Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Home Care”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Home Care (Elektif)
Dosen pengampu : Ns. Nining Rusmianingsih S.Kep., M.Kep

Oleh:
DINI SUPANDI (CKR0190092)
S1 Keperawatan Reguler C (Semester 5)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (Stikes Kuningan)


Tahun Ajaran 2021
Jalan Lingkar Kadugede No. 02 Kuningan-Jawa Barat Telp.0232-875847 Fax.0232-875123
Email : info@stikeskuningan.ac.id Website : http://stikeskuningan.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Makalah yang
berjudul “Home Care” Tugas makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata
Kuliah Home Care (elektif).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Nining Rusmianingsih S.Kep.,
M.Kep. selaku dosen mata kuliah Home Care (elektip) atas bimbingan yang telah di berikan
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam menyelesaikan tugas makalah ini penulis sangat menyadari bahwa makalah ini
masih sangat terbatas dan masih banyak kekurangan dalam mengkaji teori tentang “Home
Care”untuk ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membacanya, terimakasih.

Kuningan, 24 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Home Care 3
B. Tujuan Home Care 3
C. Prinsip Home Care 3
D. Konsep Model Atau Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care 4
E. Bentuk-Bentuk Layanan Home Care 6
F. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care 8
G. Kebijakan dalam Home Care 9
H. Kepercayaan Dan Budaya Dalam Home Care 10
I. Pro dan Kontra Home Care 10
J. Standar Praktek Pelayanan Home Care 11
K. Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah (Home Care) 13
L. Standar Alat Home Care 13
M. Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan Home Care 14
BAB III PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi
lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan
terpaksa di rawat di rawat di rumah dan tudak di rawat inap di institusi pelayanan
kesehatan.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah di
antaranya :
 Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila di
rawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang
secara medis belum ada upaya yang dapat di lakukan untuk mencapai kesembuhan.
 Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus
penyakit degenerative yang memerlukan perawatan yang relative lama. Dengan
demikian berdampak makin meningkatnya kasus-kasus yang meemrlukan tindak
lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami
komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan
waktu yang relative lama.
 Banyak orang yang merasakan bahwa di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan
secara optimal karena terkait dengan aturan-aturan yang di tetapkan.
 Lingkungan di rumah ternyata di rasakan lebih nyaman bagi sebagian pasien
dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan (Depkes, 2002)
Perawatan kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam
sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini
sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of
Liverpool, England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di
rumah dengan memberikan pengobatan kepada pasien (masyarakat) yang mengalami
sakit terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi,
kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap
berbagai jenis penyakit infeksi yang umu ditemukan di masyarakat. Visi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk hidup sehat
dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai
program kesehatan telah di kembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.hasil
kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7% menyatakan perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah 87,3% mengatakan bahwa perlu
standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9% menyatakan pengelola
keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin oprasional. Selain Home Care, di
Indonesia juga di kenal pelayanan One Day Care atau pelayanan rawat sehari yang
merupakan perawatan dalam jangka waktu pendek (relative singkat), yaitu 1 hari atau

1
24 jam. Menurut penelitian hampir 70% rumah sakit Indonesia menerapkan sistem
one day care. Pelayanan One Day Care menghindarkan pasien dari terjadinya infeksi
nosocomial karena pasien tidak perlu di rawat lama di rumah sakit sehingga dapat
menekan biaya yang di keluarkan oleh pasien.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari home care ?


2. Apa tujuan dari home care ?
3. Apa prinsip dari home care?
4. Konsep model atau teori keperawatan yang mendukung home care?
5. Bagaimana bentuk-bentuk layanan home care ?
6. Bagaimana aspek legal dan perizinan home care ?
7. Bagaimana standar praktik pelayanan home care ?
8. Apa saja standar alat home care ?
9. Bagaimana pendekatan interdisiplin dalam pelayanan home care ?
10. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia ?
11. Bagaimana pro dan kontra home care di Indonesia ?
12. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care ?

