah, skala : 3x1 dicegah jika di karena
1436. 3 : tinggi
merupakan akibat dari sindrom
1437. 2 : cukup
1438. 1 : rendah down yang pernah terjadi
1442. 1443. Menonjolnya 1447. 2/ 1448. 1 1449. Menonjolkan masalah
4. masalah, skala : 2x1 harus segerah ditangani dengan
1444. 2 : segera
membawa fasilitas pelayanan
ditangani
kesehatan
1445. 1 : tidak segera
1446. 0 : tidak

128
dirasakan
1450. Total 1451. 5 1452.
1453.

1454.

1455.

1456.

1457.

C. ANALISA DATA

1458.
1460. MASALAH
N 1459. DATA
(Problem)

1461. 1462. Ds : 1464. Gangguan


1- Keluarga mengatakan Tn. F pola pemenuhan nutrisi pada Tn.
makannya tidak teratur F
- Keluarga mengatakan berat badan
Tn.f turun 5 kg
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui makanan untuk
penyakit sindrom down
1463. Do :
- Tn.F tampak sulit berbicara
- Tn.F tampak kurus
- Keluarga tampak binggung
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir kering
1465. 1466. Ds : 1468. Resiko
2- Keluarga mengatakan Tn. F tidak Keterlambatan
mampu bergaul dengan Perkembangan pada Tn. F
lingkungan 1469.
- Keluarga mengatakan Tn.F tidak
mampu berbicara dengan jelas

129
- Keluarga mengatakan Tn.F sulit
untuk befikir
- Tn.F mengatakan sulit untuk
berjalan
1467. Do :
- Tn.F tampak gelisah dan meringis
1470.
1471.

130
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1473. Da 1474. DX
1475. NOC 1476. NIC
1472. ta Keperawatan
N 1479.
1480. Diagn 1481. 1483.
1478. K 1482. Hasil 1484. Intervensi
osis Kode Kode
1485. 1486. Ds 1488. 1492. NUT 1494. 1507. Keluarga 1509. 1511. Keluarga mampu
1 : 1489. RISI Domain mampu Domai mengenal masalah hipertensi
- Keluarga 1490. 1493. Kelas 4 mengenal n 3 :
mengatakan Tn. 1491. 1 : Makan 1495. masalah PE Pendidikan Kesehatan
F pola 0 Ketidakseimbang Status tentang RIL 1512. Aktivitas :
makannya tidak an nutrisi : nutris pengetahuan AK 7. Tentukan status gizi pasien dan
teratur kurang dari i kesehatan dan U: kemampuan pasien untuk
- Keluarga kebutuhan tubuh 1004 perilaku : 1510. memenuhi kebutuhan gizi
mengatakan 1496. 9. Asupan gizi (1/4) 1100 8. Tentukan jumblah kalori dan jenis
berat badan Tn.f 10. Asupan makanan nutrisi yang di butuhkan untuk
turun 5 kg 1497. (1/4) memenuhi persyaratan gizi
- Keluarga 11. Asupan cairan (1/4) 9. Tawrkan makanan ringan yang
mengatakan 1498. 12. Dehidrasi (2/4) padat gizi
tidak 1508.

131
mengetahui 1499.
makanan untuk
penyakit 1500.
sindrom down
1487. Do 1501.
:
- Tn.F tampak sulit 1502.
berbicara
- Tn.F tampak 1503.
kurus
- Keluarga tampak 1504.
binggung
- Konjungtiva 1505.
anemis
- Mukosa bibir 1506.
kering
1515. 1516. 1517. 11. Gambaran identitas 1519. Pendidikan Kesehatan
Domain diri 5220 1520. Aktifitas :
2 12. Kesesuain antara 1. Tentukan harapan citra diri

132
citra relitas tubuh dan pasien didasarkan pada tahap
tubuh ideal tubuh dan perkembangan
1200 penampilan tubuh 2. Bantu pasien untuk
13. Penyesuaian mendiskusikan perubahan
terhadap perubahan perubahan bagian tubuh
fungsi tubuh disebabkan adanya penyakit
1518. 3. Bantu pasien menentukan
keberlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual dari tubuh
atau tingkat fungsinya
4. Bantu pasien untuk
memisahkan penampilan fisik
dari perasaan berharga secar
pribadi ,dengan cara yang
tepat
1521. 1522. Ds 1525. 1526. PERT 1528. 1530. Setelah 1531. - Pendidikan Kesehatan
2 : 0 UMBUHAN Domain dilakukan 5100 1532. Aktivitas :
1523. Ds /PERKEMB 3 intervensi 3. Anjurkan kegiatan sosial dan
: ANGAN keter keperawatan masyarakat

133
- Keluarga 1527. Kelas ampil selama 1 x 45 4. Bantu peningkatan kesadaran
mengatakan Tn. 2. an menit anak mengenai kekuatan dan
F tidak mampu Pertumbuha intera dihararpkan keterbatasan dalam komunikasi
bergaul dengan n ksi keluarga dengan orang lain
lingkungan Resiko sosial mampu 5. Berikan umpan balik positif saat
- Keluarga Keterlambatan 1529. 9. Berinteraksi dengan pasien bersedia menjangkau
mengatakan Perkembangan 1503 teman dekat 1/3 orang lain
Tn.F tidak 10. Berinteraksi dengan
mampu tentangga 1/3
berbicara 11. Berinteraksi dengan
dengan jelas anggota keluarga
- Keluarga 1/5
mengatakan 12. Berpartisipasi
Tn.F sulit untuk dalam aktivitas
befikir waktu luang dengan
- Tn.F mengatakan oarang lain 1/3
1535. 1536. 1537. 1538. 1539. 1540.
sulit untuk
berjalan
1524. Do

134
:
- Tn.F tampak
gelisah dan
meringis
1541.

1542.

1543.

1544.

1545.

E. CATATAN PERKEMBANGAN

1546. Diagnosa 1547. Ta 1549. T


1548. Implementasi 1550. Evaluasi
Keperawatan nggal anggal
1551. Kurang 1552. Sel 1. Menjelaskan kepada keluarga 1554. S 1556. S
interaksi sosial asa, 6 tentang bersosialisasi dengan elasa, 6 - Keluarga mengatakan
anak Desember cara berkenalan dan bergaul Desemb kurang tahu cara
2016 dengan orang lain er 2016 bersosialisasi dengan orang
1553. Ja 2. Jelaskan kepada keluarga 1555. J lain

135
m : 09.00 tentang pentingnya bergaul am : 1557. O:
wib dengan orang lain 09.00 - Klien tampak sulit berbicara
3. Jelaskan kepada kelurga wib dengan orang lain
tentang cara berkomunikasi - Klien tampak tidak
dengan orang lain secara baik bersemangatberbicara
dengan anggota keluarga
lainya
- Klien tampak murung
1558. A:
- Masalah belum teratasi
1559. P:
- Intervensi dilanjutkan
1560. Kurang 1561. Ka 4. Menjelaskan kepada keluarga 1563. K 1565. S
interaksi sosial mis, 8 tentang bersosialisasi dengan amis, 8 - Keluarga mengatakan cara
anak Desember cara berkenalan dan bergaul Desemb bersosialisasi dengan orang
2016 dengan orang lain er 2016 lain
1562. Ja 5. Jelaskan kepada keluarga 1564. J - Keluarga mengatakan arti
m : 09.00 tentang pentingnya bergaul am : bersoialisasi dengan orang
wib dengan orang lain 09.00 lain

136
6. Jelaskan kepada kelurga wib 1566. O:
tentang cara berkomunikasi - Klien tampak berbicara
dengan orang lain secara baik dengan oranag lain
- Klien tampak antusias
berbicara dengan anggota
keluarga lainya
- Klien tampak senang dari
yang sebelumnya
1567. A:
- Masalah teratasi sebagian
1568. P:
- Intervensi dilanjutkan
1569. Kurang 1570. Sa 7. Menjelaskan kepada keluarga 1572. S 1574. S
interaksi sosial btu, 10 tentang bersosialisasi dengan abtu, 10 - Keluarga mengatakan tau
anak Desember cara berkenalan dan bergaul Desemb cara bersosialisasi dengan
2016 dengan orang lain er 2016 orang lain
1571. Ja 8. Jelaskan kepada keluarga 1573. J - Keluarga mengatakan arti
m : 09.00 tentang pentingnya bergaul am : bersoialisasi dengan orang
wib dengan orang lain 09.00 lain

137
9. Jelaskan kepada kelurga wib 1575. O:
tentang cara berkomunikasi - Klien tampak berbicara
dengan orang lain secara baik dengan oranag lain
- Klien tampak antusias
berbicara dengan anggota
keluarga lainya
- Klien tampak senang dari
yang sebelumnya
1576. A:
- Masalah teratasi
1577. P:
- Intervensi di hentikan
1578.
1579.

