Disusun Oleh :
Kelompok 2
Dosen Pembimbing :
Sutrisno,M.Kes.
Dosen Pembimbing :
Sutrisno,M.Kes.
Disusun Oleh :
Anggi Try Hutami
Annisa Syaputri
Elysa Shabrina Nurviany
Muhammad Reza Anugrah
Putri Anisa Dewi
Sylva Nurannisa A.
Kelompok 2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................6
1.4 Metode..............................................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
Pengertian....................................................................................................................................8
Patofisiologi.................................................................................................................................9
Tanda dan gejala..........................................................................................................................9
Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................................10
1. Pemeriksaan leukosit...................................................................................................10
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT.................................................................................10
3. Biakan darah................................................................................................................10
Uji Widal...................................................................................................................................11
PATHWAY...............................................................................................................................12
PENATALAKSANAAN...........................................................................................................13
KOMPLIKASI...........................................................................................................................13
PEMBERIAN ANTIBIOTIK....................................................................................................14
PENCEGAHAN........................................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TIFOID FEVER...........................................................15
Pengkajian..................................................................................................................................15
Diagnosa /Masalah Keperawatan..............................................................................................15
Rencana Tindakan Keperawatan...............................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................................21
KESIMPULAN..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Typphus Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid atau tifes
dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita.
Penyakit demam tifoid ini mendunia, artinya terdapat di seluruh dunia. Tetapi
lebih banyak di negara sedang berekembang di daerash tropis, seperti Indonesia. Penyakit
tifus merupakan endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular, yang
Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 – 810 kasus
per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa
sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden
penderita berumur anak usia 12 – 13 tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun
(10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%) .
Terjadinya penyakit yang merupakan penyakit ini tidak memandang musim, baik
musim kemarau maupun penghujan. Penularan penyakit ini melalui makanan yang
tercemar. Kadang kebersihan makanan kurang terjamin. Oleh karena itu kita harus
memperhatikan kualitas makanan. bukan dari segi harga, tapi dari susunan menu,
5
c. Mahasiswa belum memahami tentang etiologi thypoid fever
k. Mahasiswa belum memahami evaluasi keperawatan pada pasien yang terkena thypoid
fever
1.3 Tujuan
Dalam makalah ini penulis merumuskan tujuan menjadi dua bagian yaitu tujuan umum
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan proses asuhan
2. Tujuan khusus
6
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah
1.4 Metode
Penyusunan makalah ini menggunakan studi pustaka dengan cara membaca buku-
buku yang berkaitan dengan tema. Mencari dan mengumpulkan bahan-bahan atau sumber
7
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Definisi
Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi
bakteri Salmonella typhi yang menyebar melalui makanan dan minuman yang telah
terontaminasi. Penyakit yang banyak terjadi di negara-negara berkembang dan dialami oleh
anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak ditangani dengan baik dan secepatnya.
Tifus dapat menular dengan cepat. Infeksi demam tifoid terjadi ketika seseorang
mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil tinja yang
mengandung bakteri. Pada kasus yang jarang terjadi, penularan juga bisa terjadi akibat terkena
urine yang terinfeksi bakteri.
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada
aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi A, B
dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat
penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut
Typhoid fever atau Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus di dalam perut
(Widoyono, 2002). Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan
gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).
8
membrane). Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen
tersebut (Zulkhoni, 2011).
Patofisiologi
Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Yang
paling menojol yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk ke usus
halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga
menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran darah
dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
sehingga menimbulkan tukakberkembang biak, lalu masuk ke aliran darah berbentuk lonjong
pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan
menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat.sehingga beresiko
kekurangan cairan tubuh.Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau
antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsurangsur
sembuh (Zulkoni.2011)
1. Demam
Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik turun.
2. Diare
Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna terganggu. Tapi
pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar.
3. Mual Berat
Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening.
Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
4. Muntah
Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi
lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna. Selain itu,
makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang sedang luka bisa
diistirahatkan.
5. Lidah kotor
9
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit
dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
6. Lemas, pusing, dan sakit perut
Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika
kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan.
