Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan terutama dalam bidang teknologi kedokteran dan
kesehatan berdampak terhadap meningkatnya usia harapan hidup. Akibatnya terjadi
perubahan struktur penduduk menjadi berbentuk piramid terbalik, dimana jumlah
orang lanjut usia (Lansia) lebih banyak dibandingkan anak berusia 14 tahun
kebawah. Hal ini tidak hanya terjadi di Negara-negara maju, tetapi di Indonesia
terjadi hal yang serupa.
Indonesia termasuk salah satu negara, dimana proses penuaan penduduknya
terjadi paling cepat di Asia Tenggara dimana proyeksi penduduk serta estimasi rata-
rata harapan hidup penduduk Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Pada tahun 2005 rata-rata usia harapan hidup sekitar 67,8 tahun
meningkat menjadi 70 tahun antara tahun 2005-2010. Persentase penduduk lanjut
usia, yaitu seseorang yang berusia di atas 60 tahun, sekitar 9,5% pada tahun 2005
akan menjadi 11% atau sekitar 28 juta pada tahun 2020 (Bappenas, BPS, dan
UNFPA, 2005).
Peningkatan harapan hidup ini, memang patut untuk disyukuri, namun disisi lain
kondisi ini menimbulkan polemik baru dalam kehidupan bermasyarakat maupun
berkeluarga. Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi
tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi secara baik, maka lansia membutuhkan banyak
bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Disamping itu, berbagai
penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan
perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya.
Lansia juga memerlukan berbagai hal lain untuk dapat mempertahankan kualitas
hidupnya seperti latihan-latihan yang dapat melatih kekuatan tubuhnya agar tidak
terus menurun, ataupun mempertahankan fungsi kognitifnya serta membutuhkan
sosialisasi sehingga lansia tidak merasa sendirian untuk mencegah depresi. Hal ini
menuntut perhatian khusus dari keluarga sebagai orang terdekat untuk menjaga dan
merawat lansia di rumah.
Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa lansia lebih senang dirawat di rumah
karena mereka mendapatkan rasa nyaman dan aman dan selalu berada di tengah-
tengah keluarga. Perawatan kesehatan lansia adalah perawatan lansia sebagai klien di
rumah tidak hanya meliputi pelayanan kesehatan saja, namun juga pelayanan
pendukung untuk dapat mendorong lansia menjadi lebih cepat mencapai kondisi
sehat dan juga mandiri. Mengingat banyaknya masalah dan kebutuhan yang
diperlukan lansia, oleh karena itu diperlukan perawatan lansia dirumah dimana
perawatan lansia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga
mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan
lebih baik.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Apakah trend dan isu keperawatan lansia?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan lansia

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah pembaca dapat
memperoleh informasi tentang trend dan isu keperawatan lansia

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Perawatan Kesehatan Lansia Dirumah (Home Care)