138
1580. BAB IV
1581. PEMBAHASAN
1582.
A. PEMBAHASAN KAJIAN HOME CARE
1583. PEMBAHASAN STRUKTUR ORGANISASI KASUS
HIPERTENSI
A. KETUA
1584. Nama : Fitri Rahmadani
1585. Uraian Tugas :

1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan perawatan dirumah.

2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan pelayanan dan


klien.

3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan


pelaksanaan pelayanan.

4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap


kinerja pelayanan.

5. Menyusun laporan pelaksanaan Home Care secara


berkesinambungan.
1586. Dalam melaksanakan praktik home care, ketua sudah
melaksanakan tugas dari poin 1 sampai 5 dengan baik, tanpa kendala atau
masalah dilapangan.

B. KOORDINATOR KASUS
1587. Nama : Iflah Rahmadani, Fauzi Masta Amanda, Ferdina
Siska
1588. Uraian Tugas :

1. Bertanggung jawab atas segala bentuk pelayanan home care

2. Menerima konsultasi dari pelaksana home care

3. Mengetahui segala bentuk perawatan bagi klien.


4. Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh pelaksana pelayanan.

139
5. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan keperawatan
dan klien dirumah.
6. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan
pelaksanaan keperawatan.
7. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada
pelaksana keperawatan.
8. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugasnya.
1589. Dalam melaksanakan praktik home care, koordinator kasus
sudah melaksanakan tugas dari poin 1 sampai 8 dengan baik, tanpa
kendala atau masalah dilapangan.

C. SEKRETARIS
1590. Nama : 1. Jendry Laventrisko
2. Fatjri Hidayat
3. Furry Lawafatien
1591. Uraian Tugas :

1. Mengkoordinasikan administrasi dan keuangan.


2. Melaksanakan kegiatan pencatatan setiap kegiatan Home Care
dirumah
1592. Dalam melaksanakan praktik home care, sekretaris sudah
melaksanakan tugas dengan baik, tanpa kendala atau masalah dalam
tim.

D. BENDAHARA
1593. Nama : Gebby Pratiwi
1594. Uraian Tugas :

1. Mencatat pemasukan dan pengeluaran pelayanan Home Care


1595. Dalam melaksanakan praktik home care, bendahara sudah
melaksanakan tugas dengan baik, tanpa kendala atau masalah dalam tim.

E. PERAWAT PELAKSANA
1596. Nama : 1. Hermin Lestari Zalukhu
1597. 2. Julia Annisa
1598. Uraian Tugas :

1. Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan.


2. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan

140
3. Melaksanakan intervensi atau tindakan keperawatan sesuai rencana
yang ditentukan.
4. Mengevaluasi kegiatan atau tindakan yang diberikan dengan
berpedoman pada renpra.
5. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam keperawatan setiap selesai
melakukan tugas.
1599. Dalam melaksanakan praktik home care, perawat pelaksana
sudah melaksanakan tugas dari poin 1 sampai 5 dengan baik, tanpa
kendala atau masalah dalam dilapangan.

1600. Struktur Kasus yang tidak tercapai yaitu :


1. Konsulen
1601. Karena dalam pelaksanaan home care tim bekerja sebagai
mahasiswa praktik bukan sebagai pelaksana home care yang memilik
klinik home care secara resmi.

1602. PEMBAHASAN STRUKTUR ORGANISASI KASUS


SINDROME DOWN
A. KETUA

1603. Nama : Ferdina Siska


1604. Uraian Tugas :

1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan perawatan dirumah.

2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan pelayanan dan


klien.

3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan


pelayanan.

4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap


kinerja pelayanan.

5. Menyusun laporan pelaksanaan Home Care secara berkesinambungan.

141
1605. Dalam melaksanakan praktik home care, ketua sudah
melaksanakan tugas dari poin 1 sampai 5 dengan baik, tanpa kendala atau
masalah dilapangan.

B. KOORDINATOR KASUS

1606. Nama : Julia Annisa, Jendry Lafentrisko, Fitri Rahmadani


1607. Uraian Tugas :

1. Bertanggung jawab atas segala bentuk pelayanan home care

2. Menerima konsultasi dari pelaksana home care

3. Mengetahui segala bentuk perawatan bagi klien.


4. Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
pelaksana pelayanan.
5. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan keperawatan
dan klien dirumah.
6. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan
keperawatan.
7. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada
pelaksana keperawatan.
8. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugasnya.
1608. Dalam melaksanakan praktik home care, penanggung
jawab sudah melaksanakan tugas dari poin 1 sampai 8 dengan baik, tanpa
kendala atau masalah dilapangan.

C. SEKRETARIS

1609. Nama : Hermin Lestari Zalukhu, Iflah Rahmadani, Fatjri


Hidayat
1610. Uraian Tugas :

1. Melaksanakan kegiatan pencatatan setiap kegiatan Home Care


dirumah.
2. Mengkoordinasikan administrasi dan keuangan.

142
1611. Dalam melaksanakan praktik home care, sekretaris sudah
melaksanakan tugas dengan baik, tanpa kendala atau masalah dalam tim.

D. BENDAHARA

1612. Nama : Furry Lawafattien


1613. Uraian Tugas :

1. Mencatat pemasukan dan pengeluaran pelayanan Home Care


1614. Dalam melaksanakan praktik home care, bendahara sudah
melaksanakan tugas dengan baik, tanpa kendala atau masalah dalam tim.

1615.

1616.

E. PERAWAT PELAKSANA

1617. Nama : 1. Fauzi Masta Amanda

1618. 2. Gebby Pratiwi


1619. Uraian Tugas :
1. Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan.
2. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
3. Melaksanakan intervensi atau tindakan keperawatan sesuai rencana
yang ditentukan.
4. Mengevaluasi kegiatan atau tindakan yang diberikan dengan
berpedoman pada renpra.
5. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam keperawatan setiap selesai
melakukan tugas.
1620. Dalam melaksanakan praktik home care, perawat pelaksana
sudah melaksanakan tugas dari poin 1 sampai 5 dengan baik, tanpa
kendala atau masalah dalam dilapangan.

1621. Struktur Kasus yang tidak tercapai yaitu :

1. Konsulen

143
1622. Karena dalam pelaksanaan home care tim bekerja sebagai
mahasiswa praktik bukan sebagai pelaksana home care yang memilik klinik
home care secara resmi.
1623.
1624.
1625.
1626.
1627.
1628.
1629.
1630.
1631.
1632.
1633.

