Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN An.S DENGAN DIAGNOSA


DEMAM THYPOID DI RUANG PERAWATAN UMUM”
RSU EL-SYIFA KUNINGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Dosen Pengampu :
Ns. Nanang Saprudin S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

KEPERAWATAN C
SEMESTER 6

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
Jalan Lingkar Bayuning No.02, Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, 45561
Telp.(0232) 875847 Fax. 0232-875123 Email :info@stikeskuningan.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN An.S DENGAN DIAGNOSA
DEMAM THYPOID DI RUANG PERAWATAN UMUM”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Praktek Klinik Keperawatan Anak.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terkira kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas Makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa Makalah ini masih sangat terbatas dan masih banyak
kekurangan dalam mengkaji teori perawatan anak tentang demam thypoid pada anak, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, demi
tercapainya suatu kesempurnaan.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, dan juga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya.Terimakasih.

Kuningan, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi...........................................................................................................
2.2 Etiologi...........................................................................................................
2.3 Manifestasi Klinis...........................................................................................
2.4 Penatalaksanaan..............................................................................................
2.5 Komplikasi.....................................................................................................
2.6 Diagnosa Banding..........................................................................................
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Demam Typoid.....................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 ?......................................................................................................................
3.2 ?......................................................................................................................
3.3 ?......................................................................................................................
3.4 ?......................................................................................................................
3.5 ?......................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................
4.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam thypoid merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri ditan
dai dengan demam insidious yang berlangsung lama, sakit kepala yang berat, badan lema
h, anoreksia, bradikardi, splenomegali. Penyakit demam thypoid ini dikenal dengan nama
lain thypus abdominalis, thypoid fever, atau enceric fever. Penularan penyakit ini biasany
a terjadi karena mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
salmonella thypi dengan rute fekal-oral. Penyakit demam thypoid merupakan penyakit
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa, penyakit ini
banyak terjadi di masyarakat dengan lingkungan yang kumuh, padat penduduk,
penyediaan air bersih yang tidak adekuat dan sanitasi yang buruk, serta hygiene masing-
masing penduduknya yang kurang memadai dan tidak memeuhi syarat kesehatan (Marni,
2016).
Demam thypoid merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang terjadi di n
egara berkembang seperti Indonesia, angka kejadian demam thypoid diketahui lebih ting
gi pada negara sedang berkembang di daerah tropis. Kasus demam thypoid diseluruh dun
ia mencapai 16-13 juta dengan 500-600 ribu kematian setiap tahunnya. Anak paling renta
n terkena dengan demam thypoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari d
ewasa. Di Indonesia sendiri, penyakit thypoid bersifat endemik, menurut WHO atau bada
n kesehatan dunia penderita demam thypoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (De
pkes RI, 2013).
Prevalensi kasus bervariasi tergantung dan lokasi, kondisi lingkungan setempat, d
an perilaku masyarakat. Meskipun demam thypoid menyerang semua umur, namun golo
ngan terbesar yang mengalaminya yaitu tetap pada usia kurang dari 20 tahun. Besarnya a
ngka pasti kasus demam thypoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dike
nal mempunyai gejala dengan spectrum klinis yang sangat luas. Data WHO memperkirak
an 70% kematian terjadi di Asia. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah
satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan. Endemik demam thypoid selama 3 tahun
berturut-turut dari tahun 2007 jumlah kasus sebanyak 154, pada tahun 2008 menjadi 917
kasus, dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan kasus yaitu menjadi 4.817 kasus,
dan pada tahun 2010 kasus tersebut mengalami kenaikan menjadi 5.021 kasus (Riskesda,
2010).

1
1.2 Rumusan Masalah
a) …
b) …
c) …
1.3 Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan diagnosa
demam thpoid.
b) Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui definisi dari …
 ?
1.4 Manfaat Penulisan
a) Teoritis
Makalah tentang asuhan keperawatan anak dengan diagnosa demam thypoid
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta dapat dijadikan
sebagai referensi penulis selanjutnya, khususnya pada kasus anak dengan penyakit
demam thypoid.
b) Praktis
 Bagi Perawat
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan diagnosa demam
thypoid bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan.
 Bagi Klien
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan informasi
mengernai perawatan yang dilakukan terhadap klien anak kepada keluarga
sehingga keluarga dapat mengetahui dan memahami tujuan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat.
1.5 Sistematika Penulisan
???
.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
2.2 Definisi
Thypus abdominalis atau demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut
yang biasanya terjasi pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada
anak usia 12-13 tahun (70-80%), pada usia 30-40 tahun (10-20%), dan juga pada anak
diatas usia 12-13 tahun (5-10%) (Mansjoer, Arif. 2010).
Thypus ialah penyakit infeksi bakteri pada usus dan terkadang pada aliran
darah yang disebabka oleh kuman salmonella thypi atau salmonella parathypi A, B, C
yang terkadang juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan
septicemia (tidak menyerang usus) (Ardiansyah, 2012).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
(Bruner & Sudart, 2014).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri
salmonella thypi dan salmonella parathypi A, B, C. sinonim dari penyakit ini adalah
thypoid dan parathypoid abdominalis (Syaifullah Noer, 2015).
2.3 Etiologi
Penyebab utama demam thypoid adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi merupakan basil gram negatif, bergerak denga rambut getar, tidak
berspora, dan mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic yang terdiri atas
zat kompleks lipopolisaarida), antigen H (flagella), dan antigen IV. Dalam serum
penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Bakteri
tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C (optimum
37oC) da pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urine, makanan atau minuman yang terkontaminasi,
formalitas dan lain sebagainya (Lestari Titik, 2016)
2.4 Manifestasi Klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari, yang tersingkat yaitu 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan melalui minuman yang terlama yaitu 30 hari. Selama masa inkubasi
3
mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan
(Lestari Titik, 2016), diantaranya yaitu :
a) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu yang bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sama sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, dan menurun pada pagi hari kemudian
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur-
angsur menurun dan normal kembali.
b) Gangguan pada saluran cerna
Pada mulut terdapat nafas bebau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung, hati dan limpa membesar
(splenohepatomegali) disertai nyeri dan juga peradangan.
c) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang
terjadi spoor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,
kadang-kadang ditemukan pula takikardi dan epitaksis.
d) Relaps
Relaps (kambuh) merupakan berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua
setelah suhu tubuh normal kembali, terjadinya demam sulit untuk diterangkan.
Menurut teori, relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang
tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada demam thypoid (Lestari Titik, 2016), diantaranya yaitu :
a) Perawaran
 Klien di istirahatkan atau melakukan tirah baring selama 7-14 hari untuk
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus.