C. Tujuan
Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih dan memahami mengenai
pelayanan kesehatan di rumah (home care)
D. Manfaat
Hasil dari makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat, baik di bidang
profesi agar dapat menerapkan tindakan keperawatan yang sesuai dalam home care.
Pada mahasiswa, untuk dapat menjadi sarana belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Pada masyarakat, agar lebih memahami mengenai pelayanan kesehatan
di rumah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Home Care
Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari tentang pelayanan kesehatan
yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk individu
dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara dan
memulihkan kesehatan atau meningkatkan kemandirian, akibat dari ketidakmampuan
dan penyakit terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian integral dari
pelayanan keperawatan, yang di lakukan oleh perawat untuk membantu individu,
keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat
kesehatan masyarakat dan keterampilan tekhnis yang terpilih dari pearawat spesialis
yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontology, perawat
psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medical
bedah.
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah
adalah pasien, keluarga, pembeeri pelayanan kesehatan yang di berikan secara
profesional (multidisiplin), di rencanakan, di koordinasikan bertujuan membantu
pasien kembali ketingkat kesehatan optinum dan mandiri yang di laksanakan di ruamh
berdasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Tujuan Home Care


1. Tujuan Umun
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
2. Tujuan Khusus
 Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosisal-spiritual)seacara mandiri
 Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
 Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

C. Prinsip Home Care


Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip dalam melakukan pelayanan home care.
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya :
1. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat.
2. Pelaksanaan Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter,
bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lain).
3. Mengumpilkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
4. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prefentif, kuratif, promotive dan
rehabilitative.

3
5. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen.
6. Memelihara dan menjamin hubungan baik di antara anggota tim.
7. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
8. Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di home care.

D. Konsep Model Atau Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care


Menurut hidayat (2004), model atau teori keperawatan yang mendukung home care
antara lain :
1. Teori lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik ekternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen
lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :
a. Udara bersih
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan atau pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik dari pada lingkungan
sosial dan psikologis yang di eksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.
Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannya bahwa jika
ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus di lakukan adalah
mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang dari pada mengkaji
fisik atau tubuhnya.
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rongers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, ronges berasumsi bahwa
manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia
dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang
lain dan manusia di ciptakan dengan karakteristik dan keunika tersendiri. Asumsi
tersebut di dasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian sistem ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy.
Menurut Rongers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan
dan menigkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta
merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik
keperawatan. Menurut Rongers, 1979 kerangka kerja praktik “manusia utuh”
meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan
menyelaraskan dengan lingkungan.
3. Teori transkultasi nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan
prinsip “care” dan pemahaman yang dalam mengenai “care” sehingga culture
care, nilai-nilai keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel
dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan
pada kultur tententu. Dia mryakini bahwa seorang perawat tidak dapat

4
memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang
biasa dan profesional) terhadap kesehatan dan kesejahteraan, sakit, atau pelayanan
saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini
saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik,
ekonomi dan kekeluargaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada care
dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
4. Theory of human caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang di perlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh, pandangan teori jean Watson ini memahami
bahwa manusia memilki empat cabang kebutuhan manusia yang saling
berhubungan di antaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup)
yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikolofikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan
kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
5. Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori orem dalam tatanan pelayanan keperawatan di tunjukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan orem
mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri ( Self Care)
a) Self Care merupakan aktifitas dan inisiatif dari individu serta di
laksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan kesehatan serta kesejahteraan.
b) Self Care Agency adalah suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat di pengaruhi oleh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan.
c) Theurapetic Self Care Demand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang di lakukan
dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
d) Self Care Requisites, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
di tujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam
upaya mempertahankan fungsi tubuh.
b. Self Care Defisit
Self care defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum
dimana segala perencanaan keperawatan di berikan pada saat perawatan di
butuhkan. Keperawatan di butuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau
terbatas adanya perkiran penurunan kemampuan dalam perawatan dan
tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, orem memiliki metode untuk proses tersebut di

5
antaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang
lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
mengembangkan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
6. Teori Dinamic dan self Determination For Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat
sakit yang di tetapkan oleh pasien. Untuk melakukan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care
defisit dapat di terapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan.