B. PEMBAHASAN HOME CARE DENGAN HIPERTENSI


1634. PEMBAHASAN KASUS KLIEN
1635. Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan home care meliputi : Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Intervensi, Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi maka
BAB ini kelompok 2 akan membandingkan antara tinjauan teoritis dengan
masalah-masalah yang didapat pada Tn.H dengan Hipertensi mulai dari
tanggal 4 Desember 2016 sampai dengan tanggal 7 Desember 2016 yang
diuraikan sebagai berikut :
A. PENGKAJIAN
1636. Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan dalam proses
keperawatan atau merupakan landasan teori dalam proses keperawatan, dari
pengkajian ini bisa dilihat perbedaan antara teori dengan kasus yaitu :
1. Identitas Klien

1637. Identitas klien diperoleh dari klien dan anak klien.


Kelompok menjalin hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
klien serta mendapatkan respon yang baik dari komunikasi yang
dilakukan, ini tidak terlepas dari pendekatan yang dilakukan terlebih
dahulu, dari rasa empati yang ditujukan atas penyakit yang dialami oleh
klien. berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan kepada Tn.H
diperoleh data sebagai berikut : Tn.H berjenis kelamin laki-laki, berusia

144
52 tahun. Data tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Kemenkes RI, 2012 yaitu dengan meningkatnya jumlah lanjut usia,
tentunya akan diikuti dengan meningkatnya permasalahan kesehatan pada
lanjut usia, yang perlu diperhatikan yaitu proses degenerative yang dapat
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan diantaranya hipertensi,
ini terjadi karena adanya perubahan elastisitas pembuluh darah, dan
keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak pada dinding
pembuluh darah.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

1638. Berdasarkan teori yang telah dipelajari pada BAB


III ini, dijelaskan bahwa pada klien dengan penyakit hipertensi
mempunyai riwayat pernah mengalami hipertensi sebelumnya. Teori
ini sesuai dengan kasus yang penulis temukan pada kasus Tn.H yang
mana Tn.H pernah menderita hipertensi. Saat melakukan pengkajian
klien sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan makanan
tinggi garam, makanan tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1639. Menurut Masjoer (2001) mengatakan bahwa


hipertensi ditandai dengan klien mengeluh sakit kepala, leher terasa
kaku, penglihatan kabur, klien juga akan mengeluhkan pusing
diseluruh bagian kepala, dan klien juga akan mengalami kelelahan.
1640. Sedangkan pada kasus Tn.H yang mana pada waktu
pengkajian Tn.H mengeluh nyeri ditengkuk, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Kemudian terasa sakit
dibagian pundak, perut sebelah kanan terasa sakit, saat membungkuk
pinggang terasa sakit, nafsu makan klien juga menurun dan klien
mengatakan badannya terasa lemah dan gemetar. Kasus ini sesuai
dengan teori karena adanya data-data yang menunjang. Pada saat
dikaji klien mengatakan menderita hipertensi.

145
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

1641. Berdasarkan teori yang telah dipelajari pada BAB


III studi kasus ini dijelaskan, pada riwayat keluarga klien dengan
hipertensi ada anggota keluarga yang menderita hipertensi.
1642. Teori ini sesuai dengan kasus yang penulis temukan
pada riwayat kesehatan keluarga Tn.H, klien mengatakan bahwa
didalam anggota keluarganya ada yang menderita hipertensi yaitu ibu
Tn.H.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1643. Pada teori yang telah dibuat di BAB III, dijelaskan bahwa
untuk keadaan umum klien dengan hipertensi yaitu keadaan umum
dengan tingkat kesadaran : compos mentis cooperatif atau bisa juga
penurunan kesadaran. Tanda-tanda vital yang menonjol pada klien
dengan hipertensi, yaitu suhu tubuh dalam keadaan normal (36,5-
37oC), tekanan darah meningkat (140/90-160/90 mmHg), nadi
meningkat (80-120 x/menit), pernafasan normal (18-30/menit)
(Keperawatan Klinis, 2011).
1644. Namun pada kasus Tn.H yang penulis temukan kesadaran
yaitu compos mentis cooperatif adalah kesadaran penuh, TTV yaitu
suhu 36,5 oC, nadi 100 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, dan
pernafasan 22 x/menit. Dan BB sebelum sakit 65 kg dan selama sakit
60 kg ini terjadi karena intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu
makan klien yang berkurang dan pola makan tidak teratur. Jadi sumber
data yang ditemukan diteori memiliki kesamaan dengan kasus yaitu
pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah meningkat, dan
pemeriksan pernafasan normal dan ditemukan juga data yang memiliki
kesamaan dengan teori sebanyak 2 data yaitu peningkatan suhu tubuh
dan penurunan berat badan.

b. Pemeriksaan Fisik Pada Kepala

146
1645. Pada teori dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada kepala
yaitu, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, mukosa mulut pucat dan kering. Sedangkan pada kasus Tn. H
ditemukan kesamaan dengan teori yang ditemukannya mata simetris
kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera ikterik dan pada mulut
ditemukan mukosa mulut pucat dan kering ini terjadi karena klien
mual dan muntah. Jadi sumber data yang ditemukan diteori memiliki
kesamaan dengan kasus yang ditemukan pada Tn. H.

c. Pemeriksaan Fisik Pada Leher

1646. Pada teori dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada leher


yaitu biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening. Pada kasus Tn. H yang kelompok 2
temukan yaitu memiliki kesamaan dengan teori yaitu tidak teraba
pembesaran kelenjar tiroid.

d. Pemeriksaan Fisik Pada Dada dan Jantung

1647. Pada teori dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada dada


yaitu biasanya pada saat di inspeksi dada simetris kiri dan kanan, pada
saat di palpasi fremitus sama kiri dan kanan, pada sat di perkusi
bunyinya redup, dan pada saat auskultasi pernafasan teratur.
1648. Sedangkan pada kasus Tn. H ditemukan pemeriksaan fisik
dada yaitu pada saat inspeksi dada simetris kiri dan kana, pada saat
palpasi fremitus sama kiri dan kanan, pada saat perkusi bunyi redup,
dan pada saat auskultasi bunyi nafas vesikuler dan normal. Jadi penulis
menemukan persamaan dengan teori.
1649. Pada pemeriksaan jantung secara teori pada saat inspeksi
denyut ictus cordis terlihat, pada saat palpasi denyut ictus cordis teraba
pada ICS V, pada saat perkusi bunyi sonor, dan pada saat auskultasi
irama jantung teratur. Dan pada kasus Tn. H ditemukan pada saat
inspeksi denyut ictus cordis terlihat, pada saat palpasi denyut ictus
cordis teraba 1 cm di ICS V, pada saat perkusi bunyi sonor, dan pada

147
saat auskultasi irama jantung teratur tidak ada bunyi tambahan. Jadi
ditemukan kesamaan antara teori dengan kasus Tn. H.

e. Pemeriksaan Fisik Pada Abdomen

1650. Pada teori dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada


abdomen yaitu biasanya perut klien tidak buncit, bising usus normal,
biasanya hepar tidak teraba, nyeri tekan ada, dan pada saat di perkusi
terdengar timpani. Sedangkan pada kasus Tn. H ditemukan persamaan
yaitu, bising usus 12 x/menit dan pada saat palpasi tidak teraba nyeri
hepar maupun lien namun terdapat nyeri tekan pada perut sebelah
kanan, dan pada saat perkusi ditemukan timpani.

f. Pemeriksaan Fisik Pada Ektremitas

1651. Pada teori dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik ekstremitas


biasanya ditemukan kekuatan otot lemah. Sedangkan pada kasus Tn. H
ditemukan persamaan yaitu Tn. H mengatakan badannya terasa lemah.

g. Pemeriksaan Fisik Pada Integumen

1652. Pada teori dijelaskan bahwa pada pemeriksaan fisik


integumen biasanya turgor kulit baik, dan suhu hangat. Dan pada kasus
Tn. H pada pemeriksaan fisik integumennya ditemukan turgor kulit
baik, suhu hangat 36,5 oC. Jadi kasus Tn. H memiliki kesamaan dengan
teori.

h. Terapi

1653. Pada teori dijelaskan bahwa terapi yang diberikan terapi


tanpa obat yaitu diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh,
restriksi garam secara modern dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, dan diet
tinggi kalium. Kemudian terapi dengan obat meliputi diuretic, beta
blacker, Ca antagonis, ACE inhibitor, elonidin, resephin, dan
vasolidator. Pada kasus Tn. H tidak ditemukan menggunakan terapi.