4
 Mobilisasi bertahan bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi
apabila ada komplikasi perdarahan.
b) Diet
 Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
 Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
 Setelah bebas demam diberi bubut kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
 Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
c) Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa memakan waktu selama 2 minggu hingga 1 bulan. Antibiotika,
seperti ampicillin, kloramfenicol, trimethoprimsulfamethoxazole, dan
ciprofloxacin sering digunaka untuk merawat deman thypoid di negara barat. Obat
obatan antibiotic adalah :
 Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
 Apabila terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemeriksaan intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
 Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian oral atau intravena selama 21 hari.
 Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian secara oral selama 14 hari.
 Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, deberikan sehari sekali secara
intravena selama 5-7 hari.
 Pada kasus yang diduga mengalami MDR makaa pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam thypoid dapay berlangsung selama 3 minggu sampai
sebulan. Kematia terjadi antara 10% dam 30% dari kasus yang tidak terawatt.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi dexamethasone dosis tinggi dengan dosis
awal 3 mg/kgBB diberika secara intravena (selam 30 menit). Kemudian disusul

5
pemberian dengan dosis 1 mg/kgBB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali
pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit
perforasi usus.
2.6 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada usus halus, meskipun jarang terjadi. Akan
tetapi, bila terjadi komplikasi total menyebabkan:
1) Pendarahan usus. Pendarahan dalam jumlah sedikit ditemukan ketika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat
disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perporasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga dan biasanya terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum. Dalam kondisi ini pekak hati
menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma. Kondisi ini dapat
terlihat pada foto abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi usus. Pemeriksaan mungkin menemukan
gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat di dinding abdomen tegang dan
nyeri tekan.
4) Komplikasi luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
meningitis, koleistisis, encepalopati, dan lain-lain. Komplikasi lain yang juga
mungkin terjadi karena infeksi sekunder adalah bronkopneumonia (Mardalena,
2018).
2.7 Diagnosa Banding
Beberapa diagnosis yang juga dapat diperhatikan yaitu:
a. Malaria
b. Abses dalam
c. Tuberculosis
d. Ensefalitis
e. Influenza
f. Abses abdominal
g. Toxoplasmosis
h. Dengue
i. Sepsis
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Demam Thypoid
A. Pengkajian

6
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan meliputi biodata pasien, keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan
keluarga.
a) Biodata
Biodata meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, no MR, diagnosa medis, nama orang tua,
umur orang tua, pekerjaan, alamat, agama, dan lain-lain.
b) Keluhan Utama
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan
kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa
inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris retimen, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat
minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam
keadaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor, koma, atau
gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula brakardia dan epitaksis pada anak
besar.
c) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh pasien, baik yang ada
hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang
obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh pasien, dan juga kaji mengenai
riwayat alergi pada pasien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau
makanan.
2) Riwayat kesehatan sekarang

7
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh pasien, misalnya nyeri
pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala
atau pusing, letih atau lesu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
4) Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) pasien dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati pasien
kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
5) Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh pasien
sebelum sakit dan saat sakit. Hal ini berguna dalam perbandingan
antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya mencakup:
- Nutrisi
- Eliminasi
- Pola istirahat/tidur
- Pola kebersihan
d) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan
sama sekali
2) Pola eliminasi
Pasien dapat mengalami konstipasi karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Pasien dengan demam thypoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan
merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pasien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan pasien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

8
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
pada pasien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan pasien dirawat di
Rumah Sakit dan pasien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan tampak cemas.
e) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Keadaan umum
Bagaimana keadaan pasien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2) Tanda vital
Bagaimana suhu, nadi, persarafan dan tekanan darah pasien.
3) Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah
ada kelainan atau lesi pada kepala.
4) Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5) Mata
Bagaimana keadaan konjungtiva anemis/tidak, bentuk mata, sclera
ikterik/tidak, keadaan pupil, palpebral dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan.
6) Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung
serta cairan yang keluar, ada sinus/tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman.
7) Mulut
Bentuk mulut, membrane mukosa kering/lembab, lidah kotor/tidak,
apakah ada kemerahan/tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.

