PENDAHULUAN
1
Pasien akut abdomen dapat jatuh pada kondisi mengancam nyawa. Oleh karena itu,
dalam penanganannya diperlukan diagnosis awal, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan yang tepat. Keputusan untuk tindakan pembedahan harus segera
ditegakkan karena setiap keterlambatan yang terjadi dapat menimbulkan penyulit yang
berakibat meningginya angka mordibilitas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan
penanggulangannya bergantung kepada kemampuan menentukan analisis yang baik dari
data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperoleh,
pengetahuan mendalam mengenai anatomi dan fisiologi abdomen beserta isinya berperan
penting dalam menyingkirkan sekian banyak kemungkinan yang dapat menjadi penyebab
nyeri perut akut.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara mendadak pada
umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka, penyumbatan (obstruksi), kerusakan
organ (ruptur), sehingga memerlukan tindakan bedah darurat. Siegenthaller (2007)
mendefinisikan bahwa akut abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat yang terjadi
dalam hitungan jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya, dimana dianggap sebagai
keadaan darurat bedah karena tanda dan gejala klinisnya.
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan
darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi
dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena
perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan bisa
primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada appendisitis atau sekunder
melalui suatu pencemaran peritoneum karena perforasi tukak lambung, perforasi dari
Payer's patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma.
2.2. ETIOLOGI
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun penyebabnya gejala
utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Secara garis besar, akut
abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau inflamasi, oklusi obstruksi, dan perdarahan.
Keadaan infeksi atau peradangaan misalnya pada kasus apendisitis, kolesistitis, atau
penyakit Crohn. Keadaan oklusi obstruksi misalnya pada kasus hernia inkaserata atau
volvulus. Sedangkan keadaan perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal,
kehamilan ektopik terganggu, atau rupture tumor.
3
Pembagian berdasarkan 9 regio:
a) Regio hipokondriak kanan
b) Regio epigastrika
c) Regio hipokondriak kiri
d) Regio lumbal kanan
e) Regio umbilicus
f) Regio lumbal kiri
g) Regio iliaka kanan
h) Regio hipogastrika
i) Regio iliaka kiri
2.4. PATOFISIOLOGI
4
telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut
juga nyeri sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum,
sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau
epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus
besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar
umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalah hindgut yaitu pertengahan
kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada
bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak
dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak
2.4.2. Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut.
Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan
tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa
tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum
dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua
peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita,
baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan
menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
2.4.3. Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada
masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau
peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri
dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan
karena radang atau trauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat
menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya
dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia mayora pada wanita atau testis
pada pria.
2.4.4. Nyeri proyeksi
5
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom
setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf
pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding perut sebelum
gejala tau tanda herpes menjadi jelas.
2.4.5. Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan
pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada
peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis
dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat
menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan,
nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan defans
muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri yang timbul pada
pasien akut abdomen dapat berupa nyeri kontinyu atau nyeri kolik.
6
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
7
cedera abdomen, khususnya jika hati dan limpa mengalami trauma. Kontrol
pendarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahan dilakukan.
Pada trauma abdomen pertahankan klien pada brankar atau tandu papan;
gerakan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pembulu darah besar dan
menimbulkan hemoragi masif. Tujuan; kontrol pendarahan, mempertahankan
volume darah, dan pencegahan infeksi.
4. Disability (neurologi)
Klien dengan akut abdomen yang mengalami gangguankesadaran terjadi pada
klien trauma abdomen yang disertai trauma kapitis. Selalu periksa tingkat
kesadaran dengan GCS dan adanya lateralisasi (pupil anisokor man motorik yang
lemah satu sisi).
2. Penatalaksanana Keadekuatan pada Akut Abdomen
1) Apendiksitis
a. Istirahat baring dalam posisi fowler.
b. Berikan antibiotik.
c. Diet lunak rendah celulosa.
d. Observasi; TTV, ukur luas infiltrat, fluktuasi dan perluasan peritonitis, LED dan
lekosit.
e. Pada apendiksitis dan perporasi, lakukan persiapan apendiktomi.