1654. PEMBAHASAN KASUS KELUARGA

148
1. Tipe keluarga

1655. Menurut teori tipe keluarga terdiri dari The nuclear family
(terdiri dari suami, istri, dan anak), The dyad family (terdiri dari suami dan
istri tanpa anak), Keluarga usila (terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak memisahkan diri), The childless family (keluarga tanpa anak
terlambat waktunya karena pendidikan), The extended family (keluarga
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama), The single parent family
(keluarga terdiri dari satu orang tua dengan anak), dan Blended family
(duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya).
1656. Dan pada kasus Tn. H tipe keluarga Tn. H adalah tipe
keluarga single parent family yang mana Tn. H tinggal dengan anak-
anaknya dan istri Tn. H telah meninggal dunia pada tahun 2014.

2. Suku bangsa

1657. Menurut teori bangsa memiliki suku-suku yang beraneka


ragam, contohnya suku minang yaitu chaniago, melayu, tanjung, dan lain-
lain.
1658. Dan pada kasus keluarga Tn. H merupakan keluarga dengan
marga zalukhu dimana kehidupan sehari-hari keluarga Tn. H berjalan
dengan menurut adat budaya Nias, Sumatera Utara. Kebiasaan keluarga
Tn. H sering makan makanan yang berlemak, bersantan dan tinggi garam
sehingga beresiko menimbulkan kolesterol dan penyakit hipertensi.

3. Agama

1659. Menurut teori bangsa memiliki agama yang beraneka


ragam, contohnya agama islam, agama kristen protestan, agama kristen
katolik, agama hindu, agama budha.
1660. Pada kasus keluarga Tn. H menganut agama Islam dimana
semua anggota keluarga taat beribadah sesuai dengan ajaran agama Islam.

4. Status sosial ekonomi

149
1661. Menurut teori kedudukan seseorang atau posisi seseorang
dalam kelompok masyarakat ditentukan oleh bagaimana mereka
berinteraksi dan ekonomi.
1662. Pada kasus keluarga Tn. H berada ditingkat status sosial
ekonomi yang marginal dimana bisa terpenuhi kebutuhan primer, sekunder
tapi tidak ada tabungan, yang mana penghasilan perbulan sekitar 1,5
juta/bulan.

5. Aktivitas rekreasi keluarga

1663. Keluarga Tn. H kegiatan yang dilakukan untuk rekreasi


dengan menonton TV di rumah, dan sekali-kali rekreasi ke luar.

6. Tahap perkembangan keluarga saat ini

1664. Menurut teori tahap perkembangan keluarga terdiri dari


tahap pasangan baru, keluarga dengan kelahiran anak pertama, keluarga
dengan anak pra sekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan
anak remaja, keluarga dengan anak dawasa, keluarga dengan anak usia
pertengahan, dan usia lanjut.
1665. Pada kasus keluarga Tn. H berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja, yang mana anak Tn. H
berusia 23 tahun.

7. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

1666. Menurut teori tugas perkembangan keluarga terdiri dari


tugas perkembangan pasangan baru, keluarga dengan tugas perkembangan
kelahiran anak pertama, keluarga dengan tugas perkembangan anak pra
sekolah, keluarga dengan tugas perkembangan anak sekolah, keluarga
dengan tugas perkembangan anak remaja, keluarga dengan tugas
perkembangan anak dewasa, keluarga dengan tugas perkembangan usia
pertengahan, dan keluarga dengan tugas perkembangan usia lanjut dan
semuanya harus terpenuhi.
1667. Pada kasus keluarga Tn. H tidak ada tugas perkembangan
yang belum terpenuhi.

150
8. Riwayat keluarga inti

1668. Menurut teori riwayat keluarga inti terdiri dari ayah, ibu,
dan anak. Pada kasus keluarga Tn. H sudah 22 tahun yang lalu menikah
dengan Ny. J, mereka menikah pada tahun 1992. Tn. H menikah umur 28
tahun dan Ny. J menikah umur 24 tahun, mereka menikah sesudah 1 tahun
bertunangan.

9. Riwayat keluarga sebelumnya

1669. Menurut teori riwayat keluarga sebelumnya yang


mempunyai suatu penyakit akan dapat diturunkan ke generasi selanjutnya.
1670. Pada kasus Tn. H saat pengkajian riwayat keluarga
sebelumnya ada memiliki riwayat penyakit yaitu hipertensi. Dan orang tua
Tn. H juga memiliki riwayat hipertensi yaitu orang tua perempuan dari Tn.
H.

10. Karakteristik rumah

1671. Menurut teori karakteristik rumah yang baik yaitu memiliki


sirkulasi udara, memiliki sistem sanitasi yang baik, memiliki sistem
pencahayaan ruangan yang baik.
1672. Pada kasus rumah keluarga Tn. H memiliki luas sebesar 16
x 12 m3. Tipe rumah Tn.H permanen. Jumlah dan ratio kamar atau
ruangan berjumlah 3 kamar. Pemanfaatan ruangan 2 kamar tidur, 1
gudang, dapur, toilet, dan ruang tamu. Antara rumah Tn.H dengan yang
lainnya dibatasi dinding. Kondisi ventilasi dirumah cukup, sehingga
cahaya dapat masuk dan pertukaran udara cukup baik.
1673. Sampah rumah tangga dibuang ditempat pembuangan
sampah yang berjarak sekitar lebih kurang 3 meter dari rumah keluarga
Tn.H. sedangkan jarak septik tank sekitar lebih kurang 10 meter dari
rumah keluarga Tn.H. Dalam keluarga Tn.H kebiasaan membersihkan
rumah setiap hari.

11. Pola komunikasi keluarga

151
1674. Menurut teori pola komunikasi keluarga terdiri dari pola
komunikasi satu arah yang mana penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan baik, menggunakan media maupun tanpa media, tanpa adanya
umpan balik, dan pola komunikasi dua arah yang mana penyampaian
pesan dari komunikator ke komunikan baik, menggunakan media maupun
tanpa media, adanya umpan balik dan saling tukar fungsi, pola komunikasi
multi arah yang mana komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang mana
penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan baik dan saling
bertukar pikiran.
1675. Pada kasus keluarga Tn. H komunikasi yang dilakukan oleh
keluarga Tn. H yaitu komunikasi yang berjalan secara dua arah, efektif dan
saling memuaskan tidak bertahan pada pendapatnya sendiri.

12. Struktur kekuatan keluarga

1676. Menurut teori kekuatan merupakan kemampuan dari


individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang ke arah positif, seperti pengambilan keputusan seperti
konsensus, tawar menawar atau akomodasi, kompromi, dan paksaan.
1677. Pada kasus Tn. H saat ada masalah maka pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga Tn. H yaitu dengan pengambilan
keputusan konsensus dengan cara musyawarah. Tidak ada kemampuan
keluarga untuk mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

13. Struktur peran

1678. Menurut teori struktur peran ayah yaitu pencari nafkah,


pelindung dan pemberi rasa aman, peran ibu sebagai pengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu
anggota, peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1679. Peran anggota keluarga Tn. H berjalan sesuai dengan
perannya dimana Tn. H menjadi kepala keluarga atau ayah dan juga
berperan sebagai ibu, Tn. H menjadi kepala keluarga dan ibu serta Nn. J,
Nn. H, Rmj. A, Rmj, I, dan An. H menjadi anak. Pada keluarga ini Tn. H

152
lebih berperan dalam pendamai, penghalang dan penghubung antar
anggota keluarga.