9
8) Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis.
9) Thoraks
Bagaimana bentuk dada simetris/tidak, kaji pola pernapasan, apakah
ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernapasan.
10) Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
11) Genetalia
Bagaimana bentuk kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
12) Integument
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit/tidak, apakah
ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13) Ekstremitas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Fitrah (2017), pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak
yang menderita demam thypoid, yaitu:
a) Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder.
b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
c) Pemeriksaan Uji Widal

10
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
Salmonella thypi. Uji widal dimaksudkan untuk menyatukan adanya
Salmonella thypi maka penderita membuat antibodi (aglutini).
Pemeriksaan ini didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau
lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak
bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi
setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
d) Kultur
- Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
- Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
- Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
e) Anti Salmonella thypi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella thypi, karena antibody IgM muncul pada hari ketiga dan
keempat terjadinya demam.
3. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan
daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Analisa data adalah
kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Dalam melakukan analisis data,
diperlukan kemampuan mengaikan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Terdapat 4 cara
untuk menganalisis data yaitu mamvalidasi data dan observasi, mengenali pola
atau pengelompokkan, dan membuat kesimpulan.
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan) biasanya ditandai dengan klien tampak meringis dan gelisah.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan biasanya
ditandai dengan penurunan nafsu makan.

11
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan kelemahan biasanya
ditandai dengan pasien mengeluh lelah.
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air).
C. Rencana Asuhan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi
O Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Hipertermi Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan Hipertemia
proses penyakit selama 3x24 jam. Observasi
ditandai dengan Klien diharapkan : - Identifikasi penyebab
peningkatan suhu tubuh SLKI : hipertermia (mis.
diatas nilai normal. Termoregulasi Dehidrasi,terpapar
Definisi : Kriteria Hasil: lingkungan panas,
Suhu tubuh meningkat - Mengigil menurun penggunaan incubator)
diatas rentang normal - Kulit merah menurun - Monitor suhu tubuh
tubuh. - Kejang menurun - Monitor kadar
Penyebab : - Akrosianosis elektrolit
1. Dehidrasi menurun - Monitor haluaran urine
2. Terpapar - Konsumsi oksigen - Monitor komplikasi
lingkungan panas menurun akibat hipertermia
3. Proses penyakit - Piloereksi menurun Terapeutik
(mis. Infeksi, - Vasokontriksi perifer - Sediakan lingkungan
kanker) menurun yang dingin
4. Ketidaksesuaian - Kutis memorata - Longgarkan atau
pakaian dengan menurun lepaskan pakaian
suhu lingkungan - Pucat menurun - Basahi dan kipasi
5. Peningkatan laju - Takikardi menurun permukaan tubuh
metabolism - Takipnea menurun - Berikan cairan oral
6. Respon trauma - Bradikardi menurun - Ganti linen setiap hari
7. Aktivitas berlebihan - Dasar kuku sianotik atau lebih sering jika
8. Penggunaan menurun mengalami
incubator - Hipoksia menurun hyperhidrosis (keringat
Gejala & tanda - Suhu tubuh membaik berlebih)
mayor : - Suhu kulit membaik - Lakukan pendinginan
- Subjektif - Kadar glukos darah eksternal (mis. Selimut
(tidak tersedia) membaik hipotermia atau
- Objektif - Pengisian kapiler kompres dingin pada
1. Suhu tubuh diatas membaik dahi, leher, dada,
nilai normal - Ventilasi membaik abdomen, aksila)
Gejala & tanda minor - Tekanan darah - Hindari pemberian
: membaik. antipiretik atau aspirin
- Subjektif - Berikan oksigen, jika
(tidak tersedia) perlu
- Objektif Edukasi

12
1. Kulit merah - Anjurkan tirah baring
2. Kejang Kolaborasi
3. Takikardi Kolaborasi pemberian
4. Takipnea
danelektrolit cairan
5. Kulit terasa hangat
intravena, jika perlu
2. Nyeri akut Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan Nyeri
agen pencedera fisik selama 3x24 jam. Observasi
Klien diharapkan : - Identifikasi lokasi,
(mis. Abses, amputasi,
SLKI : Tingkat Nyeri karakteristik, durasi,
terbakar, terpotong, Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas,
mengangkat berat, - Keluhan nyeri intensitas nyeri.
prosedur operasi, menurun - Identifikasi skala nyeri.
trauma, latihan fisik - Meringis menurun - Identifikasi respon
berlebihan) biasanya - Sikap protektif nyeri non-verbal.
ditandai dengan klien menurun - Idetifikasi faktor yang
- Gelisah menurun memperberat dan
tampak meringis dan
- Kesulitan tidur memperingan nyeri.
gelisah. menurun - Identifikasi
Definisi : - Menarik diri menurun pengetahuan dan
Pengalaman sensorik - Berfokus pada diri keyakinan tentang
atau emosional yang sendiri menurun nyeri.
berkaitan dengan - Diaphoresis menurun - Identifikasi pengaruh
kerusakan jaringan - Perasaan depresi budaya terhadap respon
aktual atau fungsional, (tertekan) menurun nyeri.
dengan onset mendadak - Perasaan takut - Identifikasi pengaruh
atau lambat dan mengalami cedera nyeri pada kualitas
berintensitas ringan berulang menurun hidup.
hingga berat yang - Anoreksia menurun - Monitor keberhasilan
berlangsung kurang - Perineum terasa terapi komplementer
dari 3 bulan. tertekan menurun yang sudah diberikan.
Penyebab : - Uterus teraba - Monitor efek samping
1. Agen pencedera membulat menurun penggunaan analgetik.
fifologis (mis. - Ketegangan otot Terapeutik
Inflamasi, iskemia, menurun - Berikan teknik non
neoplasma) - Pupil dilatasi farmakologis untuk
2. Agen pencedera menurun mengurangi rasa nyeri
kimiawi (mis. - Mual dan muntah (mis. TENS, hipnosis,
Terbakar, bahan menurun akupresur, terapi
kimia iritan) - Frekuensi nadi music, biofeedback,
3. Agen pencedera membaik terapi pijat,
fisik (mis. Abses, - Pola nafas membaik aromaterapi, teknik
amputasi, terbakar, - Tekanan darah imajinasi terbimbing,
terpotong, membaik kompres hangat/dingin,
mengangkat berat, - Proses berfikir dan terapi bermain).
prosedur operasi, fokus membaik - Kontrol lingkungan
trauma, latihan fisik - Fungsi berkemih yang memperberat rasa
berlebihan) membaik nyeri (mis. Suhu
Gejala & tanda