Perawatan kesehatan di rumah adalah sektor yang mengalami pertumbuhan
paling cepat dalam sistem pelayanan kesehatan. Layanan perawatan kesehatan
rumah dapat berupa perawatan yang berkelanjutan atau hanya kadang-kadang,
menurut kebutuhan lansia terhadap pelayanan ini. Pelayanan ini diberikan oleh
perusahaan swasta untuk provid atau oleh organisasi daerah atau lembaga perawat
non provid yang berunjung ke rumah-rumah. Pelayanan yang diberikan termasuk
asuhan keperawatan, fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara, pekerjaan sosial, dan
pelayanan bantuan untuk perawatan kesehatan rumah. Beberapa lansia mungkin
menggunakan semua jenis pelayanan, dan sebagian hanya menggunakan satu jenis
pelayanan.
Studi terbaru, menunjukkan pelayanan kesehatan rumah terhadap lansia untuk
mencegah lansia tersebut di rawat kembali di rumah sakit. Kemampuan perawat
kesehatan rumah untuk mengkaji klien secara berkelanjutan dan mengidentifikasi
berbagai gejala eksaserbasi dari masalah yang ada memungkinkan perawat untuk
melakukan intervensi seawal mungkin sebelum gejala bertambah buruk. Perawat
kesehatan rumah berada pada posisi ideal untuk mengkaji kebutuhan lansia secara
holistik dan untuk mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan.
Semua bentuk asuhan keperawatan dapat diberikan dalam bentuk perawatan
kesehatan dirumah. Banyak prosedur yang sebelumnya dianggap teknologi tinggi
sekarang telah menjadi umum dalam perawatan di rumah (misalnya perawatan jalur
sentral dan port-a-cath). Terapi intravena dan hiperalimentasi dilaksanakan secara
rutin di rumah. Banyak tindakan dengan teknologi tinggi dilakukan oleh perusahaan
khusus dan lembaga keperawatan di rumah (home care) yang bekerja bersama pada
kasus-kasus tersebut. Perawat dari perusahaan khusus membawahi suatu area
geogrfis yang besar, kadang-kadnag sampai beberapa negara bagian. Peralatan yang
diperlukan untuk perawatan lansia disediakan dan dipelihara oleh perusahaan khusus
ini. Yang juga memberikan pelatihan awal dan bantuan dalam memecahkan masalah
bagi perawat perawatan di rumah setempat. Lembaga perawatan rumah setempat
memberikan perawatan sehari-hari kepada klien.

2.2. Trend Isu Perawatan Lansia Dirumah


2.2.1. Isu : Peningkatan jumlah lanjut usia yang diikuti beragam permasalah sosialnya
menuntut aneka ragam dan kualitas pelayanan sosial kepada lanjut usia. Hal ini
semakin diperlukannya kerjasama multidisiplin untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan dan memperbaiki kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di rumah di
lingkungan keluarga atau masyarakatnya. Jumlah lansia yang semakin
meningkat tidak sebanding dengan jumlah panti jompo yang ada menuntut lansia
untuk tinggal dirumah. Perawatan home care pada lansia hadir untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia baik yang sehat maupun sakit.
2.2.2. Trend : Perawatan home care saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan di kota
besar dengan beberapa kasus yang sering ditemui adalah kesibukan yang tinggi
dari keluarga menyebabkan hanya sedikit waktu yang dapat diberikan kepada
orang tua (lansia) untuk dapat membuat mereka bahagia. Padahal warga lansia
adalah manusia yang juga memerlukan teman sehingga mereka tidak kesepian
dan cepat menjadi pikun. Dengan adanya jasa home care pendamping orang tua
(POT) maka para lansia memiliki asisten yang berfungsi sebagai teman,
pendamping, pengasuh yang membantunya dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Dengan memanfaatkan jasa ini, maka orang tua akan lebih bahagia dan
anak-anaknya pun akan lebih tenang untuk dapat mengerjakan hal lain

