Anda di halaman 1dari 34

Mata Kuliah : Home Care Nursing For Wound

Dosen Pengampu : Irfan Wabula, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

MAKALAH
KONSEP HOME CARE PADA PELAYANAN KEPERAWATAN

OLEH
SASMITA
4201017027

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES ) IST BUTON
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Baubau, 22 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................2


DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................5
C. Tujuan .........................................................................................................6
D. Manfaat .......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAAN ...............................................................................7
A. Defenisi, Tujuan, Prinsip dan Fungsu Home Care ......................................7
B. Sejarah Perkembangan Home Care..............................................................9
C. Bentuk – Bentuk Layanan Home Care .......................................................12
D. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care ....................................................16
E. Kebijakan dalam Home Care ......................................................................19
F. Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care ..............................................20
G. Pro dan Kontra Home Care .........................................................................21
H. Standar Praktik Pelayanan Home Care .......................................................23
I. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah ( Home Care ) .....................26
J. Standar Alat Home Care .............................................................................26
K. Pendekatan Interdisiplin dalam Pelayanan Home Care ..............................27
L. Perencanan Institusi Home Care Swasta......................................................30
BAB III PENUTUP ..........................................................................................32
A. Kesimpulan .................................................................................................32
B. Saran ............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat
dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat
jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena
berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di
institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan
perawatan kesehatan di rumah adalah:
1. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien
lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien
kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat
dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang
relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya
kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah.
Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan
dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu
relatif lama.
3. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat
menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-
aturan yang ditetapkan,
4. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian
pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat
mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep
baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek
keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang

4
pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool, England dan juga Florence
Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan
pengobatan kepada pasien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama
terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi,
kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi
terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan  di
masyarakat.
Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna
mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah
dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan
perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan
bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 %
menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan ijin
oprasional.
Selain Home Care, di Indonesia juga di kenal pelayanan One Day Care
atau pelayanan rawat sehari yang merupakan perawatan dalam jangka waktu
pendek (relatif singkat), yaitu 1 hari atau 24 jam. Menurut penelitian hampir
70% rumah sakit Indonesia menerapkan sistem one day care. Pelayanan One
Day Care menghindarkan pasien dari terjadinya infeksi nosokomial karena
pasien tidak perlu di rawat lama di rumah sakit sehingga dapat menekan
biaya yang dikeluarkan oleh pasien.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya antara lain :
1. Apa defenisi, tujuan, prinsip dan fungsi dari home care?
2. Bagaimana sejarah perkembangan home care?
3. Bagaimana bentuk – bentuk layanan home care?
4. Bagaiamana aspek legal dan perizinan home care?
5. Bagaimana standar praktik pelayanan homecare?
6. Apa saja standar alat home care?

5
7. Bagaimana pendekatan interdisiplin dalam pelayanan home care?
8. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia?
9. Bagaimana pro dan kontra home care di Indonesia?
10. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care?
11. Bagaimana perencanan institusi home care swasta?
C. Tujuan
Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih dan memahami mengenai
pelayanan kesehatan di rumah ( home care )
D. Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
dibidang profesi agar dapat menerapkan tindakan keperawatan yang sesuai
dalam home care. Pada mahasiswa, untuk dapat menjadi sarana belajar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pada masyarakat, agar lebih
memahami mengenai pelayanan kesehatan di rumah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Home Care, Tujuan dan Prinsip Home Care


1. Definisi
Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang
pelayanan kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat
pelayanan kesehatan untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal
mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau memulihkan
kesehatan atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari
ketidakmampuan dan penyakit terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan
bagian integral dari pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu  individu, keluarga, dan masyarakat mencapai
kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka
hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah
perpaduan perawat kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang
terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat
komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu
dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal – bedah.
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan
kesehatan rumah adala pasien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan
yang diberikan secara profesional (multidisiplin), direncanakan,
dikoordinasikan bertujuan membantu pasien kembali ketingkat
kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah
beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan
keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

7
2. Tujuan Home Care
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
b. Tujuan Khusus
1) Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara
mandiri
2) Meningkatan kemandirian keluarga dalam pemeliharan
kesehatan
3) Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan
dirumah
3. Prinsip Home Care
Agar  pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka
perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam melakuakan pelayanan home
care.
Prinsip – prinsip tersebut diantaranya : 
a. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
b. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang
ada (dokter, bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan
tenaga profesi yang lain).
c. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
d. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif,
promotif dan rehabilitaif.
e. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen.
f. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
g. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
h. Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di
home care.

8
4. Fungsi Home Care
a. Bagi klien dan keluarga
1) Program home care dapat meringankan beban biaya rawat inap
yang makin mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi
pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
2) Mempererat ikatan keluarga, karena selalu berdekatan pada
saat anggota keluarga ada yang sakit
3) Mersa lebih nyaman karena di rumah sendiri
b. Bagi perawat
1) Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak januh
dengan lingkungan yang tetap sama
2) Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik,
sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengaan
situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja
perawat akan meningkat
B. Sejarah Perkembangan Home Care

Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan komunitas yang


berkembang paling pesat. Antara tahun 1988-1992, jumlah perawat yang
melakukan perawatan di rumah meningkat menjadi 50%. Pada awalnya,
keperawatan komunitas dimulai dengan pelayanan yang diberikan bagi
orang-orang miskin di rumah mereka.

William Rathbone memulai program perawat yang berkunjung ke


rumah (visiting nurse) pada tahun 1859, setelah istrinya meninggal dan
dirawat oleh seorang perawat di rumahnya. Selanjutnya di akhir tahun
1800-an, Amerika Serikat mendirikan perkumpulan perawat yang datang
ke rumah karena tingginya imigrasi di Amerika yang menyebabkan
terjadinya penyakit-penyakit menular sampai dengan awal abad ke-19,
perawatan bagi orang sakit dan orang cacat di rumah-rumah mereka
menjadi bentuk tradisional dari pelayanan kesehatan bagi kebanyakan
orang (Spiegel, 1987).

9
Di tahun 1940-an, rumah sakit mulai menunjukkan keberhasilannya
pada perawatan di rumah karena meningkatnya jumlah orang yang sakit
kronis. Perkumpulan-perkumpulan visiting nurse semakin menjamur di
berbagai kota besar dan kecil, sampai akhirnya di awal tahun 1980-an
digunakan sistem Diagnostic – Related Groups (DRGs) untuk menurunkan
lama rawat inap dari seorang pasien. Pelayanan perawatan di rumah
selanjutnya dipandang bukan hanya sebagai cara yang terpilih untuk
memberikan perawatan pada klien, tetapi juga merupakan cara yang paling
murah.

Dalam kegiatan kongres ICN 13 July 2009 di Afrika Selatan dibahas


Sharing experience tentang Home Based Carre dan Primary Health care
dimasing masing negara. Permasalahan dinegara berkembang hampir sama
yaitu communicable disease dan kurangnya sumber daya baik tenaga
perawat maupun fasilitas, termasuk teknologi serta pentingnya kompetensi
perawat dalam melaksanakan Home Based care dengan aspek legal yang
kuat dalam praktek.
1. Luar Negeri
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai
sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita
penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada
saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun
pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat
lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara
professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat
terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses,
melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan
masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan
keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993).

10
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan
Home Careterus meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan
hanya diberikan oleh organisasi perawat pengunjung rumah (VNA =
Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang
layanan yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang
berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring
dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care
(dapat dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan
spesialisasi di berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya
Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari
Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)

Di UK, Home Care berkembang secara professional selama


pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District
Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang
merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai
melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk merawat
orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut
(Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000).
Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan
peran District Nurse (DN) adalah :

a. Merawat orang saskit dirumah, sampai klien mampu mandiri

b. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan


nyaman dan damai
c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan
keluarga, agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah
berlalu.
2. Didalam Negeri
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan
merupakan hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang

11
dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga
keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat
dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana RS Budi
Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di
Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan
program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam
layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan
melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian
diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior
(kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun
siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak
lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi
ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti
seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan
organisasi pendidikan dengan pelayanan.
C. Bentuk – Bentuk Layanan Home Care
1. Berdasarkan fokus masalah kesehatan
Berdasarkan jenis  masalah kesehatan yang dialami oleh pasien,
pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori
yaitu:
a. Layanan perawatan pasien sakit
Keperawatan pasien yang sakit di rumah merupakan jenis yang
paling banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah
sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang
sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
kesehatannya dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu
di rawat di rumah sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya
pada promosi dan prevensi. Pelayanannya mencakup

12
mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah
melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak,
mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentag
diet mereka.
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan
pada penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-
penyakit kronis seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-
masalah kejiwaan dan asuhan pada anak. 
2. Berdasarkan institusi penyelenggara
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home
Care (HC), antara lain :
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama
berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia)
yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji
oleh pemerintah). Pasien yang dilayani oleh puskesmas biasanya
adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan
oleh Visiting Nurse (VN)
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC)
dengan sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan
oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya
dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan
kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai
wujud pangabdian kepadan Tuhan.
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam
bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa

13
baik secara langsung dari pasien maupun pembayaran melalui
pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan
swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada pasien yang telah
dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis
program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home
Care (HC) diatas, adalah :
1) Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat,
sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan
sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya
dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana
cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi,
memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post
partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga
kemandirian ibu masih kurang.
2) Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi
pada pasien yang dirawat dirumah sakit.
3) Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS
tentu memerlukan biaya yang besar
4) Perlunya kesinambungan perawatan pasien dari rumah sakit
ke rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan pasien
maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen
keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di
RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS
cenderung menerima program HHC (Hospital Home
Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan,
menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998)
3. Berdasarkan populasi, jenis, dan pemberi layanan

14
a. Populasi layanan
Populasi layanan home care (HC) di Amerika didominasi oleh
wanita (66,8%). Meskipun program home carediperuntukan oleh
semua umur, tetapi ,ayoritas klien berusi 65 tahun atau lebih
(Allender & Spradley, 2001).
Pengalaman Home Healht Care (HHC) oleh Suhardi staf
dosen keperawatan komunitas PSIK Univ Pajajaran Bandung di RS
Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak 1995) juga menunjukan
kondisi yang sama, dimana pada triwulan I pada tahun 2002 klien
wanita lebih banyak dari pada pris dan kelompok usi lanjut juga
mendominasi layanan HHC di RS Al-Islam Bandung (Maya H,
2002).
b. Jenis layanan
Mengingat HC dalam keperawatan merupakan spesialisasi dari
keperawatan komunitas (Blakie,1998), maka jenis layanan yang
diberikan meliputi layanan keperawatan (diagnose dan perlakukan
trhadap respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan baik
potensial maupun actual dalam memenuhi kebutuhan dasarnya) dan
layanan kesehatan masyarakat (prevensi primer, sekunder dan
tersier).
Di Amerika jenis kasus yang dirawat dirumah menurut
Allender & Spradley, 2001 adalah :
1) Penyakit jantung
2) Penyakit/gangguan musculoskeletal dan gangguan jaringan
ikat
3) Penyaki DM
4) Luka
5) Keracunan

15
Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS Al-Islam
Bandung dalam triwulan I tahun 2002 (Maya H, 2002). Adalah:
1) Pasca stroke
2) Pasca bedah
3) DM
4) Kasus terminal
c. Pemberi layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis
tenaga, yaitu :
1) Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman
yang memberikan layanan kepada pasien tanpa dibayar.
Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis
tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)
2) Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja
bersama keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan,
sehingga harus memperhatikan semua aspek kehidupan
keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut
untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan
klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian diharapkan
perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard
yang telah ditetapkan.
D. Aspek Legal dan Etik dalam Home Care
Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home care
apabila telah memiliki lisensi dan surat ijin praktik perawat ( SIPP). Isu
legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara
lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik
yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui
IV di rumah.

16
 Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada pasien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota
keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
 Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya
tentang perawatan di rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan
terbatas untuk perawatan di rumah, maka perawat yang memberi
perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan
diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat.
Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa berlakunya
sedangkan pasien membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi
tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
1. Aspek etik dalam home care
a. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat
menjaga hak pasien terhadap privasi dengan bijaksana melindungi
informasi yang bersifat rahasia.
b. Kode etik keperawatan indonesia ( PPNI, 2000) yaitu perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanyakecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai ketentuan hokum yang berlaku (Muhamad Mu’in,
2015).
Didalam praktik harus memperhatikan dimensi politi, etika dan
isu-isu seperti akses ke layanan atau alokasi sumber daya,
menajement kasus menjadi semakin pragmatis, serta berbagai
tanggapan dari masyarakat terhadap praktik mandiri (Kristin
Bjornsdottir, 2009).
2. Perizinan home care
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat :
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.

17
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum :
a. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah
c. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
d. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik
perawat
f. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas
g. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas
h. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsonal perawat.
i. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
j. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

Perizinan home care diatur dalam Kep. Menkes no 148 tahun 210
tentang izin dan penyelenggaraan parktik perawat.dan permenkes 17/
2013. Perizinan diatur SSI peraturan yang ditetapkan pemerintah pusat
maupun daerah (Fatchulloh, 2015). Perizinan yang menyangkut
operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumah dan praktik yang
dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non profesional diatur sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
a. Persyaratan perizinan

18
1) Berbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte
notaris tentang yayasan di badan kesehatan.
2) Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan
rumah kepada Dinas Kesehatan Kota setempat dengan
melampirkan:
a) Rekomendasi dari organisasi profesi
b) Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP
c) Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d) Izin lingkungan
e) Izin usaha
f) Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur,
ruang manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan,
sarana komunikasi, dan sarana transportasi
g) Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional
dan sertifikasi pelayanan kesehatan rumah.
3) Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
4) Perawat dapat melaksankan praktik keperwatan pada saran
pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau
berkelompok
5) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
6) Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP
7) Mendapatkan rekomendasi dari PPNI
E. Kebijakan dalam Home Care
1. Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan
yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam
memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standar praktek
2. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

19
3. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh
pemerintah maupun organisasi profesi.
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenanga. Pelayanan dalam keadaan darurat ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan
SIPP diruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek
perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktek.
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan
dalam bentuk kunjungan rumah. Perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah harus membawa perlengkapan
perawatan sesuai kebutuhan (Galuh Forestry Mentari, 2012).
F. Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care
Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan
komunikasi secara alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang
sesungguhnya. Hal ini terkait dengan sistem nilai dan kepercayaan yang
mendasari interaksi dalam pola asuh keluarga. Praktik mempertahankan
kesehatan atau menyembuhkan anggota keluarga dari gangguan kesehatan
dapat didasarkan pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya pasien,
baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara
efektif dengan kelompok budaya tertentu (pasien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam maupun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,

20
keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain (Galuh Forestry
Mentari, 2012).
G. Pro dan Kontra Home Care
Pada saat pasien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem
pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka pasien dan
keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkannya dari
pelayanan keperawatan dirumah sakit. Adapun pasien dan keluarga
memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada
pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home care bukan pilihan
yang tepat. Dibawah ini terdapat tentang pro dan kontra home care, yaitu :
Pro home care berpendapat :
1. Home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan
yang dikenal oleh pasien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit
pasien akan merasa asing dan perlu adaptasi.
2. Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat
diberikan secara focus pada satu pasien, sedangkan dirumah sakit
perawatan terbagi pada beberapa pasien.
3. Home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi
pasien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara
komprehensif (biopsikososiospiritual).
4. Home care menjaga privacy pasien dan keluarga, dimana semua
tindakan yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
5. Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif
lebih rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit.
6. Home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver
dalam memonitor kebiasaan pasien seperti makan, minum, dan pola
tidur dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan pasien.
7. Home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana
keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak
meninggalkan pasien.

21
8. Home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan
dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi
dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home care.
9. Pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan
kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau
perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.
Kontra home care berpendapat :
1. Home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan
agency yang belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti:
a. dokter spesialis.
b. Petugas laboratorium.
c. Petugas ahli gizi.
d. Petugas fisioterafi.
e. Psikolog dan lain-lain.
2. Home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan
dengan menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
3. Pasien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk
mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :
a. Unit diagnostik rontgen
b. Unit diagnostik CT scan.
c. Unit diagnostik MRI.
d. Laboratorium dan lain-lain.
4. Pelayanan home care tidak dapat diberikan pada pasien dengan tingkat
ketergantungan total, misalnya: pasien dengan koma.
5. Tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan
perawatan, dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan pasien
sudah dapat terlayani dengan adanya home care.
6. Pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency,
misalnya :
a. Fasilitas resusitasi
b. Fasilitas defibrilator

22
7. Jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat
ketergantungan pasien dan keluarga pada perawat.
H. Standar Praktik Pelayanan Home Care
Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh
setiap tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi
harapan minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan
keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan
kesehatan rumah yang dikembangkan oleh Amerikan Nurse
Association(1986) yang memperlihatkan hubungan proses keperawatan
dengan standar  praktik.
1. Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh
perawat profesional tingkat master  yanag telah dipersiapkan untuk
memberi pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik
secara organisasi maupun diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan
dan perawat pelaksana bekerja bersama-sama, untuk membuat rencana
dan program yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelayanan
komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi, filosofi, dan
tujuan agen yang akan memutuskan jenis pelayan yang dibutuhkan
pasien dan keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan
perorangan dan metoda evaluasi terhadap program dan personal
ditetapkan. Penetapan cara memantau program kendali mutu untuk
memperbaiki dan meningkat pelayanan yang diberikan.
2. Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk
pengkajian, intervensi, dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari
keperawatan, kesehatan masyarakat, fisik, sosial dan ilmu prilaku.
Perawatan pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk
mengkaji pasien dan kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali
dan kunjungan teratur berikutnya. Informasi ynga diprileh dari pasien

23
dan keluarga di  tetapkan menjadi data dasar yang terdiri dari data
objektif dan subjektif.
3. Standar  V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek
dan jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsur - unsur promosi dan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya
komplikasi.
4. Standar VI (pelaksanaan / intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum, selama
dan sesudah kunjungan rumah, bertanggung pada keperluan perawat
pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab membantu pasien
kembali ketingkat fungsi optimal dan kesehatannya dan menjamin
pasien dan keluarga terlibat. Dan partisipasi dalam pelayanan kesehatan
rumah, penyuluhan, pengawasan terhadap obat-obat dan diet  dan
evaluasi terhadap Pengaturan pasien dengan diabetes.
5. Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama pasien , keluarga dan perawat pelayanan
kesehatan rumah melakukan penilaian terhadap status pasien dan
kemajuan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Karena pada kunjungan rumah yang pertama perawat telah menjelaskan
kepada pasien dan keluarga tentang tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang yang harus dicapai.
6. Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab  untuk menyediakan system
keperawatan yang menyediakan suatu transisi  secara bertahap bag
pasien dan keluarga, dari rumah sakit kerumah. Hal ini dilakukan
melalui  koordinasi dengan sumber daya lain yang ada dimasyarakat
sesuai dengan kebutuhan pasien.
7. Standar IX (kerja sama antar disiplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah
cukup penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim

24
pelayanan kesehatan rumah.agar kerja tim antar disiplin  ini sukses
maka mereka harus bersama-sama merencanakan, menerapkan dan
melakukan  evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan.
8. Standar  X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil
bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi
terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari
tim kesehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya.
Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena
pelayanan kesehatan rumah sedang berkembang dengan pesat dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah sosisl dan
ebutuhan peleyanan kesehatan dirumah.
9. Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatan rumah berpartisipasi dalam berbagai
kesempatan dalam melakukan riset, walau belum pernah mempunyai
pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset keperawatan
komunitas, namun jika sumber daya  dan faktor pendukung dalam
penelitian tersebut memadai, perawat kesehatan rumah dapat dilibatkan.
10. Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi
perawat guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak
sebagai advokat kilen, melakukan promosi kesehatan, memberikan
informed consent dan melakukan kontrak pertama untuk melihat
sumber daya yang ada dimasyarakat. Dilema dan konflik diselesaikan
melalui suatu mekanisme yang di rancang dan disepakati. Untuk
mencapai tujuan tersebut perawat bertanggung jawab untuk membina
hubungan saling percaya dengan keluarga dalam meyakinkan bahwa
rumah adalah tempat yang sesuai untuk pemberian pelayanan
kesehatan.

25
I. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah ( Home Care )
1. Manajer kasus : mengelola dan mengkolaborasikan  pelayanan, dengan
fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga
b. Menyusun rencana pelayanan
c. Mengkoordinir akifitas tim
d. Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan
dengan fungsi :
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menyusun rencana keperawatan
c. Melakukan tindakan keperawatan
d. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
e. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang
efektif
f. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
g. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan
h. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
i. Mendikumentasikan asuhan keperawatan.
J. Standar Alat Home Care
Alat kesehatan Alat habis pakai Sarana lain
a) Tas/ kit a) Perawatan luka a) Alat dan media
b) Pemeriksaan fisik b) Suntik/ pengambilan pendidikan
c) Set perawatan luka darah kesehatan
d) Set pemasangan c) Set infus b) Ruangan beserta
selang lambung d) NGT dengan perlengkapannya
e) Set emergency berbagai ukuran c) Kendaraan
f) Set pemasangan e) Huknah d) Alat komunikasi
selang lambun f) Kateter e) Dokumentasi
g) Set pemasangan g) Sarung tangan,

26
selang lambung masker
h) Set huknah
i) Set memandikan
j) Set pengambilan
preparat
k) Set pemeriksaan
lab. Sederhana
l) Set infus/ injeksi
m) Sterilisator
n) Pot/ urinal
o) Tiang infus
p) Tempat tidur
khusus orang sakit
q) Pengisap lendir
r) Perlengkapan
oxigen
s) Kursi roda
t) Tongkat/ tripot
u) Perlak/ alat tenun

K. Pendekatan Interdisiplin dalam Pelayanan Home Care


Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan
rumah. Tanpa kerja sama yang efektif  tidak akan terjadi pelayana yang
berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian
pada pasien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari rumah sakit
dengan rrencana pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan
kebutuhan pasien untuk pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan
bersama dengan dokter untuk membuat program di rumah nanti. Peran dan
fungsi profesi antar disiplin bergantung beberapa faktor, faktor tersebut
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan karakteristik masing-

27
masing anggota tim harus kompeten sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
di bidang mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan
rumah adalah dokter, Perawat, Apoteker, Ahli fisioterapi, ahli terapi wicara,
ahli gizi, pekerja sosial dan home health aide (pembantu kesehatan rumah)
1. Dokter
Pemberian Home Care  harus berada di bawah perawatan dokter.
Dokter harus sudah menyetujui rencana perawatan sebelum perawatan
diberikan kepada pasien. Rencana perawatan meliputi: diagnosa, status
mental, tipe pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi
kunjungan, prognosis, kemungkinan untuk rehabilitasi, pembatasan
fungsional, aktivitas yang diperbolehkan, kebutuhan nutrisi,
pengobatan, dan perawatan.
2. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung
dan tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan,
semua yang membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face.
Aktivitas yang termasuk dalam direct care mencakup pemeriksaan
fisik, perawatan luka, injeksi, pemasangan dan penggantian kateter, dan
terapi intravena. Direct care juga mencakup tindakan mengajarkan
pada pasien dan keluarga bagaimana menjalankan suatu prosedur
dengan benar. Indirect care terjadi ketika pasien tidak perlu
mengadakan kontak personal dengan perawat. Tipe perawatan ini
terlihat saat perawat home care berperan sebagai konsultan untuk
personil kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia perawatan di
rumah sakit.
3. Apoteker
Program Home Health Care atau yang dikenal dengan Homecare
banyak di lakukan oleh apoteker guna memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pasien. Program Homecare adalah suatu bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh apoteker dengan cara memberikan

28
pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi kepada pasien langsung ke
rumah pasien, memonitoring terapi penggunaan obat sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dan kepatuhan penggunaan
obatnya.
4. Ahli fisioterapi ( Physical therapist )
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan
penyembuhan pada pasien di rumah. Perawatan yang diberikan meliputi
perawatan langsung dan tidak langsung. Perawatan langsung meliputi:
penguatan otot, pemulihan mobilitas, mengontrol spastisitas, latihan
berjalan, dan mengajarkan latihan gerak pasif dan aktif. Perawatan tidak
langsung meliputi konsultasi dengan petugas home care lain dan
berkontribusi dalam konferensi perawatan pasien.
5. Ahli gizi
Peran ahli gizi dalam home care antara lain : melakukan
pengkajian kebutuhan nutrisi, menetapkan masalah nutrisi,
menyusun rencana pemecahan masalah nutrisi, memberikan bantuan
tehnis tentang kebutuhan nutrisi, membimbing atau konseling pada
pasien dan semua anggota keluarga dalam masalah nutrisi,
melakukan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan
6. Ahli terapi wicara ( Speech pathologist )
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien
mengembangkan dan memelihara kemampuan berbicara dan
berbahasa. Speech pathologist juga bertugas memberi konsultasi
kepada keluarga agar dapat berkomunikasi dengan pasien, serta
mengatasi masalah gangguan menelan dan makan yang dialami pasien.
7. Pekerja social (Social wolker)
Pekerja social membantu pasien dans keluarga untuk
menyesuaikan diri dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan
yang berpengaruh pada kesehatan mereka.
8. Pembantu kesehatan rumah ( Homemaker/home health aide )

29
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien
mencapai level kemandirian dengan cara sementara waktu
memberikan personal hygiene. Tugas tambahan meliputi pencahayaan
rumah dan keterampilan rumah tangga lain (Bukit, 2008).
L. Perencanaan Institusi Home Care Swasta
Institusi HC dapat didirikan baik secara individu maupun kelompok,
baik untuk satu jenis layanan maupunlayanan yang bervariasi. Untuk itu
diperlukan perencanaan yang berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan
berdasarkan kebutuhan pasar mengharuskan klien untuk melakukan analisa
internal dan eksternal.
1. Analisa internal, melihat pada kettersediaan ssumber (alam, manusia,
dan dana) baik yang actual maupun potensial. Selain ketesediaan dana
juga perlu dianalisa komitmen personal yang ada terhadap rencana
pembentukan institusi HC. Komitmen personal merupakan persyaratan
mutlak yang harus dimiliki untuk mengawali suatu bisnis yang baru.
2. Analisa eksternal, memperhitungkan kecenderungan kebutuhan
pasarbaik jenis maupun jumlahnya. Misalnya kita berada didaerah yang
penduduknya banyak yang berusi produktif, maka sudah
dapatdiperkirakan bahwapasar membutuhkan pelayanan keperawatan
yang berhubungan dengan persoalan reprodksi, bayi serta balita.analisa
eksternal juga melihat pesaing yang ada disekitar daerah tersebut,baik
dalam jumlah, jenis maupun kondisinya.
Untuk keseragaman dokumentasi HC di Amerika merusmuskan Home
Healht Care Calsification (HHCC) toksonomi (Saba, August, 2002) yang
merupakan hasil penelitian yang berdsarakan diagnose dan intervensi
keperawtan. Untuk masa yang akan dating dapat digunakan untuk
dokumentasi,pelacakan elektronik, evaluasi hasil dan analisa HHC setiap
saat baik yang berhubungan dengan setting, kelompok populasi maupun
letak geografis. Taksonomi tersebut terdiri dari 20 komponen asuhan
keperawatan antara lain:
1. Komponen perilaku kesehatan

30
a. Medication
b. Safety
c. Health behavior
2. Komponen fungsional
a. Activity
b. Fluid volume
c. Nutrition
d. Self-care
e. Sensory
3. Komponen fisiologis
a. Cardiac
b. Respiratory
c. Metabolic
d. Psysial regulation
e. Skin integrity
f. Tissue perfution
g. Bowel elimination
h. Urinary elimination
4. Komponen psikologis
a. Cognitive
b. Copingrole relationship
c. Self concept

31
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang holistik dengan
mempertimbangkan aspek bio, psiko, sosial, spiritual dan ekonomi secara
komprehensip dengan mengutamakan kepentingan dan kepuasan pasien
yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ada beberapa bentuk
pelayanan home care di masyarakat sehingga home dapat menjadi upaya
terbaik bagi pasien – pasien penyakit kronik atau terminal untuk
meningkatkan dan mempertahankan kemampuan optimal.
Dalam pelaksanaan home care ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan seperti aspek legal dan etik dalam home care, perizinan
pendirian home care, kebijakan dalam home care, dan kepercayaan dan
budaya dalam home care. Hal ini di lakukan untuk menghindari adanya
saling menyalahkan dalam home care sehingga tidak ada pihak yang saling
merugikan. Sehingga pasien juga mendapatkan perawatan yang baik serta
perawat juga mengerti dan memahami peraturan-peraturan yang ada dan
langkah-langkah dalam menjalankan home care. Hal tersebut juga dapat
menekan terjadinya pro dan kontra home care di masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, perawat harus mengerti standar pelayanan
dan peran serta fungsi perawat dalam home care sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan etis kepada pasien.
Dalam home care juga diperlukan team kesehatan yang solid untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien
sehingga peningkatan kualitas hidup pasien dapat tercapai.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para
pembaca khususnya kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan
pemahamannya darah guna terwujudnya pelaksanaan proses belajar yang
baik. Kami menyadari Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus

32
menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan yang akan
datang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin, 2005. Makalah Seminar Alternatif Model Keperawatan Home Health Care.
Akper Karya Bakti Nusantara Magelang : Magelang.
Potter dan Ferry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol.1.Jakarta:EGC
Depkes. RI. 2002.  Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri Keperawatan .
Jakarta : Pusgunakes
Ainy, Nur. 2011. Makalah Keperawatan Komunitas - Home Nursing. http://fakhrun-
duniakita.blogspot.co.id/2011/12/makalah-keperawatan-komunitas-home.html.
Diakses tanggal pada tanggal 4 September 2017
Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Home Care.
http://jatiarsoeko.blogspot.co.id/2012/03/makalah-home-care.html. Diakses pada
tanggal 4 September 2017
Elvina, Siska. 2015. Makalah Home Care.
http://siskaelvinapurba.blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none_9.html. Diakses pada tanggal 4 September 2017

Marini, Hellen. 2015. Makalah Etik dan Legal Home Care.


http://hellenmarini.blogspot.co.id/2015/11/makalah-etik-dan-legal-home-
care.html. Diakses pada tangga 4 September 2017

34

Anda mungkin juga menyukai