2) Kholesistitis Akut
a. Istirahat baring dalam posisi fowler.
b. Beri cairan parenteral bila muntah banyak.
c. Observasi TTV.
d. Observasi pembesaran Kantong empedu.
e. Pemberian antibiotik dan Spasmolitik.
f. Lakukan persiapan operasi kholesistektomi, jika terdapat batu/perporasi.
3) Pankreatitis Akut
a. Anjurkan istirahat baring.
b. Penghisapan inti lambung secara intermiten.
c. Atasi syok dan dehidrasi.
d. Pemberian antibiotik dan antikolinergik.
e. Lakukan persiapan operasi pada keadaan umum memburuk disertai obstruksi
bilier.
4) Perporasi Ulkus Peptikus
a. Pasang sonde lambung.
b. Pasang cairan infus.
c. Pemberian antibiotik parenteral.
d. Lakukan persiapan operasi laparatomi.
5) Trauma Tembus Abdomen
a. Monitoring pemasangan infus, untuk penggantian cairan tepat.
b. Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap transfusi; hal ini
merupakan tanda adanya perdarahan internal.
8
c. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik, untuk membantu mendeteksi luka
lambung mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritoneum dan mencegah
komplikasi paru karena aspirasi.
d. Jika trauma abdomen dengan vicera (organ internal) menonjol keluar, tutup
dengan balutan steril yang dilembabkan dengan NaCl, untuk mencegah
kekeringan pada vicera. Jika benda menancam pada abdomen, jangan dicabut
tetapi dilakukan fiksasi benda tersebut terhadap dinding abdomen.
e. Fleksikan lutut klien, untuk mencegah protusi lanjut.
f. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan
muntah.
g. Pasang kateter utera untuk mengetahui kepastian adanya hematuria dan pantau
output urine.
h. Observasi dan catat TTV, output urine, tekanan vena central, nilai hematokrit,
serta status neurologik.
i. Beri profilaksis tetanus sesuai dengan ketentuan.
j. Berikan antibiotik spektum luas sesuai dengan ketentuan untuk mencegah
infeksi.
k. Siapkan klien untuk pembedahan jika terdapat bukti syok, kehilangan darah,
adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi (pengangkatan organ internal)
atau hematuria.
l. Indikasi Klien Lapartomi yaitu :
Luka tusuk dengan; syok, bising usus hilang, prolaps isi usus, darah dalam
lambung, buli-buli/rektum, udara bebas intraperitoneal, pasintesis abdomen
/lavase peritoneal positif, pada eksplorasi luka menembus peritoneum
Luka bakar
Trauma tumpul dengan; syok, darah dalam lambung, buli-buli/rektum, udara bebas
intraperitoneal, parasintesis abdomen/lavase peritoneal positif.
3.2. ANAMNESIS
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan
nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya dan faktor yang
mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa.
Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus tinggi,
muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi didapatkan pada obstruksi
usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri tekan didapatkan pada iritasi peritoneum. Jika
ada radang peritoneum setempat ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai
defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain seperti
keadaan sebelum serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam anamnesis.
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri
yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat
membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke
arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri
pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada diafragma.
3.3.1. Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan
bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darm-steifung).
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen.
1. Penderita kesakitan.
2. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah abdomen. Penderita pucat, keringat
dingin.
3. Cullen’s sign (daerah kebiruan pada periumbilical) dan grey turner’s sign
(daerah kebiruan pada bagian flank) merupakan tanda pancreatitis.
3.3.2. Palpasi
11
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/ defense
musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi sehingga
dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa
nyeri di daerah peradangan dan daerah penekanan dinding abdomen. defense
musculaire/ muscular rigidity ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan
rangsangan palpasi bertambah sehingga terjadi defense musculaire.