2.3. Evidence Base


2.3.1. Penelitian mengenai Home care oleh Sri, Listiyaningsih Wulan (2006) berjudul
gambaran pelaksanaan pasien home care RSUP.Dr.Sarjitno Yogyakarta
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode
kualitatif dengan depth-intervie dan observasi. Sampel pada penelitian ini adalah
perawat yang masih aktif melaksanakan asuhan keperawatan pasien home care
dan pasien atau keluarga pengguna jasa home care RSUP.Dr.Sardjito. tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan pasien
home care RSUP.Dr.Sardjitno Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada jenis
masalah yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan home care dan factor-faktor
yang mendukung serta menghambat pelaksanaan home care di RSUP
Dr.Sardjitno. hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa gambaran pelaksanaan
pelayanan home care di RSUP Dr.Sardjitno diatur melalui system manajemen
yang terintigrasi dengan pelayanan kesehatan RSUP Dr.Sardjitno pada
umumnya.
2.3.2. Penelitian oleh Novita Krisnaeni (2011) berjudul Peroganisasian Home Care di
Puskesmas Prambanan.
Jenis penelitian ini kualitatif dengan menggunakan rancangan studi kasus
untuk mengetahui pengorganisasian home care di puskesmas prambanan.
Sampel dari penelitian ini adalah petugas puskesmas prambanan dan masyarakat
di wilayah kecamatan prambanan. Penelitian Novita berfokus pada pelaksanaan
pelayanan home care di puskesmas prambanan. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara dan diskusi kelompok terarah. Hasil dari penelitian
tersebut adalah bahwa perlu keterpaduan dalam pelaksanaan pelayanan home
care di puskesmas prambanan sehingga pelaksanaan pelayanan home care di
puskesmas prambanan tidak dilakukan sendiri-sendiri oleh program (program
KIA dan KB, gizi, kesehatan jiwa, dan P2M), dukungan dana, dan memperluas
keterlibatan jaringan.
2.3.3. Penelitian oleh I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi (2009) berjudul Gambaran
Manajemen Pelayanan Rawat Rumah Lanjut Usia di Home Care Graha Bali.
Jenis penelitian deskriptif explorative menggunakan metode kualitatif
dengan in depth interview dan observasi untuk mengetahui menajemen
pelayanan rawat lanjut usia di Home care Graha Bali. Populasi penelitian ini
adalah coordinator unit “Home care Graha Bali”. Penelitian tersebut berfokus
pada masalah yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan home care dan factor-
faktor yang mendukung serta menghambat pelaksanaan rawat rumah di home
care Graha bali. Hasil dari penelitian tersebut bahwa manajemen pelayanan
rawat rumah lanjut usian di home care Graha Bali diatur melalui system
menajemen yang terintegrasi dengan palayanan kesehatan pada umumnya.
2.3.4. Penelitian oleh Ayu Putri utami (2014) berjudul Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan pada lansia yang dilakukan Home Care di wilayah
kerja Rumah Sakit Rajawali Citra Banguntapan Bantul.
Metode penelitian yang digunakan adalah non eksperimen yaitu rancangan
atau desain penelitian yang bersifat korelasional yaitu penelititan yang dilakukan
untuk mengetahui hubungan antar dua variabel (Sugiyono, 2007). Pendekatan
waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu metode
pengambilan data yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan subjek
yang berbeda (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada usia lanjut yang
dilakukan home care. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang
dilakukan home care dan berusia diatas 60 tahun yang bersedia menjadi
responden di rumah sakit rajawali citra bantul yang berjumlah 330 pasien. Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan hipotesis penelitian ini diterima yang artinya
ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia home care di
wilayah kerja rumah sakit rajawali citra banguntapan bantul.
2.3.5. Penelitian oleh Nurita Widyakusuma (2013) berjudul Peran Pendamping dalam
program pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia dilingkungan keluarga
(home care) : studi tentang pendamping di yayasan Pitrah Sejahtera , kelurahan
Cilincing, Jakarta Utara
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Penelitian ini mengambil lokasi di kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, tepatnya
di Yayasan Pitrah Sejahtera. Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk menggambarkan peran pendamping dalam meningkatkan
keberfungsian sosial lanjut usia dalam program pendampingan dan perawatan
sosial lanjut usia di lingkungan keluarga (home care). Lokasi ini juga merupakan
yayasan pertama yang merupakan pilot project dilaksanakannya program
pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga (home
care) dari departemen sosial RI (sekarang kementrian sosial RI). Teknik
pengumpulan data menggunakan studi literature, dokumentasi, wawancara serta
observasi atau pengamatan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan perannya dalam implementasinya di lapangan, menunjukkan
bahwa pendamping telah melaksanakan perannya dengan baik walaupun diakui
bahwa tidak semua peran dapat dilaksanakan. Pendamping telah melaksanakan
perannya sebagai enabler (pemungkin), fasilitator, dinamisator, mediator, dan
motivator. Meski demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih menemui
kendala, salah satunya jumlah honor yang diterima belum layak dan belum
meratanya kesempatan pendidikan dan pelatihan untuk para pendamping.
2.3.6. Penelitian oleh Nuraeni Setyaningrum (2012) berjudul Upaya peningkatan sosial
bagi lansia melalui home care service di panti sosial tresna Werdha (PSTW)