E. Bentuk-Bentuk Layanan Home Care


1. Berdasarkan fokus masalah kesehatan
Berdasarkan jenis masalah kesehatan yang di alami oleh pasien, pelayanan
keperawatan di rumah (home care) di bagi 3 kategori yaitu :
a. Layanan perawatan pasien sakit
Keperawatan pasien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling
banyak di laksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan
alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan mencegah tingkat
keparahan sehingga tidak perlu di rawat di rumah sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi
dan prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana
merawat bayinya setelah malahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang
anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentang
diet mereka
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mancakup pelayanan pada
penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit –penyakit kronis seperti
diabetes, stroke, hipertensi, masalah-masalah kejiwaan dan asuhan pada anak.
2. Berdasarkan institusi penyelenggara
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan home care antara
lain :
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung di
lakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus /keluarga resiko tinggi ( baik,
ibu, bayi, balita maupun lansia ) yang akan di laksanakan oleh tenaga
keperawatan puskesmas ( di gaji oleh pemerintah )pasien yang dilayani oleh
puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah . di Amerika hal ini
di lakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela
dan tidak memeungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi
keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya keselamatan
yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan
sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan.

6
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care dalam bentuk praktik
mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan
pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari pasien
maupun pembayaran melalui pihak ke 3 ( asuransi). Sebagaimana layaknya
layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi. “not for profit service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit
Merupakan perawatan lanjutan pada pasien yang telah di rawat di rumah
sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka di
lanjutkan di rumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang telah
di kemukakan dalam alasan Home Care (HC) di atas, adalah :
 Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan
untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post
partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan
bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi ,
mamndikan bayi merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum
di laksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.
 Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada pasien yang di
awat di rumah sakit .
 Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila di rawat di RS tentu memerlukan
biaya yang besar.
 Perlunya kesinambungan perawatan pasien dari rumah sakit ke rumah,
sehingga akan meningkatkan kepuasan pasien maupun perawat. Hasil
penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ.
Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukan bahwa konsumen RShS
cenderung menerima program HHC ( Hospital Home Care )dengan alasan
lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu biaya serta lebih
mempercepat tali kekeluargaan ( Suharyati, 1998).
3. Berdasrkan Pemberi Layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :
a. Tenaga Informal
Tenaga Informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan
layanan kepada pasien tanpa di bayar. Di perkirakan 75% lanjut usia di
Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)
b. Tenaga Formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua
aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat di tuntut
untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik itu harus
seorang Rn. Dengan demikian di harapkan perawat dapat memberikan layanan
sesuai dengan standard yang telah di tetapkan.

7
F. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care
Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home care apabila
telah memiliki lsensi dan surat izin praktik perawat (SIPP). Isu legal yang paling
kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain mencakup hal-hal berikut:
1. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur gengan teknik yang
tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
2. Aspek legal dari pendidikan yang di berikan pada pasien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang di lakukan oleh anggota keluarga
karena kesalahan informasi dari perawat.
3. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang
perawatan di rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk
perawatan di rumah, maka perawat yang memberi perawatan di rumah harus
menentukan apakah pelayanan akan di berikan jika ada resiko penggantian biaya
yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa
berlakunya sedangkan pasien membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi
tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
a. Aspek etik dalam home care
1. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat menjaga hak pasien
terhadap privasi dengan bijaksana melindungi informasi yang bersifat rahasia.
2. Kode etik keperawatan Indonesia (PPNI, 2000) yaitu perawat wajib merahasikan
segala sesuatu yang di ketahui sehubungan dengan tugas yang di percayakan
kepadanya kecuali jika di perlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum
yang berlaku (Muhamad Mu’in, 2015).
Di dalam praktik harus memperhatikan dimensi politi, etika dan isu-isu seperti
akses ke layanan atau lokasi sumber daya, menajement kasus menjadi semakin
pragmatis, serta berbagai tanggapan dari masyarakat taerhadap praktik mandiri
(Kristin Bjornsdottir, 2009).
b. Perizinan home care
Fungsi hukum dalam praktik perawat yaitu memberikan kerangka untuk
menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai denga hukum, membedakan
tanggung jawab perawat dengan profesi lain, membantu menentukan batas-batas
kewenangan tindakan keperawatan mandiri, membantu mempertahankan standar
praktik keperawatan dengan meletakan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah
hukum.
Ada 10 Landasan Hukum di antaranya :
1. UU Kes. No. 23 tahun tentang kesehatan.
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan perkesmas
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat.
9. Pp No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayanan medik swasta.
Perizinan home care diatur dalam Kep. Menkes no 148 tahun 210 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat. Dan permensek 17/2013. Perizinan diatur SSI

