Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akne vulgaris adalah penyakit kulit inflamasi kronik unit polisebasea yang
sering terjadi pada masa remaja. Akne vulgaris memiliki bebagai gambaran klinis,
seperti komedo, papul, pustul, nodus dan jaringan parut, sehingga disebut
dermatosis polimorfik (Movita, 2013). Manifestasi klinis akne dapat dimulai dari
komedo ringan hingga terbentuknya jaringan parut yang parah pada daerah wajah,
dada, dan punggung (El-Hamd, 2017). Meskipun tidak mengancam jiwa, akne
vulgaris mempengaruhi kualitas hidup dan memberikan dampak sosioekonomi
pada penderitanya (Movita, 2013). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa akne vulgaris berdampak terhadap ketidakpuasan dengan penampilan, rasa
malu, kurangnya kepercayaan diri, kekhawatiran tentang komunikasi dengan
lawan jenis, interaksi dengan orang asing, dan mengurangi kesempatan kerja (El-
Hamd, 2017).
Berdasarkan American Academy of Dermatology (AAD) akne vulgaris
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat. Akne ringan
ditandai dengan adanya beberapa papul dan pustul ditambah dengan komedo,
tetapi tidak ada nodul. Akne sedang ditandai dengan beberapa papul dan pustul,
bersama dengan beberapa nodul. Akne berat memiliki banyak papul, pustul, dan
nodul (ElHamd, 2017).
Selain klasifikasi American Academy of Dermatology, terdapat juga
klasifikasi Lehmann yang merupakan klarifikasi yang digunakan oleh Indonesia
untuk menentukan tingkat keparahan akne vulgaris saat ini. Dalam gradasi ini,
akne dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan jenis dan jumlah lesinya,
yaitu ringan, sedang dan berat (Misery, 2015).
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang diderita oleh 85% remaja di
seluruh dunia (Movita, 2013). Catatan Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia
menunjukkan bahwa 60% orang menderita akne vulgaris pada tahun 2006, 80%
terjadi pada tahun 2007, dan 90% pada tahun 2009 (Afriyanti, 2015). Beberapa
derajat keparahan akne vulgaris sering dijumpai pada remaja berusia 15 – 17
tahun (Hywel, 2012). Prevalensi tertinggi pada wanita berusia 14-17 tahun,
sedangkan pria pada usia 16-19 tahun (Afriyanti, 2015). Patogenesisnya bersifat
multifaktorial, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik, endokrin,
makanan, keaktifan kelenjar sebasea, infeksi bakteri, kosmetika, dan salah satu
faktor lainnya adalah stres (Movita, 2013).
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Selama periode ini, individu melewati masa pertumbuhan yang cepat,
membuat keputusan akademis dan profesional, identitas berkembang, orientasi
menuju masa depan dimulai, guna memenuhi harapan dari keluarga untuk
peningkatan prestasi belajar di sekolah. Selama masa remaja (11-19 tahun) terjadi
peningkatan stres secara signifikan (Hampel, 2008).
Untuk menunjukkan identitas diri, remaja membutuhkan keberanian serta
keyakinan agar memudahkannya dalam mengaktualisasikan diri dengan
lingkungannya ( Kim W.2013).
Keinginan tampil cantik dan menarik serta melakukan perawatan merupakan
tata laksana untuk meningkatkan harga diri, citra tubuh dan ideal diri remaja yang
berjerawat. Terutama pada remaja putri yang melakukan perawatan wajah seperti
memakai pelembab, pembersih wajah, fasial, spa, hingga ke dokter kecantikan
(Pratiwi, 2013). Hal ini seiring dengan kepedulian penampilan fisik remaja ketika
penampilan fisik saat masa perkembangan tidak sesuai yang diinginkan seperti
halnya remaja yang memiliki wajah berjerawat maka akan timbul rasa tidak puas.
Ketidakpuasan dalam penampilan fisik dapat menyebabkan harga diri, citra tubuh
dan ideal diri yang negatif. Harga diri, citra tubuh, dan ideal diri remaja akan naik
saat berpenampilan menarik dan memiliki wajah yang cantik di lingkungan sosial
(Kusumawati dan Hartono, 2010).
Modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri adalah kepercayaan
diri, yaitu suatu aspek kepribadian manusia yang berfungsi untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dan sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari ( Sutikno S. 2007).