Yogyakarta unit Budhi Luhur
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Upaya peningkatan
pelayanan sosial bagi lansia melalui home care service, 2) Faktor pendukung dan
faktor penghambat upaya peningkatan pelayanan sosial bagi lansia melalui home
care service di PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dan mengambil lokasi di PSTW Yogyakarta unit Budhi
Luhur. Subyek dalam penelitian ini adalah Pengelola, Instruktur Bimbingan dan
Pekerja Sosial di PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur, serta Lansia dan
Keluarganya.
Pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian,
yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman
dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data,
penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi dilakukan untuk
menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Upaya peningkatan pelayanan sosial bagi lansia melalui
home care service di PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur dilakukan dengan
memberikan beberapa kegiatan, yaitu menyediakan sarana untuk kebutuhan
pokok, memberikan sarana kesehatan, memberikan sarana spiritual/rohani,
memberikan sarana bimbingan psikologi, memberikan motivasi kepada keluarga
lansia. 2) Faktor pendukung upaya peningkatan pelayanan sosial bagi lansia,
yaitu adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkemampuan, tersedianya
dana dari pemerintah, dan adanya dukungan dari keluarga/masyarakat sekitar
lansia. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah keterbatasan waktu
dari instruktur bimbingan, sarana dan prasarana kurang memadai, keterbatasan
tenaga pelayanan home care service yang dimiliki oleh PSTW Yogyakarta unit
Budhi Luhur.
2.3.7. Penelitian oleh Tousignant M1, Dubuc N, Hébert R, Coulombe C (2007)
berjudul Home-care programmes for older adults with disabilities in Canada
Kebutuhan untuk perawatan di rumah mungkin akan terus meningkat
selama dekade berikutnya sebagai salah satu respon terhadap praktek kesehatan
inovatif yang dirancang untuk membantu orang menerima layanan di rumah
bukan di lembaga. Namun, tidak ada data untuk menentukan apakah program
perawatan di rumah dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menggambarkan profil otonomi fungsional dari
pengguna program perawatan di rumah masyarakat di Québec, Kanada, dan
untuk membandingkan tingkat kecukupan antara layanan yang dibutuhkan dan
disediakan dalam program perawatan di rumah publik untuk orang dewasa yang
lebih tua penyandang cacat . Penelitian ini didasarkan pada desain cross-
sectional dari September hingga Desember 2002.
Populasi yang diteliti terdiri dari semua pengguna layanan perawatan di
rumah masyarakat di satu wilayah administrasi di provinsi Quebec selama
periode 3 bulan ini. Setiap pengguna dinilai dengan Fungsional Otonomi Sistem
Pengukuran (SMAF) dan kemudian diklasifikasikan ke dalam salah satu dari 14
profil Iso-SMAF. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan ditentukan dengan
menggunakan jumlah rata-rata jam perawatan, perawatan pribadi dan layanan
dukungan yang terkait dengan setiap profil. Demi perbandingan dengan layanan
yang dibutuhkan, layanan yang disediakan dihitung dari bank data administratif
yang meliputi statistik dari waktu yang dihabiskan oleh para profesional
kesehatan merawat pengguna perawatan di rumah. Rasio jam layanan yang
diberikan kepada jumlah jam layanan yang dibutuhkan oleh pengguna perawatan
di rumah menyoroti perbedaan antara layanan yang disediakan dan kebutuhan
pengguna. Hasil penelitian ini menunjukkan kelayakan menggambarkan
pengguna program perawatan di rumah publik dan kecukupan layanan yang
diberikan dalam kaitannya dengan kebutuhan pengguna. Berdasarkan hasil
tersebut, program perawatan di rumah masyarakat di provinsi Quebec
tampaknya berada di bawah didanai.
2.3.8. Penelitian oleh Siti Mudawamah (2011) berjudul Perawatan Lansia oleh
Masyarakat Melalui Home Care Lansia BKKKS Jawa Timur
Home care lansia BKKKS Jawa Timur merupakan perawastan lansia
berbasis rumah dan masyarakat. Atas dasar inilah penelitian ini berusaha untuk
mengetahui bentuk pelayanan home care lansia dan mengetahui makna keluarga
bagi lansia binaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi yang didasarkan pada pengalaman lansia selama
bersosialisasi dengan keluarga maupun masyarakat. Lokasi penelitian berada di
kelurahan Tenggilis Mejoyo, Surabaya. Subyek penelitian yaitu lansia yang
berumur +60 tahun, tidak pikun serta dapat diajak berkomunikasi. Penelitian ini
menggunakan terori fungai AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Intergration dan
Latency) untuk menganalisis fungsi keluarga. Bagi lansia, fungsi keluarga yang
penting yaitu pemenuhan kebutuhan ekonomi, pemeliharaan dan afeksi.
Perubahan kesehatan lansia menjadikannya beradaptasi dengan menggantungkan
pemenuhan kebutuhan terhadap keluarga. Ketika kebutuhan fungsi tersebut tidak
didapatkan dari keluarga, maka lansia beradaptasi memenuhi kebutuhan dari
orang di luar anggota keluarga yaitu tetangga dan pendamping (masyrakat).
Akhirnya fungsi Goal Attainment dari system keluarga tercapai yaitu
terpenuhinya kebutuhan lansia dan lansia tetap tinggal selingkungan dengan
keluarga. Fungsi latensi berupa nilai kultural keluarga untuk saling memberi
perawatan terhadap anggota keluarga. Sedangkan fungsi intagrasi berupa
bantuan perawatan dari pemerintah berupa pelayanan home care lansia dan
control sosial dari tetangga bahwa seharusnya lansia tinggal berdekatan dengan
keluarganya