8
peraturan yang di tetapkan pemerintah pusat maupun daerah (Fatchulloh, 2015).
Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumah dan
praktik yang dilaksanakan oleh tenaga profesional diatur sesuai dengan peraturan
yang di tetepkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah .
 Ada 7 persyaratan perizinan diantaranya :
1. Berbadan hukum yang di tetapkan di badan kesehatan akte notaris tentang
yayasan di badan kesehatan.
2. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada Dinas
Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan :
a. Rekomendasi dari organisasi profesi
b. Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Izin lingkungan
e. Izin usaha
f. Persyaratan tata ruangan bangunan meliputi ruang di rektur, ruang manjemen
pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana komunikasi, dan sarana
transportasi.
g. Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan sertifikasi
pelayanan kesehatan rumah.
3. Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
4. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada saran pelayanan
kesehatan, praktik perorangan atau berkelompok
5. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
6. Perawat yang praktik perorangan atau berkelompok harus memiliki SIPP.
7. Mendapatkan rekomendasi dari PPNI
G. Kebijakan dalam Home Care
1. Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pealayanan berkewajiban memenuhi standar praktik.
2. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
baik di selenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang atau pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan. Pelayanan
dalam keadaan darurat ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak di
perbolehkan memasang papan praktek.
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk
kunjungan rumah. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk
kunjungan rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan
(Galuh Forestry Mentari, 2012).

9
H. Kepercayaan Dan Budaya Dalam Home Care
Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melaukan komunikasi secara
alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang sesungguhnya. Hal ini terkait
dengan sistem nilai dan kepercayaan yang mendasari interaksi dalam pola asuh
keluarga. Praktik mempertahankan kesehatan atau menyembuhkan anggota keluarga
dari gangguan kesehatan dapat di dasarkan pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang bener pada diri perawat mengenai budaya pasien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock
maupun culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba
mempelajari atau beradaptasi seacara aktif dengan kelompok budaya tertentu (pasien)
sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik
secara diam-diam maupun terang–terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan atau perilaku yang di milikinya pada individu, keluarga,
atau kelompok dari budaya karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi
dari pada budaya kelompok lain (Galuh Forestry Mentari, 2012).
I. Pro dan Kontra Home Care
Pada saat pasien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem pelayanan
keperawatan di rumah (home care nursing), maka pasien dan keluarga berharap
mendapatkan sesuatu yang tidak dapat di dapatkannya dari pelayaanan keperawatan di
rumah sakit. Adapun pasien dan keluarga memutuskan untuk tidak menggunakan
sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home care
bukan pilihan yang tepat. Di bawah ini terdapat tentang pro dan kontra home care,
yaitu :
Pro home care berpendapat :
1. Home care memberikan perasaan aman karena berada di lingkungan yang dikenal
oleh pasien dan keluarga,sedangkan bila di rumah sakit pasien akan merasa asing
dan perlu adaptasi.
2. Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat di berikan secara
focus pada satu pasien, sedangkan di rumah sakit perawatan terbagi pada beberapa
pasien.
3. Home care meberikan keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi pasien,
dimana pelayanan keperawatan dapat di berikan secara komprehensif
( biopsikososiospiritual).
4. Home care menjaga privacy pasien dan keluarga, dimana semua tindakan yang di
berikan hanya keluarga da tim kesehatan yang tahu.
5. Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relative lebih
rendah dari pada biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
6. Home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam
memonitor kebiasaan pasien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana
berguna memahami perubahan pola dan perawatan pasien.
7. Home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga dapat
sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan pasien.
8. Home care memberikan pelayanan yang lebih efisien di bandingkan dengan
pelayanan di rumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat di berikan
pelayanan sekaligus dalam home care.