14. Nilai dan norma keluarga

1680. Nilai adalah suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi


perkembangan norma dan peraturan, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga.
1681. Pada keluarga Tn. H memiliki nilai dan norma yang sedikit
kurang dengan kesehatan dimana keluarga Tn. H jarang untuk berolahraga,
serta tidak mengurangi makanan yang dapat meningkatkan kolesterolnya.
Sejauh ini tidak ada perilaku keluarga Tn. H yang bertentangan dengan
masyarakat.

15. Fungsi afektif

1682. Menurut teori fungsi afektif memberikan kenyamanan


emosional anggota, membantu anggota dalam mambentuk identitas dan
mempertahankan saat terjadi stres.
1683. Pada kasus keluarga Tn. H ini merasa senang dengan
keluarganya walaupun ada masalah dengan lingkungannya. Serta pada
keluarga ini saling memiliki kasih sayang antara satu sama lain.

16. Fungsi sosialisasi

1684. Dalam membesarkan anak dan bertanggung jawab dalam


mengasuh anak adalah Tn. H hanya sendiri. Tidak ada budaya yang
mempengaruhi pola pengasuhan. Masalah yang dialami Tn. H dalam
mengasuh anaknya adalah saat anak-anak bertengkar.

17. Fungsi reproduksi

1685. Menurut teori keluarga melahirkan anak,


menumbuhkembangkan anak, dan meneruskan keturunan. Keluarga Tn. H
memiliki anggota sebanyak 5 orang.

18. Fungsi ekonomi

153
1686. Menurut teori fungsi ekonomi keluarga memberikan
finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan dimasyarakat.
1687. Pada kasus kemampuan keluarga Tn. H sangat bagus untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Tetapi keluarga Tn. H
belum cukup mampu untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena tidak
ada tabungan khusus kesehatan. Dimana apabila salah satu anggota
keluarga yang sakit tidak segera dibawa untuk berobat ke puskesmas.
1688.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1689. Pada tinjauan teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan Hipertensi, yaitu :
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung Intoleransi aktifitas

b. Nyeri akut

c. Gangguan perfusi jaringan

d. Resiko injuri/cedera

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


1690. Sedangkan diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus
Tn. H yaitu ada 2 diagnosa :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut pada Tn. H.

1691. Dari uraian diagnosa diatas terjadi kesamaan


dengan teori dan merupakan diagnosa prioritas utama. Karena
terdapat data-data yang menunjang diagnosa tersebut, yaitu :

1692. Terjadi nyeri dibagian tengkuk, nyeri terasa ditusuk-


tusuk, nyeri hilang timbul, skala nyeri 3. Oleh karena itu penderita
akan mengalami iskemia miokard atau berkurangnya aliran darah ke
otot jantung. Diagnosa ini diangkat karena sesuai dengan data yang
ditemukan yaitu TD : 150/90 mmHg, suhu 36,5 oC, nadi 100 x/menit,
pernafasan 22 x/menit, dan keluarga tidak mengetahui untuk
mengatasi nyeri tersebut.

154
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn. H

1693. Terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh karena penurunan nafsu makan pada Tn. H ini dan
diagnosa ini diangkat karena Tn. H mengatakan nafsu makan
berkurang, makanan dihabiskan porsi, mukosa bibir kering, BB
berkurang, dimana berat badan sebelum sakit 65 kg dan selama sakit
menjadi 60 kg. Tn. H tampak lemah, konjungtiva anemis.
1694. Pada kasus Tn. H terdapat 3 diagnosa pada teori yang
mungkin muncul pada pasien Hipertensi tetapi tidak muncul pada Tn. H,
yaitu :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

1695. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh kelompok 2


karena pada saat dilakukan pengkajian Tn. H tidak mengalami
berkeringat, Tn. H juga tidak mengalami dispnea dan penurunan nadi,
klien juga tidak mengalami perubahan warna kulit. Pada pasien tidak
ditemukan data yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa
keperawatan ini.

2. Gangguan perfusi jaringan


1696. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh kelompok 2
karena pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. H tidak mengalami
bradikardia maupun takikardia, klien juga tidak ada mengalami
pingsan dan kehilangan kesadaran. Pada pasien tidak ditemukan data
yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa keperawatan ini.

3. Resiko injuri/cedera
1697. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh kelompok 2
karena pada saat dilakukan pengkajian Tn. H karena tidak mengalami
masalah pada mata nya, hipertensi yang dialami Tn. H belum sampai
merusak saraf matanya sehingga Tn. H masih dapat melihat dengan
baik. Pada pasien tidak ditemukan data yang mendukung untuk
ditegakkan diagnosa keperawatan ini.

155
1698.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1699. Intervensi keperawatan merupakan landasan bagi perawat
untuk melakukan implementasi keperawatan kepada seseorang klien.
sehingga dengan tersusunnya intervensi keperawatan dengan baik,
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pada
klien dengan penyakit tertentu.
1700. Pada teori yang telah dibahas pada BAB III ini telah ditulis
intervensi keperawatan pada masing-masing diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien dengan Hipertensi, dan ada dua diagnosa yang penulis
tegakkan untuk kasus Tn. H sesuai dengan teori yaitu :
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Akut pada Tn. H

1701. Untuk diagnosa keperawatan diatas kelompok 2


telah melakukan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Sehingga di dalam penerapan rencana tindakan yang berlandaskan
pada intervensi keperawatan dapat dilakukan.

2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Tn.


H

1702. Untuk diagnosa keperawatan diatas kelompok 2


telah melakukan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Sehingga di dalam penerapan rencana tindakan yang berlandaskan
pada intervensi keperawatan dapat dilakukan.

1703.

D. IMPLEMENTASI
1704. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan hipertensi penulis mengalami kesulitan atau hambatan dalam hal
pelaksanaannya, karena keterbatasan waktu dan pertemuan dengan
klien dan keluarga. Oleh karena itu kelompok 2 hanya menyesuaikan
pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan kondisi dan keadaan
klien serta keluarga.

156
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Akut pada Tn. H

1705. Untuk diagnosa keperawatan diatas kelompok 2


telah melakukan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Sehingga di dalam penerapan implementasi yang berlandaskan pada
intervensi keperawatan dapat dilakukan.
1706.