2.4. Clinical Practice


2.4.1. Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Dharma
2.4.2. RSUP.Dr.Sarjitno Yogyakarta
2.4.3. Puskesmas Prembanan
2.4.4. Home Care Graha Bali
2.4.5. Kelurahan Tenggilis Mejoyo, Surabaya
2.4.6. Québec, Kanada
2.4.7. Yayasan Pitrah Sejahtera , kelurahan Cilincing, Jakarta Utara
2.4.8. Rumah Sakit Rajawali Citra Banguntapan Bantul
2.5. Hasil
Dari berbagai sample atau subjek yang diteliti serta dari berbagai lokasi
penelitian diperoleh bahwa Home Care pada lansia merupakan suatu kebutuhan
dikarenakan jumlah lansia di dunia semakin bertambah jumlahnya, yang tidak
sebanding dengan jumlah panti jompo yang ada. Untuk itu home care hadir dengan
tujuan membantu lanjut usia mendapatkan kenyamanan dan rasa aman serta diakui
keberadaannya. Home care merupakan bentuk pelayanan pendampingan dan
perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga/dirumah sebagai wujud perhatian
terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga.
Home care membantu lansia yang sehat maupun sakit dalam memenuhi
kebutuhannya.
Perawatan home care saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan di kota besar
dengan beberapa kasus yang sering ditemui adalah kesibukan yang tinggi dari
keluarga menyebabkan hanya sedikit waktu yang dapat diberikan kepada orang tua
(lansia). Perawatan Home care cenderung memanfaatkan jasa perawat atau tim
kesehatan lain dalam perawatannya.
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pelayanan Home care pada
lansia dan diperoleh hasil bahwa pelayanan Home Care pada lansia berpengaruh
terhadap kesehatan lansia. Home care bermanfaat untuk membantu memenuhi
kebutuhan lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental, sosial dan spiritual
termasuk pelayanan untuk hidup mandiri tanpa bergantung kepada orang lain, dan
senentiasa nyaman dirumah maupun dilingkungannya
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Kemunduran
yang terjadi pada lansia tidak hanya dari segi fisik saja tetapi juga pada kognitifnya
sehingga akan sering timbul berbagai masalah mulai dari immobility (imobilisasi),
instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment
(gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan
penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia
(ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Untuk
mengatasi permasalah-permasalan tersebut, perawat harus mengadakan pendekatan
dalam perawatan pasien dengan lansia di rumah baik melalui pendekatan fisik,
psikososial maupun spiritual sehingga masalah-masalah yang dialami pasien bisa
terselesaikan. Perawatan lansia di rumah diharapkan mampu meningkatkan kualitas
hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan
masa tuanya dengan lebih baik.