Dampak yang muncul akibat perilaku yang tidak percaya diri, yaitu
terhambatnya perkembangan individu yang mempunyai perilaku malu, semakin
tidak terasahnya kemampuan sosial individu, tidak bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan, kurang informasi dan pergaulan, kurang pengalaman, menimbulkan
kesulitan belajar apabila terjadi pada anak usia sekolah (Supriyo. 2008).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurauikan maka dapat
merumuskan masalahnya yaitu “Pengalaman Mahasiswa Terhadapat Kepercayaan
Diri yang Mengalami Gangguan Kulit Wajah (Acne Vulgaris) di STIKES WHS”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah mengegspor pengalaman mahasiswa terhadap kepercayaan
diri yang mengalami gangguan kulit wajah (acne vulgaris) di stikes whs.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat berguna untuk mengembangkan dan menambah
pengetahuan yang telah ada khususnya tentang “ pengalaman mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit wajah (acne
vulgaris) di stikes whs”. Serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi STIKES WIYATA HUSADA samarinda
Dapat menambah wawasan mengena “pengalaman mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit wajah (acne
vulgaris) di stikes whs“. Serta dapat refrensi di perpustakaan.
b. Bagi penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran mengenai “
pengalaman mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalami
gangguan kulit wajah (acne vulgaris) di stikes whs”.
E. Penelitian Terkait
1. Johannes Tanaka (2018) dengan judul Pengaruh Tingkat Stres dengan
Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi Kelas III SMA
Sutomo 2 penelitian ini merupakan Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik kategorik-kategorik tidak berpasangan dengan metode
consecutive sampling pada sampel yang berjumlah 100 orang. Tempat
penelitian ini dilakukan di SMA Sutomo 2 Sumatra Utara. Waktu
penelitian dimulai dari Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai
dengan Agustus 2018. Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai
instrumen menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS) yang
telah tervalidasi dan uji tingkat keparahan akne vulgaris dengan
melakukan pemeriksaan fisik dibawah supervise berdasarkan klasifikasi
Lehmann.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Johannes
tanaka adalah menggunakan objek acne vulgaris. Perbedaannya adalah
penelitian yang akan dilakukan pengalaman mahasiswa terhadap
kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit (acner vulgaris) di stikes
whs. Sedankan penelitian yang telah dilakukan oleh Johannes tanaka
adalah Pengaruh Tingkat Stres dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris
pada Siswa-Siswi Kelas III SMA Sutomo 2.
2. Dicky F. Saragih et all (2016) dengan judul Hubungan tingkat
kepercayaan diri dan jerawat (Acne vulgaris) pada siswa-siswi kelas XII di
SMA Negeri 1 Manado Jenis penelitian ini ialah korelasional dengan
desain potong lintang. Waktu penelitian pada bulan Desember 2015 denan
objek penelitian ialah siswa/i kelas XII SMA Negeri 1 Manado yang
berjerawat dengan jumlah 102 responden yang dipilih dengan cara
purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat
kepercayaan diri dengan jerawat (acne vulgaris) pada siswa-siswi
berjerawat kelas XII di SMA Negeri 1 Manado. pengumpulan data
digunakan kuisioner/angket berdasarkan penelitian Indra Beni Rupang
dengan 48 pernyataan kemudian dimodifikasi sesuai dengan keperluan
penelitian menjadi 32 pernyataan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Dicky F.
Saragih adalah menggunakan objek acne vulgaris. Perbedaannya adalah
penelitian yang akan dilakukan pengalaman mahasiswa terhadap
kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit (acner vulgaris) di stikes
whs. Sedankan penelitian yang telah dilakukan oleh Dicky F. Saragih
adalah Hubungan tingkat kepercayaan diri dan jerawat (Acne vulgaris)
pada siswa-siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Manado
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Acne Vulgaris
a. Definisi
Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi unit polisebasea yang
timbul pada kulit wajah, leher, dan punggung atas. Biasanya, pertama
kali muncul ketika pubertas dini (12-15 tahun), dengan puncak tingkat
keparahan pada 17-21 tahun, dengan prevalensi terbanyak pada remaja
usia 15-18 tahun (Misery, 2015). Penyakit ini disebabkan karena
stimulasi adrogenik memicu peningkatkan produksi sebum dan
keratinosit folikel yang abnormal, kolonisasi bakteri gram positif
(Proponiobacterium aknes), dan inflamasi lokal (WHO, 2017).