10
9. Pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan yang
di berikan, perawat dapat memberi penguatan atau perbaikan dalam pelaksanaan
perawatan yang di lakukan keluarga.
 Kontra home care berpendapat :
1. Home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan agency
yang belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti :
a. Dokter spesialis.
b. Petugas laboratorium.
c. Petugas ahli gizi.
d. Petugas fisioterafi.
e. Psikolog dan lain-lain.
2. Home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika di bandingkan dengan
menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
3. Pasien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk mencapai
unit-unit yang terdapat di rumah sakit, misalnya :
a. Unit diagnostik rontgen.
b. Unit diagnostik CT scan.
c. Unit diagnostik MRI.
d. Laboratorium dan lain-lain.
4. Pelayanan home care tidak dapat di berikan pada pasien dengan tingkat
ketergantungan total, contohnya pasien dengan koma.
5. Tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan, dimana
keluarga merasa bahwa semua kebutuhan pasien sudah dapat terlayani dengan
adanya home care.
6. Pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency, contohnya :
a. Fasilitas resusitasi
b. Fasilitas defiblilator
7. Jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat
ketergantungan pasien dan keluarga pada perawat.
J. Standar Praktek Pelayanan Home Care
Standar praktek merupakan salah satu perangkat yang di perlukan oleh setiap
tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan minimal
bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman
efektif dan etis. Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang di kembangkan oleh
Amerika Nurse Association (1986) yang memperlihatkan hubungan proses
keperawatan dengan standar praktik.
1. Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah di rencanakan diorganisir langsung oleh perawat
profesional tingkat master yang telah di persiapkan untuk memberi pelayanan
kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara organisasi maupun di
organisasi komunitas. Pimpinan perawat dan perawat pelaksana bekerja bersama-
sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi, filosofi, dan tujuan agen
yang akan memutuskan jenis pelayan yang di butuhkan pasien dan keluarganya di
lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan metoda evaluasi

11
terhadap program dan personal di tetapkan. Penetapan cara memantau program
kendali untuk memperbaiki dan meningkat pelayanan yang di berikan.
2. Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk pengkajian,
intervensi, dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari keperawatan,
kesehatan masyarakat, fisik, sosial dan ilmu prilaku. Perawatan pelayanan
kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji pasien dan keluarga pada
saat kunjungan teratur berikutnya. Informasi yang di pilih dari pasien dan keluarga
di tetapkan menjadi data dasr yang terdiri dari data objektif dan subjektif.
3. Standar V (Perencanaan)
Rencana keperawatan di kembangkan menjadi tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsur-unsur promosi dan pemeliharaan
kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.
4. Standar VI (Pelaksanaan atau Intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase sebelum, selama dan sesudah
kunjungan rumah, bertanggung pada keperluan perawat pelayanan kesehatan
rumah bertanggung jawab membantu pasien kembali ketingkat fungsi optimal dan
kesehatannya dan menjamin pasien dan keluarga terlibat. Dan partisipasi dalam
pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan , pengawasan terhadap obat-obat dan diet
dan evaluasi terhadap pengaturan pasien dengan diabetes.
5. Standar VII (evaluasi)
Secara berasam-sama pasien, jeluarga dan perawat pelayanan kesehatan rumah
melakukan penilaian terhadap status pasien dan kemajuan yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang telah di tetapkan. Karena pada kunjungan rumah yang
pertama perawat telah menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang harus di capai.
6. Standar VIII (Keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawabuntuk menyediakan suatu transisi secara bertahap
bagi pasien dan keluarga, dari rumah sakit ke rumah. Hal ini di lakukan melalui
koordinasi dengan sumber daya lain yang ada di masyarakat sesuai dengan
kebutuhan pasien.
7. Standar IX (Kerja sam antar di siplin)
Kerja sama antar di siplin pada area pelayanan kesehatan rumah cukup penting
karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan kesehatan rumah agar
kerja tim antar disiplin ini sukses maka mereka harus bersama-sama
merencanakan dan melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang di berikan.
8. Standar X ( Pengembangan Profesional)
Perawat kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil bagian)
dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi terhadap kelompok,
evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari tim kesehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk meningkatkan
pendidikan formal maupun kegiatan lainnya. Pengembangan professional dalah
suatu area penting karena pelayanan kesehatan rumah sedang berkembang dengan
pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah sosial dan
kebutuhan pelayanan kesehatan dirumah.