B. Saran
1. Perawatan lansia di rumah sebaiknya di lakukan secara holistic meliputi: biologi,
psikologi, social, spiritual.
2. Keluarga diharapkan selalu memberikan perhatian yang penuh kepada lansia
sehingga lansia tidak merasa terkucilkan di rumah.
3. Dalam perawatan lansia sebaiknya berupaya untuk memandirikan lansia sesuai
dengan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hastings, Diana.2005.Pedoman Keperawatan di Rumah.Jakarta: EGC


Kementrian sosial RI. 2014. Pedoman pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di
rumah (Home Care). Jakarta : Direktorat pelayanan sosial lanjut usia
Sri, Listiyaningsih Wulan. 2006. Gambaran Pelaksanaan Pasien Home Care RSUP.
Dr.Sarjitno Yogyakarta. Terdapat di etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/.../S1-
2015-296828-Chapter1.pdf (Akses tanggal 2 April 2016)
Krisnaeni, Novita. 2011. Peroganisasian Home Care di Puskesmas Prambanan. Terdapat di
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/.../S1-2015-296828-Chapter1.pdf (Akses
tanggal 2 April 2016)
Laksmi, I Gusti Ayu Putu Satya. 2009. Gambaran Manajemen Pelayanan Rawat Rumah
Lanjut Usia di Home Care Graha Bali. Terdapat di
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/.../S1-2015-296828-Chapter1.pdf (Akses
tanggal 2 April 2016)
Utami, Ayu Putri. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada
lansia yang dilakukan Home Care di wilayah kerja Rumah Sakit Rajawali Citra
Banguntapan Bantul. Terdapat di : opac.say.ac.id/267/1/naskah%20publikasi
%20ayu.pdf (Akses tanggal 2 April 2016)
Widyakusuma, Nurita. 2013. Peran Pendamping dalam program pendampingan dan
perawatan sosial lanjut usia dilingkungan keluarga (home care) : studi tentang
pendamping di yayasan Pitrah Sejahtera , kelurahan Cilincing, Jakarta Utara.
Terdapat di : puslit.kemsos.go.id/download/252 (Akses tanggal 2 April 2016)
Setyaningrum, Nuraeni. 2012. Upaya peningkatan sosial bagi lansia melalui home care
service di panti sosial tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta unit Budhi Luhur. Terdapat
di : eprints.uny.ac.id/27076/1/Nuraeni%20Setyaningrum.pdf (Akses tanggal 2 April
2016)
Tousignant M1, Dubuc N, Hébert R, Coulombe C. 2007. Home-care programmes for older
adults with disabilities in Canada Terdapat di :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17212620 (Akses tanggal 2 April 2016)
Mudawamah, Siti. 2011. Perawatan Lansia oleh Masyarakat Melalui Home Care Lansia
BKKKS Jawa Timur. Terdapat di :
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/3211 (Akses tanggal 2
April 2016)

Anda mungkin juga menyukai