7. Tidur pasif
Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak
gerak) dengan wajah pucat.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda
dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan
10
media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada
saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit Biakan darah terhadap salmonella
thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu
berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau
dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah
mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
11
12
PATHWAY
13
PENATALAKSANAAN
pada pasien dengan typhus abdominalis dibagi menjadi 3 bagian (Bambang Setiyohadi,
Aru W. Sudoyo, Idrus Alwi, 2006 dalam Andra Saferi & Yessie Mariza, 2013:178-179), yaitu:
1. Istirahat dan perawatan Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi dengan perawatan sepenuhnya ditempat yang akan membantu dan mempercepat
penyembuhan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
2. Diet dan terapi penunjang Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
demam tifoid karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhannya akan menjadi semakin lama.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
KOMPLIKASI
a.Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
14
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Pemberian,obat-obatan :
1)Klorampeniko
2)Tiampenikol
3)Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin
PENCEGAHAN
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah
(yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
makanan,pedas
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TIFOID FEVER
Pengkajian
Pada pengkajian dengan tifoid dapat ditemukan timbulnya demam yang khas yang
berlansung selama kurang lebih tiga minggu dan menurun pada pagi hari serta meningkat pada
sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor dan ujung
dan tepinya kemerahan, adanya meteorismus, terjadi pembesaran hati dan limfa, adanya
konstipasi dan bahkan tidak terjadi komplikasi seperti apatis sampai samnolen, adanya
bradikardia, kemungkinan terjadi komplikasi seperti perdarahan pada usus halus, adanya
pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urine, feces, dan uji serologis widal
menunjukan kenaikan pada titer antibody O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan H: 1/200.
(Hidayat Alimul Aziz. A. 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba
Medika).
berikut:
a. Kurang nutrisi.
15
b. Hipertermia.
16
Rencana Tindakan Keperawatan
Kurang Nutrisi (Kurang dari kebutuhan)
Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan adanya asupan yang tidak adekuat oleh
karena menurunnya nafsu makan akibat proses patologis, maka tujuan keperawatannya
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan intake makanan melalui: Cara khusus untuk meningkatkan
Mengurangi gangguan dari nafsu makan.
lingkungan seperti berisik dan lain-
lain.
Jaga kebersihan ruangan (barang-
barang seperti sputumpot, urinal
tidak berada dekat tempat tidur.
Berikan obat sebelum makan jika ada
indikasi
17
Hipertermia
Terjadinya Hipertermia ini dapat disebabkan oleh adanya reaksi kuman
salmonella typhosa yang masuk kedalam tubuh. Untuk mengatasinya adalah dengan
tujuan mempertahankan kondisi suhu tubuh dalam batas normal dengan cara
menurunkannya.
INTERVENSI RASIONAL
18
Risiko terjadi komplikasi (cedera)
Risiko terjadi cedera dalam hal ini adalah adanya komplikasi lebih lanjut dari tifoid ini
seperti adanya perdarahan, perforasi, tukak daerah mukosa yang dapat mengganggu system
dalam tubuh oleh karena kemampuan kuman dalam merusak system serta adanya penurunan
daya tahan tubuh. Tujuan dari rencana keperawatan adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan istirahat yang cukup selama Merupakan salah satu tindakan untuk
demam, dan lakukan mobilisasi setelah mencegah terjadinya komplikasi lanjut
dua minggu bebas panas mulai dari pada penyakit tifoid.
duduk.
Jelaskan faktor risiko yang dapat Agar pasien dan keluarga dapat
menyebabkan komplikasi lanjut. menghindari faktor risiko.
.
19
Intervensi Rasional
Anjurkan pasien untuk makan Agar tidak terjadi kesulitan dalam
pasien terpenuhi
Intervensi Rasional
20
Ciptakan posisi yang nyaman bagi Agar nyeri yang dialami dapat
pasien diatasi
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi
bakteri Salmonella typhi yang menyebar melalui makanan dan minuman yang telah
terontaminasi.
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang
pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella
paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis
Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa
Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.unipdu.ac.id/342/1/BAB%20I.pdf
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol.1. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Media Aesculapius: Jakarta
Staf Pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 1. Bagian IKA FKUI: Jakarta
Suriadi & Rita Yuliani.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. CV. Sagung Seto:
Jakarta
23