Perkataan jerawat berasal dari satu kata greek yang bearti “ masa
yang paling penting dalam hidup”. Individu yang mengalami masalah
jerawat seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan :
1) Harga diri
2) Keyakinan terhadap diri sendiri
3) Pergaulan social
4) Menarik diri
5) Terisolasi
6) Motivasi rendah
b. Etiologi dan Patofisiologi Akne Vulgaris
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar pertama yang dihasilkan tubuh
manusia dan terbentuk pada trimester akhir kehamilan. Secara
fisiologis, perkembangan kelenjar sebasea dimulai pada kehidupan
janin usia 13-15 minggu. Produksi sebum pertama kali pada janin
berusia 17 minggu. Setiap satu kelenjar sebasea didapatkan variasi
dalam diferensiasi dan kematangan sel sebosit. Sintesis dan
penambahan lipid dalam sel sebosit memakan waktu lebih dari 1
minggu dan turn over kelenjar sebasea lebih lambat pada orang
dewasa. Salah satu fungsi kelenjar sebasea adalah produksi sebum.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kelenjar sebasea
selain androgen yang berperan dalam perkembangan normal dan
diferensiasi kelenjar sebasea. Ekspresi satu atau lebih dapat
mempengaruhi perkembangan akne vulgaris (Rimadhani, 2015).
Dalam jurnal penelitian Gebauer (2017) terdapat empat faktor utama
yang terlibat dalam patogenesis akne vulgaris :
1. Hiperproliferasi keratinosit folikel yang abnormal
2. Peningkatan produksi sebum dalam folikel sebasea
3. Proliferasi Propionibacterium acnes
4. Pelepasan mediator inflamasi ke dalam kulit
Patogenesis akne yang pertama adalah hiperproliferasi keratinosit
yaitu peningkatan kohesi keratinosit karena hiperkeratotik pada epitel
folikel rambut dan infundibulum menyebabkan sumbatan osteum
folikel sehingga terjadi kantong dan dilatasi membentuk
mikrokomedo, dimana faktor pencetusnya adalah stimulasi androgen,
penurunan asam linoleik, dan peningkatan IL-1α. Patogenesis kedua,
peningkatan produksi sebum yang disebabkan oleh peningkatan kadar
androgen dalam darah mengakibatkan hiperplasia dan hipertrofi
kelenjar sebasea sehingga memproduksi sebum lebih banyak. Sebum
mengandung trigliserida, kolesterol, dan dapat memproduksi asam
lemak bebas sendiri. Asam lemak bebas tersebut akan merangsang
kolonisasi bakteri sehingga terjadi inflamasi. Patogenesis ketiganya
yaitu peranan Propionibacterium acnes yang merupakan bakteri gram
positif, anaerob atau mikroaerob yang terletak pada folikel sebasea. P.
acnes akan mengeluarkan enzim lipase yang mengubah trigliserida
menjadi asam lemak bebas sehingga merangsang kolonisasi bakteri
dan inflamasi. Patogenesis keempat, inflamasi mikrokomedo berisi
kantong keratin, sebum, dan bakteri yang menyebabkan dinding pecah
dan terjadi inflamasi (Rimadhani, 2015).
Patofisiologi akne vulgaris begitu kompleks dengan pemicu
internal dan eksternal. Namun, penyebab utamanya adalah peningkatan
produksi sebum dan deskuamasi abnormal sel epitel (Danielle, 2013).
Urutan peristiwa yang mengarah pada perkembangan akne vulgaris
belum sepenuhnya dipahami. Namun, proses terbentuknya
mikrokomedo diyakini merupakan prekursor komedo, papula, pustula,
dan nodus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan produksi sebum
dikarenakan stimulasi kelenjar sebasea dan folikel korneosit,
khususnya oleh androgen, biasanya terjadi pada masa pubertas
(Nilgock, 2015). Sel-sel mikrokomedo ini akhirnya membentuk sebuah
steker (komedo) di atas saluran kelenjar sebasea. Sel-sel tersebut terus
menempel ke dalam folikel. Komedo meluas hingga ke belakang
sebuah folikuler kecil terbuka pada kulit. Hal ini menyebabkan distensi
folikel dan terbentuknya komedo tertutup (blackhead comedones). Jika
pori mulai melebar di permukaan kulit (retensi keratosis), maka akan
menghasilkan komedo terbuka (whitehead comedones). Komedo
tertutup merupakan prekursor dari lesi inflamasi pada akne vulgaris.
Komedo yang membesar menyebabkan peningkatan tekanan dalam
folikuler yang akhirnya pecah. Kemudian dari dinding komedo akan
menghasilkan ekstrusi kreatin dan sebum serta reaksi inflamasi pada
kulit.
Propionibacterium acnes (P. acnes) merupakan flora normal pada
kulit yang berhabitat pada folikel polisebasea. Namun, jumlah P. aknes
bertambah signifikan karena bakteri sangat berkontribusi pada reaksi
inflamasi dan iritasi pada akne vulgaris. Faktor eksternal lain yang
menyebabkan oklusi folikel rambut juga dapat memicu timbulnya akne
vulgaris, misalnya penggunaan produk komedogenik seperti komestik
dan minyak rambut (Danielle, 2013).
c. Faktor Resiko Akne Vulgaris
Banyak faktor yang telah ditemukan sebagai pemicu akne vulgaris,
termasuk perubahan hormon dan pramenstruasi, panas dan kelembaban
yang berlebihan, berkeringat, penggunaan komestik dan minyak
rambut, dan penggunaan kortikostreoid diketahui dapat meningkatkan
lesi akne vulgaris (Sultana et al., 2017). Penyebab akne vulgaris yang
bersifat multifaktorial ini salah satunya juga disebabkan oleh stres
(Movita, 2013).
d. Gejala dan Tanda Akne Vulgaris
Akne vulgaris paling banyak ditemukan di wajah, tetapi dapat terjadi
pada punggung, dada, dan bahu. Penyakit ini ditandai dengan lesi yang
bervariasi, misalnya lesi non inflamasi, yaitu komedo, dapat berupa
komedo terbuka (blackhead comedones) atau komedo tertutup
(whitehead comedones). Lesi inflamasi berupa papul, pustul, hingga
nodus dan kista. Komplikasi akne vulgaris non inflamasi maupun
inflamasi dapat mengakibatkan jaringan parut (scar). (Movita, 2013).
Papula adalah penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas
tegas, diameter berukuran kurang dari ½ cm. Pustul adalah vesikel
berisi nanah. Nodul sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar
dari 1 cm. Kista adalah kantong yang berisi cairan serosa padat atau
setengah padat. Jaringan parut adalah jaringan ikat yang menggantikan
epidermis dan dermis yang sudah hilang.
mengatasi suatu persolan, dan orang yang kurang percaya diri akan
Acne Vulgaris
Penyakit Imflamasi
Unit polisebase yang
timbul pada kulit
wajah,leher,dan Masalah Jerawat:
punggung atas 1) Harga diri
2) Keyakinan Tingkat
terhadap diri kepercayaan
sendiri
Tipe-tipe Jerawat: 3) Pergaulan sosial
1) Jenis titik atau fleks 4) Menarik diri
2) Jenis jerawat kecil 5) Terisolasi Persepsi:
3) Jerawat biasa 6) Motivasi rendah 1) Positif
4) Jenis tuber 2) Negatif
5) Kelenjar-kelenjar
minyak membesar
6) Jerawat yang
berbentuk bekas
luka
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Stikes WHS
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2019
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki acne
vulgaris di stikes whs. Metode penelitian ini mengggunakan metode
purposive sampiling. Purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan
yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yaitu :
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti harus divalidasi
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya
akan langsung dilakukan di lapangan. Penelitian kualitatif sebagai human
instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih partisipan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
Analisa data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan sistem wawancara semi struktur
dengan 2 topik pertanyaan yang utama, (1) bagaimana pengalaman
pengalaman Mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalalami
gangguan kulit wajah (acner vulgaris). (2) Bagaimana menurut mahasiswa
dalam meningkatkan kepercayaan diri.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan proses wawancara mendalam
dengan memulai tiga fase, yaitu : fase orientasi, fase kerja, dan fase
terminasi. Fase orientasi, penelitian mulai dengan menanyakan kesiapan
partisipan dan setelah itu pasrtisipan mengisi lembar informed consent
atau surat persetujuan menjadi partisipan, menciptakan suasana yang
nyaman dan peneliti menyiapkan tape recorder. Fase kerja merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan pertanyaan semi struktur dan
dalam bentuk pertanyaan terbuka. Wawancara dengan pertanyaan terbuka
memberikan kebebasan dan keleluasaan yang lebih besar dalam menjawab
dibandingkan jenis wawancara lain (Speziale, 2011). Peneliti
menggunakan pedoman wawancara untuk memandu peneliti dalam
mengajukan pertanyaan. Dilakukan setiap partisipan rata-rata 35 menit.
Setiap selesai wawancara mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang
terjalin dalam penelitian yang telah dilakukan.
3. Tahap Terminasi
Tahap terminasi dilakukan dengan mengawali klarifikasi pertanyaan
yang kurang jelas kepada partisipan, kemudian melakukan validasi pada
seluruh item pertanyaan wawancara yang telah dijawab, memberikan
kesempatan pada partispan untuk menyampaikan hal yang ingin
disampaikan sebelum wawancara ditutup dan di akhiri. Mengucapkan
terma kasih atas kerja sama dan partisipasinya telah menjadi partisipan
dalam penelitian ini.
G. Analisa Data
Tahapan proses analisis data kualitatif terhadap beberapa model analisis.
Salah satunya menggunakan model Colaizzi. Alasan pemilihan meyode
analisa ini didasarkan pada kesesuiam dengan filosofi Hussert, yaitu suatu
penampakan fenomena partisipan realitas itu sendiri yang tampak
(M.Sofiyudin Dahlan,2016). Fenomena penelitian ini tentang pengalaman
pengalaman Mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalalami
gangguan kulit wajah (acner vulgaris) di stikes whs. Langkah langkah analisa
data kualitatif dari Colaizzi, (1978) adalah sebagai berikut:
1. Benefience
Prinnsip etika benefience merupakan standar etika yang
mengutamakan kesejahteraan bagi partisipan. Penelitian bertujuan untuk
memberikan manfaat bagi partisipan penelitian, dimana penjelasan
lengkap tentang manfaat dan tujuan penelitian untuk menggali pengalaman
Mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalalami gangguan kulit
wajah (acner vulgaris), harus dipaparkan sebelum penelitian dilakukan.
Selama penelitian subyek harus merasa nyaman dan bebas dari kerugian
fisik, psikologis, sosial, dan financial (harm and discomfort), misalnya
tidak memaksakan kehendak peneliti terkait dengan tempat dan waktu
wawancarayang akan dilakukan. Peneliti harus meminimalkan dampak
yang dapat merugikan subyek dalam penelitian (nomaleficence)
(Polit,2017).
3. Justice
Dalam prinsip ini partisipan diperlukan sama, tanpa membedakan satu
dengan yang lainnya, baik strata sosial, etnis, budaya, suku dan agama.
Partisipan harus diperlakukan adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari proses penelitian.
4. Confidentiality
Dalam prinsip ini, peneliti harus menjamin kerahasiaan data dari
partisipan yang telah disampaikan dalam proses penelitian. Dalam
penelitian ini, data akan dimusnahkan sesuai kesepakatan dengan
partisipan. Kemudian bukti dokumentasi tidak akan menjadi konsumsi
publish.
Daftar Pustaka
1. Dian agustin dkk.2018. Gambaran harga diri,citra tubuh, dan ideal diri
remaja putri berjerawat
2. Dicky f. faragih dkk. 2016. Hubungan tingkat kepercayaan diri dan
jerawat (acne vulgaris) pada siswa-siswi kelas XII di SMA Negeri 1
Manado
3. Feggy Esterlita Irene Tampi dkk. 2016. Hubungan Tingkat Kepercayaan
Diri dengan Jerawat (Acne Vulgaris) pada Remaja Kelas X-XII IPA SMAN 9
Binsus Manado
4. Tanaka johanes. 2018. Pengaruh tingkat stress denngan tingkat
keparahan acne vulgaris pada siswa-siswi kelas III SMA sutomo 2
5. Sofia Latifah. 2016. Hubungan Stres dan Kebersihan wajah terhadap acne
Vulgaris di Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
6. Kathleen G Marheus. 2017. Hubungan kejadian acne vulgaris dengan
tingkat kepercayaan diri pada siswi SMAN 3 kupang
7. Elga Elfina Ompi dkk. 2017. Hubungan tingkat kepercayaan diri
dengan jerawat (acne Vulgaris) pada remaja di SMAN 7 manado
8. Sitepu. 2018. Hubungan pengetahuan dan perilaku mahasiswa FK
USU terhadap kejadian Acne Vulgaris