E. EVALUASI
1707. Berdasarkan pada penilaian yang dilakukan pada dasarnya
semua tujuan dapat tercapai. Hal ini didukung adanya kerjasama
kelompok 2 dengan keluarga, perawat dan tim medis lainnya, serta
adanya partisipasi keluarga yang cukup besar dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian tujuan ini tidak lepas dari
peralatan yang cukup baik untuk menunjang pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan.
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Akut pada Tn. H
1708. Untuk diagnosa keperawatan diatas kelompok 2 telah
melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun
sebelumnya selama 3 hari yaitu mulai dari hari Minggu tanggal 4
Desember 2016 sampai dengan hari Rabu tanggal 7 Desember 2016
intervensi yang dilakukan teratasi sebagian. Dari catatan
perkembangan yang didapatkan terjadinya perkembangan yang baik
pada Tn.H, yaitu nyeri di bagian tengkuk dirasakan sudah mulai
berkurang yang ditandai dengan klien tidak tampak meringis, klien
tampak tenang. Tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD 140/90
mmHg, suhu 36,5oC, pernafasan 20 x/menit, nadi 92 x/menit.
1709.
C. PEMBAHASAN HOME CARE DENGAN RETARDASI MENTAL
1710. PEMBAHASAN KASUS KLIEN
1711. Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan home care yang meliputi
pengkajian,doagnosa keperawatan,perencanaan keperawatan,implementasi
keperawatan,evaluasi keperawaratan pada BAB ini kelompok 2 akan

157
membandingkan antara tinjauan teoritis dengan masalah-masalah yang di
dapat pada Tn. F dengan retardasi mental mulai tanggal 3 desember 2016
sampai dengan tanggal 10 januari yang di uraikan sebagai berikut :
A. PENGKAJIAN
1712. Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan
dalam proses keperawata atau merupakan landasan teori dalam proses
keperawatan, dari pengkajian ini bisa kita liat perbedaan antara teori
dengan kasus yaitu:
1. Identitas Klien
1713. Identitas klien diperoleh dari keluarga pasien yaitu ayah
pasien. Kelompok menjalin hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarga klien serta mendapatkan respon yang baik dari komunikasi
yang dilakukan, ini tidak lepas dari pendekatan yang dilakukan terlebih
dahulu, dan rasa empati yang di tunjukan atas penyakit yang di alalmi
oleh pasien. Berdasarkan atas pengkajian yang telah di lakukan kepada
Tn. F di peroleh data sebagai berikut berjenis kelami laki-laki berusia
22 tahun. Data tersebut sesuai dengan teori yaitu yang meyebutkan
bahwa sindrom down adalah gangguan tumbuh kembang sejak masa
perkembangan atau sejak lahir atau sejak masa anak-anak.
2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

1714. Berdasarkan teori yang telah di pelajari pada BAB


III ini, dijelaskan pada klien dengan sindrom down mempunyai
riwayat pernah mengalami sindrom down sebelumnya. Teori ini
sesuai dengan kasus yang kelompok temukan pada kasus Tn.F
yang mana didapatkan pada waktu sejak lahir.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1715. Pada riwayat kesehatan sekarang seperti teori klien


menunjukan lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa,
gagal melewati tahap perkembangan yang utama, lingkar diatas

158
atau di bawah normal kadang lebih besar/ lebih kecil dari
ukuran normal, lambatnya pertumbuhan tonum otot abnormal
dan terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

1716. Berdasarkan teori yang telah di pelajari pada BAB


III dijelaskan, pada riwayat kesehatan keluarga klien dengan
sindrom down, ada naggota keluarga yang menderita sindrom
down.

1717. Teori ini sesuai dengan kasus kelompok 2 temukan


pada riwayat kesehatan keluarga Tn. F, keluarga mengatakan
bahwa di dalam keluarga yang menderita sindrom down.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1718. Pada teori yang telah di bahas di BAB III,


dijelaskan bahwa untuk keadaan umum dengan tingkat
kesadaran umum klien dengan tanda tanda vital yang
menonjol pada klien dengan sindrom down yaitu suhu tubuh
dalam keadaan normal (N : 36-37 C),tekanan darah normal
(120/80-130/80 mmhg),nadi meningkat (N: 18-30x/menit)

1719. Namun kasus pada Tn F yang kelompok 2 temukan


kesadaran yaitu compos mentis cooperatif adalah kesadran
penuh. TTV suhu yaitu 36,5,nadi 95x/menit. Jadi sumber data
yang ditemuka teori memiliki kesamaan dengan kasus yaitu
pemeriksaan nadi normal dan pemeriksaan pernafasan yang
normal dan suhu yang normal.

b. Pemeriksaan Fisik Pada Kepala

1720. Pada teori di jelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada


kepala yaitu,mata simetris kiri dan kanan , konjung tiva tidak

159
anemis,sclera tidak ikterik ,mukosa mulut pucat dan kering.
Sedangkan pada kasus Tn. F ditemukannya mata simetris kiri
dan kanan,konjungtiva tidak anemis, sclera icterik dan pada
mulut ditemukan mukosa mulut lembab. Jadi sumber data yang
di temukan teori memiliki kesamaan dengan kasus yang di
temukan pada Tn. F.

c. Pemeriksaan Fisik Pada Leher

1721. Pada teori di jelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada


leher yaitu biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan
tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Pada kasus Tn. F
yang kelompok 2 temukan yaitu memiliki kesamaan dengan
teori yaitu tidak teraba kelenjer tyroid.

d. Pemeriksaan Fisik Pada Dada dan Jantung

1722. Pada teori di jelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada


dad yaitu biasanya pada saat inspeksi dada simetris kiri dan
kanan, pada saat palpasi fremetus sama kiri dan kanan,pada saat
di perkusi bunyinya redup,dan saat auskultasi pernafasan teratur.

1723. Sedangkan pada kasus Tn. F ditemukan


pemeriksaan fisik dada yaitu pada saat inspeksi dada simetris
kiri dan kanan, pada saat palpasi fremitus sama kiri dan kanan,
pada ssat perkusi bunyi redup, dan pada saat auskultasi bunyi
nafas vesikuler dan normal. Jadi penulis menemukan pesamaan
teori.

e. Pemeriksaan Fisik Pada Abdomen

1724. Pada teori di jelaskan bahwa perut buncit,adanya


bising usus, biasnya hepar teraba, biasanya hepar menjadi besar,
keras, tidak nyeri tekan, dan halus biasanya kiri timpani, kanan
hipertimpani.

160
f. Pemeriksaan Fisik Pada Ektremitas

1725. Pada teori di jelaskan bahwa pemeriksaan fisik


ektermitas biasanya di temukan kekuatan otot lemah. Sedangkan
pada kasus Tn. F di temukan persamaan yaitu keluarga Tn. F
mengatakan badannya terasa lemah.

g. Pemeriksaan Fisik Pada Integumen

1726. Pada teori di jelaskan bahwa pada pemerikssaan


fisik integumen biasanya turgor kulit baik,dan suhu hangat. Dan
pada kasus Tn.F pada pemeriksaan fisik integumenya di
temukan turgor kulit baik suhu tubu hangat 36,5. Jadi kasus Tn.
F memiliki kesamaan dengan teori.

1727. PEMBAHASAN KASUS KELUARGA

1. Tipe keluarga

1728. Menurut teori tipe keluarga terdiri dari The nuclear family
(terdiri dari suami, istri, dan anak), The dyad family (terdiri dari suami dan
istri tanpa anak), Keluarga usila (terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak memisahkan diri), The childless family (keluarga tanpa anak
terlambat waktunya karena pendidikan), The extended family (keluarga
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama), The single parent family
(keluarga terdiri dari satu orang tua dengan anak), dan Blended family
(duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya).
1729. Dan pada kasus tipe kelurga Tn. M adalah tipe the nuclir
family dimana terdiri dari Tn. M sebagai suami Nn.Y sebagai istri serta Tn.
F tinggal serumah.

2. Suku bangsa

1730. Menurut teori bangsa memiliki suku-suku yang beraneka


ragam, contohnya suku minang yaitu chaniago, melayu, tanjung, dan lain-
lain.

161
1731. Dan pada kasus keluarga Tn. M merupakan keluarga
dengan suku minang dimana kehidupan sahri-hari keluarga Tn. M berjalan
dengan adat istiadat minang dimana Tn. M bersuku sikumbang dan Ny.Y
bersuku jambak.

3. Agama

1732. Menurut teori bangsa memiliki agama yang beraneka


ragam, contohnya agama islam, agama kristen protestan, agama kristen
katolik, agama hindu, agama budha.
1733. Pada kasus keluarga Tn. M menganut agama islam dimana
semua anggita keluarga taat beribadah sesuai dengan ajaran agama dan
kepala keluarga salalu taat dalam melakukan ibadahnya.