12
9. Standar XI (Riset)
Perawat pelayanan kesehatan rumah berpartisipasi dalam berbagai kesempatan
dalam melakukan riset, walau belum pernah mempunyai pengalaman riset
keperawatan terutama dalam riset keperawatan komunitas, namun jika sumber
daya dan faktor pendukung dalam penelitian tersebut mamadai, perawat kesehatan
rumah dapat di libatkan.
10. Standar XII (Etika)
Kode etik yang di susun oleh American Nurses Assosiasion bagi perawat
membuat pertimbangan etis dalam hal bertindak sebagai advokat klien, melakukan
promosi kesehatan, memberikan informed consent dan melakukan kontrak
pertama untuk melihat sumber daya yang ada dimasyarakat. Dilema dan konflik
diselesaikan melalui suatu mekanisme yang di rancang dan disepakati. Untuk
mencapai tujuan tersebut perawat bertanggung jawab untuk membina hubungan
saling percaya dengan keluarga dalam meyakinkan bahwa rumah adalah tempat
yang sesuai untuk pemberian pelayanan kesehatan.
K. Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah (Home Care)
1. Manajer kasus yaitu mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan, dengan
fungsi :
- Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga
- Menyususn rencana pelayanan
- Mengkoordinir aktifitas tim
- Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana yaitu memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan
fungsi :
- Melakukan pengkajian komprehensif
- Menyusun rencana keperawatan
- Melakukan tindakan keperawatan
- Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
- Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif
- Melibatkan keluarga dalam pelayanan
- Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
- Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
- Mendikumentasikan asuhan keperawatan
L. Standar Alat Home Care
1. Alat kesehatan
a) Tas/kit
b) Pemeriksaan fisik
c) Set perawatan luka
d) Set emergency
e) Set pemasangan selang lambung
f) Set huknah
g) Set memandikan
h) Set pengambilan preparat
i) Set pemeriksaan lab. Sederhana
j) Set infus atau injeksi
k) Sterilisator
l) Pot atau urinal

13
m) Tiang infus
n) Tempat tidur khusus orang sakit
o) Pengisap lendir
p) Perlengkapan oxygen
q) Kursi roda
r) Tongkat atau tripot
s) Perlak atau aalat tenun
2. Alat habis pakai
a) Obat emergency
b) Perawatan luka
c) Suntik atau pengambilan darah
d) Set infus
e) NGT dengan berbagai ukuran
f) Huknah
g) Kateter
h) Sarung tangan, masker
3. Saran lain
a) Alat dan media pendidikan kesehatan
b) Ruangan beserta perlengkapannya
c) Kendaraan
d) Alat komunikasi
e) Dokumentasi
M. Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan Home Care
Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan rumah. Tanpa
kerja sama yang efektif tidak akan terjadi pelayanan yang berkesinambungan,
sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian pada pasien dan keluarga.
Proses kolaborasi dimulai dari rumah sakit dengan rencana pulang, perawat di rumah
sakit yang mengidentifikasi akan kebutuhan pasien untuk pelayanan kesehatan rumah
yang merencanakan bersama dengan dokter untuk membuat program di rumah nanti.
Peran dan fungsi profesi antar disiplin bergantung beberapa faktor, faktor tersebut
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan karakteristik masing-masing
anggota tim harus kompeten sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di bidang
mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan rumah adalah
dokter, perawat, apoteker, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara, ahli gizi, pekerja sosial
dan home health aide (pembantu kesehatan rumah).
1. Dokter
Pemberian home care harus berada di bawah perawatan dokter. Dokter harus
sudah menyetujui rencana perawatan sebelum perawatan di berikan kepada
pasien. Rencana perawatan meliputi diagnosa, status mental tipe pelayanan dan
peralatan yang di butuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, kemungkinan untuk
rehabilitasi, pembatasan fungsional yang di perolehkan kebutuhan nutrisi,
pengobatan dan perawatan.
2. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung dan tidak
langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan, semua yang
membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face. Aktivitas yang termasuk