13
mayor : - Perilaku membaik ruangan, pencahayaan,
- Subjektif - Nafsu makan kebisingan).
1. Mengeluh nyeri membaik - Fasilitasi istirahat dan
- Objektif - Pola tidur membaik tidur.
1. Tampak meringis - Pertimbangkan jenis
2. Bersikap protektif dan sumber nyeri
(mis, waspada, dalam pemilihan
posisi menghindari strategi meredakan
nyeri) nyeri.
3. Gelisah Edukasi
4. Frekuensi nadi - Jelaskan penyebab,
meningkat periode dan pemicu
5. Sulit tidur nyeri.
Gejala & tanda minor - Jelaskan strategi
: meredakan nyeri.
- Subjektif - Anjurkan monitor nyeri
(tidak tersedia) secara mandiri.
Objektif - Anjurkan
1. Tekanan darah menggunakan analgetik
meningkat secara tepat.
2. Pola nafas berubah - Ajarkan teknik non
3. Nafsu makan farmakolgi untuk
berubah mengurangi rasa nyeri.
4. Proses berfikir Kolaborasi
terganggu Kolaborasipemberian
5. Menarik diri
analgetik, jika perlu
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaphoresis
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan Nutrisi
kurangnya asupan selama 3x24 jam. Observasi
Klien diharapkan : - Identifikasi status
makanan ditandai
SLKI: Status Nutrisi nutrisi
dengan penurunan Kriteria Hasil: - Identifikasi alergi dan
nafsu makan. - porsi makan yang
intoleransi makanan
Definisi : dihabiskan meningkat
Asupan nutrisi tidak - Identifikasi makanan
- kekuatan otot
cukup untuk memenuhi yang disukai
pengunyah meningkat
kebutuhan - Identifikasi kebutuhan
metabolisme. - kekuatan otot
kalori dan jenis nutrien
Penyebab : menelan meningkat
- Identifikasi perlunya
1. Ketidakmampuan - serum albumin
penggunaan selang
menelam makanan meningkat
2. Ketidakmampuan nasogastrik
- verbalisasi keinginan
menelan makanan - Monitor asupan
untuk meningkatkan
3. Ketidakmampuan makanan
mengabsorbsi nutrisi meningkat
- Monitor berat badan
nutrient - pengetahuan tentang
- Monitor hasil
4. Peningkatan pilihan makanan dan
pemeriksaan

14
kebutuhan minuman yang sehat laboratorium
metabolisme menigkat Terapeutik
5. Faktor ekonomi - sikap terhadap - Lakukan oral hygiene
(mis. Finansial tidak
makanan/minuman sebelum makan, jika
mencukupi)
6. Faktor psikologis sesuai dengan tujuan perlu
(mis. Stress, kesehatan meningkat - Fasilitasi menetuka
keengganan untuk - perasaan cepat program diet (mis.
makan) kenyang menurun Piramida makanan)
7. Kurangnya asupan - nyeri abdomen - Sajikan makanan
makanan menurun secara menarik dan
Gejala & tanda
- sariawan menurun suhu yang sesuai
mayor :
- Subjektif - rambut rontok - Berikan makanan yang
(tidak tersedia) menurun tinggi serat untuk
- Objektif - diare menurun mencegah konstipasi
1. Berat badan - berat badan membaik - Berikan makanan
menurun minimal - IMT membaik tinggi kalori dan tinggi
10% dibawah - Frekuensi makan protein
rentang ideal membaik - Berikan suplemen
Gejala & tanda minor - Nafsu makan makanan, jika perlu
: membaik - Hentikan pemberian
- Subjektif - Bising usus membaik makanan melalui
1. Cepat kenyang - Tebal lipatan trisep selang nasogastric jika
setelah makan membaik asupan oral dapat
2. Kram/nyeri - Membrane mukosa ditoleransi
abdomen
membaik Edukasi
3. Nafsu makan
menurun - Anjurkan posisi duduk,
- Objektif jika mampu
1. Bising usus - Ajarkan diet yang
hiperaktif diprogramkan
2. Otot pengunyah Kolaborasi
lemah - Kolaborasi pemberian
3. Otot menelan lemah medikasi sebelum
4. Membrane mukosa makan (mis. Pereda
pucat nyeri, antiemerik), jika
5. Sariawan perlu
6. Serum albumin - Kolaborasi dengan ahli
turun gizi untuk menentukan
7. Rambut rontok jumlah kalori dan jenis
berlebihan nutrient yang
8. Diare dibutuhkan, jika perlu
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan Energi
tirah baring dan selama 3x24 jam. Observasi
Klien diharapkan : - Identifikasi gangguan

15
kelemahan biasanya SLKI : Toleransi fungsi tubuh yang
ditandai dengan klien Aktivitas mengakibatkan
mengeluh lelah. Kriteria Hasil: kelelahan.
- frekuensi nadi
Definisi : - Monitor kelelahan fisik
meningkat
Ketidakcukupan energi dan emosional.
- saturasi oksigen
untuk melakukan - Monitor pola dan jam
meningkat
aktivitas sehari-hari.
- kemudahan dalam tidur.
Penyebab :
melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan
1. Ketidakseimbangan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan
atara suplai dan
- kecepatan berjalan selama melakukan
kebutuhan oksigen
meningkat
2. Tirah baring] aktivitas.
- jarak berjalan
3. Kelemahan Terapeutik
meningkat
4. Imobilitas - Sediakan lingkungan
- kekuatan tubuh
5. Gaya hidup nyaman dan rendah
bagian atas dan
monoton
bawah meningkat stimulus (mis. Cahaya,
Gejala & tanda
- toleransi dalam suara, kunjungan).
mayor :
menaiki tangga - Lakukan latihan
- Subjektif
meningkat rentang gerak pasif dan
1. Mengeluh lelah - keluhan lelah
- Objektif aktif.
menurun
1. Frekuensi jantung - dyspnea saat/setelam - Berikan aktivitas
meningkat >20% melakukan aktivitas distraksi yang
dari kondisi istirahat menurun menenangkan.
Gejala & tanda minor - perasaan lemah - Fasilitasi duduk di sisi
: menurun tempat tidur, jika tidak
- Subjektif - aritmia saat/setelah dapat berpindah atau
1. Dyspnea aktivitas menurun
saat/setelah berjalan.
- sianosis menurun
melakukan aktivitas - warna kulit membaik Edukasi
2. Merasa tidak - tekanan darah dan - Anjurkan tirah baring.
nyaman setelah frekuensi nafas - Anjurkan melakukan
beraktivitas membaik aktivitas secara
3. Merasa lemah - EKG iskemia bertahap.
- Objektif membaik - Anjurkan menghubungi
1. Tekanan darah perawat jika tanda dan
berubah >20% dari
gejala kelelahan tidak
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG berkurang.
menunjukkan - Ajarkan strategi koping
aritmia saat/setelah untuk mengurangi
melakukan aktivitas kelelahan.
3. Gambaran EKG Kolaborasi
menunjukkan
- Kolaborasi dengan ahli
iskemia
4. Sianosis gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

16
5 Resiko Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
ketidakseimbangan tindakan keperawatan Cairan
elektrolit berhubungan selama 3x24 jam. Klien Observasi
diharapkan : - Monitor status hidrasi
dengan
SLKI : Keseimbangan (mis. Frekuensi nadi,
ketidakseimbangan Elektrolit kekuatan nadi, akral,
cairan (mis.dehidrasi Kriteria Hasil:
pengisian kapiler,
dan intoksikasi air). - Serum natrium
membaik kelembaban mukosa,
Definisi :
Berisiko mengalami - Serum kalium turgor kulit, tekanan
perubahan kadar serum membaik darah)
elektrolit - Serum klorida - Monitor berat badan
Faktor Risiko : membaik - Monitor berat badan
1. Ketidakseimbangan - Serum kalsium sebelum dan sesudah
cairan (mis. membaik
dialysis
Dehidrasi, - Serum magnesium
intoksikasi air) membaik - Monitor hasil
2. Kelebihan volume - Serum posfor pemeriksaan
cairan membaik laboratorium (mis.
3. Gangguan Hematokrit, Na, K,Cl,
mekanisme regulasi berat jenis urine, BUN)
(mis. Diabetes) - Monitor status
4. Efek samping
hemodinamik (mis.
prosedur (mis.
Pembedahan) MAP, CVP, PAP,
5. Diare PCWP jika tersedia)
6. Muntah Terapeutik
7. Disfungsi ginjal - Catat intake-output dan
8. Disfungsi regulasi hitung balance cairan
endokrin 24 jam
- Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
- Berikan cairan
intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretic, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi yang merupakan komplemen dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian,

17
dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian ( Potter & Perry, 2005 )
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tingkatan intelektial untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Doenges, 2000). kemungkinan yang dapat
terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi
atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektivitasan terhadap
tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Laporan Asuhan Keperawatan
I. Identitas
Nama : An.S
Tanggal lahir : 6 Mei 2015
Usia : 6 Tahun
Pendidikan : TK
Alamat : Ciporang Rt.15 Rw.02 Kabupaten Kuningan
Nama Ayah/Ibu : Tn.T/Ny.I
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS/IRT
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal Masuk RS : 6 Maret 2022
Tanggal Pengkajian : 6 Maret 2022
II. Keluhan Utama
Ibu Pasien mengatakan anaknya demam
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah demam selama 5 hari, demam yang
dialami anaknya naik ketika sore – malam hari. Ibu pasien juga mengeluh
anaknya mual, muntah, pusing, dan lemas serta tidak nafsu makan.
P : Nyeri akibat muntah
Q : Nyeri hilang timbul
R : Lokasi nyeri dibagian perut (ulu hati)
S : Skala nyeri 2
T :Nyeri dirasakan saat sudah muntah
IV. Riwayat Penyakit Masa Lampau
a) Pra natal
Ibu pasien mengatakan selama kehamilan anaknya normal dan suka
melakukan pemeriksaan ke dokter 1 bulan sekali sambil lakukan USG.
b) Natal

19
Ibu pasien mengatakan saat melahirkan anaknya tidak ada kendala.
c) Post natal
Ibu pasien mengatakan anaknya dalam kondisi sehat.
d) Pernah dirawat dirumah sakit
Ibu pasien mengatakan saat anaknya diare sampai dirawat di rumah sakit.
e) Obat-obatan yang digunakan
Ibu pasien mengatakan tidak mengingatnya karena sudah lama.
f) Riwayat alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada atau tidak mempunyai alergi .
g) Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya dari kecil sampai sekarang patuh
mengikuti imunisasi yang suka diselenggarakan pihak puskesmas seperti
imunisasi polio, campak, hepatitis A dan B, DPT, dan lain-lain.
h) Pola nutrisi yang diberikan
Ibu pasien mengatakan anaknya diberikan makanan yang sehat dan bergizi
sesuai usianya untuk membantu tumbuh kembang anaknya.
V. Riwayat Keluarga
a) Penyakit yang pernah atau sedang di derita oleh keluarga
Keluarga pasien mengatakan semuanya sehat
b) Genogran
Tidak dibuatkan genogram dikarenakan tidak penyakit keturunan
VI. Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh anak dan alasannya
Ibu pasien mengatakan anaknya diasuh olehnya dan ayahnya, alasannya
karena peran kedua orang tua pasti penting dan berdampak besar bagi
kehidupan anaknya. Mereka juga sangat menyayangi anaknya karena anak
adalah amanah dari Tuhan.
b) Pembawaan secara umum
Ibu pasien mengatakan anaknya sangat pintar, periang, dan pemberani.
c) Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumahnya selalu bersih dan aman
untuk anaknya.
d) Pemenuhan kebutuhan bermain di rumah

20
Ibu pasien mengatakan anaknya senang bermain dengan teman-teman
yang seusianya.
VII. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a) Diagnosa Medis
Demam Thypoid atau Thypoid Fever
b) Tindakan Operasi
Tidak dilakukan tindakan operasi
c) Obat-obatan
1) Paracetamol dengan dosis 3x200 ml secara IV (Intravena) diberikan
pukul 11.45
Indikasi : Terapi jangka pendek untuk demam dan nyeri derajat
ringan sampai sedang.
Efek samping : Reaksi alergi seperti ruam pada kulit, pembengkakan,
tekanan darah rendah, detak jantung lebih cepat, kerusakan hati dan
ginjal.
2) Ceftriaxon dengan dosis 2x650 secara IV (Intravena) diberikan pukul
13.30.
Indikasi : Untuk mengatasi infeksi, bakteri gram negatif maupun
gram positif.
Efek samping : Sakit perut, mual dan muntah, diare, pusing atau sakit
kepala, mengantuk, bengkak, dan iritasi pada area kulit yang disuntik,
dan keringat berlebih.
3) Cairan Infus RL dengan dosis 12 tpm secara IV (Intravena) diberikan
pukul 10.30.
Indikadi : Resusitasi syok, resusitasi luka bakar, DBD, diare
dengan dehidrasi, dan cairan rumatan.
Efek samping : Nyeri dada, detak jantung abnormal penurunan
tekanan darah, kesulitan bernapas, batuk, bersin-bersin, ruam, gatal-
gatal, dan sakit kepala.
d) Tindakan Keperawatan
1) Melakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
2) Mengidentifikasi keluhan pasien
3) Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan kompres hangat dan
berikan posisi nyaman anak mau seperti apa

21
4) Memberikan obat sesuai advice dokter
5) Mengidentifikasi penyebab demam
6) Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan ruang yang nyaman agar
anak merasa nyaman
7) Mengkaji pola dan frekuensi tidur pasien
8) Mengkaji porsi makan dan minum pasien
e) Hasil Laboratorium
No. Parameter Hasil L P
Pemeriksaan Darah (Hematologi)
1. HB 13.6 13-17 gr % 12-13 gr %
2. Lekosit 1900 4000- 4000-
10000 /mm3 10000 /mm3
3. HT 37 40-48 % 37-43 %
4. Trombosit 71000 150-450 150-450
ribu/mm3 ribu/mm3
Pemeriksaan Serologi
1. S. Thypi (TO) Positif (1/160) Negatif Negatif
2. S. Thypi (TH) Positif (1/80) Negatif Negatif
3. S. Parathypi (AO) Positif (1/160) Negatif Negatif
4. S. Parathypi (AH) Positif (1/80) Negatif Negatif
5. S. Parathypi (BO) Positif (1/80) Negatif Negatif
6. S. Parathypi (BH) Positif (1/80) Negatif Negatif
7. S. Parathypi (CO) Negatif Negatif Negatif
8. S. Parathypi (CH) Negatif Negatif Negatif
Covid 19
1. Swab Antigen Non Reaktif Negatif Negatif
Lain-lain
1. WBC 1.9 x 103/uL 5.0-14.5 x
103/uL
2. Lymph 0.6x 103/uL
3. Mid 0.1x 103/uL
4. Gran 1.2x 103/uL
5. Lymph 30.0 %

22
6. Mid 7.8 %
7. Gran 62.2 %
8. HGB 13.6 g/dL 11.5-14.5
g/dL
9. RBC 4.70x 106/uL 3.6-4.8
juta/mikro lt)
10. HCT 36.9 % 31-45 %
11. MCV 78.6 fL 77-95 fL
12. MCH 28.9 pg 25-33 pg
13. MCHC 36.8 g/dL 32-36 g/dL
14. RDW-CV 12.7 %
15. RDW-SD 36.1 fL
16. PLT 71x 103/uL 150-450 x
103/uL
17. MPV 8.4 fL
18. PDW 16.1
19. PCT 0.059 %

f) Hasil Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan DPL dan WIDAL
2) SWAB Antigen
VIII. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Pasien tampak lemah dan pucat, mukosa bibir kering, serta tampak
meringis. Pasien terlihat sedikit acak-acakan. Pasien hanya berbaring
diatas tempat tidur dengan infusan terpasang di tangan sebelah kiri, dengan
infusan RL serta keadaan Compos mnetis.
b) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
N : 113 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38.1oC
Nyeri :2
c) Pemeriksaan Antropometri

23
BB setelah sakit 16kg, sebelum sakit 17kg.
TB 117 cm.
d) Mata
Inpeksi : Mata kanan dan kiri terlihat simetris, konjungtiva ananemis,
seklera anikterik, tidak ada kelainan pada mata serta penglihatan jelas.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
e) Hidung
Inpeksi : Lubang hidung bersih, tidak terdapat pendarahan, tidak ada
penapasan cuping hidung, dapat membedakan bau.
Palpasi : Tidak ada nyeri teka tanda sinusitis
f) Mulut
Inpeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada lesi dan tidak ada stomatis,
gigi terlihat lengkap, tidak ada pendarahan atau radang gusi, warna lidah
kotor tertutupi oleh selaput putih kecoklatan, tidak ada tanda-tanda infeksi.
g) Telinga
Inpeksi : Bentuk dan posisi antara telinga kanan dan kiri terlihat
simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat srumen dan kelainan
pada telinga, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Palpasi : Pada saat ditekan perlahan pada bagian telinga belakang tidak
terasa nyeri.
h) Leher
Inpeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
luka.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening,
pergerakan normal
i) Dada
Inpeksi :Bentuk dan postur dada terlihat normal, tidak ada tanda-tanda
kesulitan bernapas, tidak ada lesi, terlihat simetris, warna aerola coklat,
ada putting.
Palpasi : Integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Auskultasi : Irama jantung regular, tidak ada suara jantung tambahan,
pernapasan vesikuler, tidak terdapat suara napas.
j) Abdomen

24
Inpeksi : Bentuk simteris, tidak ada luka, tidak terlihat adanya
pembengkakan.
Auskultasi : Terdapat suara besing usus sebanyak 18 kali.
Perkusi : Bunyi timpani.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan diulu hati. Dari rentang 3 kali 0-10, nyeri
yang dirasakan berada di nomer 3.
k) Punggung
Inpeksi : Bentuk tulang belakang normal dan tidak ada kelainan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada benjolan.
l) Genetalia
Inpeksi : Bersih, tidak menggunakan kateter, dan tidak ada kelainan.
m) Ekstremitas
Inpeksi : Kaki dan tangan terlihat lengkap, tidak terdapat adanya luka
dan edema, tangan kiri terpasang infus.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas bagian atas
maupun bawah, tidak terjadi edema pada ekstemitas.
n) Kulit
Inpeksi : Kulit terlihat bersih, tidak ada lesi, dan tidak terlihat adanya
kelainan kulit.
Palpasi : tugor kulit baik.
IX. Pemeriksaan Perkembangan
Ibu pasien mengatakan anaknya memiliki perkembangan yang bagus. Saat
disekolah anaknya sangat pintar dan pemberani. Setelah itu anaknya juga
mengikuti kegiatan les. Anaknya lancer membaca dan suka berhitung serta
menggambar. Bahasa sehari-hari anaknya lebih dominan menggunakan bahasa
Indonesia dibandingkan bahasa sunda. Anaknya memiliki banyak teman dan
tidak pernah terlihat perkelahian antar teman seperti anak-anak seusianya.
X. Aktivitas Sehari-hari (ADL)
No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Oksigenasi
Normal, beraturan Normal, beraturan
a. Pola Napas 16-20 x/menit 20 x/menit
b. Frekuensi Tidak ada Tidak ada
c. Keluhan Sesak Tidak ada Tidak ada
d. Batuk Pilek Tidak ada Tidak ada
e. Terpasang alat bantu ( Oksigen)

25
2 Cairan ( Minum)
a. Frekuensi 1000 ml/hari 400 ml/hari
b. Jenis Air putih Air putij
c. Riwayat Alergi Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
e. Terpasang alat bantu Tidak ada Terpaang infus ( RL )
( pemasangan infus/ transfusi)
3 Nutrisi ( Makanan )
a. Frekuensi 1 Porsi 3x sehari ½ porsi 3x Sehari
b. Jenis Nasi,Sayur,Daging,B Nasi tim,Sayur,Daging
c. Riwayat Alergu uah ayam
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
e. Terpasang alat bantu ( NGT/ Tidak ada Mual & Muntah
OGT) Tidak ada Tidak ada
4 Eliminasi ( BAK/ BAB )
a. Frekuensi BAK 4-5 hari BAB BAK 2-3/hari BAB
b. Konsistensi 1x hari 1x/hari
c. Warna Cair, Padat Cair, Padat
d. Bau Kuning Jernih, Kuning aga pekat,
e. Keluhan Kuning Coklat Kuning Coklat
Normal Urine & Normal urine & Feses
Feses Tidak ada
Tidak ada
5 Aktifitas Bermain
a. Frekuensi 2-3 Jm/hari -
b. Jenis - -
c. Alat Permainan Bermain dengan -
d. Keluhan temannya -
Tidak ada
6 Istirahat Tidur
a. Frekuensi 2x/hari 2x hari
b. Kebiasaan Tidak ada -
c. Waktu/ lama tidur / Hari 9 jam 10 jam
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
7 Personal Hygiene
a. Oral Care 3x/hari 2x/ hari
b. Mandi 2x/hari Diseka 1x /hari
c. Keramas 1xhari -
d. Penampilan Umum Rapih Sedikit acak-acakan

XI. Analisis Data


No Data fokus pengkajian Etiologi Masalah
1. DS : Basil salmonella Hipertemi
- Ibu pasien mengeluh anaknya Thyphosa
demam sudah 5 hari berturut-turut ↓

26
terjadi pada sore-malam hari Menginfeksi saluran
DO : pencernaan
- suhu tubuh pasien diatas normal ↓
yaitu 38,1℃ Demam

hipertemi

2. DS : Invasi salmonella typhi Defisit nutisi


- pasien mengeluh mual dan muntah ↓
- ibu pasien mengeluh nafsu makan Saluran pencernaan
anaknya menurun ↓
- ibu pasien mengeluh BB anaknya Usus halus
turun ↓
DO : Inflamasi
- pasien hanya menghabiskan ↓
setengah porsi makanan Mual muntah
- pasien tampak lemah dan pucat ↓
- BB pasien 16 kg saat di timbang Nutrisi tidak adekuat

Defisit nutrisi

3. DS : Faktor infeksi Resiko


- ibu pasien mengeluh anaknya ↓ ketidakseimbangan
mual dan muntah. Makanan terkontaminasi elektrolit
- ibu pasien mengeluh anaknya ↓
jarang minum Mencapai usus halus
DO : ↓
- pasien tampak lemah dan pucat Infeksi di usus
- mukosa bibir pasien kering ↓
Merangsang pusat
muntah di otak

27
Merangsang otot
lambung

Mual muntah

Kehilangan cairan dan
elektrolit

Resiko
ketidakseimbangan
elektrolit

XII. NCP (Keperawatan)


----

3.2 Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti (hasil penelitian)

3.3 Analisis Masalah Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan Keperawatan


Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis
dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam
melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu system etik. Prinsip moral berfungsi
untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau
diizinkan dalam suatu keadaan. Terdapat tiga prinsip moral yang sering digunakan
dalam diskusi moral, yaitu autonomi, non-maleficience, dan justice (Johnstone, 1989
dalam buku Suhaemi, 2010).
1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos yang berarti sendiri dan nomos,
yang berarti aturan. Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri. Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai
seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan
sesuatu bagi dirinya. Prinsip otonomi sangat penting dalam keperawatan. Perawat
harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat
28
memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk
berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan klien tersebut.
2. Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera
bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa
prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prnsip
untuk melakukan yang baik
3. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu.
Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak
selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative
sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini
tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang
menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.
Menurutt Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Otonomy prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau di pandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
b) Berbuat baik (Benficience)
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain.
c) Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan
kemanusiaan.
d) Tidak merugikan (non-maleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
e) Kejujuran (veracity)

29
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f) Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmen
nya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen nya yang dibuatnya
g) Kerahasiaan (Confidetiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang tedapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h) Akuntabilitas (Accountabillity)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat di nilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
a. Dari kasus An.S, perawat memberikan kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk menentukkan keputusan mau atau tidaknya menerima
tindakan keperawatan atau pemeriksaan, contohnya seperti pada saat akan
melakukan pemberian kompres hangat, pemberian obat intravena dan
menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium.
b. Dari hasil penelitian, perawat selalu melakukan tindakan baik dan sopan
yang tidak menyinggung atau membuat pasien merasa tidak nyaman.
Sebagai contoh perawat selalu memperkenalkan diri kepada pasien pada
saat akan melakukan tindakan keperawatan.
c. Menurut hasil penelitian, perawat memberikan keadilan yang sama antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya. Tidak ada perbedaan atau
memilah dan memilih pasien. Perbedaan disini hanya terletak pada
pengambilan ruangan yang pasien ambil, akan tetapi pelayanan kesehatan
yang diberikan pada semua pasien sama, dalam artian perawat tidak hanya
fokus pada pasien yang mengambil ruang VIP tetapi secara komprehensif
(keseluruhan).

30
d. Pada kasus An.S, semua tindakan yang diberikan telah mematuhu Standart
Operasional Procedur (SOP) yang telah berlaku shingga tidak
menimbulkan kerugian atau berisiko membuat pasien cedera. Fasilitas
yang ada juga nyaman dan tidak ada yang rusak.
e. Pada kasus An.S perawat menyampaikan informasi yang benar secara
jujur dan tidak ada yang ditutupi, sehingga terjalin kepercayaan satu sama
lain antara pasien, keluarga, dan perawat.
f. Pada kasus An.S perawat selalu menepati janji yang telah diberikannya.
Sebagai contoh, perawat berjanji akan kembali ke ruangan pasien untuk
pemeriksaan suhu pukul 16.00 WIB, maka perawat akan datang ke
ruangan pasien pada pukul yang telah ditentukan.
3.4 Analisis Penerapan Fungsi Advokasi dalam Pelayanan Keperawatan
Perawat sebagai advocat mampu menjaga lingkungan yang aman dan nyaman serta
mengambil langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan dalam melakukan tindakan
medis dan pengobatan, seperti mencegah hipersensitivitas terhadap efek pengobatan,
pastikan pasien tidak memiliki riwayat elergi. Pendekatan pencegahan ketika terjadi
sesuatu yang melukai pasien, perawat perlu berkoordinas satu sama lain. Standar
komunikasi yang efektif dan komprehensif ada dalam aktivitas penimbangan yang di
buat untuk mencegah kesalahan.
Peran advokasi perawat kepada pasien juga memberikan penjelasan tentang perilaku
procedural sebagai penyedia dalam informed consent informasi, pelindung, mediator,
actor dan pendukung. Perawat memberikan perlindungan kepada pasien untuk
mencegah penyakit atau pelanggaran-pelanggaran, pada dasarnya setiap tenaga
kesehatan harus memahami tanggung jawab dan integritasnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Dalam kasus An. S, perawat telah memahami perannya sebagai advokat dan
menjalankannya sesuai prosedur yang berlaku. Sebagai contoh, perawat memastikan
lingkungan pasien aman dan nyaman, berkoordinasi dengan tim medis yang lainnya
seperti dokter, apoteker, dan petugas laboratorium untuk proses pengobatan dan
pemeriksaan yang merupakan hak dari pasien, perawat menyiapkan data-data yang di
perlukan agar tidak terjadi kesalahan yang tidak di inginkan guna untuk meningkatkan
proses penyembuhan pasien.

3.5 …

31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

32
33

Anda mungkin juga menyukai