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan nyeri
tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di perut
bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk
cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri
bawah/samping kiri) pada appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada
appendicitis dan nyeri lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis.
Palpasi pada kasus akut abdomen memberikan rangsangan peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya
daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba lunak,
atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah epigastrik
dapat berupa kanker lambung atau pancreas.
3.3.3. Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri oleh
ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena
meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi
letak rendah. Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya
perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati).
3.3.4. Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran
pencernaan dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan
kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba untuk
menipu dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan keluhan rasa sakit
mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap enteng.
Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput medusa
pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena umbilical dengan
aliran balik dari vena porta.
3.3.5. Rectal Toucher
12
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau
keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.
Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus
karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada
obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi
kemungkinan kelainan di organ ginekologis.
13
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut abdomen.
2.6. PENANGANAN
16
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila sistim
vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.
2. Tindakan penanggulangan definitif. Tujuan pengobatan di sini adalah :
a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
b) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
1) Menghilangkan sumber kontaminasi.
2) Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
3) Mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan sebanyak
mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga abdomen
yang dinamakan laparotomi.
Laparotomi eksplorasi darurat
a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil.
Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat besar,
dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan persangkaan
perforasi usus, shock berat atau trauma multipel.
5) Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga, haemothoraks atau
pneumothoraks.
b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang.
c) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1) Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2) Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari
organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk
sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem
vaskuler. Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.
3) Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads
anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4) Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi
atau reseksi usus dengan anastomosis.
5) Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
17
6) Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari
seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan
memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
7) Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis
serta kutis dibiarkan terbuka.
Jika tidak ada diagnosis setelah evaluasi lab, lakukan Pemeriksaan Radiologis
Pertimbangkan CT Scan jika
pasien memiliki:
Foto Thoraks Evaluasia)adanya:Nyeri abdomen Foto X-ray KUB (Kidney, Ureter, Bladder)
Pneumonia, Free air,nonspesifik
CHF,
PE b) Suspek osbtruksi usus
Pertimbangkan USG jika c) Suspek iskemia
pasien memiliki: mesenterika Lengkungan usus yang
a) Nyeri epigastrik atau
Lengkungan usus halus yangd) Suspek AAA (jika pasien
Lengkungan usus besar yang mengalami dilatasi; Air fluid
kuadranmengalami
kanan atas dilatasi; stabil) mengalami dilatasi; Air fluid level
Air fluid level level dengan thumbprinting;
Penyakit Bilier e) Suspek appendicitis 18
Pneumatosis intestinalis
b) Suspek kemungkinan AAA f) Suspek pankreatitis
Appendicitis Large Bowel Obstruction
(jika pasien tidakSmall
stabil)Bowel dengan tanda sepsis untuk
Volvulus Angiograf untuk evaluasiUpper Endoscopy untuk
Iskemia Mesenterika
c) Nyeri kuadran kanan Obstruction mengevaluasi infark dan
Divertikulosis pasien dengan suspek iskemia
evaluasi suspek ulkus
bawah untuk appendicitis
Hernia Inkarserata nekrosis mesenterika peptikum
Tak ada diagnosis setelah evaluasi awal?
(meliputi hasil lab dan foto radiografi)
http://documents.tips/documents/algoritma-akut-abdomen.html
19
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Istilah akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra
abdominal dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak memerlukan terapi pembedahan,
sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen harus dilakukan dengan cermat.
Berbagai penyebab pada keadaan akut abdomen dapat berasal dari intra dan ekstra
abdomen. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh kecepatan penanganan yang sangat
tergantung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diperlukan
pengetahuan yang luas, mencakup anatomi, fisiologi, pemeriksaan fisik dasar, dan
pengalaman klinis multidisiplin. Selain itu juga perlu teliti, waspada, dan peka terhadap
perkembangan dari waktu ke waktu, serta mampu menggunakan rasio setepat mungkin .
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri
akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada
trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut
abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan
berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa
observasi yang ketat.
4.2. Saran
20