4. Status sosial ekonomi

1734. Menurut teori kedudukan seseorang atau posisi seseorang


dalam kelompok masyarakat ditentukan oleh bagaimana mereka
berinteraksi dan ekonomi.
1735. Pada kasus kaluarga Tn.M berada ditingkat satus sosial
ekonomi yang adekuat dimana bisa terpenuhi kebutuhan primer dan
sekunder. Tn.M adalah seorang pensiun TNI.

5. Aktivitas rekreasi keluarga

1736. Keluarga Tn. M kegiatan yang dilakukan untuk rekreasi


adalah dengan menonton tv di rumah.

6. Tahap perkembangan keluarga saat ini

1737. Menurut teori tahap perkembangan keluarga terdiri dari


tahap pasangan baru, keluarga dengan kelahiran anak pertama, keluarga
dengan anak pra sekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan
anak remaja, keluarga dengan anak dawasa, keluarga dengan anak usia
pertengahan, dan usia lanjut.
1738. Pada kasus keluarga Tn.M berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan dewasa awal karena anak Tn.M yang
pertama berumur 25 tahun.

162
7. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

1739. Menurut teori tugas perkembangan keluarga terdiri dari


tugas perkembangan pasangan baru, keluarga dengan tugas perkembangan
kelahiran anak pertama, keluarga dengan tugas perkembangan anak pra
sekolah, keluarga dengan tugas perkembangan anak sekolah, keluarga
dengan tugas perkembangan anak remaja, keluarga dengan tugas
perkembangan anak dewasa, keluarga dengan tugas perkembangan usia
pertengahan, dan keluarga dengan tugas perkembangan usia lanjut dan
semuanya harus terpenuhi.
1740. Pada kasus tugas perkembangan keluarga Tn.M semuanya
belum terpenuhi.

8. Riwayat keluarga inti

1741. Menurut teori riwayat keluarga inti terdiri dari ayah, ibu,
dan anak. Pada kasus keluarga Tn.M khusunya Tn.F mengalami
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan secara tidak nornal.

9. Riwayat keluarga sebelumnya

1742. Menurut teori riwayat keluarga sebelumnya yang


mempunyai suatu penyakit akan dapat diturunkan ke generasi selanjutnya.
1743. Pada kasus pada pengkajian di temukan riwayat kesehatan
dahulu Tn. F adalah pernah mengalami penyakit sindrom down.

10. Karakteristik rumah

1744. Menurut teori karakteristik rumah yang baik yaitu memiliki


sirkulasi udara, memiliki sistem sanitasi yang baik, memiliki sistem
pencahayaan ruangan yang baik.
1745. Pada kasus rumah keluarga Tn.M 210 M dengan tipe rumah
separoh papan separoh tembok. Terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur,satu
kamar mandi.

11. Pola komunikasi keluarga

163
1746. Menurut teori pola komunikasi keluarga terdiri dari pola
komunikasi satu arah yang mana penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan baik, menggunakan media maupun tanpa media, tanpa adanya
umpan balik, dan pola komunikasi dua arah yang mana penyampaian
pesan dari komunikator ke komunikan baik, menggunakan media maupun
tanpa media, adanya umpan balik dan saling tukar fungsi, pola komunikasi
multi arah yang mana komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang mana
penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan baik dan saling
bertukar pikiran.
1747. Pada kasus komunikasi yang di lakukan oleh keluarga
Tn.M yaitu komunikasi yang berjalan secara dua arah,efektif dan saling
memusakan tidak bertahan pada pendapatnya sendiri.

12. Struktur kekuatan keluarga

1748. Menurut teori kekuatan merupakan kemampuan dari


individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang ke arah positif, seperti pengambilan keputusan seperti
konsensus, tawar menawar atau akomodasi, kompromi, dan paksaan.
1749. Pada kasus pada saat ada masalah maka pengambilan
keputusan yang di lakukan keluarga Tn.M yaitu dengan pengambilan
keputusan konsesus dengan cara musyawarah. Tidak ada kemampuan
keluarga untuk mempengaruhi orang lain dalam mengubah prilaku.

13. Struktur peran

1750. Menurut teori struktur peran ayah yaitu pencari nafkah,


pelindung dan pemberi rasa aman, peran ibu sebagai pengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu
anggota, peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1751. Pada kasus peran anggota keluarga Tn.M berjalan sesuai
denga perannya. Dimana tn.M menjadi kepala keluarga dan Ny. Y menjadi
istri.

14. Nilai dan norma keluarga

164
1752. Nilai adalah suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga.
1753. Pada kasus pada keluarga Tn.F memiliki nilai dan norma
yang sudah sesuai dengan kesehatan, dimana keluarga Tn.M melakukan
pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan serta mampu mengambil
alternatif tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit.

15. Fungsi afektif

1754. Menurut teori fungsi afektif memberikan kenyamanan


emosional anggota, membantu anggota dalam mambentuk identitas dan
mempertahankan saat terjadi stres.
1755. Pada kasus pada keluarga tn.M ini memiliki rasa senang
dalam menjalani hubungan rumah tangga dengan istrinya,menikmati hidup
apa adanya tanpa masalah dengan orang lain dan penuh kasi sayang serta
cinta.

16. Fungsi sosialisasi

1756. Sekarang anak Tn. M selesai pendidikan serta sudah


bekerja.

17. Fungsi reproduksi

1757. Menurut teori keluarga melahirkan anak,


menumbuhkembangkan anak, dan meneruskan keturunan. Pada kasus
keluarga Tn.M memiliki anggota keluarga sebanyak 3 orang. Tn. M dan
Ny Y tidak melakukan program KB saat ini, karena keluarga Tn. M sudah
lanjut usia.

18. Fungsi ekonomi

1758. Menurut teori fungsi ekonomi keluarga memberikan


finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan dimasyarakat.
1759. Pada kasus kemampuan keluarga Tn.M belum terlihat
bagus untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta

165
belum mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, apabila salah satu
anggota keluraga yang sakit tidak segera dibawa kerumah sakit.
1760.
1761.
1762.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1763. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang keluarga,keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial
1764. Pada teori kasus sindrom down diagnosa yang mungkin
muncul berdasarkan diagnosa NANDA adalah sebagai berikut :
a) Gangguan pemenuhan nutrisi

b) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

c) Kurangnya interaksi sosial anak

1765.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1766. Intervensi keperawatan merupakan landasan bagi perawat
untuk melakukan implementasi keperawatan kepada seseorang klien.
sehingga dengan tersusunnya intervensi keperawatan dengan baik,
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pada
klien dengan penyakit tertentu.
1767. Pada teori yang telah dibahas pada BAB III ini telah ditulis
intervensi keperawatan pada masing-masing diagnosa keperawatan
yang muncul pada kasus sindrom down dengan pasien Tn. F tindakan
keperawatan yang rencana akan dilakukan tidak sesuai dengan isi pada
BAB II.
1. Ganguan pemenuhan nutrisi

1768. NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x


45 menit diharapkan klien mampu mengenal pengetahuan tentang
kesehatan & perilaku :

166
1)Asupan gizi (1/4)

2)Asupan makanan (1/4)

3)Asupan cairan (1/4)

4)Dehidrasi (2/4)
1769. NIC : Pendidikan Kesehatan
1770. Aktivitas :
1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi

2) Tentukan jumblah kalori dan jenis nutrisi yang di butuhkan untuk


memenuhi persyaratan gizi

3) Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

1771. NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x


45 menit diharapkan klien mampu mengenal pengetahuan tentang
kesehatan & perilaku

1) Gambaran identitas diri

2) Kesesuain antara relitas tubuh dan ideal tubuh dan penampilan


tubuh

3) Penyesuaian terhadap perubahan fungsi tubuh


1772. NIC : Pendidikan Kesehatan
1773. Aktifitas :
1) Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap
perkembangan.

2) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan bagian


tubuh disebabkan adanya penyakit.

167
3) Bantu pasien menentukan keberlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual dari tubuh atau tingkat fungsinya.

4) Bantu pasien untuk memisahkan penampilan fisik dari perasaan


berharga secar pribadi ,dengan cara yang tepat

1774.

D. IMPLEMENTASI
1775. Implementasi adalah tahap keempat dari proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
tindakan keperawatan yang telah di rencanakan
1776. Impementasi yang di lakukan pada kasus yang di temukan
tidak semua dari strategi keperawatan yang sudah direncanakan
sebelumnya
1. Kurang interaksi sosial anak
1777. Untuk diagnosa ini kelompok 2 melakukan sebagai
intervensi keperawatan yang sudah di rencanakan sebelumnya, namun
memilih intervensi yang tepat sesuai dengtan kondisi pasien saat ini
dengan demikian kelompok 2 tidak dapat melakukan implementasi dari
semua strategi keperawatan yang di rencanakan tersebut.
1778.

E. EVALUASI
1779. Berdasarkan teori evaluasi keperawatan merupakan tahap
terakhir dari proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan yang tercapai atau tidak tercapai
1780. Pada kasus berdasarkan penilaian yang di lakukan pada
dasarnya semua tujuab hanya sebagian tercapai. Hal ini di dukung oleh
kurang adanya kerja sama antara pasien dan kelompok 2 saat
melakukan implementasi. Pasien jugta memiliki motivasi yang tinggi
dalam melakukan hal-hal yang menunjang proses kesembuhannya.
1781.
1782.

168
1783.
1784.
1785.
1786.
1787.
1788.
1789.
1790.
1791.
1792.
1793.
1794.
1795.
1796.
1797.
1798. BAB V

1799. PENUTUP

A. KESIMPULAN

1800. Perawatan kesehatan dirumah bukanlah suatu konsep baru


dalam sistem pelayanan kesehatan, khusunya pada praktik keperawatan
komunitas. Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien di rumahnya yang merupakan salah satu jenis
dari perawatan jangka panjang (Long Term Care) yang dapat diberikan oleh
tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan
yang bertujuan membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai
kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Pelayanan keperawatan Home care terdiri dari tiga yaitu primer, sekunder,
tersier.
1801. Perawatan dirumah selain dapat mengurangi kecemasan
juga dapat menghemat biaya dari beberapa segi misalnya biaya kamr, biaya
transpor dan biaya-biaya lain yang terkait dengan penjaga yang sakit. Tetapi

169
perlu diingat bahwa pasien yang dapat pelayanan home care adalah pasien
secara medis dinyatakan aman untuk dirawat dirumah dengan kondisi rumah
yang memadai.
1802. Berbagai jenis penyakit yang dapat ditangani yaitu sistem
respirasi, sistem integumen, sistem perkemihan, dengan kasus retardasi
mental, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, kasus pasien paliatif,
sistem muskuloskletal.

1. SISTEM KARDIOVASKULER
1803. Hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis. Peningkatan tekanan darah sistolik lebih
besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolic lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg.
1804. Pada klien hipertensi yaitu Tn.H klien aman untuk dirawat,
pasien dengan hipertensi perlu pengawasan tekanan darahnya, pembatasan
diit yaitu makan bersantan dan mengandung tinggi garam, penimbangan
BB, dan pengawasan keteraturan minum obat, dan mengajarkan tentang
teknik mengatasi nyeri. Setelah dilakukan intervensi selama tiga hari
didapatkan hasil evaluasi Tn.H sudah mampu mengatur diit yang
dikonsumsinya, tidak lagi memakan makanan yang berminyak dan
bersantan, tekanan darah normal dalam keadaan klien hipertensi dan nyeri
sudah berkurang, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dengan hipertensi.
1805. Struktur organisasi yang dilakukan oleh pelayanan home
care yaitu mengalami kendala dalam penemuan klien dengan hipertensi
ini, dan waktu untuk melakukan pelayanan home care ini.

2. KASUS RETARDASI MENTAL


1806. Bukan suatu penyakit tetapi memberikan gambaran
keterbatasan terhadap intelektualitas dan fungsi adaptif. Retardasi mental
ini dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik
lainnya.
1807. Pada klien retardasi mental yaitu keterlambatan dalam
berbicara pada Tn. F klien aman untuk dirawat, pasien dengan retardasi

170
mental perlu pengawasan terhadap interaksi sosial dengan lingkungan.
Setelah dilakukan intervensi selama tiga hari didapatkan hasil evaluasi
bahwa Tn F sudah mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungan
sosialnya dan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dengan hipertensi.
1808. Struktur organisasi yang dilakukan oleh pelayanan home
care yaitu mengalami kendala dalam penemuan klien dengan hipertensi
ini, dan waktu untuk melakukan pelayanan home care ini.

B. SARAN

a. Bagi Klien
1809. Dengan adanya kegiatan home care ini, semoga klien dapat
mandiri merawat diri sendiri dan memiliki kemajuan dalam kesembuhan.
b. Bagi Keluarga
1810. Dengan adanya kegiatan home care keluarga dapat mandiri
dalam merawat anggota keluarga yang sakit dirumah dan meminimalkan
biaya pengobatan (lebih hemat) serta bersifat terbuka terhadap perawat
home care dan membantu dalam proses tindakan keperawatan dan
bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari perawat.
1811. DAFTAR PUSTAKA

1812. Adib. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung
dan Struk. Yogyakarta : Dianluka
1813. Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Penyakit Dalam Volume 1 Edisi 5. Jakarta :
Internal Publishing
1814. Behrman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
1815. Brunner & Suddarth. 2002. Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volume 1
Edisi 8. Jakarta : EGC
1816. Brunner & Suddarth. 2010. Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volume 1
Edisi 8. Jakarta : EGC
1817. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisioloi Edisi 3. Jakarta : EGC
1818. Darmanto. 2012. Respirologi. Jakarta : EGC

171
1819. Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai
Pustaka FKUI
1820. Edward. 2012. Buku Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
1821. Gloria, M. bulecheck dkk. 2013. Nursing Intervension Classification (NIC),
ed 6. California : Mosby
1822. Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
1823. Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua,
Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.
1824. Livingstone, C. 1999. Myles Textbook for Midwive. London: Tottenham
Court Road
1825. Mansjoer, Arief, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
1826. Marliani & Tatan. 2007. 100 Question dan Answer Hipertensi. Jakarta :
Media Komputiondo
1827. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhann Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
1828. Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta : EGC
1829. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit.
2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi
6. Jakarta : EGC.
1830. Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :
Internal Publishing.
1831. Sue, Moorhead. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC), ed 4.
California : Mosby
1832. Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit
Osteoporosis Pada Sekelompok Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126.
1833. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC
1834. Sylvia Anderson Price & Lorraine McCarty Wilson. 2013. Patofisiologi
Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC

172
1835. Tabrani, Rab. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Medika
Tanujaya
1836. Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang
Osteoporosis Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
1837. Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar. 2013. Buku Asuhan Keperawatan
Jilid 1. Jakarta : Prestasi Pustaka
1838. Udjianti Juni Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
1839. Wijayaningsih, Sari Mustika. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Edisi 1.
Jakarta : Trans Info Media
1840. Wijaya, Andra Saferi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan
pertama. Yogyakarta : Nuhamedika
1841.
1842.
1843.

173

Anda mungkin juga menyukai