14
dalam direct care mencakup pemeriksaan fisik, perawatan luka,injeksi,
pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct care juga
mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana
menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care terjadi ketika pasien tidak
perlu mengadakan kontak personal denagn perawat. Tipe perawatan ini terlihat
saat home care berperan sebagai konsultan untuk personil kesehatan yang lain
atau bahkan pada penyedia perawatan di rumah sakit.
3. Apoteker
Program Home Health Care atau yang di kenal dengan Homecare banyak di
lakukan oleh apoteker guna memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien.
Program Homecare adalah suatu bentuk pelayanan yang di lakukan oleh apoteker
dengan cara memberikan pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi kepada
pasien langsung kerumah pasien, memonitoring terapi penggunaan obat sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan kepatuhan penggunaan obatnya.
4. Ahli fisioterapi
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan penyembuhan pada
pasien di rumah. Perawatan yang di berikan meliputi perawatan langsung dan
tidak langsung. Perawatan langsung di antaranya penguatan otot, pemulihan
mobilitas, mengontrol spastisifas, latihan berjalan, dan mengajarkan latihan gerak
pasif dan aktif. Perawatan tidak langsung meliputi konsultasi dengan petugas
home care lain dan berkontribusi dalam konferensi perawatan pasien.
5. Ahli gizi
Peran ahli gizi dalam home care antara lain :
1. melakukan pengkajian kebutuhan nutrisi
2. menetapkan masalah nutrisi
3. menyusun rencana pemecahan masalah nutrisi
4. memberikan bantuan tehnis tentang kebutuhan nutrisi
5. membimbing atau konseling pada pasien dan semua anggota keluarga dalam
masalah nutrisi melakukan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan.
6. Ahli terapi wicara
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien mengembangkan
dan memelihara kemampuan berbicara dan berbahasa. Speech pathologist juga
bertugas memberi konsultasi kepada keluarga agar dapat berkomunikasi dengan
pasien, serta mengatasi masalah gangguan menelan dan makan yang di alami
pasien.
7. Pekerja social
Pekerja sosial membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan
faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan
mereka.
8. Pembantu kesehatan rumah
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien mencapai level
kemandirian dengan cara smentara waktu memberikan personal hygiene. Tugas
tambahan meliputi pencahayaan rumah dan keterampilan rumah tangga lain
(Bukti, 2008).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Home care adalah pelayanan kesehatan yang holistic dengan mempertimbangkan
aspek bio, psiko, sosial, spiritual, dan ekonomi secara komprehensip dengan
mengutamakan kepentingan dan kepuasan pasien yang di laksanakan secara efektif
dan efisen. Ada beberapa bentuk pelayanan home care di masyarakat sehingga home
dapat menjadi upaya terbaik bagi pasien-pasien penyakit kronik atau terminal untuk
meningkatkan dan mempertahankan kemampuan optimal.
Dalam pelaksanaan home care ada beberapa aspek yang harus di perhatikan
seperti aspek legal dan etik dalam home care, perizinan pendirian home care,
kebijakan dalam home care, dan kepercayaan dan budaya dalam home care. Hal ini di
lakukan untuk menghindari adanya saling menyalahkan dalam home care sehingga
tidak ada pihak yang saling merugikan. Sehingga pasien juga mendapatkan perawatan
yang baik serta perawat juga mengerti dan memahami peraturan-peraturan yang ada
dan langkah-langkah dalam menjalankan home care. Hal tersebut juga dapat menekan
terjadinya pro dan kontra home care di masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, perawat harus mengerti standar pelayanan dan peran
serta fungsi perawat dalam home care sehingga perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan etis kepada pasien.
Dalam home care juga di perlukan team kesehatan yang solid untuk memberikan
pelayanan yang konprehensif dan paripurna kepada pasien sehingga peningkatan
kualitas hidup pasien dapat tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca
khususnya kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan pemahamannya darah guna
terwujudnya pelaksanaan proses belajar yang baik. Kami menyadari makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada
pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap
pembahasan yang akan datang.

DAFTAR FUSTAKA

16
Potter dan Ferry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol.1.Jakarta:EGC
Zang & Bailey. 2004. Manual Keperawatan Di Rumah (Home Care Manual). Jakarta : EGC.
Hastings Diana. 2006. Pedoman Keperawatan Di Rumah. Jakarta : EGC.
Carr & Johnson. 2005. Prosedur Perawatan Di Rumah. Jakarta : EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai