Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN RENTAN

“TELAAH JURNAL ASKEB PADA PEREMPUAN RENTAN DENGAN SINGLE PARENT”

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Perempuan Rentan

Prodi Sarjana Kebidanan

OLEH
KELOMPOK 1

1. Annisa Wulandari Nim : 2281A0072


2. Citra Angelina Sholiyah Nim : 2281A0114
3. Rima Sabila Novel Nim : 2281A0077
4. Sofia Ayu Lestari Nim : 2281A0117
5. Mellantasia Nubatonis Nim : 2281A0104

PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA

TAHUN 2022
BAB I
TEORI

A. Pengertian Single Parent


Single parent merupakan keluarga yang terdiri dari orangtua tunggal baik ayah atau ibu
sebagai akibat perceraian dan kematian. Single parent juga dapat terjadi pada lahirnya seorang
anak tanpa ikatan perkawinan yang sah dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab sendiri.
Lebih lanjut yang dimaksud dengan orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian
membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya.
Pemenuhan kebutuhan anak ibu single parent merupakan menjadi tantangan besar
dibandingkan dengan keluarga yang utuh, karena membutuhkan adaptasi dengan peran barunya.
Ibu single parent memiliki peran ganda. Perubahan peran sebagai ibu single parent menuntut
adanya tanggungjawab sebagai pencari nafkah dan waktu untuk memperhatikan kebutuhan anak
secara psikologis. Orangtua single parent memiliki rentan masalah dalam mendidik/mengasuh
anak, terlebih khusus bagi ibu single parent (Baxter, 2015). Keluarga single parent memiliki
dampak negatif bagi kehidupan seluruh anggota keluarga. Dampak yang paling berpengaruh
dalam keluaraga single parent adalah pada anak prasekolah (usia dini), dan terjadi pada anak
laki-laki (Krein & Beller,1988).
Menjadi ibu single parent dalam sebuah rumah tangga tentu tidak mudah, terlebih bagi
seorang ibu yang terpaksa mengasuh anaknya seorang. Perempuan sebagai ibu single parent
membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk membesarkan anak termasuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga. Banyak anggapan-anggapan dari lingkungan yang sering
memojokkan para ibu single parent, hal tersebut bisa jadi akan mempengaruhi kehidupan
keluarga ibu single parent terutama berpengaruh terhadap perkembangan anak (Wirawan,
2003:27). Hal Serupa Baxter (2015) mengemukakan bahwa orangtua ibu single parent memiliki
kecenderungan masalah dalam mengatur waktu dalam pengasuhan atau pemenuhan kebutuhan
anak.
Menjadi seorang ibu single parent bukanlah hal mudah bagi mereka dimana peran ibu
sebagai orangtua tunggal harus bisa berperan ganda yaitu selain menjalankan perannya sebagai
seorang ibu ia juga menjalankan peran seorang ayah sebagai kepala keluarga dimana ibu sebagai
orangtua tunggal harus bisa berperan sebagai pencari nafkah, mendidik anak-anak, pemberi rasa
aman bagi anak-anak serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya dan sebagai anggota
masyarakat dari lingkunganya. Perubahan peran dari istri menjadi janda dan berperan sebagai ibu
sekaligus ayah yang merawat dan mendidik anak–anaknya serta mencari nafkah keluarga.
Keadaan demikian tidak berarti menyurutkan semangat ibu sebagai single parent yakni ibu untuk
berdiam diri meratapi nasib, namun tetap menjadi pemacu untuk meningkatkan kemampuan,
kembali menata kehidupan keluarga secara harmonis. permasalahan lainnya yang mungkin harus
dihadapi oleh seorang wanita single parent ialah permasalahan perekonomian, harus mengurus
segala sesuatu sendiri, mengasuh serta mendidik anak sendiri tanpa adanya bantuan dari orang
lain. Tugas sebagai orang tua terlebih bagi seorang ibu, akan bertambah berat jika menjadi
orangtua tunggal (single parent).
Sebab-sebab terbentuknya single parent dapat disebabkan oleh adanya perceraian, kematian,
orang tua angkat dan orang tua berpisah tempat tinggal/ belum bercerai (Hendi,2001: 141).
1. Single Parent yang disebabkan oleh kematian.
Single parent yang disebabkan oleh kematian salah satu orang tua akan menimbulkan
krisis yang dihadapi anggota keluarganya. Namun krisis yang dihadapi anggota kematian
seorang ayah tidak begitu begitu besar bila dibandingkan dengan akibat perceraian.
Kehilangan seorang ayah akibat kematian sangat mengganggu ekonomi sebuah keluarga
karena peranan ekonomi yang dijalankan ayah telah tiada akan tetapi tidak lantas tidak
mendukung pendidikan anak menyebabkan para istri yang ditinggalkan itu mencari ayah tiri
bagi anak-anaknya. Peran ayah secara wajar dapat digantikan oleh ibu dari pada mengambil
ayah tiri.
2. Single parent yang disebabkan oleh perceraian.
Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawinan kadangkala rapuh dan
bahkan putus sehingga terjadi perpisahan atau bahkan perceraian. Dengan terjadinya
perceraian maka dengan sendirinya fungsi keluarga yang mengalami gangguan dan pihak
yang bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Dengan
demikian peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa peningkatan gaya
hidup khas keluarga bercerai (single parent) seperti gaya menjanda, menduda, adanya anak
yang harus hidup dengan salah satu orang tua saja dan bahkan hidup terpisah dengan saudara
kandung ( Kamanto: 64).
Terputusnya keluarga disini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu
memutuskan untuk saling meninggalkan dan dengan demikian berhenti melaksanakan
kewajiban dan peranannya (Goode,1985: 98).
3. Single parent yang disebabkan karena orang tua angkat
Single parent yang disebabkan karena orang tua angkat ini merupakan, orang tua baik
perempuan maupun laki-laki yang mengasuh dan menghidupi anak angkatnya (bukan anak
kandung).
4. Single Parent yang disebabkan karena orang tua berpisah tempat tiggal (belum bercerai).
Single parent bentuk ini adalah biasanya disebabkan karena orang tua memiliki pekerjaan
diluar daerah singga membuat mereka untuk berpisah tempat tinggal namun tidak bercerai.
Biasanya anak menjadi asuhan orang tua perempuan.
B. Peran Dan Fungsi Sebagai Single Parent
1. Fungsi Ekonomi
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam masyarakat terutama pada keluarga
primitif. Para anggota keluarga bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu guna membantu
dalam perekonomian keluarga, Namun dalam keluarga single parent yang mencari nafkah
ekonomi keluarga hanyalah ibu. Pada umumnya perempuan atau ibu single parent bekerja
bukanlah semata-mata untuk mengisi waktu luang atau mengembangkan karir, melainkan
dilakukan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama untuk
anak-anaknya.
Sejalan dengan pendapat (Sukman 2015) menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga
sangat penting bagi kehidupan, karena merupakan pendukung utama bagi kebutuhan dan
kelangsungan dari suatu keluarga. Kiram (2015) bahwa ibu sebagai orang tua tunggal
memainkan dua peran untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga. Peran ibu
sebagai mengurus rumah tangga dan perkembangan anak juga peran ayah yang sebagai
pencari nafkah
2. Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi merupakan bentuk pemberian kasih sayang dan perhatian terhadap orang
yang disayang. Komponen yang perlu dipenuhi dalam keluarga dalam fungsi afeksi adalah
saling mengasihi, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung, mendapat
kasih sayang dan dukungan dari anggota keluarga lain. Maka kemampuan untuk memberi
kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan model dasar dalam memberikan
hubungan dengan orang lain di luar keluarga/masyarakat. Biddulp & Biddulp (2006) orang
tua perlu memhami jika anak adalah sebagai karunia, dengan demkian orang tua harus
memiliki kecakapan cinta yang lembut dan tegas sehingga anak bisa bertumbuh dan
berkembang.
Sejalan dengan penelitian Paramitha (2018) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada perempuan single parent adalah mereka lebih bertanggung jawab terhadap anak-anak
mereka, merasa lebih disiplin serta tidak hanya terjadi perubahan peran tetapi juga perubahan
pola pikir khususnya dalam mengambil suatu keputusan. Alokasi waktu yang dilakukan oleh
para perempuan single parent adalah mereka berusaha untuk mengerjakan pekerjaan
domestik terlebih dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan publiknya, begitu juga setelah
mereka melakukan pekerjaan publik mereka akan kembali mengerjakan pekerjaan domestik.
3. Fungsi Proteksi
Ibu single parent memilki banyak cara untuk melindungi anaknya yaitu melalui
pemberian nasehat-nasehat oleh ibu single parent kepada anak-anaknya. Sukman (2015)
Fungsi proteksi berhubungan dengan segala kebutuhan fisik anak yang mana semuanya
bernilai praktis yang juga termasuk dalam hal perawatan anak. Fungsi perlindungan dapat
dibagi menjadi 3 yaitu perlindungan fisik, ekonomi dan psikologis. Fungsi proteksi juga
menyangkut tentang bagaimana orangtua dapat mengontrol dan mengawasi kegiatan-
kegiatanya yang dilakukan oleh anak di dalam rumah maupun di luar rumah. Sependapat
dengan Maslow (dalam Ginting 2018) bahwa fungsi proteksi menjadi salah satu kebutuhan
pemenuhan kebutuhan rasa aman (safety needs) merupakan kebutuhan pada hierarki kedua
pada piramida Maslow. Manusia memerlukan perasaan aman atau kepastian dalam
pemenuhan upaya keberlangsungan hidupnya dalam jangka pendek maupun panjang.
Sejalan dengan penelitian Sona, dkk (2013) yakni keluarga menjadi tempat aman dari
gangguan internal dan eksternal dan untuk menangkal segala pengaruh negatif yang masuk di
dalamnya. Perlindungan dalam keluarga berpengaruh terhadap diri anak. Oleh karena itu
dalam menjalankan fungsi proteksi harus lebih dipentingkan agar tidak terjadi hal-hal yang
diinginkan apalagi ibu sebagai orangtua tunggal menjalankan peran ganda dalam keluarga.
Hilton, Desrochers & Devall (2008) Terlepas dari kelemahan keluarga ibu tunggal ini, anak-
anak dalam keluarga ini tidak berbeda dengan anak-anak dalam keluarga lain dalam sebagian
besar ukuran kesejahteraan.
4. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi menunjukkan pada peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal bersikap,
keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan
yang diharapkan akan dijalankan mereka. Rika dan Risdayati (2013) bahwa indikator lain
yang memberikan gambaran tentang sosialisasi dalam keluarga ibu single parent disini yaitu
dengan adanya diskusi di dalam keluarga. Dimana yang dimaksud dengan diskusi disini
adalah adanya komunikasi antara anak dengan orantua di dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi di dalam keluarga. Hal ini dikarenakan di dalam setiap langkah hidup keluarga,
orangtua selalu diharapkan oleh anaknya dapat membimbing dan menunjukkan sikap yang
baik. Hal ini semakin jelas tampak di saat fungsi keluarga sedang mengarah pada kesamaan
dan kebersamaan. Unsur ini mendorong setiap anggota keluarga hidup berdampingan satu
sama lain. Sebagai individu ia memberi kesempatan menyampaikan gagasan dan saran-
sarannya. Tujuan tidak lain hanya untuk mencapai tujuan dari keutuhan dan kebahagiaan
keluarga.
5. Fungsi Pendidikan
Pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik. Sehingga beberapa
orang tua single parent memilih untuk berusaha agar anak-anaknya bisa mendapatkan
pendidikan yang layak sehingga bisa mendapatkan pekerjaan yang baik, namun beberapa
single parent lainnya memilih untuk anak-anaknya hanya mendapatkan pendidikan di bangku
SD bahkan ada yang tidak bersekolah dikarenakan faktor ekonomi sehingga anak-anak lebih
memilih untuk bekerja apapun untuk bisa menghasilkan uang. (Lestari, Saputri, Joko, 2016)
C. Problematika Orang Tua Tunggal (Single Parent)

Beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan orang tunggal
baik wanita maupun pria yakni merasa kesepian, perasaan terjebak dengan tanggung
jawab mengasuh anak dan mencari sumber pendapatan, kekurangan waktu untuk
mengurus diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan menanggung tanggung jawab untuk
mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi hilangnya hubungan dengan
partner special, memiliki jam kerja yang lebih panjang, lebih banyak masalah ekonomi
yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, lebih rentan terkena
depresi, kurangnya dukungan sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan
memiliki fisik yang rentan terhadap penyakit.
Sedangkan masalah khusus yang timbul pada keluarga dengan orang tua tunggal
wanita adalah kesulitan mendapatkan pendapatan yang cukup, kesulitan mendapat
pekerjaan yang layak, kesulitan membayar biaya untuk anak, kesulitan menutupi
kebutuhan lainnya. Sementara pada keluarga dengan orang tua tunggal pria masalah
khusus yang timbul hanya dalam hal memberikan perlindungan dan perhatian pada anak.
Pada kasus keluarga dengan orang tua tunggal yang terjadi karena perceraian, baik
bagi wanita maupun pria proses setelah terjadinya perceraian seperti orang yang baru
mulai belajar berjalan dengan satu kaki, setelah kaki yang lainnya dipotong. Perceraian
adalah proses amputasi pernikahan. Tidak peduli seberapa pentingnya perceraian
tersebut, perceraian tetap saja menyakitkan bagi kedua belah pihak, sehingga pemulihan
mental dan kesiapan untuk memulai kehidupan setelah perceraian pun menjadi salah
satu masalah untuk single parent.
D. Kematangan Wanita sebagai Single Parent
Seperti yang telah disebutkan pada sebelumnya bahwa keluarga yang berstatus
single parent disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang ada itu
mempengaruhi kematangan wanita sebagai seorang single parent. Kematangan dalam
segi fisik dan terutama psikologis menjadi factor utama yang dibutuhkan untuk
keberhasilan wanita sebagai single parent dalam membesarkan anaknya.Wanita sebagai
single parent yang sangat riskan dalam membesarkan anaknya disebabkan oleh
kehamilan sebelum menikah, karena sebagian besar kehamilan sebelum menikah terjadi
pada remaja.

Remaja belum memiliki kematangan yang cukup untuk menjadi single parent. Pada
kasus ini dibutuhkan dukungan yang lebih besar dari keluarganya untuk menyiapkannya
menjadi seorang single parent. Pada kasus lain yang menyebabkan wanita menjadi
single parent (perpisahan atau perceraian, kematian suami atau istri, dan adopsi), dirasa
tidak terlalu bermasalah pada kematangan wanita tersebut (terutama alasan adopsi
karena ada keinginan internal dari wanita untuk memiliki dan membesarkan anak,
artinya ia telah benar-benar siap dengan segala konsekuensi sebagai single parent)
karena pada kondisi itu wanita dinggap telah dewasa dan telah mampu menghadapi
segala perubahan yang terjadi, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tetap
membutuhkan jangka waktu tertentu untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru.
Kematangan wanita yang berstatus sebagai single parent merupakan hal yang utama
dibutuhkan dalam membesarkan serta mendidik anak-anaknya. Hal tersebut
dikarenakan, kematangan pada wanita sebagai single parent dapat mempengaruhi
caranya dalam memanajemen diri dan keluarganya, terutama dalam membentuk anak
yang berkualitas.
E. Manajemen Wanita sebagai Single Parent
Orang tua sebagai single parent harus menjalankan peran ganda untuk
keberlangsungan hidup keluarganya. Sebagai single parent, wanita harus mampu
mengkombinasikan dengan baik antara pekerjaan domestik dan publik. Dalam hal ini,
kematangan fisik dan psikologis merupakan faktor yang sangat vital dibutuhkan untuk
melakukan manajemen keluarga.
Wanita yang berstatus single parent dimana ia harus mencari uang untuk menafkahi
keluarganya dan juga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang keluarganya harus
melakukan perencanaan yang matang dalam pengorganisasian kegiatanya menjalankan
peran ganda. Dalam melakukan perencanaan tersebut, ia harus mengkomunikasikan
rencana yang telah ia buat pada keluarga terdekatnya (orang tua, paman atau bibi),
terutama yang akan dimintai bantuan nantinya.

Setelah dilakukan perencanaan, maka ia harus melaksanakan rencana yang telah ia


buat. Apabila diperlukan, maka ia bisa juga meminta bantuan pada keluarga terdekatnya
untuk membantu kegiatan keluarganya selama ia diluar rumah untuk mencari nafkah,
tentunya ia harus mengkomunikasikan hal ini sebelumnya dengan orang yang
bersangkutan.
Hal terakhir yang harus dilakukan dalam memanajemen keluarga yang berstatus
single parent adalah dengan mengevaluasi semua kegiatan yang telah berlangsung di
keluarga. Evaluasi diperlukan untuk meninjau apakah kegiatan keluarga yang telah
berlangsung, terutama yang dihandle oleh anggota keluarga yang lain sesuai dengan
harapannya atau tidak. Disamping itu, evaluasi juga dibutuhkan untuk membenahi
perencanaan keluarga selanjutnya.

F. Masalah dan Dampak yang dihadapi Single Parent


Masalah yang di hadapi pada single parent :
1) Ancaman kesehatan
Akibat peran ganda yang harus di jalani,wanita akan mengalami gangguan
kesehatan seperti kelelahan, kurang gizi, sehingga mengakibatkan angka kesakitan
meningkat. Hal ini di akibatkan karena kondisi fisik yang sering dipergunakan untuk
melakukan suatu aktifitas secaras berkelanjutan.
2) Emosi labil
Wanita merasa tidak senang atau tidak puas dengan keadaan diri sendiri dan
lingkunganya. Rasa tidak puas ini mengakibatkan emosi wanita tersebut menjadi labil
dimana wanita akan mengalami perasaan cemas, tidak berdaya, depresi dan mudah
tersinggung.
3) Peran ganda
Dimana wanita tersebut harus berperan baik sebagai ibu dan pendidik bagi
anak-anaknya sebagai kepala keluarga, sebagai pengatur atau pengelola rumah tangga
dan sebagai pencari nafkah dalam mengatasi masalah keluarga.
Dampak yang dihadapi :

1) Bagi orang tua

Pada wanita tanpa anak: kesulitan ketika dalam keadaan sakit dan kesepian
menjelang hari tua.

Pada wanita dengan anak: tidak merasa kesepian dimana anaknya dijadikan sebagai
sahabat atau temanya, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan
tuntutan waktu yang banyak untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
anaknya .
2) Bagi anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi terganggu karena :
a) Anak tidak menerima keadaan dalam keluarga
b) Rasa kehilangan sosok ayah sebagai sumber penuntun
c) Adanya rasa takut mengenal bapak tiri yang jahat apabila orang
tuannya menikah lagi
d) Kurang kasih sayang karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya
untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
3) Dampak single parent pada ibu tunggal
Wanita sebagai ibu rumah tangga. Beberapa persoalan wanita disekitar domestik
seperti pelecehan pekerjaan rumah tangga, pekerjaan rumah tangga 100%
dibebankan pada wanita, dan wanita sebagai kepala rumah tangga.
BAB 2
HASIL TELAAH

JURNAL 1
Judul : Peran Perempuan Single Parent Dalam Pemenuhan Fungsi Ekonomi
Dalam Keluarga. Studi Kasus: Perempuan Single Parent Pekerja di Pijat
Refleksi Tosyma Jakarta Selatan.
Hasil Telaah :
1. Penelitian dilakukan pada 6 orang di panti pijat refleksi di kota
Jakarta. Ditemukan kebanyakan pekerja wanita adalah single parent,
beberapa perempuan tersebut berasal dari Tasikmalaya yang
mempunyai jarak lumayan jauh dari Jakarta. Para perempuan single
parent harus bekerja jauh dari rumah dan keluarga mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.
2. Hasil wawancara yang diberikan, beberapa informan menjadi single
parent karena perceraian dan kematian suami.
3. Pendidikan terakhir salah satu informan SMP dan tidak melanjutkan
ke jenjang selanjutnya karena terhambat biaya.
4. Salah satu informan menikah pada usia 17 tahun karena orang tuanya
menganggap sudah cukup umur.
5. Informan mempunyai anak-anak yang dititipkan kepada orang tuanya
di kampung. Informan menjadi tulang punggung keluarga, karena
disamping mencari nafkah untuk kedua anaknya, informan juga
membantu perekonomian kedua orang tuanya.
6. Setiap bulan informan mengirimkan uang untuk orang tua dan
anaknya. Walaupun jauh, informan masih menyempatkan menelepon
anaknya untuk memantau keadaan dan perkembangan anaknya.
Mantan suami informan tidak peduli dan tidak memberikan nafkah
finansial kepada kedua anaknya.
7. Karena penghasilan rendah. Informan harus memanajemen diri untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya seperti menghemat dalam hal
makanan dengan memasak makanan dengan biaya yang murah,
bahkan ada yang hanya makan nasi dengan gorengan atau kerupuk.
JURNAL 2
Judul : Kebertahanan Perempuan Simalanggang Menjadi Single Mother
Hasil Telaah :
1. Penelitian melibatkan 5 orang single mother di Nagari Simalanggang
Kecamatan Payakumbuh. Penyebab menjadi single mother, 2 orang
disebabkan perceraian dan 3 orang disebabkan kematian.
2. Permasalahan pertama yang dihadapi single mother adalah
mempunyai peran ganda dalam segala hal terutama yang disebabkan
kematian. Dalam kasus perceraian meskipun suami masih
memberikan uang nafkah untuk anak-anaknya, tapi uang yang
diberikan tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
terlebih lagi jika mantan suami menikah lagi.
3. Peran untuk memberikan nafkah kepada anak dari single mother
dengan berbeda penyebab tetap sama, mereka harus mencukupi
kebutuhan sehari-hari dan tetap merawat anak-anaknya.
4. Seorang single mother karena kematian merasa lebih kesulitan karena
tidak bisa bergantung ataupun mengadu tentang permasalahannya
kepada suaminya lagi. Sedangkan dengan kasus perceraian mereka
masih bisa meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhan anak-
anaknya.
JURNAL 3
Judul : Peran Ibu Single Parent Dalam Pengasuhan Anak
Masalah :
1. Penelitian mengambil informasi dari 4 orang single parent di Kelurahan
Lasiana.
2. Permasalahan dari beberapa informan adalah masalah ekonomi, single
parent mengambil alih peran mencari nafkah, hal tersebut dikarenakan
tidak mempunyai pekerjaan yang tetap
BAB 3
PEMBAHASAN

Single Parent dalam artian orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-
anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya mempunyai beban yang berat.
Selain menggantikan posisi sang ayah untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga, single parent masih harus tetap merawat dan membesarkan anaknya
dalam segala aspek. Permasalahan yang paling banyak ditemukan adalah mengenai faktor
ekonomi. Terlebih lagi jika seorang single parent sebelumnya memang tidak bekerja,
mereka harus memanajemen diri untuk bisa membagi peran barunya kepada anak-anaknya.
Berdasarkan data dari 3 jurnal yang ditelaah, beberapa permasalahan dalam fungsi
ekonomi yang dihadapi disebabkan oleh beberapa faktor seperti pernikahan di usia muda,
pendidikan rendah, dan tidak adanya keahlian yang dimiliki sebelumnya, sehingga
pendapatan yang dihasilkan juga rendah. Selain itu beberapa single parent masih harus
menafkahi kedua orang tuanya sehingga beban yang ditanggung semakin berat. Masalah dari
fungsi ekonomi ini pun bisa berdampak buruk bagi single parent seperti masalah gizi pada
jurnal 1 beberapa informan hanya memakan nasi dan gorengan atau kerupuk saja, sehingga
angka kesakitan akan meningkat akibat kelelahan bekerja dan kurang gizi.
Salah satu fungsi dan peran single parent adalah fungsi afeksi dan proteksi. Menurut
Sukman (2015), fungsi proteksi berhubungan dengan segala kebutuhan fisik anak yang mana
semuanya bernilai praktis yang juga termasuk dalam hal perawatan anak. Fungsi
perlindungan dapat dibagi menjadi 3 yaitu perlindungan fisik, ekonomi dan psikologis.
Fungsi proteksi juga menyangkut tentang bagaimana orangtua dapat mengontrol dan
mengawasi kegiatan-kegiatanya yang dilakukan oleh anak di dalam rumah maupun di luar
rumah. Berdasarkan wawancara dari beberapa informan, single parent tetap berusaha
menyempatkan menjalin komunikasi dan mengontrol perkembangan anak-anaknya disela
kesibukan bekerja meskipun mereka jauh dari keluarganya, dengan tetap menelepon ataupun
berbagi cerita sehingga peran afeksi dan proteksi tetap berjalan.
Seorang single parent harus siap dalam melakukan peran ganda sebagai ibu yang
membesarkan dan kepala keluarga yang mengelola dan mengatur keuangan. Peran ini juga
bisa berdampak pada emosi ibu yang labil karena tidak memiliki pendamping untuk
membantu menyelesaikan masalah yang dimiliki. Pada jurnal 3, single parent karena
kematian merasa keadaan psikologisnya lebih buruk karena mereka tidak bisa membagi
masalah dengan suami mereka. Dukungan dari keluarga terdekat sangat membantu dalam
mengatasi masalah psikologi pada single parent, tentunya dengan mengkomunikasikan
terlebih dahulu dengan keluarga yang bersangkutan mengenai rencana dan bantuan yang
dibutuhkan oleh single parent itu sendiri.
Manajemen wanita sebagai single parent sangat penting untuk dapat menjalankan
peran dan fungsi sebagai seorang single parent, sehingga perempuan single parent bisa
mengkombinasikan dengan baik pekerjaan domestic dan public. Kematangan fisik dan
psikologis merupakan faktor paling utama agar peran dan fungsinya berjalan dengan baik.
BAB 4
KESIMPULAN

Konsep teori mengenai single parent yang kami temukaan sangat relevan dengan
hasil telaah 3 jurnal penelitian mengenai single parent dari beberapa permasalahan yang
berbeda. Dengan menggabungkan teori dan permasalahan yang ditemukan dari beberapa
informan, kita bisa menganalisis dan memahami secara langsung dan rinci guna memberikan
pelayanan kebidanan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.anw.ac.id:1254/index.php/IJEKC tentang ibu single perent dalam pengasuhan


anak;

http://eprints.unm.ac.id/9002/1/ARTIKEL%20DYAN%20PARAMITHA.pdf

Layliyah, Zahrotul. 2013. Perjuangan Hidup Single Mother. Jurnal Sosiologi Islam. Vol 3
No 1

Maripadang, Sarnita.2013. Peran Single Parent Dalam Menjalankan Fungsi Keluarga.


Skripsi: Universitas Hasanuddin

Paramitha D. (2018). Peran Perempuan Single Parent dalam Mengasuh Anak di


Kecamatan Maritangae Kabupaten Sidrap (Suatu Kajian Antropologi Gender). Artikel.
Program Paskasarjana. Universitas Negeri Makasar. P.2016-2021

Rahayu, A. S. (2017). Kehidupan Sosial Ekonomi Ibu Single Parent dalam Ranah
Domestik dan Publik. 6 (1). 82-99.

Anda mungkin juga menyukai