Anda di halaman 1dari 22

PENGALAMAN MAHASISWA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI

YANG MENGALAMI GANGGUAN KULIT WAJAH (ACNE VULGARIS)


DI STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen Pebimbing : Ns. Hamka, M.Kep,. WOC(ET)N

Disusun Oleh :

Diar Debita Sari


16.0363.689.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akne vulgaris adalah penyakit kulit inflamasi kronik unit polisebasea yang
sering terjadi pada masa remaja. Akne vulgaris memiliki bebagai gambaran klinis,
seperti komedo, papul, pustul, nodus dan jaringan parut, sehingga disebut
dermatosis polimorfik (Movita, 2013). Manifestasi klinis akne dapat dimulai dari
komedo ringan hingga terbentuknya jaringan parut yang parah pada daerah wajah,
dada, dan punggung (El-Hamd, 2017). Meskipun tidak mengancam jiwa, akne
vulgaris mempengaruhi kualitas hidup dan memberikan dampak sosioekonomi
pada penderitanya (Movita, 2013). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa akne vulgaris berdampak terhadap ketidakpuasan dengan penampilan, rasa
malu, kurangnya kepercayaan diri, kekhawatiran tentang komunikasi dengan
lawan jenis, interaksi dengan orang asing, dan mengurangi kesempatan kerja (El-
Hamd, 2017).
Berdasarkan American Academy of Dermatology (AAD) akne vulgaris
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat. Akne ringan
ditandai dengan adanya beberapa papul dan pustul ditambah dengan komedo,
tetapi tidak ada nodul. Akne sedang ditandai dengan beberapa papul dan pustul,
bersama dengan beberapa nodul. Akne berat memiliki banyak papul, pustul, dan
nodul (ElHamd, 2017).
Selain klasifikasi American Academy of Dermatology, terdapat juga
klasifikasi Lehmann yang merupakan klarifikasi yang digunakan oleh Indonesia
untuk menentukan tingkat keparahan akne vulgaris saat ini. Dalam gradasi ini,
akne dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan jenis dan jumlah lesinya,
yaitu ringan, sedang dan berat (Misery, 2015).
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang diderita oleh 85% remaja di
seluruh dunia (Movita, 2013). Catatan Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia
menunjukkan bahwa 60% orang menderita akne vulgaris pada tahun 2006, 80%
terjadi pada tahun 2007, dan 90% pada tahun 2009 (Afriyanti, 2015). Beberapa
derajat keparahan akne vulgaris sering dijumpai pada remaja berusia 15 – 17
tahun (Hywel, 2012). Prevalensi tertinggi pada wanita berusia 14-17 tahun,
sedangkan pria pada usia 16-19 tahun (Afriyanti, 2015). Patogenesisnya bersifat
multifaktorial, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik, endokrin,
makanan, keaktifan kelenjar sebasea, infeksi bakteri, kosmetika, dan salah satu
faktor lainnya adalah stres (Movita, 2013).
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Selama periode ini, individu melewati masa pertumbuhan yang cepat,
membuat keputusan akademis dan profesional, identitas berkembang, orientasi
menuju masa depan dimulai, guna memenuhi harapan dari keluarga untuk
peningkatan prestasi belajar di sekolah. Selama masa remaja (11-19 tahun) terjadi
peningkatan stres secara signifikan (Hampel, 2008).
Untuk menunjukkan identitas diri, remaja membutuhkan keberanian serta
keyakinan agar memudahkannya dalam mengaktualisasikan diri dengan
lingkungannya ( Kim W.2013).
Keinginan tampil cantik dan menarik serta melakukan perawatan merupakan
tata laksana untuk meningkatkan harga diri, citra tubuh dan ideal diri remaja yang
berjerawat. Terutama pada remaja putri yang melakukan perawatan wajah seperti
memakai pelembab, pembersih wajah, fasial, spa, hingga ke dokter kecantikan
(Pratiwi, 2013). Hal ini seiring dengan kepedulian penampilan fisik remaja ketika
penampilan fisik saat masa perkembangan tidak sesuai yang diinginkan seperti
halnya remaja yang memiliki wajah berjerawat maka akan timbul rasa tidak puas.
Ketidakpuasan dalam penampilan fisik dapat menyebabkan harga diri, citra tubuh
dan ideal diri yang negatif. Harga diri, citra tubuh, dan ideal diri remaja akan naik
saat berpenampilan menarik dan memiliki wajah yang cantik di lingkungan sosial
(Kusumawati dan Hartono, 2010).
Modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri adalah kepercayaan
diri, yaitu suatu aspek kepribadian manusia yang berfungsi untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dan sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari ( Sutikno S. 2007).
Dampak yang muncul akibat perilaku yang tidak percaya diri, yaitu
terhambatnya perkembangan individu yang mempunyai perilaku malu, semakin
tidak terasahnya kemampuan sosial individu, tidak bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan, kurang informasi dan pergaulan, kurang pengalaman, menimbulkan
kesulitan belajar apabila terjadi pada anak usia sekolah (Supriyo. 2008).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurauikan maka dapat
merumuskan masalahnya yaitu “Pengalaman Mahasiswa Terhadapat Kepercayaan
Diri yang Mengalami Gangguan Kulit Wajah (Acne Vulgaris) di STIKES WHS”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah mengegspor pengalaman mahasiswa terhadap kepercayaan
diri yang mengalami gangguan kulit wajah (acne vulgaris) di stikes whs.

D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat berguna untuk mengembangkan dan menambah
pengetahuan yang telah ada khususnya tentang “ pengalaman mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit wajah (acne
vulgaris) di stikes whs”. Serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi STIKES WIYATA HUSADA samarinda
Dapat menambah wawasan mengena “pengalaman mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit wajah (acne
vulgaris) di stikes whs“. Serta dapat refrensi di perpustakaan.
b. Bagi penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran mengenai “
pengalaman mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalami
gangguan kulit wajah (acne vulgaris) di stikes whs”.
E. Penelitian Terkait
1. Johannes Tanaka (2018) dengan judul Pengaruh Tingkat Stres dengan
Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi Kelas III SMA
Sutomo 2 penelitian ini merupakan Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik kategorik-kategorik tidak berpasangan dengan metode
consecutive sampling pada sampel yang berjumlah 100 orang. Tempat
penelitian ini dilakukan di SMA Sutomo 2 Sumatra Utara. Waktu
penelitian dimulai dari Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai
dengan Agustus 2018. Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai
instrumen menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS) yang
telah tervalidasi dan uji tingkat keparahan akne vulgaris dengan
melakukan pemeriksaan fisik dibawah supervise berdasarkan klasifikasi
Lehmann.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Johannes
tanaka adalah menggunakan objek acne vulgaris. Perbedaannya adalah
penelitian yang akan dilakukan pengalaman mahasiswa terhadap
kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit (acner vulgaris) di stikes
whs. Sedankan penelitian yang telah dilakukan oleh Johannes tanaka
adalah Pengaruh Tingkat Stres dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris
pada Siswa-Siswi Kelas III SMA Sutomo 2.
2. Dicky F. Saragih et all (2016) dengan judul Hubungan tingkat
kepercayaan diri dan jerawat (Acne vulgaris) pada siswa-siswi kelas XII di
SMA Negeri 1 Manado Jenis penelitian ini ialah korelasional dengan
desain potong lintang. Waktu penelitian pada bulan Desember 2015 denan
objek penelitian ialah siswa/i kelas XII SMA Negeri 1 Manado yang
berjerawat dengan jumlah 102 responden yang dipilih dengan cara
purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat
kepercayaan diri dengan jerawat (acne vulgaris) pada siswa-siswi
berjerawat kelas XII di SMA Negeri 1 Manado. pengumpulan data
digunakan kuisioner/angket berdasarkan penelitian Indra Beni Rupang
dengan 48 pernyataan kemudian dimodifikasi sesuai dengan keperluan
penelitian menjadi 32 pernyataan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Dicky F.
Saragih adalah menggunakan objek acne vulgaris. Perbedaannya adalah
penelitian yang akan dilakukan pengalaman mahasiswa terhadap
kepercayaan diri yang mengalami gangguan kulit (acner vulgaris) di stikes
whs. Sedankan penelitian yang telah dilakukan oleh Dicky F. Saragih
adalah Hubungan tingkat kepercayaan diri dan jerawat (Acne vulgaris)
pada siswa-siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Manado
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Acne Vulgaris
a. Definisi
Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi unit polisebasea yang
timbul pada kulit wajah, leher, dan punggung atas. Biasanya, pertama
kali muncul ketika pubertas dini (12-15 tahun), dengan puncak tingkat
keparahan pada 17-21 tahun, dengan prevalensi terbanyak pada remaja
usia 15-18 tahun (Misery, 2015). Penyakit ini disebabkan karena
stimulasi adrogenik memicu peningkatkan produksi sebum dan
keratinosit folikel yang abnormal, kolonisasi bakteri gram positif
(Proponiobacterium aknes), dan inflamasi lokal (WHO, 2017).
Perkataan jerawat berasal dari satu kata greek yang bearti “ masa
yang paling penting dalam hidup”. Individu yang mengalami masalah
jerawat seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan :
1) Harga diri
2) Keyakinan terhadap diri sendiri
3) Pergaulan social
4) Menarik diri
5) Terisolasi
6) Motivasi rendah
b. Etiologi dan Patofisiologi Akne Vulgaris
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar pertama yang dihasilkan tubuh
manusia dan terbentuk pada trimester akhir kehamilan. Secara
fisiologis, perkembangan kelenjar sebasea dimulai pada kehidupan
janin usia 13-15 minggu. Produksi sebum pertama kali pada janin
berusia 17 minggu. Setiap satu kelenjar sebasea didapatkan variasi
dalam diferensiasi dan kematangan sel sebosit. Sintesis dan
penambahan lipid dalam sel sebosit memakan waktu lebih dari 1
minggu dan turn over kelenjar sebasea lebih lambat pada orang
dewasa. Salah satu fungsi kelenjar sebasea adalah produksi sebum.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kelenjar sebasea
selain androgen yang berperan dalam perkembangan normal dan
diferensiasi kelenjar sebasea. Ekspresi satu atau lebih dapat
mempengaruhi perkembangan akne vulgaris (Rimadhani, 2015).
Dalam jurnal penelitian Gebauer (2017) terdapat empat faktor utama
yang terlibat dalam patogenesis akne vulgaris :
1. Hiperproliferasi keratinosit folikel yang abnormal
2. Peningkatan produksi sebum dalam folikel sebasea
3. Proliferasi Propionibacterium acnes
4. Pelepasan mediator inflamasi ke dalam kulit
Patogenesis akne yang pertama adalah hiperproliferasi keratinosit
yaitu peningkatan kohesi keratinosit karena hiperkeratotik pada epitel
folikel rambut dan infundibulum menyebabkan sumbatan osteum
folikel sehingga terjadi kantong dan dilatasi membentuk
mikrokomedo, dimana faktor pencetusnya adalah stimulasi androgen,
penurunan asam linoleik, dan peningkatan IL-1α. Patogenesis kedua,
peningkatan produksi sebum yang disebabkan oleh peningkatan kadar
androgen dalam darah mengakibatkan hiperplasia dan hipertrofi
kelenjar sebasea sehingga memproduksi sebum lebih banyak. Sebum
mengandung trigliserida, kolesterol, dan dapat memproduksi asam
lemak bebas sendiri. Asam lemak bebas tersebut akan merangsang
kolonisasi bakteri sehingga terjadi inflamasi. Patogenesis ketiganya
yaitu peranan Propionibacterium acnes yang merupakan bakteri gram
positif, anaerob atau mikroaerob yang terletak pada folikel sebasea. P.
acnes akan mengeluarkan enzim lipase yang mengubah trigliserida
menjadi asam lemak bebas sehingga merangsang kolonisasi bakteri
dan inflamasi. Patogenesis keempat, inflamasi mikrokomedo berisi
kantong keratin, sebum, dan bakteri yang menyebabkan dinding pecah
dan terjadi inflamasi (Rimadhani, 2015).
Patofisiologi akne vulgaris begitu kompleks dengan pemicu
internal dan eksternal. Namun, penyebab utamanya adalah peningkatan
produksi sebum dan deskuamasi abnormal sel epitel (Danielle, 2013).
Urutan peristiwa yang mengarah pada perkembangan akne vulgaris
belum sepenuhnya dipahami. Namun, proses terbentuknya
mikrokomedo diyakini merupakan prekursor komedo, papula, pustula,
dan nodus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan produksi sebum
dikarenakan stimulasi kelenjar sebasea dan folikel korneosit,
khususnya oleh androgen, biasanya terjadi pada masa pubertas
(Nilgock, 2015). Sel-sel mikrokomedo ini akhirnya membentuk sebuah
steker (komedo) di atas saluran kelenjar sebasea. Sel-sel tersebut terus
menempel ke dalam folikel. Komedo meluas hingga ke belakang
sebuah folikuler kecil terbuka pada kulit. Hal ini menyebabkan distensi
folikel dan terbentuknya komedo tertutup (blackhead comedones). Jika
pori mulai melebar di permukaan kulit (retensi keratosis), maka akan
menghasilkan komedo terbuka (whitehead comedones). Komedo
tertutup merupakan prekursor dari lesi inflamasi pada akne vulgaris.
Komedo yang membesar menyebabkan peningkatan tekanan dalam
folikuler yang akhirnya pecah. Kemudian dari dinding komedo akan
menghasilkan ekstrusi kreatin dan sebum serta reaksi inflamasi pada
kulit.
Propionibacterium acnes (P. acnes) merupakan flora normal pada
kulit yang berhabitat pada folikel polisebasea. Namun, jumlah P. aknes
bertambah signifikan karena bakteri sangat berkontribusi pada reaksi
inflamasi dan iritasi pada akne vulgaris. Faktor eksternal lain yang
menyebabkan oklusi folikel rambut juga dapat memicu timbulnya akne
vulgaris, misalnya penggunaan produk komedogenik seperti komestik
dan minyak rambut (Danielle, 2013).
c. Faktor Resiko Akne Vulgaris
Banyak faktor yang telah ditemukan sebagai pemicu akne vulgaris,
termasuk perubahan hormon dan pramenstruasi, panas dan kelembaban
yang berlebihan, berkeringat, penggunaan komestik dan minyak
rambut, dan penggunaan kortikostreoid diketahui dapat meningkatkan
lesi akne vulgaris (Sultana et al., 2017). Penyebab akne vulgaris yang
bersifat multifaktorial ini salah satunya juga disebabkan oleh stres
(Movita, 2013).
d. Gejala dan Tanda Akne Vulgaris
Akne vulgaris paling banyak ditemukan di wajah, tetapi dapat terjadi
pada punggung, dada, dan bahu. Penyakit ini ditandai dengan lesi yang
bervariasi, misalnya lesi non inflamasi, yaitu komedo, dapat berupa
komedo terbuka (blackhead comedones) atau komedo tertutup
(whitehead comedones). Lesi inflamasi berupa papul, pustul, hingga
nodus dan kista. Komplikasi akne vulgaris non inflamasi maupun
inflamasi dapat mengakibatkan jaringan parut (scar). (Movita, 2013).
Papula adalah penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas
tegas, diameter berukuran kurang dari ½ cm. Pustul adalah vesikel
berisi nanah. Nodul sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar
dari 1 cm. Kista adalah kantong yang berisi cairan serosa padat atau
setengah padat. Jaringan parut adalah jaringan ikat yang menggantikan
epidermis dan dermis yang sudah hilang.

2. Konsep Kepercayaan Diri


a. Definisi
Percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai tujuan dalam
hidupnya. (Hakim, 2004:6).
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan
Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya
untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.
b. Ciri- Ciri Kepercayaan Diri
Hakim (2004:5-6) menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik
individu yang memiliki rasa percaya diri yang proposional
diantaranya:
1) Selalu mearasa tenang disaat mengerjakan sesuatu
2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
3) Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai
situasi
4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
5) Memiliki kondisi mental da fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
6) Memiliki kecerdasan yang cukup
7) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
8) Memiliki keahlian dan keterampilan lain yang menunjang
kehidupannya,
9) misalnya keterampilan berbahasa asing.
10) memiliki kemampuan bersosialisasi
11) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
c. Proses Pembentukan Rasa Kepercayaan Diri
terbentuknya rasa percaya dirin menurut Hakim (2002 : 6) secara garis besar
sebagai berikut:

1) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses

perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

2) Pemahaman seorang terhadap kelebihan-kelebihan yang

dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat

segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

3) Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-

kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah

diri atau sulit menyesuaikan diri.

4) Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan

dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Kekurangan pada salah satu proses tersebut, kemungkinan besar

akan mengakibatkan seseorang akan mengalami hambatan untuk

memperoleh rasa percaya diri (Hakim, 2002 : 6).

Menurut Rahmat (2007 : 108-109) bahwa keinginan untuk


menutup diri selain selain disebabkan oleh konsep diri yang negatif

juga timbul dari kurangnya suatu kepercayaan pada kemampuan diri

sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya tidak mampu

mengatasi suatu persolan, dan orang yang kurang percaya diri akan

cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, dan ia

takut akan orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya.

Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Acne Vulgaris

Penyakit Imflamasi
Unit polisebase yang
timbul pada kulit
wajah,leher,dan Masalah Jerawat:
punggung atas 1) Harga diri
2) Keyakinan Tingkat
terhadap diri kepercayaan
sendiri
Tipe-tipe Jerawat: 3) Pergaulan sosial
1) Jenis titik atau fleks 4) Menarik diri
2) Jenis jerawat kecil 5) Terisolasi Persepsi:
3) Jerawat biasa 6) Motivasi rendah 1) Positif
4) Jenis tuber 2) Negatif
5) Kelenjar-kelenjar
minyak membesar
6) Jerawat yang
berbentuk bekas
luka

Skema 2.1 Konsep Teori Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Fokus pendekatan fenomenologi adalah memahami keunikan
fenomena dunia kehidupan individu, bahwa realitas dunia kehidupan masing-
masing individu itu berbeda, dalam hal ini adalah respons-respons yang unik
dan spesifik yang dialami tiap individu termasuk interaksinya dengan orang
lain (Dharma, 2015). Penelitian ini mendeskripsikan pengalaman Mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalalami gangguan kulit wajah (acner
vulgaris) di stikes whs agar didapatkan makna dari pengalaman kehidupan
yang dialami oleh partisipan dan menjelaskan perspektif filosofi yang
mendasari fenomena tersebut. Ada empat tahapan dalam melaksanakan
penelitian dengan pendekatan fenomenologi, menurut (Polit,2017) yaitu
sebagai berikut :

1. Bracketing, yaitu proses mensupresi, mengurung, atau menyimpan


berbagai asumsi, pengetahuan, dan keyakinan yang dimiliki peneliti
tentang fenomena yang diteliti.
2. Intuiting, pada kegiatan ini peneliti secara utuh mengenali dan memahami
fenomena yang diteliti. Ketika melakukan intuiting, peneliti tidak
diperbolehkan memberi kecaman, evaluasi, opini, atau segala hal yang
membuat peneliti kehilangan konsentrasi terhadap data atau informasi
yang sedang diceritakan para partisipannya.
3. Analyzing, peneliti mengidentifikasi dan menganalisis data atau informasi
yang ditemukan. Kegiatan analisis ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu
proses koding, proses kategorisasi, proses tematik, dan menuliskan pola
hubungan antar tema tersebut kedalam narasi sementara untuk divalidasi
dan dikenali kepada para partisipan, kemudian menuliskannya kedalam
narasi akhir (hasil penelitian).
4. Describing merupakan kegiatan akhir dari pengumpulan dan analisis data.
Peneliti menuliskan deskripsi atau interpretasinya dalam bentuk hasil-hasil
temuan dan pembahasannya dari fenomena yang diteliti untuk
mengkomunikasikan hasil akhir penelitiannya kepada pembaca dengan
memberikan gambaran tertulis secara utuh dari fenomena yang diteliti.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Stikes WHS

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2019

C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki acne
vulgaris di stikes whs. Metode penelitian ini mengggunakan metode
purposive sampiling. Purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan
yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yaitu :

1. Mahasiswa yang mempunyai pengalaman terhadap kepercayaan diri yang


mengalalami gangguan kulit wajah (acner vulgaris). Karena mahasiswa
stikes whs ada yang mengalami stikes whs.
2. mahasiswa yang telah menyetujui sebagai partisipan di buktikan dengan
pengisian informed consent, sehingga partisipan tidak merasa terpaksa
selama mengikuti proses kegiatan penelitian.
Jumlah partisipan pada umumnya tidak ditentukan pada tahap usulan
penelitian karena partisipan yang diperlukan pada studi kualitatif disesuaikan
dengan tercapainya kelengkapan informasi atau data yang diperlukan atau
dengan kata lain telah tercapai kejenuhan (satured) pada data yang diperlukan
atau tidak didapatkan informasi baru (Djam’an Satori,2013)

D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti harus divalidasi
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya
akan langsung dilakukan di lapangan. Penelitian kualitatif sebagai human
instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih partisipan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
Analisa data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan sistem wawancara semi struktur
dengan 2 topik pertanyaan yang utama, (1) bagaimana pengalaman
pengalaman Mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalalami
gangguan kulit wajah (acner vulgaris). (2) Bagaimana menurut mahasiswa
dalam meningkatkan kepercayaan diri.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif difokuskan pada jenis data
dan prosedur untuk mengumpulkan data tersebut. Data yang dikumpulkan
pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam (in-
depth interview). Hasil pengumpulan data ini berupa transkip wawancara.

Adapun langkah-langkah dalam proses pengumpulan data yaitu :

(1) Menentukan pertanyaan yang akan dijawab dalam wawancara-wawancara


tersebut. Pertanyaan ini bersifat terbuka,umum, dan bertujuan untuk
memahami fenomena sentral dalam penelitian; (2) mengidentifikasi mereka
yang diwawancarai, yang dapat menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan
wawancara; (3) menentukan tipe wawancara yang praktis dan dapat
menghasilkan informasi yang paling berguna untuk menjawab pertanyaan,
dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara satu lawan satu; (4)
menggunakan prosedur perekaman yang memadai ketika melaksanakan
wawancara satu lawan satu atau wawancara: (5) merancang dan menggunakan
protokol wawancara, atau panduan wawancara; (6) menentukan lokasi
wawancara, jika memungkinkan carilah lokasi yang tenang dan bebas dari
gangguan; (7) memastikan persetujuan dari sang partisipan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan mengisi formulir persetujuan;
(8) selama wawancara, gunakanlah prosedur wawancara yang bak. Tetaplah
pada pertanyaan tersebut, selesaikan wawancara dalam waktu yang sudah
ditentukan, bersikap sopan, dan menghargai, dan menyampaikan sedikit
pertanyaan dan saran.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data wawancara. Wawancara merupakan metode yang paling
sering digunakan pada penelitian kualitatif. Pendekatan studi fenomenologi,
proses pengumpulan informasinya melibatkan terutama wawancara yang
mendalam atau in- depth interview yaitu proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan partisipan atau orang yang diwawancarai, dengan
menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan
partisipan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara
dalam penelitian ini untuk menggali pengalaman pengalaman Mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalalami gangguan kulit wajah (acner
vulgaris). Selama proses wawancara dilaksanakan, setiap partisipan
membutuhkan waktu rata-rata 35 menit.

Alat penunjang kegiatan penelitian ini, peneliti juga menggunakan tape


recorder IC Recorder Qiuck Start Guide ICD-PX240 Merk SONY, karena alat
ini dapat dikalibrasi untuk memastikan bahwa hasil yang didapatkan akurat
dan konsisten.

F. Prosedur Pengumpulan Data


1. Tahap Persiapan
Setelah peneliti mendapatkan izin penelitian dari lahan penelitian,
peneliti mempersiapkan flayer untuk calon partisipan yang dibuat sebaik
mungkin agar menarik, sehingga calon partisipan tertarik secara mandiri
untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan diharapkan
dengan cara seperti ini partisipan dapat memberikan informasi dengan
terbuka dan tidak ada unsur keterpaksaan sebagai partisipan dalam
kegiatan penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan proses wawancara mendalam
dengan memulai tiga fase, yaitu : fase orientasi, fase kerja, dan fase
terminasi. Fase orientasi, penelitian mulai dengan menanyakan kesiapan
partisipan dan setelah itu pasrtisipan mengisi lembar informed consent
atau surat persetujuan menjadi partisipan, menciptakan suasana yang
nyaman dan peneliti menyiapkan tape recorder. Fase kerja merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan pertanyaan semi struktur dan
dalam bentuk pertanyaan terbuka. Wawancara dengan pertanyaan terbuka
memberikan kebebasan dan keleluasaan yang lebih besar dalam menjawab
dibandingkan jenis wawancara lain (Speziale, 2011). Peneliti
menggunakan pedoman wawancara untuk memandu peneliti dalam
mengajukan pertanyaan. Dilakukan setiap partisipan rata-rata 35 menit.
Setiap selesai wawancara mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang
terjalin dalam penelitian yang telah dilakukan.

3. Tahap Terminasi
Tahap terminasi dilakukan dengan mengawali klarifikasi pertanyaan
yang kurang jelas kepada partisipan, kemudian melakukan validasi pada
seluruh item pertanyaan wawancara yang telah dijawab, memberikan
kesempatan pada partispan untuk menyampaikan hal yang ingin
disampaikan sebelum wawancara ditutup dan di akhiri. Mengucapkan
terma kasih atas kerja sama dan partisipasinya telah menjadi partisipan
dalam penelitian ini.

G. Analisa Data
Tahapan proses analisis data kualitatif terhadap beberapa model analisis.
Salah satunya menggunakan model Colaizzi. Alasan pemilihan meyode
analisa ini didasarkan pada kesesuiam dengan filosofi Hussert, yaitu suatu
penampakan fenomena partisipan realitas itu sendiri yang tampak
(M.Sofiyudin Dahlan,2016). Fenomena penelitian ini tentang pengalaman
pengalaman Mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalalami
gangguan kulit wajah (acner vulgaris) di stikes whs. Langkah langkah analisa
data kualitatif dari Colaizzi, (1978) adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Peneliti mencoba memahami


fenomena gambaran konsep penelitiannya dengan cara memperkaya
informasi melalui studi literature.
2. Mengumpulkan deskripsi fenomena melalui pendapat atau pernyataan
dari partisipan. Dalam hal ini peneliti melalukan wawancara dan
menuliskannya dalam bentuk naskah transkip untuk dapat
mendeskripsikan gambaran konsep penelitian
3. Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah di sampaikan oleh semua
partisipan
4. Membaca kembali transkip hasil wawancara dan mengutip pernyataan-
pernyataan yang bermakna dari semua partisipan. Setelah mampu
memahami pengalaman partisipan, peneliti membaca kembali transkip
hasil wawancara, memilih pernyataan-pernyataan dalam naskah transkip
yang signifikan dan sesuai dengan tujuan penelitian untuk menemukan
unit signifikan dan sesuai dengan tujuan penelitian untuk menemukan unit
analisis yang mengandung pernyataan spesifik
5. Menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan
signifikan.peneliti membaca kembali unit analisis yang telah diidentifikasi
dan mencoba esensi atau makna dari koding untuk membentuk kategori
6. Mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan ke dalam
kelompok tema. Peneliti membaca seluruh kategori yang ada,
membandingkan dan mencari persamaan di antara kategori tersebut, dan
pada akhhirnya mengelompokkan ketegori-kategori yang serupa ke dalam
sub tema dan tema
7. Menuliskan deskripsi yang lengkap. Peneliti merangkai tema yang
ditemukan selama proses analisis data dan menuliskannya menjadi sebuah
deskripsi dalam bentuk penelitian.
8. Menemui partisipan untuk melakukan validasi deskripsi hasil analisis.
Peneliti kembali kepada partisipan dan membacakan kisi-kisi hasil analisi
tema. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah gambaran tema yang di
peroleh sebagai hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang dialami
partisipan.
9. Menggabungkan data hasil validasi ke dalam deskripsi hasil analisi.
Peneliti menganalisis kembalikan data yang di proleh selama melakukan
validasi kepada prtisipan, untuk di tambahkan ke dalam deskripsi akhir
yang mandalam pada laporan penelitian sehingga pembaca mampu
memahami pengalaman partisipan.
H. Keabsahan Data
Penelitian metode kualitatif verifikasi/konfirmasi data dilakukan kepada
partisipan merupakan salah satu cara untuk memvalidasi dan memperoleh
keabsahan data. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
credibility, transferability, dependability, confirmability.

1. Credibility merupakan berbagai aktifitas yang dapat meningkatkan


kepercayaan terhadap penemuan yang dicapai. Credibility hasil peneliti ini
dapat dicapai melalui upaya peneliti dalam mengklarifikasi hasil-hasil
temuan dari partisipan. Peneliti dalam penelitian ini melakukan dengan
cara merekam hasil wawancara dan mendengarkan secara berulang kali
hasil wawancara tersebut, hasil rekaman menjadi bukti keabsahan data
yang diteliti dan bukan merupakan hasil rekayasa peneliti. Penelitian juga
melakukan pendalaman kemampuan wawancara menggunakan 1-2
partisipan sebagai uji coba wawancara degan pembimbing.
2. Transferability merupakan cara membangun keteralihan untuk menilai
keabsahan data peneliti kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti
menguraikan secara rinci hasil temuan yang didapat dan kemudian di buat
penjelasan tentang hasil wawancara dalam bentuk naratif yang
menceritakan rekaman wawancara.
3. Dependability merupakan suatu kestabilan data atau proses penelitian dari
waktu ke waktu, untuk menjamin keabsahan hasil penelitian. Dalam hal ini
peneliti melakukan auditing (pemeriksaan) dengan melibatkan seseorang
yang kompeten dibidangnya. Pada penelitian ini peneliti merupakan
kegiatan auditing (pemeriksaan) dengan pembimbing penelitian.
4. Confirmability merupakan uji objektivitas dari hasil suatu penelitian.
Objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap
pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapat dikatakan bahwa
pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika di sepakati oleh
beberapa orang dapat dikatakan objektif. Jadi objektifitas-subjektifitasnya
suatu hal tergantung pada seseorang (Yati Afiyanti,2014)
I. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksaan
sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

1. Benefience
Prinnsip etika benefience merupakan standar etika yang
mengutamakan kesejahteraan bagi partisipan. Penelitian bertujuan untuk
memberikan manfaat bagi partisipan penelitian, dimana penjelasan
lengkap tentang manfaat dan tujuan penelitian untuk menggali pengalaman
Mahasiswa terhadap kepercayaan diri yang mengalalami gangguan kulit
wajah (acner vulgaris), harus dipaparkan sebelum penelitian dilakukan.
Selama penelitian subyek harus merasa nyaman dan bebas dari kerugian
fisik, psikologis, sosial, dan financial (harm and discomfort), misalnya
tidak memaksakan kehendak peneliti terkait dengan tempat dan waktu
wawancarayang akan dilakukan. Peneliti harus meminimalkan dampak
yang dapat merugikan subyek dalam penelitian (nomaleficence)
(Polit,2017).

Dalam penelitian ini, ketika peneliti melakukan bina hubungan saling


percaya (BHSP) peneliti menjelaskan kembali mengenai penelitian yang
akan dilakukan, bahwa peneliti ingin menggali pengalaman Mahasiswa
terhadap kepercayaan diri yang mengalalami gangguan kulit wajah (acner
vulgaris). Ketika partisipan melakukan kontrak waktu peneliti memberikan
kesempatan kepada partisipan untuk menentukan tempat dan waktu
dilakukannya wawancara, sekali lagi hal ini dilakukan untuk memberikan
rasa nyaman dan bebas dari kerugian fisik, psikologis, sosial, maupun
finansial.

2. Respect of Human Dignity


Prinsip etika respect for human dignity meliputi hak otonomi
(autonomy) seorang partisipan untuk menentukan sikap dan pilihan dalam
menyampaikan pendapat dan partisipasinya dalam penelitian. Peneliti
meminta kesediaan partisipan untuk ikut serta dalam penelitian dan mau
mengungkapkan seluruh fenomena yang dialaminya tanpa ada unsur
keterpaksaan. Persetujuan partisipan dalam penelitian ini dinyatakan
secara tertulis berupa informed consent, yaitu lembar yang menerangkan
dengan singkat proses pelaksanaan penelitian, lamanya keterlibatan
partisipan, dan hak partisipan dalam penelitian yang telah lebih dulu
diberikan pada partisipan sebelum penelitian dilakukan. Pada penelitian ini
bentuk respect for human dignity tergambar pada P1, partisipan tersebut
meminta ijin untuk mengakhiri wawancara lebih awal dari kontrak waktu
yang seharusnya karena partisipan ingin menjalankan ibadah sholat
maghrib dan mempersiapkan diri untuk bekerja shift malam. Selain P1,
pada P6 juga diberikan kesempatan untuk mengangkat telepon saat
wawancara sedang berlangsung kemudian kembali melanjutkan
wawancara sampai dengan selesai.

3. Justice
Dalam prinsip ini partisipan diperlukan sama, tanpa membedakan satu
dengan yang lainnya, baik strata sosial, etnis, budaya, suku dan agama.
Partisipan harus diperlakukan adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari proses penelitian.

4. Confidentiality
Dalam prinsip ini, peneliti harus menjamin kerahasiaan data dari
partisipan yang telah disampaikan dalam proses penelitian. Dalam
penelitian ini, data akan dimusnahkan sesuai kesepakatan dengan
partisipan. Kemudian bukti dokumentasi tidak akan menjadi konsumsi
publish.

Daftar Pustaka
1. Dian agustin dkk.2018. Gambaran harga diri,citra tubuh, dan ideal diri
remaja putri berjerawat
2. Dicky f. faragih dkk. 2016. Hubungan tingkat kepercayaan diri dan
jerawat (acne vulgaris) pada siswa-siswi kelas XII di SMA Negeri 1
Manado
3. Feggy Esterlita Irene Tampi dkk. 2016. Hubungan Tingkat Kepercayaan
Diri dengan Jerawat (Acne Vulgaris) pada Remaja Kelas X-XII IPA SMAN 9
Binsus Manado
4. Tanaka johanes. 2018. Pengaruh tingkat stress denngan tingkat
keparahan acne vulgaris pada siswa-siswi kelas III SMA sutomo 2
5. Sofia Latifah. 2016. Hubungan Stres dan Kebersihan wajah terhadap acne
Vulgaris di Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
6. Kathleen G Marheus. 2017. Hubungan kejadian acne vulgaris dengan
tingkat kepercayaan diri pada siswi SMAN 3 kupang
7. Elga Elfina Ompi dkk. 2017. Hubungan tingkat kepercayaan diri
dengan jerawat (acne Vulgaris) pada remaja di SMAN 7 manado
8. Sitepu. 2018. Hubungan pengetahuan dan perilaku mahasiswa FK
USU terhadap kejadian Acne Vulgaris

Anda mungkin juga menyukai